Anda di halaman 1dari 7

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya ISSN: 2622-4909 (online)

Volume 4 Nomor 1 Januari-Juni 2021 ISSN: 2613-9006 (print)


http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani lisani.tradisilisan@uho.ac.id

EKSISTENSI TRADISI PEKANDE-KANDEA PADA MASYARAKAT


TOLANDONA KECAMATAN SANGIA WAMBULU KABUPATEN
BUTON TENGAH
Wa Ode Ferdayandi1, La Ode Syukur2, Salniwati3
1,2
Jurusan Tradisi Lisan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
ferdayandiwaode98@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di dua tempat yakni Desa Tolandona Matanaeo dan Kelurahan Tolandona. Tujuan
penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi Pekande-kandea pada masyarakat
Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Tengah, (2) Untuk menjelaskan pola pewarisan tradisi Pekande-
kandea oleh masyarakat Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah, (3) untuk menjelaskan
fungsi dan implikasi tradisi Pekande-kandea pada masyarakat Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten
Buton Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu (1)
observasi yaitu peneliti melihat secara langsung proses pelaksanaan tradisi Pekande-kandea untuk memperoleh data-
data yang dibutuhkan untuk melanjutkan penelitian, (2) Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang
tepat mengenai proses, pola pewarisan serta implikasi tradisi Pekande-kandea pada masyarakat Tolandona
Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton Tengah, (3) dokumentasi sebagai bukti untuk memperkuat hasil
penelitian. Tehnik penentuan informan dilakukan secara snowball sampling. Tehnik analisis terdiri dari tiga tahap
yaitu reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah (1) proses pelaksanaan
Pekande-kandea memiliki beberapa tahap yaitu (a) tahap persiapan (persiapan alat dan bahan), (b) tahap
pelaksanaan dan (c) tahap akhir. (2) Pola pewarisan tradisi Pekande-kandea dilakukan secara langsung oleh
masyarakat itu sendiri secara turun temurun. (3) Implikasinya dalam kehidupan masyarakat Tolandona yakni
dampak positif dan negatif yang yaitu (a) dampak sosial, (b) dampak ekonomi, dan (c) dampaknya sebagai hiburan.

Kata Kunci:
Eksistensi, Tradisi Pekande-kandea, Pola Pewarisan, Fungsi dan Implikasi.

ABSTRACT
This research was conducted in two places, namely Tolandona Matanaeo Village and Tolandona Village. The
purposes of this study are (1) to describe the process of implementing the Pekande-kandea tradition in the
Tolandona community, Sangia Wambulu District, Central Regency, (2) to explain the pattern of inheritance of the
Pekande-kandea tradition by the Tolandona community, Sangia Wambulu District, Central Buton Regency, (3) to
explain the function and implications of the Pekande-kandea tradition in the Tolandona community, Sangia
Wambulu District, Central Buton Regency. The method used in this research is descriptive qualitative research.
Sources of data in this study consisted of primary and secondary data. The data collection techniques in this study
were (1) observation, namely the researcher directly saw the process of implementing the Pekande-kandea tradition
to obtain the data needed to continue the research, (2) Interviews were conducted to obtain precise information
about the process, inheritance pattern and implications. Pekande-kandea tradition in the Tolandona community,
Sangia Wambulu District, Central Buton Regency, (3) documentation as evidence to strengthen research results.
The technique of determining informants is done by snowball sampling. The analysis technique consists of three
stages, namely data reduction, data exposure, and drawing conclusions. The results of this study are (1) the
implementation process of Pekande-kandea has several stages, namely (a) the preparation stage (preparation of
tools and materials), (b) the implementation stage and (c) the final stage. (2) The pattern of inheritance of the
Pekande-kandea tradition is carried out directly by the community itself from generation to generation. (3) The
implications for the life of the Tolandona people are positive and negative impacts, namely (a) social impacts, (b)
economic impacts, and (c) impacts as entertainment.

Keywords:
Existence, Pekande-kandea Tradition, Inheritance Pattern, Function, and Implication.

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 46


Eksistensi Tradisi Pekande-Kandea pada Masyarakat
Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton
Tengah

PENDAHULUAN
Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat masyarakat yang lebih modern. Akibatnya
bermacam ragam suku yaitu Tolaki, Muna, masyarakat cenderung untuk memilih
Buton, Moronene dan Wawonii yang dapat kebudayaan baru yang dinilai lebih praktis
menciptakan budayanya masing-masing. dibandingkan dengan budaya lokal. Untuk
Salah satunya suku Buton yang merupakan mengatasi itu, perlu kesadaran akan
salah satu suku yang terletak di jazira pentingnya budaya lokal sebagai jati diri
Sulawesi bagian Tenggara (Putri 2018: 2). bangsa. Kewajiban bagi setiap lapisan
Salah satu tradisi yang dimiliki suku Buton, masyarakat untuk mempertahankannya.
khususnya pada masyarakat Tolandona Menurut informan Ardin (64) pada saat
Kecamatan Sangia Wambulu, Kabupaten observasi, tradisi Pekandea-kandea masih
Buton Tengah adalah tardisi Pekande- tetap bertahan walaupun di tengah
kandea. globalisasi karena masyarakat Tolandona
Pekande-kandea merupakan kegiatan senantiasa mewariskan tradisi ini kepada
rutin masyarakat Tolandona yang diadakan generasi mereka. Alasan masyarakat
pada setiap tahunnya sebagai wujud rasa Tolandona mewariskannya karena tradisi
syukur kepada Allah Sang Maha Pencipta Pekande-kandea memiki fungsi-fungsi yang
yang didasarkan pada berbagai sudut berguna bagi kehidupan mereka. Namun
pandang seperti di kalangan masyarakat tani menurut Sutardi (2007: 69), kebudayaan
yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas tidak hanya dimiliki seseorang karena ia
limpahan berkah dan karunia berupa seorang anak manusia, tetapi harus belajar
keberhasilan panen usaha tani mereka, dan berusaha menjadikan kebudayaan itu
dikalangan masyarakat nelayan sebagai miliknya. . Oleh karena itu, penulis ingin
ungkapan rasa syukur di dasarkan atas mencari tahu tentang fungsi-fungsi yang
limpahan berkah dan karunia berupa hasil dimiliki tradisi Pekande-kandea dan cara
tangkapan ikan yang berlimpah dan sebagai generasi tua mewarisakannya kepada
rasa syukur bagi orang-orang yang sembuh generasi sekarang serta implikasinya bagi
dari sakit serta sebagai ungkapan rasa kehidupan masyarakat Tolandona.
syukur karena telah berhasil menunaikan
ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan dan Rumusan Masalah
puasa sunnah selama enam hari di bulan Berdasarkan latar belakang di atas,
Syawal (Rafiun Razik (71) dalam sinopsis terdapat rumusan masalah mengenai tradisi
tradisi Pekande-kandea, 2018). Pekande-kandea yang dilakukan oleh
Berdasarkan hasil observasi, Pekande- masyarakat Tolandona, Kecamatan Sangia
kandea terdiri dari dua tahap yakni Wambulu, Kabupaten Buton Tengah yaitu
Pekande-kandea yang diadakan pada siang sebagai berikut:
hari dan Kande Tompa yang diadakan pada 1. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi
malam hari. Selain masyarakat Tolandona, Pekande-kandea pada masyarakat
masyarakat dari desa-desa sekitanya yang Tolandona, Kecamatan Sangia
masuk dalam lingkup Kecamatan Sangia Wambulu, Kabupaten Buton Tengah?
Wambulu juga melaksanakan tradisi 2. Bagaimana pola pewarisan tradisi
Pekande-kandea walaupun ada perbedaan Pekande-kandea oleh masyarakat
nama yakni Foma-foma’a maupun Halal Bil Tolandona Kecamatan Sangia
Halal. Namun pelaksanaan Kande Tompa Wambulu?
hanya ada di Tolandona yang sekaligus 3. Apa fungsi tradisi Pekande-kandea dan
menjadi acara puncak tradisi Pekande- implikasinya tradisi bagi kehidupan
kandea. masyarakat Tolandona, Kecamatan
Namun era globalisasi dapat Sangia Wambulu, Kabupaten Buton
menimbulkan perubahan pola hidup Tengah?

47 | LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Wa Ode Ferdayandi, La Ode Syukur, Salniwati

Wawancara adalah suatu percakapan


Tujuan Penelitian yang diarahkan pada suatu masalah tertentu;
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk ini merupakan proses tanya jawab lisan
mengetahui: (Kartono dalam Gunawan 2017: 160).
1. Untuk mendeskripsikan proses Wawancara dilakukan peneliti guna
pelaksanaan tradisi Pekande-kandea menggali informasi seperti proses
pada masyarakat Tolandona, pelaksanaan, pola pewarisan, dan fungsi
Kecamatan Sangia Wambulu, serta implikasi tradisi Pekande-kandea
Kabupaten Buton Tengah. dalam kehidupan masyarakat Desa
2. Untuk menjelaskan pola pewarisan Tolandona Matanaeo dan Kleurahan
tradisi Pekande-kandea oleh masyarakat Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu
Tolandona, Kecamatan Sangia Kabupaten Buton Tengah.
Wambulu, Kabupaten Buton Tengah.
3. Untuk mengetahui fungsi tradisi Dokumentasi
Pekande-kandea dan implikasinya bagi (Gunawan 2017: 176) Dokumentasi
kehidupan masyarakat Tolandona, merupakan catatan peristiwa yang sudah
Kecamatan Sangia Wambulu, berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau
Kabupaten Buton Tengah. karya-karya monumental dari seorang.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil
METODE PENELITIAN foto-foto yang berhubungan dengan tradisi
Metode yang digunakan dalam Pekande-kandea sebagai bukti dokumentasi.
penelitian ini adalah metode deskriptif Peneliti menggunakan handphone untuk
kualitatif yang menghasilkan penelitian mengambil gambar serta merekam hasil
secara mendalam untuk mengungkapkan wawancara yang digunakan sebagai bukti
suatu masalah berdasarkan fakta-fakta penelitian.
dalam menjelaskan suatu fenomena dalam
masyarakat (Cresswell dalam Komariah Tehnik Penentuan Informan
2012:24). Tehnik penentuan informan dalam
penelitian ini menggunakan tehnik snowball
Tehnik Pengumpulan Data sampling.
Tehnik pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh data dengan Tehnik Analisis Data
bukti-bukti dan fakta-fakta yang diperoleh Analisis data dilakukan melalui tiga
sebagai data yang dibutuhkan dalam tahapan yaitu (1) reduksi data, (2) paparan
penelitian. data, dan (3) penarikan
kesimpulan/verifikasi (Gunawan, 2017: 211-
Observasi 212).
(Poerwandari dalam gunawan, 2017:
143) berpendapat bahwa observasi PEMBAHASAN
merupakan metode yang paling dasar dan Gambaran Umum Tradisi Pekande-
paling tua karena, karena dengan cara-cara kandea
tertentu kita selalu terlibat dalam proses Tradisi Pekande-kandea berasal dari
mengamati. Peneliti melihat secara langsung bahasa Wolio yaitu Kande-kandea yang
proses perayaan tradisi Pakande-kandea artinya makan-makan. Oleh masyarakat
dengan cara penulis memposisikan diri Tolandona Pekande-kandea diartikan
sebagai peserta. sebagai acara kumpul bersama untuk
menyantap berbagai macam makanan khas
Wawancara daerah sebagai rasa syukur atas semua
anugerah dari Yang Maha Kuasa. Pekande-

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 48


Eksistensi Tradisi Pekande-Kandea pada Masyarakat
Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton
Tengah

kandea dilaksanakan seminggu setelah Hari Dibandingkan dengan Pekande-kandea


Raya Idul Fitri karena sesuai bulan secara umum, Kande Tompa sendiri
Ramadhan umat Islam dapat melanjutkan sebetulnya belum lama diadakan yakni pada
dengan Puasa Syawal. Tradisi ini sudah masa pemerintahan Zainal Arifin Sugianto
dilakukan sejak awal diadakannya sampai yang kala itu menjabat sebagai bupati pada
sekarang yang di wariskan dari generasi ke tahun 1969-1981. Beliau datang ke
generasi. Tolandona dalam rangka untuk menghadiri
Pekande-kandea sendiri terdiri dari peletakan batu pertama Masjid Tolandona
dua tahap yakni Pekande-kandea (secara yang saat itu tengah dibangun oleh
umum) yang digelar pada siang hari dan masyarakat Tolandona. Masyarakat
Kande Tompa yang merupakan acara khusus Tolandona mengadakan Pekande-kandea
untuk muda mudi yang digelar pada malam dalam rangka menyambut Bupati. Kande
hari. Mengenai Pekande-kandea secara Tompa diadakan di Keraton Buton untuk
umum baik Desa Toladona Matanaeo menyambut para pendekar yang baru pulang
maupun Kelurahan Tolandona masing- dari medan perang dengan membawa
masing melaksanakannya, namun dengan kemenangan yang kemudian mendapat
hari yang berbeda dan biasanya berselang pelayanan khusus yakni makan dengan
satu hari setelah Desa Tolandona matanaeo. disuapi oleh putri-putri Keraton.
Sedangkan mengenai pelaksanaan Kande
Tompa, masyarakat Desa Tolandona Proses pelaksanaan tradisi Pekande-
Matanaeo masih bergabung dengan kandea
Kelurahan Tolandona (wawancara Rafiun Adapun proses pelaksanaan tradisi
Razik selaku ketua adat 5 Desember 2019). Pekande-kandea terdiri dari tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap akhir, yaitu:
Sejarah Singkat Pekande-kandea (secara
umum) Tahap Persiapan
Pekande-kandea awalnya merupakan Tahap persiapan adalah tahap
kebiasaan Masjid Agung Keraton Buton pertama pada pelaksanaan tradisi Pekande-
dimana tradisi ini awalnya dilakukan oleh kandea, dimana sebelum memulai kegiatan
empat orang kesatria Buton yang di sebut adat masyarakat Tolandona terlebih dahulu
Mia Patamiana yang merupakan sebutan melakukan rapat guna memusyawarahkan
untuk empat orang pemimpin yang merintis pelaksanaan tradisi Pekande-kandea seperti
Kerajaan Buton yang berusaha menentukan waktu dan tempat serta
mendamaikan perpecahan yang terjadi di mengenai hal-hal yang harus disiapkan.
kesultanan Buton karena masalah Selanjutnya adalah menyiapkan
pemerintahan antara rakyat dan pemerintah. beberapa perlengkapan yang diperlukan
Tradisi ini bisa sampai ke Tolandona karena pada saat pelaksanaan tradisi Pekande-
dibawah oleh leluhur mereka yang bernama kandea diantaranya sebagai berikut:
Sangia Wambulu dan masih tetap dilakukan 1. Tala (Talang) untuk menyimpan hidangan
sampai sekarang. Sangia Yi Wambulu 2. Antona Tala (isi talang) sebagai hidangan
merupakan seorang putra daerah yang yang akan disajikan.
diangkat oleh Sultan Buton ke-IV Dayanu 3. Odha (tangga) untuk menopang talang
Iksanuddin abad ke XVI yang diperkirakan 4. Baju Wolio (Baju Adat Wolio) untuk
tahun 1582 dan diangkatnya Imam Masjid dikenakan oleh para gadis penjaga talang.
Agung Keraton Buton Pertama. 5. Ganda Kapaso (Beduk)

Sejarah Singkat Kande Tompa (khusus Tahap Pelaksanaan


untuk muda mudi) Tahap pelaksanaan merupakan tahap
kedua pelaksanaan tradisi Pekande-kandea

49 | LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Wa Ode Ferdayandi, La Ode Syukur, Salniwati

yang terbagi menjadi dua tahap yakni yang “Tompa Laijo” sebagai pengiring Kande
Pekande-kandea yang diadakan sore hari Tompa.
dan khusus untuk muda mudi yang disebut Setelah musik berhenti, para tamu
Kande Tompa yang pada pada malam hari. kemudian dipersilahkan keluar, namun
sebelum itu mereka harus memberikan uang
Tahap Pekande-kandea (secara umum) seikhlasnya saja sebagai bentuk
Tahap pertama sebelum memulai penghormatan kepada para gadis karena
Pekande-kandea adalah sambutan dari telah disambut dengan baik. Sesi Kande
pembawa acara untuk para tamu dan peserta Tompa biasanya dilakukan sebanyak tujuh
Pekande-kandea, setelah itu pembacaan ayat kali dan di akhir acara biasanya muda-mudi
suci Al-Qur’an oleh seorang tokoh agama inisiatif mengadakan acara penutup seperti
sebagai acara pembuka. lulo dan acara joget. Selain keamanan,
Tahap kedua yaitu pembacaan sejarah tenaga medis seperti puskesmas keliling
singkat serta penyampaian makna juga di datangkan oleh pemerintah.
pelaksanaan tradisi Pekande-kandea oleh
pemerintah daerah. Selain itu, pemerintah Pola Pewarisan
daerah juga menyampaikan aspirasi mereka Berbicara tentang tradisi, akan selalu
tentang pembangunan daerah selanjutnya. dikaitkan dengan proses pewarisan. Menurut
Kemudian tibalah saatnya pada acara KBBI, Pewarisan yang merupakan proses,
inti yakni tahap Pekande-kandea. Namun cara, perbuatan mewarisi atau mewariskan
sebelum itu tokoh agama kembali yang dalam konteks penurunan kebudayaan
dipersilahkan untuk memimpin pembacaan merujuk pada proses pengiriman pesan dari
doa sebelum membuka talang. satu orang ke orang lain yang lazim disebut
Setelah itu masyarakat saling bersalam- sebagai transmisi. Seperti halnya pewarisan
salaman dan jika masih ada makanan yang tradisi Pekande-kandea yaitu bisa dikatakan
tersisa, biasanya akan diberikan kepada para proses pewarisannya melalui masyarakat.
tamu. Pewarisan dilakukan langsung oleh
masyarakat Tolandona. Masyarakat
Tahap Kande Tompa (secara khusus) Tolandona sangat berpartisipasi dalam hal
Setelah Pekande-kandea secara umum, pelestarian tardisi tersebut, dimana dalam
selanjutnya diadakan pula Kande Tompa. hal ini, masyarakat bekerjasama dengan
Sebelum memulai pelaksanaannya, pemerintah untuk menyediakan sarana dan
pembawa acara terlebih dahulu prasarana guna mendukung pewarisan
menyampaikan sambutan-sambutan serta tradisi Pekande-kandea kepada generasi
peraturan dalam Kande Tompa. muda untuk kemudian dilestarikan serta
Untuk menjaga ketertiban, ada dua dikembangkan.
pintu yang sudah di persiapkan untuk Kande Sejak awal pewarisan tradisi Pekande-
Tompa yakni pintu masuk dan pintu keluar. kandea tidak ada dalam lingkup keluarga
Saat akan memulai proses pelaksanaannya, karena sejak kecil mereka suda terbiasa
pembawa acara kemudian mempersilahkan menyaksikan secara langsung proses
para tamu yang sudah menunggu untuk pelaksanaannya. Tradisi Pekande-kandea
masuk ke dalam Kande Tompa dan segera memiliki fungsi-fungsi positif yang menjadi
menghampiri talang di inginkan dengan di alasan masyarakat melestarikannya.
iringi suara beduk.
Selanjutnya pembawa acara Fungsi Tradisi Pekande-kandea dan
mempersilahkan para gadis untuk membuka Implikasinya Dalam Kehidupan
tutup talang, lalu mempersilahkan penyanyi Masyarakat Tolandona
untuk menyanyikan lagu Kadandio dan Masyarakat Tolandona masih
Dhouna-una dan dengan menyerukan kata melakukan tradisi Pekande-kandea karena

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 50


Eksistensi Tradisi Pekande-Kandea pada Masyarakat
Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu Kabupaten Buton
Tengah

Pekande-kandea memiliki fungsi yang solidaritas baik antara sesama masyarakat


penting dalam kehidupan sosial mereka. Tolandona maupun dengan masyarakat
Berdasarkan teori fungsionalisme budaya sekitarnya. Masyarakat Tolandona merasa
yang dikemukakan oleh Malinowski dan bahwa dengan adanya tradisi Pekande-
bertahan karena ternyata memiliki fungsi- kandea, maka hubungan mereka akan tetap
fungsi tertentu bagi masyarakat yang terjalin dengan baik.
bersangkutan.
Dampak Ekonomi
Fungsi Sosial Meskipun untuk mengikuti
Fungsi sosial yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Pekande-kandea
tradisi Pekande-kandea adalah dengan rutin membutuhkan biaya yang cukup besar,
diadakan sekali setahun, masyarakat dapat namun masyarakat tetap ikut berpartisipasi
berkumpul bersama dalam suatu tempat karena merasa bahwa tradisi ini sangat
untuk melaksanakan tradisi ini guna penting. Bagi mereka biaya tidak menjadi
menjalin tali silaturahmi. hal yang perlu dipermasalahkan karena jika
sesuatu dilakukan dengan ikhlas, Insya
Fungsi Hiburan Allah akan diganti dengan yang berlipat
Untuk menghibur para tamu, ganda oleh Allah SWT.
biasanya tradisi Pekande-kandea di
Tolandona bagian Kelurahan juga Dampak Hiburan
menampilkan tarian-tarian yang melibatkan Tradisi Pekande-kandea berdampak
generasi muda yang sudah terlatih positif dan negatif dalam fungsinya sebagai
disanggar. Setelah Kande Tompa selesai, hiburan. Positifnya adalah banyak generasi
para pemuda punya inisiatif sendiri muda yang tertarik mempelajari tarian-tarian
menambahkan acara lulo dan joget sebagai tradisional dan Lulo yang sudah menjadi
hiburan penutup. kebiasaan yang dilakukan sebagai acara
penutup dibeberapa acara. Sedangkan
Implikasi Tradisi Pekande-kandea Dalam negatifnya adalah karena acara joget yang
Kehidupan masyarakat Tolandona dianggap kurang baik karena merupakan
Implikasi merupakan suatu pengaruh budaya luar. Hal inilah yang
konsekuensi atau akibat langsung dari suatu membuat para toko-tokoh adat dan
penemuan atau penelitian ilmiah. Arti kata masyarakat serta pemerintah berencana agar
implikasi itu sendiri sesungguhnya memiliki mengganti acara joget dengan kegiatan lain
cakupan yang sangat luas dan beragam, yang lebih bermanfaat.
sehingga dapat digunakan dalam berbagai
kalimat dalam cakupan bahasa yang PENUTUP
berbeda-beda. Dalam Kamus Besar Bahasa Proses pelaksanaan tradisi Pekande-
Indonesia (KBBI) arti kata implikasi adalah kandea terdiri dari beberapa tahapan yakni
keterlibatan atau keadaan terlibat. Dimana tahap musyawarah, tahap persiapan dan
dalam Pekande-kandea, implikasi tradisi tahap pelaksanaan. Pola pewarisannya
Pekande-kandea dilihat dari dampak positif dilakukan secara horizontal yakni melalui
dan negatif dalam kehidupan masyarakat dengan cara melibatkan generasi
masyarakatnya. muda dalam proses pelaksanaannya.
Implikasi tradisi Pekande-kandea dapat
Dampak Sosial dilihat dampak positif dan negatif yakni dari
Tradisi Pekande-kandea berdampak segi agama, dari segi sosial budaya, dari segi
positif dari segi sosial karena dapat menjaga ekonomi, dan dari segi hiburan.

51 | LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Wa Ode Ferdayandi, La Ode Syukur, Salniwati

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. Imam. 2017. Metode Penelitian Kabupaten Buton”. FIB. UHO.
Kualitatif Teori & Praktek. Jakarta: Kendari.
PT. Bumi Aksara. Sutardi, Tedy. 2007. Antropologi
Komariah, Aan. 2012. Metode penelitian Mengungkap Keragaman Budaya.
deskriptif kualitatif. Jakarta: Widatama Bandung: Setia Purna Inves.
Widya Sastra. Samuel. 2016. Arti Kata Implikasi. Melalui
S, Putri Fauziyyah. 2018. “Eksistensi <http://ciputrauceo.net/blog/2016/1/18
Tradisi Kaparika Pada Masyarakat /arti-kata-implikasi>(25-04-2019)
Desa Wambulu Kecamatan Kapuntori

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 52

Anda mungkin juga menyukai