Disusun Oleh:
Santi Anggraini 17046052
Smaysa 17046086
Hardian Nofero 17046107
Rahfit Syahputra 17046123
Dwi Atika Surya 17046148
Dosen Pengampu :
Drs. Etmi Hardi, M.Hum
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Karena atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang“Kesenian
dan Permainan Anak Nagari”
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi para pembaca dalam mata kuliah Budaya Alam Minangkabau. Harapan kami,
semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami
miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah kami bersyukur atas selesainya makalah ini, semoga Allah swt
memberikan petunjuk kepada kita semua.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Rabab...................................................................................................................................3
1. Pengertian Rabab............................................................................................................3
2. Unsur-unsur Rabab.........................................................................................................4
3. Macam-macam Rabab.....................................................................................................4
4. Ciri-ciri Rabab.................................................................................................................5
5. Tempat dan Waktu Pertunjukan Rabab.........................................................................6
B. Randai..................................................................................................................................7
1. Asal Usul Randai..............................................................................................................7
2. Unsur-Unsur Randai........................................................................................................8
3. Ciri-Ciri Randai...............................................................................................................9
4. Gerak Tari Dalam Randai...............................................................................................9
5. Alur Cerita Dalam Randai.............................................................................................10
6. Dialog Dalam Randai.....................................................................................................10
7. Sejarah dan Perkembangan Randai Pada Masa Sekarang...........................................11
C. Saluang...............................................................................................................................12
1. Penggunaan Saluang......................................................................................................12
2. Fungsi saluang................................................................................................................13
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumatera Barat selalu menarik untuk diperbincangkan. Selain budaya dan adat
istiadat, Minangkabau juga memiliki permainan tradisional. Memang setiap suku pasti
memiliki permainan khas tradisionalnya masing-masing, namun ini berbeda. Permainan
tradisional khas Minangkabau ini menarik untuk disimak karena unik dan bermanfaat juga
untuk kesehatan. Banyak sekali permainan tradisional yang diwariskan secara turun temurun.
Namun, seiring bergesernya budaya masyarakat, permainan ini mulai jarang ditemukan.
Salah satunya Randai Randai adalah seni teater ala Minangkabau yang memiliki berbagai
macam peran dan nyanyian pengiringnya. Dalam Randai juga mengunakan tarian dan seni
silat dalam olah gerak para pemainnya. Permainan Randai dilakukan dengan membentuk
lingkaran kemudian melangkah kecil-kecil secara perlahan, sambil menyampaikan cerita
lewat nyanyian secara bergantian, dengan diselingi gerakan tarian disetiap interval cerita.
Semua gerakan randai dikomandoi oleh aba-aba salah seorang pemain randai yang biasa
disebut Janang. Cerita Randai biasanya diambil dari cerita nyata kehidupan bermasyarakat.
Randai bertujuan sebagai seni pertujukan/hiburan, menyampaikan pesan moral, nasihat dan
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana rabab sebagai sebagai kesenian di minangkabau?
2. Bagaimana randai sebagai permainan anak nagari di minangkabau?
3. Bagaimana Saluang sebagai kesenian di minangkabau?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui rabab sebagai kesenian di minangkabau
2. Untuk mengetahui randai sebagai permainan anak nagari di minangkabau
3. Untuk mengetahui saluang sebagai kesenian di minangkabau
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rabab
1. Pengertian Rabab
Rabab adalah salah satu tradisi menceritakan kaba di Minangkabau dengan
menggunakan bentuk alat musik yang mirip dengan biola dan orang yang memainkannya
disebut tukang rabab (Wikipedia. 2011; Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Sumatera
Barat. 2002:49). Rabab sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang
dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, tersebar di beberapa daerah dengan wilayah
dan komunitas masyarakat yang memiliki jenis dan spesifikasi tertentu, yaitu Rabab Darek,
Rabab Piaman dan Rabab Pasisie (Wikipedia. 2011). Rabab Darek berkembang di daerah
Tanah Datar, 50 Kota dan Agam, rabab Piaman terdapat di daerah Pariaman dan rabab
Pasisie terdapat di daerah Pesisir Selatan dan Painan (Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
Provinsi Sumatera Barat. 2002:50)
Di dalam Kamus Bahasa Minangkabau Indonesia (2009:650) rabab di artikan sebagai
alat musik gesek yang menyerupai biola bertali dua atau tiga, biasanya digesek dengan cara
ditegakkan di lantai dan penggeseknya berada di belakang alat musik itu. Andi Jupardi (2008)
menjelaskan bahwa rebab atau rabab merupakan salah satu kesenian tradisional Minangkabau
yang dimainkan dengan alat musik biola yang ditegakkan, bukan seperti biola pada
umumnya yang disandang dibahu sambil digesek. Biasanya dalam rabab ini dikisahkan
berbagai cerita nagari atau dikenal dengan istilah kaba. Dalam rabab ini diceritakan berbagai
kisah umumnya seputar kehidupan yang berlatar belakang adat dan kebudayaan Minang.
3
2. Unsur-unsur Rabab
Masih menurut Syamsuddin (dalam Eny Christyawaty dkk. 2005:7-8), ada 4 unsur
penting dalam pertunjukan rabab, yaitu:
a. Cerita. Artinya cerita atau kaba yang ditampilkan harus menarik dan baru. Kreativitas
pelaku seni dalam bercerita dan mengakomodasi keinginan penonton dituntut dalam
hal ini.
b. Penyampaian cerita. Cerita atau kaba disampaikan dengan cara berdendang atau
lagu yang dibedakan oleh irama, nada dan tempo. Disini dituntut harus menguasai
seperangkat lagu.
c. Bunyi gesekan rabab sebagai musik pengiring yang memberi irama pada lagu.
d. Faktor khalayak/ penonton (audience) atau diistilahkan sebagai masyarakat
pendukungnya.
3. Macam-macam Rabab
Kesenian rabab sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan
berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, tersebar dibeberapa daerah
dengan wilayah dan komunitas masyarakat yang memiliki jenis dan spesifikasi tertentu.
a. Rabab Darek
Rabab Darek adalah rabab yang hidup di daerah darek (darat), yaitu meliputi
daerah Tanah Datar, 50 Kota dan Agam. Tidak seperti halnya rabab Pasisie, rabab
dari daerah ini tidak terkenal di luar daerahnya. Rabab ini hanya dikonsumsi oleh
khalayak dari daerah itu saja (Adriyetti dkk. 2006: 91).
b. Rabab Pariaman
Sesuai dengan namanya rabab Piaman berkembang di daerah Pariaman. Didalam
rabab Pariaman kaba yang akan diceritakan dalam pertunjukan rabab tidak
ditentukan, boleh dipilih oleh tukang rabab itu atau oleh khalayaknya jika
kabatersebut sudah biasa dibawakan oleh tukang rabab itu (Adriyetti dkk.
2006:97-98).
c. Rabab Pasisie
Rabab Pasisie merupakan suatu tradisi menceritakan kaba dengan diiringi alat
musik mirip biola. Meskipun dari namanya tradisi ini bersifat lokal, namun ia
dikenal hampir di seluruh wilayah Minangkabau (Adriyetti dkk. 2006:181).
4
Rabab Darek, Rabab Piaman dan Rabab Pasisie merupakan salah satu kesenian
tradisional yang cukup berkembang dengan wilayah dan didukung oleh masyarakat
setempat. Rabab Darek tumbuh dan berkembang di daerah darek Minangkabau, meliputi
Luhak nan Tigo sedangkan Rabab Piaman berkembang di daerah pesisir barat Minangkabau,
yang meliputi daerah tepian pantai (pesisir). Pesisir Selatan sebagai wilayah kebudayaan
Minangkabau yang menurut geohistorisnya diklasifikasikan kepada daerah Rantau Pasisia
yang cakupan wilayah tersebut sangat luas dan di daerah inilah berkembangnya kesenian
rabab Pasisie.
Rabab Pasisie ditinjau dari aspek fisik pertunjukanya memiliki spesifikasi tersendiri
dan ciri khas yang bebeda dengan rabablainnya. Rabab Pasisie ini belum dikhawatirkan
akan punah. Hal ini disebabkan oleh masih digemarinya rabab ini oleh masyarakat
pendukungnya. Artinya, sampai saat ini rabab Pasisie masih terdapat dalam kehidupan
masyarakat Minangkabau.
4. Ciri-ciri Rabab
Kesenian rabab yang terbagi dalam tiga jenis yaitu rabab Darek, rabab Piaman
dan rabab Pasisie, memiliki ciri-ciri yang berbeda antara satu sama lainnya. Perbedaan itu
dilihat dari bentuk alat musik rabab itu sendiri dan kaba-kaba yang diceritakan dalam
kesenian rabab. Ciri-ciri rabab masing-masingnya adalah:
a. Rabab Darek
Rabab Darek yang terdapat di daerah darek ini, badannya terbuat dari kayu
nangka dan mempunyai dua buah tali (Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia.
2009:650). Sedangkan di dalam (Adriyetti dkk. 2006:91), teks dan cara pertunjukan di dalam
rabab Darek sama saja dengan rabab Pasisie. Rabab Darek digunakanuntuk mengiringi
tukang dendang dalam melantunkan syair-syair yang disampaikan tergantung situasi dan
kondisi serta permintaan si peminatnya.
b. Rabab Piaman
Rabab dari daerah Pariaman ini terbuat dari bahan tempurung kelapa, tangkainya
dari talang dan mempunyai senar tali (benang kasar) sebanyak tiga buah (Adriyetti dkk.
2006:98). Kaba yang akan diceritakan dalam pertunjukan Rabab Pariaman biasanya
diceritakan kaba-kabalama sepeti Kaba Siti Kalasun, Kaba Anggun Nan Tungga dan
5
Kaba Puti Jailan. Teks rabab ini berbentuk prosa liris dan bentuk pantun digunakan juga
di bagian-bagian tertentu, seperti pada bagian dialog yang intens, bagian pembuka dan
penutup rabab, pada bagian-bagian yang ditekankan intensitasnya dan pada peralihan
setiap episode-episode pada rabab (Adriyetti dkk. 2006:97-98).
c. Rabab Pasisie
Rabab ini terbuat dari kayu yang berbentuk biola, mempunyai senar tertentu
(dawai) sebanyak empat buah tali, rababini digunakan sebagai pengiring tukang
dendang dalam menyampaikan sebuah kaba atau cerita kehidupan dengan segala
problematika yang dihadapi (Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Provinsi Sumatera
Barat. 2002:50-52). Menurut Adriyetti. dkk (2006:181) kaba-kaba yang diceritakan di
dalam rabab ini sudah dibawakan dengan modern, artinya tokohtokoh cerita itu berlaku
sebagaimana layaknya manusia biasa yang hidup di zaman modern, misalnya cerita
Zamzami dan Marlaini.
6
adalah setengah lingkaran. Tetapi bentuk ini juga dipengaruhi oleh tempat pertunjukan. Jika
pertunjukan diadakan di lapangan terbuka, maka khalayak dan penampil saling berhadapan
(Ermayanti. 1996:8-9).
Pertunjukan rabab biasanya dilaksanakan pada malam hari. Oleh karena latar
belakang budaya pendukungnya dipengaruhi oleh agama Islam, maka waktu pertunjukan
biasanya diluar waktu shalat, yaitu sesudah shalat Isya sampai menjelang shalat Subuh (21.00
WIB - 04.00 WIB) (Ermayanti. 1996:7; Suryadi. 1993: 8-9). Lamanya waktu pertunjukan
dipengaruhi pula oleh suasana pertunjukan, respon dari khalayak bisa memperpanjang atau
memperpendek waktu pertunjukan rabab.
B. Randai
1. Asal Usul Randai
Pada awalnya randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau ceritara kyat
melalui gurindam atau syair yang di sendangkan dan gelombang-gelombang tari yang berasal
dari gerakan 2 silat minangkabau. Randai dalam sejarah Minangkabau Konon kabarnya ia
sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang ketika masyarakat tersebut
berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut.
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat
melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari
gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya Randai mengadopsi
7
gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara modern, seperti kelompok
Dardanela dan Tonil pada awal abad ke 20.
Jadi, Randaia adalah media untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang
tepat jika Randai disebut sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam
perkembangannya Randai mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
Sebelum randai menjadi teater berkembang saat ini, dulunya adalah tari randai. Tari randai
dipelihara di perguruan silat yang mengajarkan Ulua Ambek terutama di daerah pesisir
(Padang Pariaman). Takheran tari-tari Minang kontemporer dewasa ini, ada yang pola gerak
dan pola dialog seperti randai.
2. Unsur-Unsur Randai
a. Unsur tari, yang berfungsi sebagai pelengkap nyanyian yang didendangkan gerak-
geriknya selaras dengan alunan bunyi dan gerak tarinya diambil dari gerakan silat
b. Unsur dendang, dinyanyikan dalam beberapa adegan untuk menyambung cerita yang
terpotong. Dendang berfungsi sebagai pengatur cerita dan untuk menyambung cerita
yang terpotong (terdiri dari lima legaran. Sesudah lima legaran, dendang masuk
kegiatan yaitu :
Untuk persembahan.
Mengatur adegan
Penyampaian cerita
Pembentuk cerita
Penutup cerita
c. Unsur seni suara, dibawakan dalam setiap adegan dalam randai, dimainkan dengan
beberapa orang lakon yaitu 12 s/d 20 orang.
d. Unsur sastral :berupa cerita yang dibawakan dalam randai, bersumber dari kaba atau
cerita rakyat Minangkabau, disampaikan dalam bahasa Minangkabau.
e. Unsur kerawitan: yang melengkapi permainan randai, alat musik yang sering
digunakan adalah:
Saluang
Talempong
Pupuik batang padi
8
3. Ciri-Ciri Randai
a. Cerita yang dimainkan dalam randai adalah cerita yang populer dan dikenal dalam
masyarakat, terutama yang bersumber dari kaba (diceritakan oleh publik yang
didendangkan oleh tukang kaba).
b. Pertunjukkan dilakuka bukan hanya dengan percakapan (dialog) tetapi juga dengan
nyanyian (dendang) dan tari.
c. Nilai dramatic dilakukan spontan dan dapat menjadi satu dalam adegan yang sama
antara sedih dan gembira, antara menangis dan tertawa.
d. Selalu ada adegan atau “moment” yang melahirkan suasana komik.
e. Menggunakan musik kerawitan sebagai musik pelengkap atau pengiring.
f. Penonton menjadi satu dan intim dengan pemain.
g. Pementasan dilakukan di tempat terbuka atau arena.
h. Lamanya pertunjukkan tidak terbatas tergantung keinginan penyelenggara. Dengan
kata lain randai dapat dianggap sebagai seni pertunjukkan di Minangkabau dengan
menampilkan cerita yang umumnya bersumber dari Kaba.
4. Gerak Tari Dalam Randai
9
Gerakan tari dalam randai umumnya berupa gerakan dasar pencak silat. Sebelum
pertunjukkan dimulai biasanya dibunyikan peralatan musik. Gunanya adalah untuk
memanggil orang atau tanda bahwa pertunjukkan akan dimulai. Seorang berdiri di arena,
berarti randai telah dimulai. Orang ini disebut Janang. Janang berfungsi sebagai pembantu
tarian dalam randai. Apabila janang mengucapkan kata “Hepta”, maka semua pemain
masuk ketengah gelanggang permainan.
Pemain membalas empat kali dengan kata “Hepta” dan setelah itu pemain maju ke
depan dan balik kebelakang dengan gerakang elombang. Setelah itu pemain maju ke depan
dan balik kebelakang dengan berformasi lingkaran sambil melakukan gerakan pencak dengan
langkah maju mundur ke dalam memperkecil lingkaran dan keluar memperbesar lingkaran
serta di ulang sebanyak empat kali. Ini merupakan penerapan langkah sambilan, yaitu
merupakan bunga dari pada gerakan silat.
Pada mulanya alur cerita dalam randai dilakukan lewat nyanyian, sajak, setelah
selesai menyanyikan sebuah adegan cerita lalu mereka duduk jengkang dalam lingkaran, lalu
terdengar suara gurindam bersahut-sahutan. Gurindam dalam randai adalah merupakan
persembahan sebagai salam dan bahwa randai di mulai.
Pemain berdiri dalam posisi pitang goserong (sikap pasang kuda-kuda). Setelah
lingkaran terbentuk, maka adegan randai siap dimainkan. Para pemain menari di sekeliling
lingkaran sambil bernyanyi dan bertepuk ketengah lingkaran serta memukul pisak kaki celana
dengan kuat.
Dialog dalam randai dilakukan dalam bahasa Minangkabau, biasanya memakai prosa,
liris dalam bentuk pantun yang kadang-kadang mengandung kiasan, misalnya dialog antara
anak dengan ibunya. Kehidupan budaya masyarakat Minangkabau, dapat tercermin dari
pertunjukkan randai, baik dialog yang diucapkan yang penuh dengan pantun dan syair serta
prosaliris yang berupa untaian bait yang masing-masing bait umumnya terdiri dari empat
baris, dua baris berisi sampiran, sedangkan dua lainnya berisi maksud yang sebenarnya.
Dalam pertunjukkan randai halite meskipun tidak terlalu ketat namun masih terasa bahwa
mereka menyadari perlunya bait-bait tersebut untuk menjaga irama-irama pertunjukkan agar
sesuai dengan gurindam dan dendang yang ada.
10
Karena sifatnya yang liris, yang teringat dengan jumlah suku kata dan adanya sajak,
syair, pantun, maka kaba selalu didendangkan. Di dalam randai bagian-bagian cerita yang
didendangkan inilah yang disebut gurindam. Gurindam dan tari yang bersumber dari gerak
silat inilah yang menjadi ciri khas randai sebagai Teater Tradisi Minang. Cerita yang
dimainkan umumnya dari kaba yang ada, yang merupakan bentuk sastra lisan di
Minangkabau yang terkenal. Kaba-kaba yang popular umumnya cerita yang dihidangkan
sudah dikenal oleh masyarakatnya, bahkan grup randai sering memakai nama cerita, misalnya
Grup Randai Magek Manadin, Grup Randai Anggun nan Tongga, Grup Randai Rambun
Pamenan, dan Grup Randai Gadih Rantin. Padahal semua itu adalah cerita-cerita yang
populer dan digemari oleh rakyat Minang. Cerita Rakyat, dongeng, legenda, dan lain
sebagainya.
Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan panjang. Konon
kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang ketika masyarakat
tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai dalam masyarakat
Minangkabau alah suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian
berkelompok atau beregu, dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti Cindua
Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan ceritara kyat lainnya. Randai ini bertujuan
untuk menghibur masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya
Idul Fitri.
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita,
pemeran utama ini bias berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari
cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama
dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya
acara tersebut. Sekarang randai ini merupakan sesuatu yang asing bagi pemuda-pemudi
Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi atau kegemaran dari generasi
tersebut. Randai terdapat di Pasisir dan daerah Darek (daratan).
Pada awalnya randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat
melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari
gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya randai mengadopsi
gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara, seperti kelompok Dardanela. Jadi,
randai awalnya adalah media untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika
11
randai disebut sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam perkembangannya randai
mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
C. Saluang
Saluang merupakan alat musik tradisional Minangkabau sejenis suling yang terbuat
dari bambu (talang). Alat musik tradisional yang termasuk dalam klasifikasi aerophone ini
berfungsi sebagai instrument melodis dalam sebuah sajian pertunjukan. Dalam sejarah
perkembangannya terdapat empat jenis Saluang yang tersebar pada beberapa daerah di
Minangkabau diantaranya Saluang Darek, Saluang Sirompak, Saluang Pauh dan Saluang
Panjang Masing-masing Saluang memiliki struktur bentuk (instrument), warna bunyi dan
juga teknik memainkan yang berbeda. Perbedaan tersebut menjadi ciri khas dari masing-
masing instrument sesuai dengan karakter daerah tempat alat musik tersebut tumbuh dan
berkembang. Pada umumnya kesenian Saluang di Minangkabau berfungsi sebagai media
hiburan bagi masyarakat pendukungnya.
1. Penggunaan Saluang
12
Penggunaan saluang pada pada masa sekarang :
2. Fungsi saluang
a. Fungsi ekspresi emosional
Saluang mampu menarik respon emosional yang cukup tinggi bagi masyarakat
minangkabau. perasaan mereka terbawa oleh jalinan melodi, dan dendang-dendang dari
saluang tersebut, bentuk seperti ini juga akan mengekspresikan emosional kita melalui
perasaan yang senang, sedih gembira dan sebagainya, dan para penikmat sering berkomentar
setelah menonton pertunjukan Saluang seperti mengatakan bahwa Saluang itu bagus dan
menarik, atau mengatakan rasa tidak suka padakesenian Saluang tersebut
b. Fungsi komunikasi
c. Fungsi hiburan
Dalam Kegiatan Basiang, Saluang juga sebagai hiburan tidak hanya bagi diri sendiri,
tetapi juga masyarakat. Dalam kegiatan Basiang para ibu ibu yang besiang di sawah sering
melakukan balas balasan pantun dan juga menyanyikan dendang dendang saluang dan ada
juga pemain saluang yang mengiringi, acara tersebut dilakukan dari zaman dahulu agar
menjadi hiburan bagi ibu ibu yang basiang di sawah dan tidak merasakan lelah saat basiang,
dengan menyanyikan dendang dendang saluang ibu ibu yang melakukan kegiatan basiang
menjadi lebih semangat lagi.
13
BAB III
KESIMPULAN
Saluang merupakan alat musik tradisional Minangkabau sejenis suling yang terbuat
dari bambu (talang). Alat musik tradisional yang termasuk dalam klasifikasi aerophone ini
berfungsi sebagai instrument melodis dalam sebuah sajian pertunjukan. Dalam sejarah
perkembangannya terdapat empat jenis Saluang yang tersebar pada beberapa daerah di
Minangkabau diantaranya Saluang Darek, Saluang Sirompak, Saluang Pauh dan Saluang
Panjang Masing-masing Saluang memiliki struktur bentuk (instrument), warna bunyi dan
juga teknik memainkan yang berbeda.
14
DAFTAR PUSTAKA
15