Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Artefak Vol.7 No.

2 September 2020

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/artefak/article/view/3868

MENJAGA MAKNA DARI NILAI ADAT COKAIBA DI TENGAH-TENGAH ARUS


MODERENITAS MASYARAKAT PATANI

Agus Hi. Jamal1, Amrulla Umar2


Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Indonesia
E-mail: ahadgues@gmail.com1, amarsaurah@gmail.com2
Sejarah Artikel: Diterima Juli 2020, Disetujui Agustus 2020, Dipublikasikan September 2020

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik masyarakatnya dan perkembangan desa
terutama dalam hal pemanfaatan budaya Cokaiba serta menjaga kelestariannya dari pengaruh zaman
sehingga budaya coka iba bisa di modifikasi, dengan baik. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan Deskriptif, yaitu dengan cara mengambil data-data pengamatan langsung terhadap
lingkungan masyarakat ketika Hajatan Cokaiba itu dilakukan masyarakat, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik Analisi dengan cara data yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang
diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian kemudian menganalisis data penelitian sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa di tengah-tengah pengaruh mederenitas dan
perkembanagn zaman seperti sekarang ini, Cokaiba, merupakan adat dan kebudayaan, masyarakat Patani
yang di laksanakan ketika kelahiran Nabi Muhammad SAW, Lalu sampai saat ini masi tetap ada, pada
malam Maulid Nabi itu. sehingga harus dapat mempertahankan nilai yang terkandung didalamnya, karena
warisan leluhur ini memiliki makna filosofi yang mendalam sehingga menjadi kekuatan sosial dan
eksistensi, roh dari peradaaban masyarakat Patani, budaya unik ini dibawakan oleh sawdagar Arab yang
menyiarkan agam Islam di Zazirah, Al-Moluk Ternate dan Tidore, secara pendekatan Historiografis patani
berdekat lagsung dengan Tidore sahingga istilah Cokaiba pun berasal dari bahasa Tidore yang artinya
bermuka setan. Lalu kemudian budaya ini memiliki makna nilai budaya seni, yang mendalam, di tengah-
tengah masyarakat itu, namun seiring dengan perkembangan zaman budaya ini mulai pupus nilainya.

Kata Kunci: Makna, Nilai, adat Cokaiba, Masyarakat Patani

Abstract
The purpose of this study is to determine the characteristics of the community and the development
of the village, especially in terms of utilizing the Cokaiba culture and preserving it from the influence of
the times so that the culture of compassion can be modified properly. The method in this research is
qualitative with a descriptive approach, namely by taking direct observation data on the community
environment when the Cokaiba celebration is carried out by the community, interviews, and documentation.
Analysis technique by means of the data obtained is then classified based on the aspects studied according
to the needs of the research then analyzes the research data according to the actual situation. The results of
this study indicate that in the midst of the influence of modernity and the development of times like today,
Cokaiba, is a custom and culture, the Patani community which was carried out at the birth of the Prophet
Muhammad SAW. so that it must be able to maintain the value contained therein, because this ancestral
heritage has a deep philosophical meaning so that it becomes a social force and existence, the spirit of the
civilization of the Patani people, this unique culture was brought by the Arab sawdagar who broadcast Islam
in the Zazirah, Al-Moluk Ternate and Tidore, in the historiographical approach, patani is closely related to
Tidore, so that the term Cokaiba also comes from the Tidore language which means devil-faced. Then then
this culture has a profound meaning of artistic cultural value in the midst of that society, but along with the
development of this cultural age its value begins to disappear.

Keyword: Meaning, Value, Cokaiba custom, Patani Society

Halaman | 153
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.2 September 2020 [153-160]

PENDAHULUAN kebudayaan adalah gagasan dan karya


manusia yang harus dibiasakan dengan
Di Patani Halmahera Tengah, Maluku belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan
Utara, masyarakatnya memiliki tradisi unik, karyanya.
tradisi itu disebut Cokaiba atau Topeng Setan. Tujuan dari penelitian ini adalah
Kecamatan Patani, Halmahera Tengah, mengetahui karakteristik masyarakatnya dan
terletak dibagian paling timur Propinsi perkembangan desa terutama dalam hal
Maluku Utara, letaknya cukup jauh dari ibu pemanfaatan budaya Cokaiba serta menjaga
kota Propinsi Maluku Utara Ternate, sekitar 1 kelestariannya dari pengaruh zaman.
hari melalui laut dan 4 jam memakai
speedboat. Di Kecamatan Patani inilah,
berkembang sebuah tradisi menyambut METODE PENELITIAN
kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.
Cokaiba atau topeng setan. Cokaiba Jenis penelitian yang digunakan adalah
merupakan bentuk kegembiraan seluruh alam kualitatif, yakni menghasilkan deskripsi
atas sang pembawa rahmat termasuk para berupa gambaran yang bersumber dari
setan dan iblis. Iblis dan setan akan berbagai informen dan prilaku masyarakat
bergentayangan, memarahi, mengejar dan ketika hajatan budaya cokaiba di laksanakan
memukul manusia yang masih berada di tengah masyarakat pendekatan yang di
dijalanan karena dianggap tidak mensyukuri gunakan dalam peneltian ini berupa penelitian
kelahiran Sang Rosul terakhir. deskriptif yang tujuanya mempresentasikan
Sehari sebelum dilakukannya Cokaiba, sebuah gambaran mengenai detail-detail
Kecamatan yang terdiri dari 8 Desa ini sudah situasi masalah budaya adat Cokaiba oleh
bersolek, menyambut kelahiran Nabi Masyarakat Patani dalam kegiatan Adat
Muhammad SAW. Nuansa Islam yang sangat Cokaiba. Penelitian ini berlokasi di
kental dalam keseharian masyarakat setempat. Kecamatan Patani Utara Kabupaten
Selepas Maghrib, para Bobato Akhirat atau Halmahera Tengah, dengan alasan Kecamatan
Para Kadi pengurus masjid, sudah tersebut adalah titik penelitian Budaya
menyiapkan tempat berlangsungnya Cokaiba yang berkembang di tengah-tengah
pembacaan Sarawal Anam. Sarawal Anam Kehidupan Masyarakat Patani.
berisi puji-pujian dan kisah para rosul utusan Melalui jenis penelitian kualitatif, maka
Allah kemuka bumi, termasuk kelahiran Nabi data yang dideskripsi dalam peneltian ini
Muhammad SAW sebagai rasul penutup. adalah menguraikan penyebab ketika hajatan
Oleh karena itu adat cokaiba merupakan Cokaiba dihajatkan oleh Masyarakat Patani
tradisi masyarakat yang suda lama suda sekian yang dapat di analisis memlalui kegiatan adat
tahun masyarakat melaksanakanya oleh Cokaiba itu berlangsung serta dikaji dengan
karena itu sudah terpatri sertan membentuk mendalam bagaimana proses adat Cokaiba di
masyarakat dalam mencintai identitas serta laksanakan serta menilai proses acara tersebut
statusnya sebagai masrakat kampung yang berlangsung.
saling menghargai, mengormati serta teleransi Penelitian ini menggunakan dua jenis
lewat budaya cokaiba tersebut. Sehingga sumber Data yakni data Primer dan Data
pemerinta juga melihat ini sebagai peluang Sekunder. Data Primer adalah data yang
untuk dapat memodifikasi kebudayaan adat diperoleh dan dikumpulkan langsung peneliti
cokaiba tersebut sebagai potensi local dari lapangan melelui wawancara, dengan
wisdom, daerah yang harus di pertahankan beberapa informen, yaitu: Pemerintah Daerah
eksistensinya dari perkembangan zaman. Kabupaten Halmaherah Tengah, tokoh
Menurut Kuncaraningrat (Ismawati, 2012:4) masyarakat, tokoh adat, dan aliansi

Halaman | 154
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.2 September 2020 [153-160]

masyarakat Adat Nasional (Aman, Maluku langsung aspek-aspek dan hal-hal


Utara). diluar konteks penelitian. Dalam hal
Data Sekunder adalah yang digunakan ini seorang peneliti mencatat segala
dalam peneltian ini dikumpulkan dari sumber sesuatu atau semua gejala yang ada
lain sebagai pendukung data primer yang dan mungkinberpengaruh terhadap
didapat melalui buku atau referensi atau data dan analisis data penelitian.
dokumen-dokumen yang terkait dengan 2. Metode observasi merupakan upaya
peneltian ini. Data sekunder meliputi : merumuskan masalah, membandingkan
dokumen berupa arsip-arsip dari pemerinta masalah yang diru muskan dengan
desa, dan tokoh masyarakat setempat. kenyataan yang ada dilapangan,
Menurut Endaswara (2003: 152-153) pemahaman detail permasalahan guna
pengumpulan data ini, menggunakan langkah- menemukan detail pertanyaan yang akan
langkah seperti wawancara, survei, Observasi, dituangkan dalam koesioner, serta untuk
perekaman kemudian transkip peneliti untuk menemukan strategi pengambilan data
ini peniliti untuk mengumpulkan data dalam dan bentuk perolehan pemahaman yang
penelitian ini peneliti menggunakan ketiga dianggap paling tepat.
tehnik tersebut dan beberapa tehnik lainya 3. Metode dokumentasi berupa wujud foto
dalam pengumpulan data diantaranya: dan arsip- arsip yang digunakan sebagai
1. Tehnik survey ini lazim digunakan untuk data waktu analisis.
memahami pendapat dan sikap
sekelompok masyarakat tertentu. Untuk
memperoleh kedalaman dan kelengkapan HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
informasi, tehnik ini lazim diikuti dengan
penggunaan teknik inteviw. Adapun
Pelaku dalam proses upacara Cokaiba
langkah kegiatan dalam menggunakan
adalah Tokoh agama, tokoh adat dan tokoh
teknik survey sebagai berikut:
masyarakat dan masyarakat Patani. Tempat
a. Menuliskan masalah yang akan dikaji
pelaksanaan upacara yakni: Masjid, Pondok
dan menggambarkan berbagai
Zikir dan Jalan disepanjang desa Patani Desa
kemungkinan rincian dan jaringan
Tepeleo, Alat-alat yang digunakan dalam
butir permasalahan yang terkait
upacara adalah topeng, penutup kepala/kopia,
dengan masalah yang diajukan.
alat pukul seperti batang sapu lidi atau rotan,
b. Memilih satuan-satuan variabel yang
kostum, Tifa/Rabana. Waktu pelaksanaan
terkait dengan rincian masalah yang
upacara Cokaiba yaitu dua hari sebelum Nabi
dikaji, misalnya memilih satuan
dilahirkan. Upacara Coka Iba dilaksanakan
permasalahan yang akan dikaji sesuai
selama tiga hari berturut-turut, yaitu dari 10
dengan klasifikasi umur, jenis
rabiul awal tahun hijriah sampai 12 Rabbiul
kelamin,tingkatan pendidikan.
awal hijriah, atau tanggal 1 sampai pada
c. Partisipasi dengan istilah lain terlibat
tanggal 3 Januari 2019.
atau keterlibatan, merupakan kegiatan
yang wajib dilakukan oleh peneliti
Proses Upacara Cokaiba
dalam kaitannya dengan penelitian
Upacara cokaiba/topeng setan adalah
kualitatif dalam rangka pengumpulan
proses upacara yang dilaksanakan untuk
data. Salah satu karakteristik
memperingati kelahiran Nabi Muhammad
penelitian ini ialah keterlibatan
atau disebut dengan Maulid Nabi Muhammad.
peneliti dalam rangka mengumpulkan
Diawali dengan pembukaan dan sambutan dari
data penelitian, kegiatan ini
toko adat (Sangadji) kemudian dilanjutkan
dimaksudkan untuk melihat secara

Halaman | 155
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.2 September 2020 [153-160]

dengan pembacaan salam pada Nabi/saraf al sesuka hati. Cokaiba akan bertugas selama dua
anam dan berzikir yang dipimpin oleh imam hari, pada hari ketiga disajikan hidangan
dari waktu magrib sampai jam 12 malam. makanan dan minuman yang beraneka warna
Selanjutnya proses pelepasan Cokaiba oleh diatas meja makan, lalu para Cokaiba
toko adat/Sangadji. Setelah dilepaskan para mencicipi makanan yang telah dihidangkan.
Cokaiba akan berjalan mengelilingi kampung

Gambar 1. Persiapan Hajatan Cokaiba itu akan berlangsung

Proses tersebut di atas dinamakan pesta Rahmatanllil`alamin atau rahmat bagi


Cokaiba. Terdapat juga makanan yang wajib, sekalian alam, sehingga jangankan batu-
yaitu nasi puti, nasi hiaju, nasi merah dan nasi batuan, hewan, tumbuhan, manusia, dan iblis
kuning. Makanan wajib ini merupakan pun merasa gembira dengan kelahiran Nabi
sedekah dari para petinggi-petinggi di Patani terahir yang merupakan karunia dan rahmat
untuk para Cokaiba dan warga masyarakat. Allah SWT bagi umat Islam. Cokaiba adalah
Setelah proses pesta Cokaiba akan dilanjukan ekspresi dari seluruh mahluk dibumi termasuk
dengan pembacaan riwayat Nabi dan zikir iblis dan setan bergembira atas Rasul terakhir
yang merupakan proses penutup dari yang diutus oleh Allah SWT. Upacara
rangkaian upacara Cokaiba yang dilaksanakan Cokaiba juga mengajarkan kepada masyarakat
di Patani. Patani agar terus bersilaturahim untuk
mempererat hubungan antara sesama manusia
Makna simbol-simbol dalam upacara baik sesama masyarakat Patani maupun
Cokaiba masyarakaat diluar Patani.
Upacara Cokaiba memiliki nilai-nilai Cokaiba dikemas dalam kontes
sosial dan nilai religi yang harus dilestarikan, Fagogoru (adat) yakni: Ngaku rasai,
nilai-nilai sosial yang terlihat adalah (persaudaraan), masyarakat dituntut untuk
kesibukan masyarakat Patani yang sama-sama menjunjung tinggi persaudaraan antara
melakukan persiapan untuk pelaksanaan sesama masyarakat Patani maupun
upacara Cokaiba dan ikut serta dalam proses masyarakat diluar Patani. Budi re bahasa
upacara. Hal ini secara tidak langsung suda (budi dan bahasa), masyarakat dituntut untuk
menciptakan dan meningkatkan keeratan menjaga perkataan, tutur dalam berkata antara
kekeluargan diantara anggota masyarakat sesama manusia. Sopan re hormat (sopan dan
Patani. hormat), masyarakat dituntut menjaga
Makna dari upacara Cokaiba ini adalah kesopanan dan saling menghormati antara
perayaan Maulid Nabi atau kelahiran Nabi sesama. Memoi re metat (malu dan takut),
Muhammad SAW sebagai masyarakat tuntut selalu merasa malu kepada

Halaman | 156
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.2 September 2020 [153-160]

sesama manusia maupun Allah SWT atas SWT”. Jadi upacara Cokaiba ini selalu
perbuatan yang melanggar aturan adat maupun mengingatkan kepada masyarakat Patani agar
agama dan takut atas dosa kepada Allah tetap menjaga persaudaraan.

Gambar 2. Proses pemakaian topeng Cokaiba di saat hajatan berlangsu

Pasukan Cokaiba berjumlah 99 yang berjumlah 44 pasukan. Cokaiba Iri Pala


menandakan 99 asmaul husna (Nama-nama (gome) dan Cokaiba Nok (pece) yang masing
Allah SWT yang baik sesuai dengan sifat- berjumlah 44 pasukan dimaknai sebagai surat
sifatNya), yang terdiri dari empat jenis yaitu: pembuka dan induk dalam Alqur‟an yaitu
Cokaiba hate (yai) yang berarti Kayu surat Alfaatiha, yang di ayat ke 7 terdiri dari
melambangkan Api, bermakna bahwa Tuhan 44 huruf dan angka 44 juga adalah jumlah kata
menciptakan makluk halus seperti jin dan iblis dalam setiap ayat yang diulang dalam surat Ar
dari api. Cokaiba hate berjumlah tujuh Rahman. Sementara alat pukul yang
pasukan yang dimaknai sebagai tujuh kapita digunakan adalah tiga batang lidi yang telah
yang ada di Weda, Patani dan Maba, angka diikat menjadi satu yang bemakna tiga Negeri
tujuh adalah pembawa kedamaian, tujuh bersaudara (Gam Range) yaitu Weda, Patani
surga, tujuh neraka, tujuh lapisan bumi dan dan Maba yang merupakan satu keturunan.
lain-lain. Cokaiba Gof (uleng) berarti Daun Para Cokaiba memakai topeng sesuai
Pandan, yang melambangkan angin yang dengan jenis Cokaiba dan ciri khasnya dan
memiliki makna bahwa mahluk hidup selalu menampilkan wajah yang ganas, hal ini
khususnya manusia hidup karena karuniah bermakna bahwa jin dan setan juga ikut
dari Allah SWT berupa udara untuk bernapas. bergembira dengan adanya kelahiran Nabi
Cokaiba Gof (uleng) daun pandan yang Muhammad SAW. Sehingga topeng yang
berjumlah empat pasukan dimaknai empat digunakan bentuknya ganas diibaratkan
sahabat Nabi Muhammad. Cokaiba Iri Pala seperti jin dan setan. Pasukan atau orang yang
(gome) berarti Pelepah Pohon Sagu memakai segala atribut Cokaiba seperti
melambangan air yang memiliki makna bahwa topeng, kebaya dan lain-lain, hal ini bertujuan
air adalah komponen penting bagi hewan, untuk menyamakan diri mereka seperti setan
tumbu-tumbuhan dan yang paling khusus bagi dan iblis dan supaya orang tidak mengenal
manusia untuk kelangsungan hidup. Cokaiba yang memakai itu siapa agar tidak ada rasa
Iri Pala (gome) terdiri dari 44 pasukan. sakit hati atau balas dendam nantinya.
Cokaiba Nok (pece/bitbot) yang berarti becek, Proses pembacaan zikir dan sarafal
Cokaiba Nok dilambangkan sebagai tanah, anam adalah bentuk pemberian salam pada
yang bermakna bahwa Tuhan menciptakan Nabi dan berdoa kepada Allah SWT agar Nabi
manusia dari tanah. Cokaiba Nok juga dilahirkan dengan selamat. Sedangkan

Halaman | 157
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.2 September 2020 [153-160]

berzikir dan membaca rawayat atau riwayat akan tetapi sakarang ini sudah dilakukan pada
para Nabi adalah proses berdoa dan bersukur masing-masing daerah yaitu Weda
atas lahirnya Nabi Muhammad Sang pembawa melaksanakan upacara Coka Ibanya sendiri
rahmat bagi seluruh alam semesta beserta begitupun Patani dan Maba. Hal ini
isinya. Setelah proses pelepasan, Cokaiba diakibatkan karena pada zaman sekarang ini
akan berkeliaran dan memukuli orang-orang jumlah penduduk Weda, Patani dan Maba
yang dijumpainya di jalan apabila kedapatan semakin bertambah, pemahaman masyarakat
tidak bekerja atau tidak sholat serta berzikir di yang semakin moderen dan persaingan untuk
tiga hari menjelang Maulid Nabi. Hal ini kemajuan daerah masing-masing, begitu juga
bertujuan agar masyarakat ikut menyambut pertimbangan karena jarak antara Weda,
dan mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad Patani dan Maba yang sangat jauh, sehingga
dengan berdoa dan berzikir didalam rumah. upacara Cokaiba diputuskan untuk dilakukan
Makanan wajib yang harus disediakan yaitu pada masing-masing daerah. Hal ini sejalan
nasi putih, nasi berwarna kuning, nasi dengan Selo dan Soelaimaan (Rusdiyanta,
berwarna hijau dan nasi berwarna merah yang 2013:143) bahwa penyebab perubahan sosial
masing-masing memiliki arti dan makna. Nasi budaya dibedakan atas dua golongan yaitu:
putih menggambarkan keikhlasan dan (Perubahan berasal dari masyarakat sendiri,
ketulusan, nasi kuning menggambarkan meliputi: (a) Perkembangan ilmu
kemakmuran, nasi hijau menggambarkan pengetahuan; (b) Jumlah penduduk khususnya
kesejahteran dan nasi merah menggambarkan akibat urbanisasi; (c) perubahan terjadi dalam
keberanian. Makanan wajib ini merupakan sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau
sedekah dari petinggi-petinggi di Patani oleh penolakan inovasi; dan (d) Pertentangan
karena itu diharapkan warga masyarakat (konflik). Kedua adalah Perubahan berasal
memakannya. dari lingkungan alam fisik disekitar manusia.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa telah
Perubahan Upacara Coka Iba di Patani terjadi.
Dalam kehidupan manusia selalu Proses atau bagian upacara yang hilang
mengalami perkembangan dan perubahan. atau tidak lagi dilaksanakaan pada upacara
Begitupun masyarakat dan kebudayaan selalu Cokaiba di Weda adalah proses fantenek.
mengalami perubahan, ini disebabkan karena Fantenek merupakan salah satu bagian dari
adanya keinginan manusia untuk terus proses upacara Cokaiba, yang mengandung
mengembangkan kemampuannnya agar dapat makna sangat positif sesuai dengan syariat
menjalani kehidupan sesuai dengan Islam, yaitu suatu skenario yang mengajarkan
perkembangan zaman. Kebudayaan dapat tentang saling bersilaturahim untuk membagi
tidak menjadi fungsional jika simbol dan rasa dalam suka maupun duka, dan memupuk
normanya tidak lagi di dukung oleh lembaga- erat Ukhuwah Islamiyah. Fantenek tidak lagi
lembaga sosialnya, atau oleh modus organisasi dilakukan di Patani, karena menurut mereka
sosial dari budaya itu. Kontradiksi-kontradiksi melaksanakan acara Fantenek membutuhkan
budaya dapat terjadi sehingga dapat biaya yang banyak, mulai dari persiapan dan
melumpuhkan dasar-dasar sosialnya harus menyediakan berbagai bentuk makanan
(Kuntowijoyo, 2006:8). dan minuman untuk menjamu dan melayani
Perubahan dalam upacara Cokaiba di para tamu. Oleh karena itu, para tokoh dan
Patani, perubahan terjadi hanya dipermukaan masyarakat Patani menyepakati untuk
saja, artinya mereka masih melakukan upacara mentiadakan proses Fantenek dalam proses
tapi hanya dipersingkat dan ada pula yang upacara Cokaiba.
dihilangkan. Dahulu upacara Cokaiba Perubahan yang terlihat pada upacara
dilakukan secara umum antara tiga daerah ini, Cokaiba di Patani yaitu jenis topeng dan

Halaman | 158
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.2 September 2020 [153-160]

kostum Cokaiba yang sudah berubah atau tradisional masyarakat Patani bertujuan
tidak sesuai aslinya. Topeng yang dipakai juga memperigati kelahiran Nabi atau Maulid Nabi,
sudah jauh berbeda, ada topeng monyet, dan yang memiliki beragam simbol-simbol
lain-lain. Pada zaman dulu alat pukul Cokaiba didalamnya. Simbol-simbol tersebut memiliki
yaitu tiga batang sapu lidi yang diikat menjadi makna dan nilai-nilai yang dibuat oleh leluhur
satu, tapi pada zaman sekarang ini jarang atau nenek moyang masyarakat Patani dengan
terlihat bahkan tidak terlihat lagi Cokaiba tujuan untuk mendekatkan diri kepada Sang
menggunakan batang sapu lidi tapi Penguasa, oleh karena itu upacara Cokaiba ini
menggunakan kayu rotan, bulu (bambu) dan terus dipertahankan dan dilestarikan oleh
sebagainya. Jumlah Cokaiba juga tidak lagi masyarakat Patani sampai saat ini.
berdasarkan jenisnya dan tidak lagi berjumlah
99, hal ini diakibatkan kaerna kesadaran
masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses KESIMPULAN
Cokaiba sangat minim. Bila dibiarkan terus
menerus nilai dan makna yang terkandung Cokaiba (topeng setan) merupakan
dalam Cokaiba tersebut akan hilang. warisan budaya yang masih dilaksanakan di
Dari hasil penelitian walaupun terdapat Patani. Upacara dilakukan untuk menyambut
proses yang tidak dilaksanakan lagi seperti dan merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
fantenek dan beberapa bagian yang berubah Masyarakat Patani memandang bahwa Selain
tetapi upacara Cokaiba merupakan tradisi dan manusia seluruh isi alam termasuk jin dan
budaya Halmahera Tengah pada umumnya setan pun ikut bergembira dan mensyukuri
dan kecamatan Patani khususnya merupakan kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai
gagasan yang telah dibangun dan dibentuk rahmat bagi seluruh alam yang diutus oleh
oleh para leluhur terdahulu di Halmahera Allah SWT sebagai rasul terahir kemuka
Tengah dan turun temurun hingga kini bumi. Nilai-nilai dan makna yang terkandung
terpelihara dan dijunjung tinggi makna dan dalam proses upacara Cokaiba ini dikemas
nilai-nilainya sebagai alat sosial kontrol dalam dalam adat Fagogoru yang merupakan ciri
kehidupan masyarakat baik sebagai pemimpin khas masyarakat Patani yang telah berlaku
maupun sebagai anggota masyarakat. dalam masyarakat, dan menjadi acuan dalam
Cokaiba merupakan upacara tradisional bertingkah-laku sehari-hari masyarakat
yang bertujuan untuk meningkatkan iman dan Patani.
takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Upacara Cokaiba masih dilaksanakan
bersilaturahmi dengan sesama guna menjaga di Patani akan tetapi terdapat proses yang yang
persaudaraan dan persatuan dalam masyarakat tidak lagi dilaksnakan yaitu Fantenek, dan
Patani. Dalam setiap proses upacara Cokaiba terdapat beberapa proses yang sudah berubah,
baik gerakan yang dilakukan, kalimat yang jenis topeng dan kostum, waktu pelaksanaan
digunakan dan kostum yang dikenakan yang dikurangi, proses upacara yang sudah
memiliki nilai- nilai dan makna yang harus dilaksnakan oleh masing-masing daerah, dan
dilestarikan. Gerakan tarian Cokaiba yang jumlah Cokaiba yang mulai berkurang atau
mengikuti gerakan burung berterbangan, tidak sesuai lagi dengan jumlah aslinya karena
topeng yang digunakan menyerupai jin dan minimnya partisipasi masyarakat dalam
setan serta kostum yang digunakan pelaksanaan upacara Cokaiba.
menyerupai tumbuhan atau segala macam
bentuk ciptaan Tuhan yang ada dibumi turut
DAFTAR PUSTAKA
bergembira menyambut kelahiran Nabi
Muhammad sebagai rahmat seisi alam. Arikunto, Suharsimi. (1984). Prosedur
Upacara Cokaiba merupakan upacara Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Halaman | 159
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.2 September 2020 [153-160]

Jakarta: PT Rineka Cipta.


Arikunto, Suharsimi. (2002). Proseur
Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta.
Fritjof, Cpara. (1997). Titik Balik Peradaban
Sains dan Kebangkitan Kebudayaan,
Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Jenkes, Chris. (2013). Cultur Studi
Kebudayaan, Yogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Eti Ismiwati, 2012 Ilmu Sosial Budaya Dasar,
Yogyakarta: Anggota Ikapi.
Kuntowijoyo, 2006 Budaya dan masyarakat,
Yogyakarta: Tiara Wacana
Nyoman Kutha Ratna, 2017 Estetika Sastra
dan Budaya Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Yad Mulyadi, 1999 . Antropologi, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Hylland Eriksen, 2019 Antropologi, Sosial
Budaya, Yogjakarta : CV. Titian
Galang Prinitika
Piotr Sztompka, 2004. Sosiologi Perubahan
Sosial, Jakarta : Prenada
Hasan Said,( 2002 : 57 ). Sumber Dana Suatu
Penelitian Di Tentukan Keseluruhan
Sumber
Endaswara, (2003 : 152-153 ) Pengumpulan
Data ini, Menggunakan Langkah-
Langkah Wawancara
Bugin Burhan, 2003 Analisis Data Penelitian
Kualitatif, PT. Raja Grafindo
Persahada: Jakarta

Halaman | 160

Anda mungkin juga menyukai