Anda di halaman 1dari 3

Profil & Sejarah Kelurahan Lowokwaru Malang

Kelurahan Lowokwaru merupakan kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Lowokwaru,


Kota Malang. Kelurahan ini terdiri 15 RW (Rukun Warga) dan 104 RT (Rukun Tetangga). Kelurahan ini
beralamatkan di Jl. Tretes No. 10 Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang 65141. Nomor Telepon 0341-
494387. Fax 0341-494387.

         Secara Admisitratif, Kelurahan Lowokwaru dikelilingi oleh kelurahan lainnya yang ada di Kota
Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Lowokwaru berbatasan langsung dengan Kelurahan Tulusrejo
Kecamatan Lowokwaru. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Purwantoro Kecamatan
Blimbing. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Samaan Kecamatan Klojen. Sebelah Barat
berbatasan dengan Kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen.

Pada awalnya sub-das Huli,Bangawan Brantas empat kali mengalami perubahan Aliran. Terhitung
dari tuk-nya di desa Sumber Brantas hingga Desa Sidomulyo Kota Batu, Brantas mengalir dari utara
menuju ke selatan. Lantaran membentur lereng utara Panderman (anak G.kawi) maka aliranya berubah
menjadi barat-timur hingga Desa Jodipan di Kota Malang. Kembali alirannya terbentur lereng, yakni
lereng barat G. Buring, sehingga berbelok dengan arah utara-selatan hingga Senggguruh di bagian seletan
Kab. Malang. Sesudah itu arah alirannya membelok ke barat, lantaran membentur lereng utara Peg. Kapur
Selatan . Di seberang utara aliran barat-timur Brantas itulah terletak Jatimulo , Samaan dan Lowokwaru.

Wilayah ini diapit oleh dua jalan besar, yaitu Jl. Soekarno-Hatta di barat dan Jl. Jaksa Agung
Suprapto di sisi timur. Permukaan tanahnya relatif datar, meski ada cekungan-cekungan tanah di sana-sini,
yang jika turun hujan tergenang air. Untuk mempercepat pengeringan, dibuatlah saluran pemutus  di
bawah tanah (arung) ke arah alliran Brantas. Pada tahun 1998, dari jembatan Jl. Soekarno-Hatta  hingga
±1.5 Km ke arah timur dijumpai mulut dan ujung arung. Kecuali mulut arung yang disumbat oleh warga
sekitar – lantaran menjadi sarang musang, ada dua ujung arung yang ditemukan secara tidak sengaja [ketka
menggali sumur], Kini di atasnya dibangun rumah tinggal, sehinga lenyap abadi. Arung berada
dikedalaman ± 6 m di bawah tanah. Salura air ini diketemukan di areal perumahan, dia sebelah timur
jembatan. Air didalamnya masih mengalir. Pada bagian tertentu dari dinding arung dilengkapi  bagian
tatanan batu kerakal. Dimungkinkan masih ada arung lainnya, karena memperlihatkan adanya
percabangan, dengan orientasi ke aliran Brantas (Cahyono, 1999).

Salah satu tempat  di Kelurahan Samaan, yang pada masa Hindu- Buddha menduduki posisi penting
adalah Tembalangan. Toponimi “Tembalangan” dapat diidentifikasikan sebagai “Tamwlang”, yakni nama
ibukota Mataram pada masa pemerintahan Pu Sindok. Sayang sekali, sejak tahun 1980-an Dusun
Tembalangan menjadi areal perumahan, sehingga banyak jejak budaya masa lalu yang rusak atau bahkan
hilang. Yang tersisa hanyalah peninggalan purbakala di cungkup Mbah Tugu, Jl. Jaksa Agung Suprapto I-
E. Kelurahan Samakan Ke. Lowokwaru Kota Malang.

Permukaan tanah pada Punden Tugu lebih tinggi dari tanah disekitarnya. Kesan sakral oleh adanya
pohon besar yang menaungi situs . Jarak situs dan aliran Brantas tak seberapa jauh (± 400 m) di sebelah
utaranya. Dengan demikian, secara ekologis terdapat relasi antara jejak budaya yang diketemukan dan
aliran Brantas. Hal ini kian memperkuat simpulan bahwa DAS Brantas adalah tempat terpilih bagi areal
hunian manusia, tidak terkecuali manusia Prasejarah di Kota Malang. Peninggalan arkeologis juga perah
dijumpai di halaman Biara Ursulin atau sekolah Corjessu menghadap ke jalan poros kuno, yang konon
populer dengan nama “Celaket”. Nama ini ini hingga kini masih dikenal sebagai nama jalan dan nama
kampung yang padat permukiman, dimana Punden Mbah Tugu berada. Oleh karena posisi Celaket di
intasan jalan poros dan dekat dengan lokasai benteng Belanda yang pertama, maka dapat difahami bila
arsitektur bergaya Indis pertama kali hadir disini.

Anda mungkin juga menyukai