Anda di halaman 1dari 17

331 Komunitas Adat Kampung Mahmud ...

(Rosyadi)

KOMUNITAS ADAT KAMPUNG MAHMUD


DI TENGAH ARUS PERUBAHAN
Oleh Rosyadi

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


Jln. Raya Cinambo 136 Ujungberung Kota Bandung
Email: ochadroki@yahoo.com

Naskah diterima: 17 Januari 2011 Naskah disetujui: 26 April 2011

Abstrak
Kampung Mahmud adalah sebuah kampung adat yang masyarakatnya
teguh memegang dan melaksanakan tradisi yang diwarisi dari leluhurnya. Namun
arus modernisasi ternyata membawa dampak terhadap kehidupan sosial budaya
masyarakat setempat yang sudah mulai menampakkan perubahan. Beberapa
tradisi yang semula dipegang teguh oleh warga komunitas Kampung Mahmud, kini
mulai melonggar. Komunitas adat ini berdomisili di wilayah Kabupaten Bandung.
Penelitian ini mencoba mengkaji perubahan-perubahan pada aspek-aspek sosial
dan budaya yang terjadi di kalangan komunitas adat Kampung Mahmud. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analisis. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terbuka dengan
beberapa tokoh masyarakat dan warga komunitas terpilih, serta pengamatan langsung
di lapangan (observasi).
Kata kunci: komunitas adat, kampung, perubahan masyarakat, perubahan
kebudayaan.

Abstract
Kampung (village) Mahmud is an adat kampung that strictly preserves their
customs inherited from their ancestors. But, modernization has given strong impacts
to the community in terms of socio-cultural life which has gradually changed. Some
of their traditions have become loosened. This adat commuity lives in Kabupaten
Bandung. The research tries to study socio-cultural changes that has occurred
amongst adat community of Kampung Mahmud. The author has conducted a
qualitative method with descriptive approach. Data were collected through opened
interview with several key persons and selected community member as well as
observation.
Keywords: adat community, community change, cultural change.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 331-347 332

A. PENDAHULUAN Di wilayah Jawa Barat, khususnya


Sudah menjadi konsensus di daerah pedesaan, terdapat beberapa
nasional, yang dituangkan dalam Pasal kelompok masyarakat yang masih
32 UUD 1945 berikut penjelasannya, teguh memegang tradisi warisan para
bahwa kebudayaan yang terdapat di leluhurnya. Kelompok masyarakat ini
daerah-daerah terhitung sebagai biasanya membentuk sebuah komunitas,
kebudayaan bangsa, dan oleh karena yang kemudian lazim disebut sebagai
itu kebudayaan daerah merupakan komunitas adat. Komunitas-komunitas
akar kebudayaan bangsa. Hal ini dapat adat ini memiliki banyak tradisi dan
dimengerti, mengingat, bangsa Indonesia pranata budaya yang terbukti telah
dibentuk oleh ratusan suku bangsa mampu memelihara stabilitas dan
yang masing-masing mengembangkan harmonisasi masyarakat, dan sekaligus
kebudayaan yang satu sama lain saling menjadi benteng ketahanan budaya.
berbeda. Dengan kondisi seperti itu, Seiring dengan perkembangan
eksistensi kebudayaan daerah dapat zaman yang ditopang oleh kemajuan
merefleksikan kondisi kebudayaan dan perkembangan ilmu pengetahuan
bangsa secara umum. dan teknologi, beberapa di antara tradisi-
Sebuah kenyataan, kebudayaan- tradisi tersebut kini tengah mengalami
kebudayaan di daerah bergelut pergeseran yang mengarah pada proses
dengan permasalahannya sendiri. disfunction atau melemahnya fungsi-
Para pendukung kebudayaan di fungsi dari tradisi tersebut. Tidak
daerah mendapati kenyataan semakin hanya fungsinya saja yang mengalami
tergesernya peranan kebudayaan penurunan, tetapi juga cara pandang
daerah di dalam lingkungannya sendiri. masyarakatnya terhadap tradisi-tradisi
Kalau pada mulanya kebudayaan tersebut sudah mulai menampakkan
daerah merupakan satu-satunya kecenderungan berubah. Kalau pada
sarana sosialisasi dan pedoman dalam mulanya tradisi-tradisi ini dijalankan
bertingkah laku, maka dengan semakin dengan penuh kepatuhan dan sarat
menguatnya peranan kebudayaan dengan nilai-nilai spiritual dan religius,
nasional, peranan kebudayaan daerah maka kini tidak jarang di antara mereka
jadi melemah. Belum lagi penetrasi yang hanya memandangnya sebagai
kebudayaan asing yang sama sekali rutinitas seremonial semata. Bahkan
berlainan sifat dan karakteristiknya belakangan, tradisi-tradisi ini pun sudah
dengan kebudayaan daerah. Kenyataan- banyak yang kehilangan maknanya,
kenyataan ini harus dihadapi oleh VHUWD QLODL QLODL ¿ORVR¿VQ\D SXQ VHPDNLQ
para pendukung kebudayaan di menjauh dari masyarakat pendukungnya.
daerah. Di satu pihak mereka harus Dapat dikatakan bahwa telah terjadi
dapat memelihara, melestarikan dan pendangkalan makna terhadap tradisi-
mengembangkan kebudayaan daerahnya, tradisi masyarakat lokal. Padahal
di pihak lain mereka pun dituntut untuk sebagaimana telah diuraikan di muka,
mampu menyikapi pengaruh budaya bahwa eksistensi kebudayaan daerah
lain. Termasuk dalam hal ini adalah ELVD PHUHÀHNVLNDQ NRQGLVL NHEXGD\DDQ
kelompok-kelompok masyarakat yang bangsa, mengingat bahwa kebudayaan
lazim disebut sebagai komunitas adat.

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


333 Komunitas Adat Kampung Mahmud ... (Rosyadi)

daerah merupakan akar kebudayaan Selain kedua teknik pengumpulan


bangsa. data di atas, juga dilakukan studi pustaka
Keadaan inilah yang guna mendapatkan data dari sumber-
melatarbelakangi pentingnya dilakukan sumber tertulis (data sekunder) serta
penelitian mengenai perubahan- teori dan konsep-konsep yang relevan
perubahan sosial budaya yang terjadi di dengan materi penelitian.
kalangan komunitas adat. Penelitian ini Pemilihan dan penentuan informan
mencoba mengkaji perubahan-perubahan dilakukan secara berantai, yaitu pertama-
yang terjadi di kalangan komunitas tama menentukan informan kunci (key
adat Kampung Mahmud di Kabupaten informan). Penentuan informan kunci
Bandung. Adapun yang menjadi ini didasarkan pada informasi awal yang
permasalahannya adalah: diperoleh pada saat studi pendahuluan
ƒ Unsur-unsur budaya apa saja yang (pra-survey). Adapun kriteria untuk
telah berubah di kalangan warga informan kunci, antara lain :
masyarakat Kampung Mahmud? % Merupakan penduduk asli di daerah
ƒ Bagaimana tanggapan warga tersebut, dalam arti bahwa ia
masyarakat Kampung Mahmud ter- dilahirkan dan dibesarkan di daerah
hadap perubahan sosial budaya yang tersebut.
terjadi dalam kehidupan mereka? % Memahami dan mengetahui secara
Penelitian ini menggunakan mendalam seluk-beluk kehidupan
metode kualitatif dengan pendekatan masyarakat setempat.
deskriptif. Tujuan pendekatan deskrip- % Memiliki pengalaman yang mendalam
tif adalah untuk memberikan deskripsi serta memahami berbagai tradisi
atau gambaran secara sistematis, faktual yang hidup di kalangan masyarakat
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- setempat.
sifat serta hubungan antarfenomena yang % Ditokohkan atau dipandang sebagai
diteliti. Sebagaimana dijelaskan oleh Wi- ‘kokolot’ (yang dituakan) oleh warga
narno Surakhmad (1978), bahwa: masyarakat setempat.
Pengumpulan data dilakukan Selanjutnya untuk menentukan informan
melalui wawancara dan observasi atau berikutnya berdasarkan petunjuk dari
pengamatan. Guna mendapatkan data dan informan pertama. Demikian seterusnya
informasi yang mendalam dari sumber hingga diperoleh sejumlah informan
pertama, dilakukan wawancara dengan yang dirasa cukup untuk menjaring
beberapa informan terpilih. Wawancara seluruh data yang diperlukan.
dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara yang sifatnya terbuka.
Dengan pedoman wawancara seperti B. HASIL DAN PEMBAHASAN
ini, informan diberikan keleluasaan
1. Komunitas Adat dan Perubahan
untuk menyampaikan pendapat dan
Kebudayaan
pandangan-pandangannya. Sedangkan
Komunitas adat atau sering juga
observasi atau pengamatan dilakukan
disebut dengan istilah masyarakat adat
guna menjaring data yang tidak dapat
merupakan istilah umum yang dipakai di
diungkap melalui wawancara.
Indonesia untuk menyebut satu kelompok

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 331-347 334

masyarakat yang teguh memegang adat keberlangsungan kehidupan


istiadat. Ade Makmur Kartawinata, dalam masyarakatnya.”
sebuah seminar yang membahas tentang
komunitas adat di BPSNT Bandung Komunitas adat sebagai satu
(2009), mejelaskan bahwa pengertian kesatuan sosial, memiliki identitas dan
komunitas adat perlu dibedakan dengan tingkat solidaritas yang kuat. Misal
pengertian masyarakat adat. identitas bahasa, identitas wilayah,
Komunitas Adat ialah kelompok identitas adat, dan lain-lain. Sedangkan
masyarakat yang hidup dalam suatu rasa solidaritas timbul dari adanya rasa
ZLOD\DK JHRJUD¿V WHUWHQWX GDODP NXUXQ kebersamaan dan orientasi terhadap
waktu yang relatif lama, terikat pada leluhur yang sama, serta pengaruh
tradisi dan adat istiadat yang diwarisi kesatuan tempat tinggalnya.
dari leluhurnya, di antara para warganya Abd. Latif Bustami, dalam sebuah
satu sama lain terikat dalam hubungan PDNDODKQ\D \DQJ EHUMXGXO ³0RQRJUD¿
kekerabatan. Pada umumnya mereka Komunitas Adat” (2006), memberikan
memiliki lembaga adat yang dipimpin pengertian komunitas adat sebagai suatu
oleh seorang ketua adat. Kepemimpinan kelompok masyarakat yang bertempat
ketua adat biasanya diwariskan secara tinggal di sebuah wilayah dengan batas-
turun-temurun, atau melalui ketentuan batas adat yang disepakati, memiliki
adat tertentu. Sedangkan Masyarakat adat peraturan adat yang menjadi pedoman
merupakan gabungan dari komunitas- praktikal dalam kehidupan mereka,
komunitas adat, membentuk suatu memiliki pranata sosial dan mempunyai
persekutuan yang dipimpin oleh salah jatidiri yang membedakan dengan
seorang ketua adat dari komunitas adat masyarakat lainnya serta dikuatkan
anggotanya. keberadaannya dengan produk hukum.
Muhtarom Sumakerti (2009), Produk hukum itu bisa ditetapkan
dalam sebuah makalahnya yang berjudul melalui Peraturan Daerah dan Peraturan
“Dilema Pemberdayaan Komunitas Pemerintah. Dengan sendirinya
Adat” menjelaskan, bahwa Masyarakat komponen masyarakat adat adalah (1)
adat menurut Kongres Masyarakat Adat sekelompok masyarakat yang hidup di
Nusantara 1999 adalah : sebuah wilayah, (2) wilayah teritori yang
ditentukan dengan batas-batas adat, (3)
“komunitas-komunitas memiliki peraturan adat yang dijadikan
yang hidup berdasarkan pedoman praktikal mereka, (4) memiliki
asal-usul leluhur secara pranata sosial, (5) memiliki jatidiri yang
turun-temurun di atas spesifik, dan (6) pengakuan hukum
suatu wilayah adat, yang formal terhadap keberadaan masyarakat
memiliki kedaulatan adat tersebut.
atas tanah dan kekayaan
alam, kehidupan sosial 2. Perubahan Masyarakat dan
budaya yang diatur oleh Kebudayaan
hukum adat dan lembaga Kebudayaan dan masyarakat
adat yang mengelola ibarat dua sisi mata uang yang satu sama

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


335 Komunitas Adat Kampung Mahmud ... (Rosyadi)

lain tidak dapat dipisahkan. Masyarakat terbentuklah ketertiban serta hukum dan
menciptakan kebudayaan, sebaliknya, kaidah-kaidah demi kelanjutan eksistensi
kebudayaan juga melahirkan masyarakat. kelompok (op.cit.:122)
Banyak ahli-ahli antropologi maupun Mengenai keterkaitan antara
sosiologi yang telah melahirkan teori- kebudayaan dan masyarakat dijelaskan
teori tentang pembentukan masyarakat pula oleh A.R. Radcliffe-Brown melalui
dan kebudayaan. Sebut saja Bronislow teori fungsionalisme-strukturalnya.
Malinowski, misalnya; melalui teori Kalau Malinowski lebih menekankan
fungsionalnya ia menjelaskan bahwa pada peranan individu, maka Radcliffe-
kebudayaan terbentuk sebagai respons Brown lebih menekankan pada fungsi
manusia terhadap tantangan/persoalan kebudayaan dalam struktur sosial.
yang dihadapinya, terutama dalam upaya Menurutnya berbagai aspek perilaku
untuk mempertahankan kelangsungan sosial, bukanlah berkembang untuk
hidupnya (survive). Kemudian bila memuaskan kebutuhan individual, tetapi
kebutuhan minimum manusia sudah justru timbul untuk mempertahankan
dapat dipenuhinya, maka ia berupaya struktur sosial masyarakat.
menciptakan kondisi buatan untuk Sungguhpun di antara kedua
mempertahankan kondisi yang dirasa ahli ini terdapat perbedaan perspektif
telah menguntungkannya. Kondisi penekanan, tetapi keduanya sepakat
buatan inilah yang oleh Malinowski bahwa pada akhirnya kebudayaan
dipandang sebagai kebudayaan dalam berfungsi untuk mempertahankan
bentuk sederhana dan esensi (Astrid S. kelangsungan masyarakat. Jadi jelas
Susanto, 1979) bahwa kebudayaan tidak dapat dilepaskan
Penjelasan selanjutnya seperti dari kehidupan sosial masyarakat.
yang dikutip oleh Astrid S. Susanto, Kendatipun kebudayaan tidak
bahwa kondisi buatan ini diusahakan dapat dipisahkan dari kehidupan
kelanjutannya dengan pengadaan masyarakat, namun proses-proses
kembali (reproduksi), pemeliharaan perubahan pada kedua hal ini tidak selalu
(maintainance) serta pengelolaan identik. Artinya, perubahan masyarakat
(management). Pengadaan unsur-unsur tidak selalu merupakan perubahan
ini sekaligus mengadakan standar kebudayaan; demikian pula perubahan
kehidupan kebudayaan kelompok atau pada unsur-unsur kebudayaan tidak selalu
masyarakat yang bersangkutan. Untuk menyebabkan perubahan pada struktur
mempertahankan eksistensi kelompok masyarakat. Akan tetapi, perubahan
dalam lingkungan alamiah, biologik dan kebudayaan dan masyarakat mungkin
fisik, manusia meneruskan pemikiran saja terjadi secara bersamaan.
serta pengalamannya kepada generasi Parsudi Suparlan, secara implisit
berikut sehingga terbentuklah tradisi. menjelaskan perbedaan kedua konsep
Penerusan ide-ide serta pengalaman perubahan ini. Ia menjelaskan bahwa
generasi satu kepada generasi berikutnya perubaan sosial adalah perubahan
dijalankan menurut metoda-metoda dalam struktur sosial dan dalam pola-
serta mekanisme pendidikan tertentu, pola hubungan sosial yang antara lain
sehingga terbentuklah lembaga-lembaga mencakup sistem status, hubungan-
(institutions) dan pelembagaan. Akhirnya hubungan dalam keluarga, sistem politik

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 331-347 336

dan kekuatan, serta persebaran penduduk. seketika, tetapi melalui proses perubahan
Adapun perubahan kebudayaan adalah pada unsur-unsurnya. Dalam setiap
perubahan yang terjadi dalam sistem ide kebudayaan selalu ada unsur-unsurnya
yang dimiliki bersama oleh para warga yang mudah berubah, dan ada unsur-
masyarakat yang bersangkutan, yang unsur yang sukar berubah. Ralph Linton,
antara lain mencakup aturan-aturan, dalam bukunya The Study of Men, yang
norma-norma yang digunakan sebagai dikutip oleh Koentjaraningrat dalam
pegangan dalam kehidupan warga buku Sejarah Teori Antropologi II,
masyarakat, nilai-nilai, teknologi, selera mengemukakan konsep perbedaan antara
dan rasa keindahan atau kesenian, serta bagian inti dari suatu kebudayaan (covert
bahasa (1981:2). culture), dan bagian perwujudan lahirnya
Secara umum penyebab perubahan (overt culture). Bagian intinya adalah
kebudayaan dan masyarakat bisa terjadi misalnya (1) sistem nilai-nilai budaya,
melalui dua sumber, yaitu sumber (2) keyakinan-keyakinan keagamaan
penyebab dari dalam masyarakat dan yang dianggap keramat, (3) beberapa
kebudayaan itu sendiri (faktor internal), adat yang sudah dipelajari sangat dini
dan sumber penyebab perubahan yang dalam proses sosialisasi individu warga
datangnya dari luar masyarakat dan masyarakat, dan (4) beberapa adat yang
kebudayaan yang bersangkutan (faktor mempunyai fungsi yang terjaring luas
eksternal). Untuk faktor yang pertama, dalam masyarakat. Adapun bagian
Ihromi menjelaskan, bahwa dalam setiap lahir dari suatu kebudayaan adalah
kebudayaan selalu ada suatu kebebasan PLVDOQ\D NHEXGD\DDQ ¿VLN VHSHUWL DODW
tertentu pada para individu, dan kebebasan alat dan benda-benda yang berguna,
individu memperkenalkan variasi ilmu pengetahuan, tata cara, gaya
dalam cara-cara berlaku, dan variasi hidup, dan rekreasi yang berguna serta
itu yang pada akhirnya dapat menjadi memberi kenyamanan. Bagian dari suatu
bagian dari kebudayaan (1980:32). kebudayaan yang lambat berubahnya
Atau bisa pula dorongan dari dalam dan sulit diganti dengan unsur-unsur
ini karena adanya rasa tidak puas atau asing, adalah bagian covert culture
adanya anggapan dari warga masyarakat (Koentjaraningrat, 1990:97).
pendukung kebudayaan itu sendiri bahwa
unsur-unsur budaya tertentu sudah
tidak dapat memenuhi kebutuhannya, 3. Perubahan Sosial Budaya pada
sehingga perlu diubah, dikembangkan Komunitas Adat Kampung
atau bahkan ditiadakan. Adapun faktor Mahmud
penyebab dari luar adalah masuknya Kampung Mahmud adalah
unsur-unsur budaya asing ke dalam suatu sebuah perkampungan khas, yang
kelompok masyarakat atau kebudayaan, memiliki pola pemukiman tradisional,
sehingga menyebabkan perubahan pada serta warganya taat memelihara dan
kebudayaan atau masyarakat tersebut, menjalankan adat istiadat peninggalan
baik dalam bentuk akulturasi maupun leluhurnya. Oleh karena itu, masyarakat
asimilasi. Kampung Mahmud dikategorikan ke
Perubahan kebudayaan maupun dalam kelompok komunitas adat. Dilihat
masyarakat tidak berjalan serentak, dari posisinya, Kampung Mahmud tidak

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


337 Komunitas Adat Kampung Mahmud ... (Rosyadi)

terlalu jauh dari Kota Bandung, dan peluang warga Mahmud berkomunikasi
tempat itu cukup mudah dijangkau dari dengan orang luar Kampung Mahmud.
Kota Bandung, baik dengan kendaraan Pertama, ada sarana transportasi berupa
pribadi maupun kendaraan umum. jembatan kokoh dan mulus di atas
Namun di wilayah areal perkampungan Sungai Citarum yang mempermudah
mereka menampakkan pemandangan keluar masuknya berbagai alat
yang sangat berbeda dengan pola transportasi ke tempat tersebut. Kedua,
pemukiman kelompok masyarakat media komunikasi berupa telefon, media
lainnya di sekeliling mereka. elektronik seperti radio dan televisi; juga
Mengenali Kampung Mahmud media cetak seperti surat kabar, majalah,
cukup mudah, karena di gerbang atau buku sudah masuk dan digunakan
pintu masuk ke kampung ini terdapat oleh warga masyarakat setempat untuk
sebuah gapura yang bertuliskan Makom menjalin komunikasi dengan dunia luar.
Mahmud. Makom Mahmud sendiri Selain itu, mereka pun sudah terbiasa
merupakan sebuah komplek makam dengan kunjungan para peziarah dari
keramat yang merupakan makam leluhur daerah lain.
masyarakat setempat. Makam keramat Secara administratif Kampung
ini banyak dikunjungi para peziarah, baik Mahmud termasuk ke dalam wilayah
dari lingkungan setempat maupun dari Desa Mekarrahayu, Kecamatan
luar Kampung Mahmud. Margaasih, Kabupaten Bandung. Areal
Kampung Mahmud menempati Kampung Mahmud meliputi dua RT,
lokasi yang terpisah dengan yakni RT 01 dan RT 02 di wilayah
perkampungan lainnya. Batas-batas RW 04. Penduduk Kampung Mahmud
yang mengelilingi Kampung Mahmud jumlahnya lebih kurang 200 kepala
adalah Sungai Citarum. Tepatnya, batas keluarga, menempati tanah seluas ± 4
Kampung Mahmud di sebelah barat, hektar. Lebih dari setengah luas lahan
selatan, dan timur adalah Sungai Citarum tersebut digunakan untuk pemukiman,
lama. Adapun di sebelah utara, Kampung dengan ciri khas rumah yang masih
Mahmud dibatasi oleh Sungai Citarum dipertahankan oleh sebagian warga.
Baru. Mereka menggantungkan hidup
Kampung Mahmud juga dan penghidupannya di tempat tinggalnya
menempati satu dataran yang agak rendah sendiri, dengan bertani dan berwirausaha.
atau lengkob dalam bahasa Sunda. Menjadi petani, khususnya petani
Meskipun demikian, tempat tersebut penggarap, merupakan mata pencaharian
tidak pernah mengalami banjir. Menurut sebagian besar penduduk Mahmud. Saat
pandangan masyarakat setempat, kondisi ini, sedikit sekali petani yang menggarap
tersebut berkat tuah atau barokah dari lahannya sendiri, baik sawah maupun
tanah karomah yang menjadi asal-usul kebun. Sebagian besar dari mereka
kampung tersebut. telah menjual lahan tersebut kepada
Secara geografis, Kampung orang luar Kampung Mahmud. Hasil
Mahmud memang berada di pinggiran penjualan tadi umumnya digunakan
Sungai Citarum dan agak terpisah dari untuk menunaikan ibadah haji. Sawah
perkampungan lain di sekitarnya. Kondisi yang masih dimiliki warga Mahmud
geografis seperti itu tidak menutup sekarang berada di wilayah desa lain,

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 331-347 338
karena terbentur batasan administratif. Kampung Mahmud dapat digambarkan
Sementara itu, lahan perkebunan berada sebagai berikut :
di dalam wilayah Kampung Mahmud % Syarif Hidayatullah (Cirebon)
sendiri. % Maulana Abdurahman
Jenis pertanian yang digarap % Pangeran Atas Angin
oleh mereka adalah menanam padi dan % Sultan Agung Mataram
sayuran. Mereka menanam padi di sawah % Dipati Ukur Sani (kedua)
dengan cara membagi hasil panen atau % Dipati Ukur Salis (ketiga)
“sistem maro” dengan pemilik sawah. % Eyang Mayasari (Cimanganten
Hasil panen tersebut biasanya tidak dijual, Garut)
melainkan dikonsumsi sendiri. Berbeda % Eyang Naya Dirga (Sentap Dulang)
dengan pertanian sayur yang dijadikan di Sukamiskin, Kp.Cisebel
sumber penghasilan bagi mereka, hasil % Eyang Dalem H. Abdul Manaf
tani tanaman sayur adalah untuk dijual. Eyang Dalem H. Abdul Manaf lama
Tanaman sayur yang dipilih di antaranya meninggalkan kampung halamannya dan
singkong, sawi hijau, dan bayam. hidup di tanah suci Mekah. Pada suatu
Selain bertani, warga Mahmud ketika dia memutuskan untuk kembali
juga mengembangkan wirausaha di ke tanah airnya. Meskipun dia belum
bidang meubeler dan konveksi. Barang menginjakkan kaki di negeri asalnya, dia
yang diproduksi dalam usaha meubeler PHUDVDNDQ VDWX ¿UDVDW EDKZD QHJHULQ\D
adalah meja dan kursi. Pekerjaan ini akan dijajah oleh bangsa asing (Belanda).
melibatkan banyak kaum pria, terutama Oleh karena itu, sebelum pulang, dia
generasi mudanya. Sementara itu berdoa secara khusus di satu tempat yang
remaja wanitanya lebih banyak terlibat dinamakan Gubah Mahmud. Gubah
dalam usaha konveksi. Barang-barang tersebut berdekatan dengan Masjidil
yang diproduksi oleh mereka adalah Haram. Dalam doanya dia memohon
topi, bendo atau blangkon, dan ikat petunjuk agar dapat kembali ke tempat
pinggang dari karet. Untuk memasarkan yang tidak akan tersentuh oleh penjajah.
barang-barang tadi, umumnya mereka Kemudian petunjuk yang diyakininya
berhubungan langsung dengan konsumen. sebagai ilham, mengisyaratkan bahwa
Selain berwirausaha di kedua bidang tadi, dia akan tinggal di tempat yang berawa.
ada juga yang membuka warung untuk Setelah merasa yakin dengan ilham
menjual berbagai kebutuhan hidup. yang diterimanya, dia pun kembali ke
negerinya sambil membawa segenggam
tanah “karomah” atau tanah haram dari
4. Legenda Asal Usul Kampung
Mekah.
Mahmud
Sesuai dengan petunjuk yang
Menurut legenda masyarakat
didapatkannya di Gubah Mahmud, dia
setempat, Kampung Mahmud didirikan
segera mencari rawa. Pencarian berakhir
pada sekitar abad ke-15. Pendirinya
setelah ditemukan lahan rawa yang
adalah Sembah Eyang Abdul Manaf.
terdapat di pinggiran Sungai Citarum.
Konon, dia masih keturunan Syarif
Oleh karena akan dijadikan lahan
Hidayatullah. Mata rantai garis keturunan
perkampungan, rawa tersebut kemudian
dari Syarif Hidayatullah hingga pendiri
diurug. Di tempat itu pula, dia mengubur

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


339 Komunitas Adat Kampung Mahmud ... (Rosyadi)

tanah “karomah” atau tanah haram yang diteruskan oleh anak-anaknya. Kalaupun
dibawanya dari Mekah. Kemudian ada anak-anaknya yang tidak menjadi
lahan yang semula rawa itu berubah ketua adat, mereka biasanya berperan
menjadi lahan yang layak untuk sebuah sebagai tokoh agama.
perkampungan. Satu per satu rumah
bermunculan sehingga membentuk 5. Pola Pemukiman
sebuah kampung. Karena tanah rawa Kawasan Kampung Mahmud
yang masih labil, maka ada ketentuan dahulu merupakan sebuah delta di
dilarang membangun rumah bertembok belokan Sungai Citarum. Kondisi delta
dan berkaca serta menggali sumur. Untuk ini berupa tanah rawa, yang masih
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari labil dengan posisi tanah lebih rendah
mereka memanfaatkan air dari Sungai dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Citarum. Kampung tersebut selanjutnya Sungai Citarum kemudian diluruskan
diberi nama Mahmud, nama yang sama dengan membangun saluran Sungai
dengan tempat Eyang Manaf berdoa Citarum baru dan menimbun sungai
ketika berada di Mekah, yakni Gubah Citarum lama yang terletak di depan
Mahmud. kawasan Kampung Mahmud.
Ketika masa penjajahan Belanda, Rumah-rumah dibangun
Kampung Mahmud kerap menjadi tempat mengelompok dan memadati bagian
persembunyian yang cukup aman bagi selatan Sungai Citarum baru. Selain
para pejuang. Konon untuk keperluan itu rumah tinggal terdapat bangunan-
pula, ditetapkan beberapa larangan, di bangunan lain, yaitu: satu sekolah
antaranya: dilarang memelihara angsa, Madrasah/Tsanawiyah yang terletak di
membunyikan gong, serta membuat dekat pintu masuk kampung, satu masjid
rumah bagus yang bertembok dan yang terletak di bagian barat kampung,
berkaca. satu bale yang mempunyai fungsi
Eyang Abdul Manaf mempunyai untuk tempat pengajian, menerima
7 generasi penerus hingga sekarang tamu, dan pertemuan atau musyawarah
ini, yaitu: (1) Eyang Sutrajaya, (2) masyarakat. Selain itu juga terdapat tiga
Eyang Inu, (3) Eyang Mahmud Iyan, madrasah, MCK, pekuburan, kebun, dan
(4) Eyang Aslim, (5) Eyang Kiai H. jalan. Persawahan terletak di sebelah
Zaenal Abidin, (6) Kiai H. Muhamad utara Sungai Citarum baru. Semua
Madar, dan (7) H. Amin. Setelah wafat, unsur tadi membentuk satu kesatuan
Eyang Abdul Manaf dimakamkan di pola pemukiman yang fungsional bagi
kampung yang didirikannya. Makamnya penghuninya.
tetap terpelihara hingga saat ini, bahkan Luas wilayah Kampung Mahmud
dikeramatkan oleh anak cucu keturunan sekitar 4 ha dengan jumlah rumah
warga Mahmud. Pada akhirnya makam sekitar seratus. Rumah penduduk
Eyang Dalem H. Abdul Manaf lebih merupakan unsur yang dominan di dalam
dikenal dengan nama Makom Mahmud, perkampungan tersebut. Rumah tampak
seperti tulisan yang tertera pada pintu mengelompok, tanpa ada ketentuan yang
gerbang memasuki Kampung Mahmud. mengatur arah menghadap rumah-rumah
Setelah dia meninggal, tampuk tadi. Umumnya rumah-rumah mereka
kepemimpinan Kampung Mamud berjejer berhadap-hadapan di sepanjang

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 331-347 340

jalan dan gang-gang kecil.. Pola Sebelah barat kampung, di


keletakan dan orientasi bangunan tidak dalam wilayah RT 02 terdapat komplek
sama antara rumah satu dengan lainnya. pekuburan warga Kampung yang cukup
Ukuran rumah pun bervariasi sesuai luas. Khusus untuk makam Sembah
dengan luas tanahnya. Pada umumnya Eyang Dalem Haji Abdul Manaf dan
bangunan rumah yang asli berderet dari beberapa makam keramat lainnya telah
arah tenggara – timur laut serta orientasi dibuatkan bangunan yang menaungi
rumah ke timur laut atau menghadap ke makam-makam tersebut. Bangunan
arah Sungai Citarum baru. tersebut cukup megah bila dibandingkan
Rumah-rumah yang ada di dengan bangunan-bangunan yang ada
Kampung Mahmud dapat dibedakan ke di perkampungan tersebut. Komplek
dalam tiga kategori. Pertama adalah rumah makam keramat Mahmud berlantai
asli, yakni rumah panggung, berdinding keramik, beratap, berpagar besi di
bilik, jendela kayu, dan berlantai palupuh sekelilingnya, dan dibentangkan kain
(dari bambu). Rumah asli seperti itu gordin untuk membatasi ruang yang satu
jumlahnya hanya tinggal sekitar 5%. dengan lainnya.
Kedua, rumah asli dengan modifikasi Dekat makam keramat Mahmud,
pada lantai yang tidak menggunakan terdapat masjid besar dengan model
palupuh, melainkan papan. Masih ada bangunan yang tradisional. Selain itu, juga
90% rumah penduduk dengan model terdapat madrasah yang tersebar secara
seperti itu. Ketiga, rumah permanen, merata di wilayah Kampung Mahmud.
yakni rumah bertembok, berkaca, dan Keberadaan fasilitas peribadatan tersebut
mengikuti model masa kini. Rumah dapat mengakomodasi kebutuhan rohani
seperti itu jumlahnya hanya beberapa warga Mahmud.
buah saja.
Rumah mereka umumnya
6. Religi dan Sistem Pengetahuan
dilengkapi sumur-sumur tradisional yang
Kehidupan religi masyarakat
dikelilingi pagar bambu dan letaknya
Kampung Mahmud diisi oleh dua hal
di samping atau belakang rumah. Pada
penting. Pertama, keyakinan mereka
mulanya, menggali sumur merupakan
yang kuat terhadap agama Islam.
salah satu tabu yang dipegang teguh oleh
Kedua, kepercayaan mereka yang tidak
masyarakat Mahmud. Untuk kebutuhan
kalah kuatnya terhadap keberadaan
air bersih penduduk mengambilnya dari
nenek moyang atau leluhur mereka
Sungai Citarum yang masih jernih dan
yang dinamakan “karuhun”. Kedua
tidak berbau. Namun belakangan, air
unsur tersebut cukup kental mewarnai
Sungai Citarum sudah tercemar hingga
kehidupan spiritual masyarakat sehari-
tidak bisa dipergunakan untuk kebutuhan
hari.
hidup sehari-hari. Oleh karena itu atas
Eyang Dalem H. Abdul Manaf
persetujuan pemimpin adat, Haji Amin,
yang menjadi leluhur masyarakat
penduduk diperbolehkan membangun
Kampung Mahmud adalah pemeluk
sumur di Kampung Mahmud. Perubahan
agama Islam. Konon, dia juga bertasauf
ini tidak berlangsung dengan mudah,
dengan menjauhi segala kemewahan yang
melainkan melalui serangkaian prosesi
bersifat duniawi. Dia lebih mencintai
ritual, yaitu melalui tawasul.

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


341 Komunitas Adat Kampung Mahmud ... (Rosyadi)

kesederhanaan dalam hidupnya. ada empat tokoh agama di Kampung


Warga komunitas Kampung Mahmud Mahmud, yakni H Safii, H.Didin, H.
mewarisi keyakinan yang sama, yaitu Amin, dan H. Kasmudin. Mereka masih
beragama Islam. Ekspresi ke-Islaman memiliki hubungan kerabat yang dekat
mereka tampak dalam berbagai aspek dengan pendiri Kampung Mahmud. Peran
kehidupan. Paling tidak hal itu terlihat mereka cukup dominan dalam membina
dari penampilan, aktivitas keagamaan, masyarakat di bidang keagamaan.
dan fasilitas pendukung lainnya. Keempat tokoh ini memiliki madrasah
Penampilan mereka secara fisik masing-masing yang dikelolanya sendiri.
tampak mengekspresikan ke-Islamannya. Madrasah tersebut menjadi tempat
Anak-anak sudah terbiasa berbusana pelaksanaan aktivitas keagamaan yang
muslim ketika pergi sekolah dan mengaji. rutin sifatnya, seperti pengajian. Sesekali,
Kaum wanita yang sudah memasuki usia tempat tersebut juga digunakan untuk
akil balig, berupaya menutupi auratnya suatu pertemuan atau menerima tamu dari
dengan memakai rok, kain, atau celana luar. Selain mengadakan pengajian,
panjang, baju berlengan panjang, dan mereka juga memuliakan peristiwa
berkerudung. Hal yang sama juga bersejarah dalam agama Islam. Beberapa
dilakukan oleh kaum pria. Para tokoh hari besar keagamaan yang senantiasa
agama biasanya mengenakan busana diperingati adalah Maulud Nabi dan Isra
yang lebih mencolok lagi. Mereka Miraj. Mereka memperingati hari besar
berjubah putih dan menggunakan ikat keagaman di masjid Jami, dengan tokoh-
kepala berupa sorban. tokoh agama sebagai pemimpinnya. Dana
Predikat haji yang disandang yang digunakan untuk kegiatan tersebut
s e b a g i a n b e s a r w a rg a M a h m u d , berasal dari warga, dan juga dari donatur
merupakan bukti pendukung lainnya. atau peziarah ke makam keramat.
Mereka melakukan berbagai upaya agar Sisi lain dari kehidupan religi
dapat menunaikan ibadah haji ke Mekah, mereka adalah mereka juga memiliki
termasuk menjual tanah atau sawah. kepercayaan yang mendalam terhadap
Saling menyapa “haji” pun merupakan “karuhun”. Yang disebut “karuhun” oleh
hal yang biasa dilakukan pada komunitas mereka adalah Sembah Eyang Dalem
Mahmud. H. Abdul Manaf, Sembah Eyang Dalem
Aktivitas keagamaan masyarakat Abdulah Gedug, dan Sembah Agung
di Kampung Mahmud menjadi bagian Zaenal Arif. Dari ketiga nenek moyang
dari rutinitas kehidupan mereka sehari- tersebut, Eyang Dalem H. Abdul Manaf
hari. Ada aktivitas keagamaan yang menempati kedudukan yang paling
bersifat individu, seperti melaksanakan tinggi, karena dialah pendiri Kampung
shalat atau pembinaan keagamaan di Mahmud. Kepercayaan mereka terhadap
lingkungan keluarga. Selain itu, keberadaan “karuhun” melahirkan
berkembang juga aktivitas keagamaan budaya spiritual yang cukup kental
yang mencerminkan kebersamaan di dalam kehidupan masyarakat Kampung
lingkungan masyarakat. Mahmud.
Aktivitas keagamaan dalam Mereka begitu mencintai dan
skala yang lebih luas berada di bawah menghormati “karuhun”nya. Sebagai
komando para tokoh agama. Sedikitnya bukti kecintaan, penghargaan, dan

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 331-347 342

penghormatan mereka terhadap maupun peziarah yang datang dari


leluhurnya adalah dengan megikuti sepak tempat lain, bahkan dari luar Bandung.
terjangnya atau mematuhi apa yang telah Pada malam Jumat, jumlah peziarah
digariskan oleh para leluhur. Selain itu, lebih banyak dari malam-malam lainnya.
mereka juga memelihara makamnya Terlebih lagi pada malam Jumat kliwon
dengan baik, bahkan menempatkannya dan 12 Maulud, jumlah peziarah akan
sebagai makam keramat yang senantiasa melimpah ruah. Bahkan rumah penduduk
diziarahi oleh mereka. Makam keramat itu pun kerap digunakan untuk menginap
ada di dua tempat. Makam Eyang Dalem para peziarah yang datang dari tempat
H.Abdul Manaf dan Sembah Agung jauh dan bermaksud berziarah selama
Zaenal Arif berdampingan menempati beberapa hari.
komplek pemakaman keramat dekat Sebelum berziarah ke makam
masjid Jami; sedangkan makam sembah keramat, tamu harus menemui kuncen
Eyang Dalem Abdullah Gedug berada di terlebih dulu. Tugas kuncen adalah
pinggir Sungai Citarum lama. melayani tamu yang akan ke makam,
Mereka memiliki kebiasaan menanyakan tujuan kedatangan peziarah,
menziarahi ketiga makam keramat tadi, dan menjaga kebersihan serta keamanan
terutama makam Eyang H. Abdul Manaf. makam.
Mereka datang untuk mendoakan nenek Kepercayaan terhadap leluhur tidak
moyangnya Selain itu, ada kalanya hanya diwujudkan dengan menziarahi
kedatangan mereka juga disertai satu makamnya, melainkan juga dengan
keinginan yang sangat pribadi sifatnya. menaati aturan-aturannya. Beberapa
Mereka merasa yakin keinginannya aturan yang kemudian berkembang
akan lebih didengar oleh Yang Maha menjadi larangan atau tabu di kalangan
Kuasa karena dibantu oleh leluhurnya. masyarakat setempat antara lain adalah:
Bagaimanapun juga leluhur mereka ‡ dilarang membangun rumah yang
adalah orang yang saleh dan dicintai bertembok dan berkaca;
Allah. Dengan keyakinan inilah, ‡ dilarang memukul gong atau
mereka berziarah, untuk berdoa dan goong;
menyampaikan keinginannya di makam ‡ dilarang memelihara angsa; dan
keramat. ‡ dilarang membuat sumur.
Mereka memiliki jadwal tertentu Sebagian tabu memang diketahui
untuk menziarahi makam keramat. Jadwal latar belakangnya, dan sebagian lagi
untuk bapak-bapak biasanya hari Jumat. tidak diketahui asal-usulnya. Misalnya,
Setelah shalat Jumat, mereka bersama- larangan memukul gong dan memelihara
sama pergi ke makam keramat yang tidak angsa erat kaitannya dengan masa
jauh dari mesjid Jami. Sementara itu, penjajahan Belanda. Konon, Kampung
jadwal ziarah ibu-ibu adalah juga hari Mahmud dulunya menjadi salah satu
Jumat, hanya waktunya setelah Ashar. tempat persembunyian para pejuang dari
Ibu-ibu berziarah ke makam keramat kejaran kaum penjajah. Bunyi gong dan
setelah acara pengajian. suara angsa merupakan simbol keramaian
Hampir setiap hari ada tamu yang dan adanya kehidupan. Oleh karena itu,
datang menziarahai makam keramat, leluhur mereka menetapkan larangan tadi
baik warga Kampung Mahmud sendiri,

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


343 Komunitas Adat Kampung Mahmud ... (Rosyadi)

agar tempat tersebut bebas dari pantauan menempati rumah tersebut. Tawasul
penjajah. dilakukan di atas sebidang tanah yang akan
Beberapa upacara adat yang masih dibangun rumah. Waktunya bertepatan
sering dilakukan masyarakat Kampung dengan peletakan batu pertama. Acara
Mahmud antara lain: ini juga dihadiri oleh para tetangga
dan pekerja bangunan, dan tentunya
a. Upacara Sepanjang Lingkaran Hidup pemilik rumah. Mereka bersama-sama
Wa rg a k o m u n i t a s K a m p u n g berdoa memohon keselamatan, di bawah
Mahmud masih melakukan berbagai pimpinan seorang kuncen. Usai berdoa,
upacara yang berkaitan dengan lingkaran mereka makan tumpeng bersama.
hidup. Upacara-upacara yang dimaksud Upacara kedua berlangsung
adalah upacara kehamilan yang dilakukan ketika rumah sedang dibangun, yaitu
pada saat usia kehamilan tujuh bulan dan pada saat “naekkeun suhunan” atau
disebut dengan istilah upacara “nujuh membuat rangka atap rumah. Pemimpin
bulan” atau upacara “tingkeb”. Upacara upacaranya adalah kuncen, dan peserta
yang berkaitan dengan kelahiran seperti: upacaranya adalah pemilik rumah dan
upacara selamatan pemberian nama dan keluarganya, tetangga, dan para pekerja.
upacara “ngubur bali” (mengubur ari-ari Upacara ketiga dilakukan ketika
atau tembuni). Upacara masa kanak- rumah tersebut selesai dibangun.
kanak bagi anak laki-laki biasa dilakukan Upacara ini dinamakan “salametan”
upacara khitanan. Upacara yang berkaitan atau selamatan, karena pembangunan
dengan perkawinan seperti lamaran, rumah selamat dari hal-hal yang tidak
akad nikah, dan lain-lain. Upacara diinginkan. Perlengkapan upacara yang
yang berkaitan dengan kematian, yaitu disediakan untuk upacara tersebut adalah
tahlilan selama 7 hari berturut-turut, tumpeng dan makanan kecil lainnya.
upacara tileman, yaitu memperingati hari Upacara selamatan dilaksanakan di
kematian seseorang, dimulai pada hari dalam rumah baru, serta dipimpin oleh
ketiga (tiluna), hari ketujuh (tujuhna), seorang kuncen.
hari keempat puluh (matang puluh), hari
keseratus (natus), hari keseribu (newu), c. Upacara Memandikan Keris
dan mendak atau tepung taun. Upacara memandikan keris
dilaksanakan pada tanggal 12 Maulud.
b. Upacara Membangun Rumah Tujuan upacara ini adalah “ngalap
Masyarakat Kampung Mahmud barokah” (mengharap berkah) dari malam
masih melaksanakan upacara adat yang 12 Maulud yang diperingati sebagai hari
berkaitan dengan pembangunan sebuah lahir Nabi Mumhammad saw. Tempat
rumah. Sebelum membangun rumah, penyelenggaraan upacara di madrasah
mereka biasanya bertawasul. Tujuan yang berdekatan dengan rumah ketua adat.
tawasul adalah untuk meminta izin dan Perlengkapan upacara yang digunakan
berkah kepada “karuhun” yang telah adalah keris-keris kepunyaan para tokoh
membangun daerahnya agar selamat masyarakat maupun warga masyarakat,
dalam membangun rumah. Selain itu, seperti keris atau alat kerja seperti golok,
tawasul juga bertujuan untuk meminta pisau, cangkul dan lain-lain. Pemimpin
keselamatan bagi penghuni yang akan upacara ini adalah ketua adat dibantu

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 331-347 344
oleh tokoh masyarakat lainnya. Selain Mahmud. Secara intern, dia sangat
mereka, warga Mahmud juga terlibat berperan dalam berbagai aspek kehidupan
menjadi peserta upacara. masyarakat. Dalam aspek keagamaan
misalnya, dia termasuk tokoh agama yang
7. Sistem Kemasyarakatan disegani. Dalam kehidupan spiritual, dia
Pengalaman hidup bersama pada menjadi tokoh utama bagi masyarakat
kalangan warga komunitas Kampung setempat. Selain karena masih keturunan
Mahmud, telah melahirkan struktur sosial pendiri Mahmud, dia juga memiliki
yang berbeda dari struktur masyarakat di pengetahuan yang mendalam tentang
sekelilingnya. Struktur sosial komunitas tradisi warisan leluhurnya. Oleh karena
adat Kampung Mahmud berada di itu, dia menjadi tempat bertanya dan
bawah satu sistem kepemimpinan yang mediator yang menghubungkan warga
khas. Kekhasannya terletak pada figur dengan leluhurnya. Dia senantiasa
pemimpin informal yang sangat berperan memimpin upacara ritual yang ada
dalam menj aga keselarasan roda kaitannya dengan leluhur mereka.
kehidupan mereka. Pemimpin informal Mengingat aktivitas spiritual cukup
di Mahmud terdiri atas ketua adat dan dominan di tempat tersebut, dia dibantu
tokoh agama. Sementara itu, pemimpin oleh beberapa orang yang bertugas
formal di tempat tersebut terbentuk sebagai kuncen. Mereka yang ditugasi
atas dasar kepentingan adiministratif sebagai kuncen, biasanya tokoh agama
pemerintahan. Yang termasuk ke dalam pula.
jajaran pemimpin formal adalah ketua Fungsi ketua adat secara ekstern
RW dan ketua RT. erat kaitannya dengan kehidupan di luar
Saat penelitian ini dilakukan, Kampung Mahmud. Pertama, dia berperan
Kampung Mahmud dipimpin oleh menjadi mediator pemerintah dalam
seorang ketua adat, yakni H. Didin. menyampaikan program pemerintah
Belum satu tahun dia menduduki atau informasi penting lainnya kepada
jabatan tersebut, menggantikan H.Amin masyarakat. Kedua, dia dibantu oleh
yang sudah meninggal. Dia dipandang beberapa kuncen melayani tamu yang
memenuhi kriteria untuk menjadi kedua berziarah ke makam keramat. Ketiga, dia
adat karena dia memiliki kemampuan mempunyai tanggung jawab moral dan
yang cukup dalam bidang agama dan sosial untuk menyaring sedini mungkin
adat istiadat, masih keturunan pendiri informasi atau pengaruh-pengaruh negatif
Kampung Mahmud, memiliki kharisma yang dapat menyesatkan warganya.
dan wibawa, serta aktivitasnya menonjol Melihat perannya yang cukup
dalam kehidupan masyarakat. Atas dasar dominan di Kampung Mahmud, tidak
itulah, melalui kelompok-kelompok salah jika dia menempati kedudukan
pengajian, kemudian sampai ke tokoh- yang sangat penting. Bersama-sama
tokoh masyarakat, namanya diusulkan dengan sesepuh keturunan Sembah Eyang
dan dipandang tepat untuk menjadi ketua H.Abdul Manaf, mereka menduduki
adat. lapisan pertama pada sistem pelapisan
Sebagai ketua adat, dia masyarakat di tempat itu. Lapisan kedua
menjalankan dua fungsi utama, yakni diduduki oleh mereka yang menjadi
fungsi ke dalam dan ke luar Kampung tokoh agama. Lapisan ketiga ditempati

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


345 Komunitas Adat Kampung Mahmud ... (Rosyadi)

oleh mereka yang tergolong kaya atau memandang masyarakat dan kebudayaan
berpendidikan, guru misalnya. Baru Sunda sebagai cita-cita utopis, akan
kemudian diikuti oleh warga masyarakat tetapi menyadari bahwa di tengah-tengah
pada umumnya. masyarakat dan kebudayaan Sunda
ada kebudayaan-kebudayaan lain yang
8. Kesenian juga eksis. Terlebih lagi dengan semakin
Masyarakat Kampung Mahmud intensifnya kontak antarbudaya, maka
mayoritas adalah orang Sunda. proses-proses akulturasi pun tidak dapat
Meskipun demikian, kesenian Sunda dihindari.
tidak berkembang dan tidak pernah Kebudayaan Sunda kini
dipergelarkan di tempat tersebut. Hal ini dihadapkan pada kebudayaan-
sangat erat kaitannya dengan larangan kebudayaan lain yang daya pengaruh dan
atau tabu untuk memukul gong yang cakupannya jauh lebih luas. Pertama ialah
masih dipegang kukuh oleh mereka. kebudayaan bangsa atau kebudayaan
Kesenian yang berkembang dan diminati nasional, dan kedua adalah kebudayaan
masyarakat Kampung Mahmud adalah dunia (globalisasi). Kedua “budaya
kesenian yang bernafaskan ke-Islaman, asing” ini mempengaruhi dan memberi
seperti kasidahan. Jenis kesenian warna pada keberadaan kebudayaan
tersebut berupa nyanyian yang diiringi Sunda masa kini.
irama tetabuhan rebana, dengan lirik Komunitas adat Kampung
lagu bernafaskan ke-Islaman. Mereka Mahmud adalah komunitas orang Sunda
yang terlibat menjadi anggota kelompok yang berlatar belakang budaya Sunda.
kasidahan adalah generasi muda, baik pria Namun dalam beberapa hal kebudayaan
maupun wanita. Hampir setiap madrasah mereka menunjukkan kekhasan, yang
yang ada di Mahmud memiliki kelompok lebih banyak menonjolkan pengaruh
kasidahan sendiri. Kasidahan biasanya unsur-unsur budaya Islam. Hal ini
ditampilkan pada saat peringatan hari- nampak sekali dalam penampilan
hari besar keagamaan. dan aktifitas keseharian mereka dan
juga dalam kehidupan berkesenian.
Kendatipun mereka adalah orang Sunda,
C. PENUTUP tetapi kesenian Sunda tidak berkembang
Dewasa ini ada dua pandangan di di kalangan masyarakat setempat, justru
kalangan masyarakat Sunda mengenai kesenian yang berkembang adalah
jatidiri masyarakat Sunda. Pandangan kesenian kasidahan yang notabene
yang pertama cenderung bersifat bernafaskan Islam. Demikian pula dalam
etnosentris, yang memandang masyarakat hal ritual-ritual yang biasa dilaksanakan
dan kebudayaan Sunda sebagai yang oleh masyarakat setempat adalah ritual-
pertama, yang utama, serba baik dan ritual Islami yang berbaur dengan tradisi
nyaris tanpa cacat. Pandangan ini berlatar Sunda.
pada mitos-mitos mengenai nenek Hal ini dapat dirunut dari
moyang orang Sunda, dan kejayaan “karuhun” yang menjadi cikal bakal
kerajaan-kerajaan Sunda di masa lampau. masyarakat setempat, yaitu Eyang Haji
Sedangkan pandangan yang kedua lebih Abdul Manaf yang menurut legenda
bersifat realistis. Mereka tidak lagi masyarakat setempat lama hidup di

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 331-347 346
tanah suci Mekah. Dia pun dipercaya teguh oleh seluruh warga Mahmud, yakni
sebagai tokoh penyebar agama Islam. memelihara angsa dan menabuh gong.
Dengan sendirinya tradisi-tradisi yang Khusus untuk larangan menabuh gong,
diturunkannya pun adalah tradisi-tradisi berakibat pada larangan mempergelarkan
bernafaskan Islam. kesenian wayang golek atau kesenian
Pada dekade tahun 1980-an, yang ada perangkat gongnya. Meskipun
beberapa perubahan mulai nampak. demikian, mendengarkan musik atau
Sikap longgar terhadap tradisi mulai gamelan yang ada nuansa gongnya dari
terlihat. Dalam hal tabu misalnya, dulu di kaset atau radio, tidaklah dilarang.
kalangan masyarakat setempat terdapat
tabu membuat sumur air. Namun pada
tahun 1980-an pantangan ini mulai
melonggar. Ketika itu. membuat sumur
bukan hal yang ditabukan lagi. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
nampaknya merupakan rasionalisasi
dari ketidakmungkinan Sungai Citarum
Bustami, Abd. Latif. 2006.
dimanfaatkan sebagai sumber kebutuhan
³0RQRJUD¿ .RPXQLWDV $GDW´.
air bersih bagi warga Kampung Mahmud.
Makalah untuk Pedoman
Pada saat itu, Sungai Citarum sudah
Inventarisasi Komunitas \
mulai tercemar oleh limbah.
Adat.Jakarta : Direktorat
Dalam hal mendirikan bangunan,
Kepercayaan Terhadap Tuhan
juga mulai menampakkan perubahan.
Yang Maha Esa, Direktorat
Beberapa bentuk rumah yang “tidak
Jenderal Nilai Budaya, Seni
asli”, mulai berdiri. Yang dimaksud
GDQ )LOP ³3HGRPDQ 0RQRJUD¿
dengan rumah “tidak asli” di sini adalah
Komunitas Adat”. Tahun 2008.
yang lantainya dibuat dari papan, bukan
dari “palupuh” seperti bentuk rumah Hendarti, Latipah.2004.
asli. Pertengahan dekade 1980-an, “Upaya Peningkatan Partisipasi
mulai ada bangunan permanen, berupa Komunitas Adat Terpencil
mesjid. Perubahan-perubahan ini pun (Kat) dalam Pengelolaan
tidak terjadi sertamerta, tetapi melalui Sumber Daya Alam:
proses adat di bawah pengawasan Sebuah Pengalaman Belajar
ketua adat dan jajarannya. Pada saat Bersama dengan Masyarakat/
itu, ketika akan dibangun masjid yang Masyarakat Adat Kasepuhan di
berkonstruksi tembok, karena dipandang Kawasan Ekosistem Halimun”,
akan melanggar tabu maka para tokoh dalam Prosiding Seminar
masyarakat setempat melakukan tawasul Pengembangan Kawasan
terlebih dahulu, dan minta izin kepada Tertinggal Berbasis Komunitas
leluhurnya dengan berpuasa selama 40 Adat Terpencil Direktorat
hari. Pembangunan masjid pun berjalan Pengembangan Kawasan
lancar. Khusus dan Tertinggal. Jakarta:
Sikap longgar tadi tidak Direktorat Pengembangan
diberlakukan terhadap semua larangan. Kawasan Khusus dan Tertinggal
Masih ada tabu yang tetap dipegang BAPPENAS.

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


347 Komunitas Adat Kampung Mahmud ... (Rosyadi)

Ihromi, T.O.1980.
Pokok-Pokok Antropologi
Budaya. Jakarta: Penerbit
Gramedia.
Koentjaraningrat, 1987.
Sejarah Teori Antropologi I.
Jakarta: Penerbit UI-Press.
Rosyadi, 2009.
“Mengenali Komunitas Adat
di Jawa Barat”. Makalah yang
disampaikan dalam Penayangan
dan Diskusi Kebudayaan yang
diselenggarakan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bandung Barat di
Padalarang Bandung.
Suparlan, Parsudi. 1980/1981.
“Manusia, Kebudayaan dan
Lingkungannya, Perspektif
Antropologi Budaya”, dalam
Majalah Ilmu-ilmu Sastra
Indonesia (Indonesian Journal
of Cultural Studies). November/
Februari. Jilid IX No.2 dan 3.
Hal.237-249. Jakarta: Penerbit
Bharata.
Sumakerti, Muhtarom, 2009.
“ D i l e m a P e m b e rd a y a a n
Komunitas Adat”. Makalah yang
disampaikan dalam Workshop
dan Festival Komunitas Adat,
diselenggarakan oleh BPSNT
Bandung.
Susanto, Astrid. S. 1979.
Pengantar Sosiologi dan
Perubahan Sosial. Bandung:
Penerbit Bina Cipta.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011

Anda mungkin juga menyukai