Anda di halaman 1dari 14

Makalah Budaya Melayu Riau

BMR

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
1. Angel Veronika Nainggolan
2. Arelvi Safitri Zain
3. Cahya Setia Putri
4. Aulia erliana
5. Guardian Virgianto
6. Naufal akbar
7. Muhammad Ilham
8. M.haikal pramono
X IPA 3
Kata pengantar
Selamat siang dan puji syukur kami panjat kan kepada Tuhan yang maha
esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas BMR(budaya melayu
riau) kelas X IPA 3 “UPACARA PERNIKAHAN “.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak(guru,orangtua, dan teman-teman semua)yang
dengan tulus memberi doa. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih jauh dari kata SEMPURNA dikarenakan terbatas pengalaman
dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk maukkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menginspirasi para pembaca.

Pekanbaru,29 November 2022

Penulis
Daftar isi
Judul utama
………………………………………………………. i
Kata pengantar ………………………………………………………. ii
Daftar isi
………………………………………………………. iii

Bab I
Pendahuluan
………………………………………………………. 1
1. Latar belakang ……..
………………………………………………. 1
Bab II
Pembahasan
………………………………………………………. 2
1. Pengertian
………………………………………………………. 2
2. Sejarah
………………………………………………………. 2
3. Nilai nilai
………………………………………………………. 3
4. Gejala
………………………………………………………. 4
5. Pakaian
………………………………………………………. 5
6. Makna
………………………………………………………. 6
7. Gambar
……………………………………………………….
Bab III
Penutup …………………..
………………………………….. 8
1. Kesimpulan
………………………………………………………. 8
Bab IV
Daftar pustaka ………………………………………………………. 9

Bab 1
1. Latar belakang
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus dan tak
terputus dari generasi kegenerasi dimanapun di dunia ini. Upaya memanusiakan
manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup
dan dalam latar sosial kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu,
meskipun pendidikan itu universal, namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu
sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata lain,
pendidikan diselenggarakan berdasarkan filsafat hidup serta berlandaskan
sosiokultural setiap masyarakat. Yang mana pada akhirnya setiap pendidikan akan
menghasilkan nilai-nilai yang berguna sebagai dasar manusia untuk mencapai
tujuan hidup.
Pendidikan dalam perjalanan sejarahnya memiliki peranan yang cukup besar dalam
konteks pembangunan nasional baik dalam hal mencerdaskan bangsa maupun
dalam hal membentuk akhlak dan moral bangsa. Nilai-nilai pendidikan adalah
sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan, yang digunakan sebagai
dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup yaitu mengabdi kepada Allah SWT.
Begitu juga halnya dengan adat istiadat. Adat adalah tata cara yang mengatur
tingkah laku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian, dalam
Cerminan dari beradatnya masyarakat terlihat dari berbagai kegiatan upacara adat
dan tradisi yang terus berjalan.
Begitu juga halnya dengan sikap masyarakat Melayu di Riau, masih melestarikan
tradisi adat perkawinan tradisional meskipun tidak seutuhnya dan tidak semua
tradisi dilaksanakan seperti pada zaman dahulu.

Bab 2
1. Pengertian
Tradisi pernikahan Melayu adalah tradisi yang masih dilestarikan khususnya bagi
orang Melayu sendiri. Karena dengan upacara-upacara adat dan tradisi pernikahan
Melayu maka terjadilah pembentukan masyarakat yang majemuk dengan latar
belakang kebudayaan yang majemuk pula. Namun demikian dimulai dari akar
budaya yang sama, maka kebudayaan Melayu:
1. Dipandang sebagai bunga adat untuk perkaya khazanah kebudayaan Melayu
Riau.
2. Berhak mengembangkan adat resam tempatan.
3. Diakui sebagai adat istiadat Melayu Riau.
4. Perlu dikembangkan dan dibina serta dijadikan sebagai acuan dan panutan
masyarakat.
5. Tidak menghilangkan prinsip dasar adat asalnya.
2. Sejarah
Asal usul budaya Melayu dimulai sejak Parameshwara kawin dengan puteri Pasai
dan memeluk agama Islam pada Tahun 1400 M, maka Malaka menjadi pusat
bandardunia dan pusat pengembangan agama Islam ke seantero kepulauan
nusantara dan Asia Tenggara bersamaan sekaligus dengan introduksi budaya
Melayu. Sehingga, definisi Melayu sejak tahun 1400 M itu berbunyi: “seorang
Melayu ialah beragama Islam, yang berbahasa Melayu sehari-hari dan beradat-
budaya Melayu, serta mengaku dirinya sebagai orang Melayu”.
Selain bercirikan Islam, berbahasa Melayu dan beradat budaya Melayu (adat
bersendi hukum syara’, syara’ bersendi kitabullah), juga di tandai dengan hukum
keluarga dan parental. Karena letak wilayahnya yang sangat strategis disepanjang
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan, yang menjadi urat lalu lintas dari Barat ke
Timur jauh, maka masyarakat Melayu sudah ratusan tahun terkena arus globalisasi
dan pengaruh budaya dari berbagai etnis dan bangsa. Adat pernikahan Melayu
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya suku-suku dan bangsa-bangsa
pendatang, ditambah lagi adanya pengaruh agama Budha dan Hindu sebelum
masuknya agama Islam ke negeri ini sehingga tata cara upacara adat perkawinan
Melayu khususnya Melayu Riau dapat dikatakan sebagai gabungan antara budaya
pendatang yang telah melebur dan bersatu dengan budaya dan adat istiadat Melayu
Riau yang bersendikan syara’ dan kitabullah. Dengan adanya penggabungan
budaya tersebut, maka terjadilah akulturasi budaya antara budaya pendatang
dengan budaya Melayu Riau dari berbagai suku seperti Cina, Arab, Persia, Siam
dan suku-suku lain di nusantara Indonesia.
Dalam perkembangan sejarah dan budaya di Provinsi Riau, negeri ini pernah
dipimpin oleh beberapa kerajaan seperti kerajaan Siak, Indragiri, Pelalawan,
Kampar, Rambah, Rokan, Gunung Sahilan dan negeri-negeri yang di pimpin oleh
datuk-datuk sebagai penguasa negeri dan ketua suku. Kerajaan ini dahulunya
merupakan pusat kebudayaan dan adat istiadat yang di pimpin oleh sultan (raja)
yang bertahta dan bersemayam di kerajaan, serta mempunyai menteri dan orang-
orang besar serta datuk-datuk yang membantu mengatur negeri dan adat istiadat di
kawasan kerajaannya masing-masing.

3. Nilai – nilai
Pada hakekatnya tradisi pernikahan Melayu harus terus dilaksanakan dan
dikembangkan karena sangat banyak nilai-nilai dalam kehidupan yang terkandung
dari tradisi pernikahan ini, antara lain yaitu:
1. Pelestarian tradisi. Upacara adat perkawinan ini adalah ajaran leluhur. Oleh
karena itu, mempraktekkan ajaran ini secara tidak langsung merupakan salah satu
upaya dalam melestarikan tradisi leluhur.
2. Melanjutkan generasi. Salah satu tujuan perkawinan adalah mencetak generasi
penerus sehingga sejarah dan budaya dikeluarga atau kelompok masyarakat
tersebut akan berkembang.
3. Pelestarian sastra tradisional. Nilai ini terlihat dari pantun berbalas yang
diucapkan saat pertunangan.
4. Mempererat dan memperluas hubungan keluarga.
Nilai ini tercermin dari tujuan perkawinan itu sendiri, yakni menyatukan dua
keluarga menjadi satu keluarga besar. Tetapi pada kenyataannya adat dan tradisi
dari pernikahan Melayu semakin hari semakin berkurang, antara lain terlihat dari
hal-hal yang sedikit menyimpang dari proses serta tahapan pernikahan Melayu.
Seperti masalah:
1. Masalah tepuk tepung tawar atau berinai lebai yang semestinya dilakukan oleh
orang laki-laki.
2. Alat tepuk tepung tawar seharusnya memakai peralatan lengkap dan tidak
sembarangan, seperti harus memakai bedak titik dan memakai daun suso serta
daun ribu-ribu.
3. Dalam mengarak pengantin seharusnya membawa sirih genggam, tetapi
sekarang ini hanya memakai bunga yang biasa saja.
4. Pada acara mandi taman jarang sekali dilaksanakan pada saat sekarang ini.

4. Gejala
Gejala-gejala yang terjadi jika pernikahan dilangsungkan sebagai berikut:
1. Tumbuh. dan berkembangnya adat dan tradisi yang berbeda-beda, sehingga
dalam proses pelaksanaannya juga tidak sama. Yang mana pada saat ini
masyarakat atau penduduk Bengkalis banyak yang berasal dari luar Kabupaten
Bengkalis bahkan banyak yang datang dari luar Provinsi riau.
2. Menurunnya pengetahuan terhadap berbagai unsur budaya umumnya dan adat
istiadat khususnya.
3. Adanya perubahan adat istiadat di dalam masyarakat yang terus menerus,
sehingga terjadinya perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya pada masyarakat
Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis.
4. Berkurangnya orang tua atau pemangku adat dan pemuka adat, sehingga tidak
ada lagi yang menjalankan dan melaksanakan adat dan tradisi tersebut.

5. Pakaian

1. Pakaian pria
2. Pakaian wanita

6. Makna warna

Warna kuning keemasan, hijau lumut dan merah darah yang sangat dominan di
komunitas Melayu Riau adalah warna-warna yang diwariskan secara turun
temurun sejak nenek moyang orang Melayu di Tanah Kuning Sassy hidup.
Warna, bentuk, dan model pakaian adat ditentukan berdasarkan filosofi Melayu
Riau yang mengandung nilai-nilai tertentu.

Berikut adalah makna warna yang terdapat pada pakaian pernikahan melayu riau:

1. Warna hijau lumut. Hijau lumut melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat
dan patuh, melawan ajaran agama. Warna baju hijau lumut sering digunakan oleh
klan bangsawan, Tengku, dan Wan.

2. Warna kuning keemasan. Kuning keemasan melambangkan kebesaran, otoritas


dan kemegahan. Warna kuning keemasan pada masa Kerajaan Siak, Riau Lingga,
Indragiri dan Pelalawan merupakan warna larangan yang tidak boleh digunakan
sembarangan sehingga warna kuning emas begitu tabu bagi rakyat biasa jika
memakainya.

Orang-orang yang berhak memakai pakaian dengan warna kuning keemasan


adalah Sultan atau Raja dari tanah kerajaan-kerajaan Melayu. Sementara selir
kerajaan atau istri Sultan bisa mengenakan warna kuning keemasan hanya pada
upacara Kerajaan.

3.Warna merah darah. Merah darah melambangkan kepahlawanan dan keberanian,


taat dan setia kepada Raja dan rakyat. Warna merah mempunyai arti bagi
masyarakat Riau sebagai kecemerlangan.

4. Warna hitam. Warna hitam melambangkan kesetiaan, ketabahan dan


bertanggung jawab dan jujur. Gaun hitam sering dikenakan oleh orang-orang hebat
di Kerajaan dalam acara kebesaran atau seremonial Kerajaan.

7. Gambar

1. Hantaran
2. Henay

3. Acara pernikahan
Bab 3
1. Kesimpulan
Pendidikan adalah upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia
untuk mengampu dan mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya
manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi
perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan
manusia.
Pernikahan berasal dari kata nikah yang artinya ikatan (akad) perkawinan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Sedangkan Melayu
yaitu suku bangsa dan bahasa di Sumatra, Semenanjung Malaysia, dan diberbagai
daerah di Asia Tenggara. Jadi pernikahan Melayu adalah pernikahan yang
dilaksanakan oleh orang Melayu sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran
agama.

Daftar pustaka
Pengertian : BAB I (1).pdf

Makna warna:
https://www.batamxinwen.com/filosofi-di-balik-warna-pakaian-adat-riau//

Anda mungkin juga menyukai