DISUSUN OLEH :
NAMA : NELA RAHMADANI
NIM : 122101004
PRODI : AGRIBISNIS
FK : PERTANIAN
BAB I
PENDAHULUAN
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu “buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal). Dalam bahasa inggris,
kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari bahasa latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia.
Tentunya di dalam sebuah penelitian terdapat acuan agar dapat terfokus dan
tidak meluas dalam pelaksanaan nantinya. Acuan dalam penelitian ini diambil dari
seorang ahli Antropologi bernama Ralph Linton yg mengemukakan bahwa kebudayaan
secara umum diartikan sebagai way of life suatu masyarakat. Way of life mencakup :
· Way of thingking (cara berfikir, bercipta)
· Way of feeling (cara berasa, mengekspresikan rasa), dan
· Way of doing (cara berbuat, berkarya).
2. Manfaat Praktis
1. Menambah pengetahuan penulis tentang aspek-aspek kultural masyarakat desa.
2. Memberikan gambaran mengenai kebudayaan masyarakat Desa Berkah.
BAB II
METODE PENELITIAN
Dalam rangka pengumpulan data dan bahan yang diperlukan penulis untuk
mengadakan penelitian lapangan(filed research) yaitu penelitian dengan tujuan
langsung ke objek penelitian.
· Sampel
Beberapa orang masyarakat Desa Berkah yang diharapkan dapat
mewakili seluruh masyarakat desa.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Pada saat Bapak Soeharto masih menjabat sebagai Presiden RI, ia mencetuskan
sebuah program Trasmigrasi. Trasmigrasi adalah suatu program untuk mencegah agar
tidak terjadinya kepadatan penduduk di suatu daerah, khususnya daerah Pulau Jawa.
Pemerintah mengalihkan sebagian penduduk dari Pulau Jawa ke pulau-pulau yang
masih dianggap memiliki lahan yang cukup luas untuk ditinggali. Salah satunya ada di
Desa Berkah, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Desa Berkah adalah desa yang terbentuk atas kebijakan pemerintah melalui
program transmigrasi pada tahun 1992. Desa yang awalnya hanya hutan belantara
kemudian dibuka untuk ditinggali dan sebagai lahan pertanian bagi masyarakat. Pada
umumnya masyarakat Desa Berkah didominasi oleh masyarakat transmigran dari suku
Jawa, namun sekarang sudah banyak pula masyarakat dari suku-suku lain yang tinggal
di Desa Berkah. Keberagaman itu justru membuat toleransi antar suku, agama dan
budaya semakin baik sehingga masyarakat Desa Berkah hidup dengan aman, nyaman,
dan tentram tanpa ada rasa saling intimidasi antara anggota masyarakatnya.
3.1 Cara Berfikir Masyarakat Desa Berkah Jika Dilihat Dari Kebudayaannya
Cara berfikir masyarakat Desa Berkah khususnya petani kini mulai berkembang,
hal tersebut seiring dengan berkembangnya teknologi seperti telepon pintar atau sering
disebut smartphone. Namun berkembangnya tidak mengarah kepada bagaimana cara
berfikir masyarakat khususnya petani untuk memajukan sektor pertanian di daerahnya.
Baik dari segi pembudidayaan, pengolahan tanah, dan pemberantasan penyakit dan
hama pada tanaman. Mereka masih bisa dibilang sebagai petani bersahaja yang
tergantung dan dikuasai alam.
Seperti contohnya saat ladang mereka terlihat semak terdapat dua pilihan
mengenai cara perawatannya, yaitu dengan membersihkannya(menerbas) dan
melakukan penyemprotan menggunakan pestisida agar rumput-rumput (gulma) yang
dianggap sebagai parasit tersebut mati. Penyemprotan tidak bisa dilakukan
sembarangan, yang harus dilakukan pertama kali adalah melihat kondisi cuaca atau
musim yang sedang berlangsung. Jika musim penghujan petani tidak dapat melakukan
penyemprotan karna yang seharusnya pestisida tersebut dapat mematikan rumput-
rumput (gulma) malah akan ikut mengalir dan meresap kedalam tanah sehingga rumput-
rumput penggangu tidak jadi mati.
Seharusnya dengan kondisi seperti ini masyarakat desa berkah khususnya petani
mulai berfikir untuk memanfaatkan teknologi yang berkembang (smartphone) dengan
cara mencari tahu segala hal tentang bagaimana cara mengembangkan sektor pertanian
mereka agar nantinya tidak bergantung pada alam lagi.
3.2 Cara Masyarakat Desa Berkah Dalam Mengekspresikan Rasa Yang Tercermin
Dalam Kebudayaannya
Biasanya ada dua cara masyarakat Desa Berkah dalam mengkespresikan rasa,
baik rasa senang atau sedih. Jika meng ekspresikan rasa senang dapat dilihat dari
kebiasaan mengadakan syukuran atau sering disebut kendurian. ada banyak macam
syukuran , salah satunya adalah syukuran bayi. Syukuran ini diadakan sebagai ungkapan
rasa syukur keluarga atas anugerah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
Kemudian dalam mengekspresikan rasa sedihnya jika ada salah satu yang
meninggal didalam sebuah keluarga akan diadakan yasian. Hal ini dilakukan sebagai
bentuk upaya untuk mendoakan Almarhum serta memberi ketabahan dan kekuatan bagi
keluarga yang ditinggalkan.
3.3 Cara Masyarakat Desa Berkah Berbuat Dengan Dilihat Dari Kebudayaannya
Berdasarkan penjelasan tentang cara mengekspresikan rasa diatas, dapat terlihat
perbuatan sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat Desa Berkah apabila mereka
mendengar atau mengetahui ada kabar duka yang menimpa salah satu anggota
masyarakatnya adalah dengan membawakan buah tangan dan memberikan suport
sebagai bentuk kepedulian dan jiwa sosial yang mereka miliki.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya penelitian oleh penulis, ternyata didapatkanlah kesimpulan
dari aspek-aspek kultural masyarakat Desa Berkah yang dilihat dari pendapat seorang
ahli Antropologi bernama Ralph Linton tentang way of life yang mencakup : Way of
thingking (cara berfikir, bercipta) mayarakat desa masih kurang berkembang, Way of
feeling (cara berasa, mengekspresikan rasa) masyarakat desa sangat baik, dan Way of
doing (cara berbuat, berkarya) masyarakat desa melalui jiwa sosial masih sangat tinggi.