-SOSIOLOGI-
Cimahi, 8 Novembe2022
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-
Nya kepada penulis, sehingga laporan yang berjudul “Pemberdayaan Karawitan Sunda” dapat
diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan serta tanpa kendala apapun.
Laporan ini ditujukan guna memenuhi salah satu tugas pada mata pelajaran Sosiologi
semester genap. Terurai dalam laporan ini mengenai hasil dari pemberdayaan pada masyarakat,
terdapat di dalamnya
Salah satu masalah yang akan sangat berdampak pada masa yang akan datang di generasi saat
ini yakni globalisasi dan westernisasi, Generasi ini dihadapi dua masalah yang nantinya akan
menghilangkan jejak budaya nusantara, Globalisasi dan westernisasi tidak akan menjadi masalah
apabila masyarakat mampu mengendalikan penyebarannya tersebut.
Maka dari itu suatu kepunahan dapat diatasi dengan adanya budidaya, salah satu budidaya
yang bisa serta mudah untuk dilakukan di masyarakat yakni pemberdayaan, dengan adanya ajakan
pemberdayaan yang menarik, masyarakat akan berminat pada ajakan yang nantinya budidaya budaya
nusantara akan terus lestari.
3
Daftar Isi
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I
2.1. Pengertian
2.2. Konsep pemberdayaan
2.3. Strategi pemberdayaan
BAB III
3.1. Proses pemberdayaan
3.2. Pelaksanaan
3.3. Hasil Pemberdayaan
BAB IV
4.1. Evaluasi
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
4
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan Latar belakang yang telah terurai maka dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalahnya sebagai berikut :
Bagaimana membuat generasi-generasi dini khusus di daerah jawa barat, paham akan
budaya Karawitan Sunda yang penuh dengan makna di setiap nada alunan music yang
dikeluarkan oleh gamelan.
Bagaimana membuat ajakan yang menarik guna pemberdayaan di isi oleh masyarakat
dari berbagai kalangan
Tercipta masyarakat yang sayang dan peduli akan budaya nusantara dan tercipta
masyarakat yang kaya akan pemahaman tentang makna dari alunan musik gamelan
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian
Karawitan adalah kesenian yang meliputi seni suara, seni rupa, seni sastra, seni tari,
seni drama, seni pedalangan, dan sebagainya. Seni mengolah bunyi benda atau alat bunyi-
bunyian secara tradisional gamelan disebut dengan Seni Karawitan. Dikatakan karawitan
berasak dari Bahasa sansekerta yaitu “RAWIT” yang artinya adalah keharmonisan atau
kehalusan. Sedangkan menurut seorang ahli dibidang karawitn sunda R.M.A. Kusuumadinata
menjelaskan bahwa “Karawitan berasal dari kata “Rawit’ yang awal suku katanya dari
“Ra” yang artinya sinar matahari, cahaya atau seni, sedangkan kata “Wit” artinya weda
atau dalam Bahasa indonesianya adalah pengetahuan”.
Karawitan Sunda adalah seni karawitan yang berasal dari Jawa Barat yang tersebar di
masyarakat sunda. Karawitan sunda terdiri dari karawitan sekar, karawitan gending, serta
karawitan sekar gending. Karawitan dalam budaya sunda sendiri mempunyai peranan penting
terhadap pertumbuhan dan perkembangan di berbagai jenis kesenenian di jawa barat, seperti
sebagai sarana hiburan, ritual, alat propaganda, ataupun sebagai sarana presentasi estetis
Sejarah
Istilah karawitan pertama digunakan dalam Bahasa Jawa, Sekitar tahun 1920, Istilah
tersebut mengacu pada seni suara, yang digunakan sebagai nama untuk kursus menabuh
gamelan di Museum Radya Pustaka Keraton Surakarta, Orang sunda menggunakan istilah
karawitan untuk jenis kesenian Degung, Cianjuran, Kliningan, Calung, Celempungan, Dan
berbagai jenis suara lainnya yang memiliki ciri tradisi sunda seperti sekar kawih, Sekar
kapasindenan, sekar tembang, serta seni suara yang dititik beratkan pada penggunaan laras
Salendro, Pelog, Degung, dan Madenda.
A. Unsur Komunitas
Menurut Soekanto (1983), terdapat tiga unsur pembentuk sebuah komunitas, yaitu:
6
3. Saling memerlukan. Unsur saling memerlukan diartikan sebagai perasaan
ketergantungan terhadap komunitas baik yang sifatnya fisik maupun psikis.
Unsur yang tercantum pada komunitas pemberdayaan Karawitan Sunda yakni unsur
Seperasaan karena kita sebagai masyarakat Indonesia sudah selayaknya untuk
memberdayakan dan melestarikan suatu kebudayaan nusantara. Serta Unsur saling
memerlukan karena setiap individu pastinya harus belajar satu sama lain dan tentunya setiap
anggota pun memiliki argument yang beragam, maka dengan adanya perbedaan argumen,
setiap individu dapat belajar satu sama lain, serta unsur saling membutuhkan yang dimana
setiap peserta saling membutuhkan ilmu baik dari peserta maupun dari pembimbing.
B. Fungsi Komunitas
Kearifan lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu mengenai
lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini biasanya adalah pandangan
hidup yang sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama
puluhan bahkan ratusan tahun. (www.gramedia.com)
Kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar
pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional.
Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam
waktu yang lama bahkan melembaga. Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat
berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum, adat, dan aturan-aturan khusus.
Kearifan lokal hidup dalam aneka budaya masyarakat dengan fungsinya yang bermacam-
macam pula (Suryono, 2012: 24-25).
Fungsi kearifan lokal yang saya gunakan pada pemberdayaan ini yaitu fungsi sebagai
konservasi dan pelestarian sumber daya alam, Pengembangan sumber daya manusia,
Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, Makna sosial, Serta Makna etika dan
moral sebab :
7
Dengan adanya pemberdayaan ini, berkembangnya kualitas sumber daya
masyarakat, serta terjaga dan berkembangnya ilmu pengetahuan kebudayaan
nusantara, khususnya kebudayaan karawitan Sunda.
Kearifan Lokal
Karawitan dalam budaya sunda sendiri mempunyai peranan penting
terhadap pertumbuhan dan perkembangan di berbagai jenis kesenenian di
jawa barat, seperti sebagai sarana hiburan, ritual, alat propaganda, ataupun
sebagai sarana presentasi estetis.
Nilai Lokal
Karawitan sebagai budaya tradisi tidak terlepas dengan tata nilai yang
berlaku di daerah tempat karawitan itu hidup dan berkembang, biasanya
kebiasaan, norma, dan tata nilai selalu menyertai selama budaya itu diakui
oleh masyarakat pendukungnya.
Hukum Dan Keterampilan Lokal
Hukum lokal pada karawitan ini yakni adanya larangan untuk
melangkahi setiap gamelan yang berada dilantai, dikarenakan secara
supranatural yang dipercayai masyarakat lokal terdapat penunggu yang
dipercayai oleh masyarakat lama, dengan dilangkahnya gamelan, maka
penunggu akan terganggu. Sedangkan secara logika, hal itu berarti kita harus
menghargai kebudayaan lokal yang telah turun-temurun di wariskan oleh
pendahuku kita.
Serta pada keterampilan lokal, diwajibkan kepada semua pemain
gamelan untuk memainkan gamelan secara lembut dan halus guna menjaga
alat musik tetap utuh serta guna menghasikan tangga nada yang indah.
A. Strategi pemberdayaan
Empowering
Empowerment adalah adalah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial dan mencerminkan paradigma baru dalam
8
pembangunan yang bersifat people centered participatory, empowering and
sustainable (Chambers, 1995 dalam Noor, 2011:94).
Empowering juga memperkuat potensi masyarakat untuk bergabung ke
dalam komunitas dengan menyiapkan berbagai macam dan beragam fasilitas
yang memiliki sangkut pau tantara kearifan lokal masyarakat dengan budaya
kearifan lokal karawitan sunda
Enabling
B. Prinsip pemberdayaan
Terdapat 4 prinsip pemberdayaan yakni
Prinsip kesetaraan
Prinsip Partisipasi
Prinsip keswadayaan dan kemandirian
Prinsip berkelanjutan
Pada pemberdayaan ini saya menggunakan beberapa dari prinsip diatas yaitu
prinsip Kesetaraan serta prinsip keswadayaan dan kemandirian
A. Prinsip Kesetaraan
Dalam proses pemberdayaan, penting untuk mengedepankan
kesetaraan kedudukan masyarakat dengan lembaga yang melakukan
program pemberdayaan. Masing-masing pihak yang terlibat saling
mengakui kelebihan dan kekurangan sehingga dapat saling bertukar
pengetahuan, pengalaman, dan dukungan.
Menyetarakan seluruh peserta pemberdayaan dengan cara,
tidak membedakan prilaku dan sifat antara peserta yang sudah faham
dan yang belum
9
BAB III
PEMBERDAYAAN
3.2. Pelaksanaan
Kamis, 24 November 2022, pukul 02.15 saya berangkat menuju lokasi pemberdayaan
karawitan sunda di ruang kesenian SMPN 5 Cimahi, telah ditunggu oleh rekan saya yang
akan membantu proses pemberdayaan, kami memulai kegiatan dengan pembukaan kepada
peserta pemberdayaan pada pukul 02.35 WIB, kemudian selama berlangsungnya
pemberdayaan, diberdayakanlah lagu tradisional gamelan sunda yakni Janger serta Jiro.
Kegiatan berlangsung tanpa adanya kendala, membuat kami mudah memahami
karakter dari setiap peserta yang mengikuti program pemberdayaan, peserta yang kami ambil
merupakan murid ekstrakurikuler serta non ekstrakurikuler (tidak mengikuti ekstrakurikuler
karawitan di SMPN 5 Cimahi.
Beruntung kami bertemu dengan pembimbing karawitan yang dimana beliau adalah
pembimbing saya saat saya masih menjabat menjadi ketua ekstrakurikuler seni tari dan
karawitan di SMPN 5 Cimahi, dengan adanya pertemuan kami, peserta mendapat bimbingan
tambahan dari pembimbing ekstrakurikuler seni tari dan karawitan.
pemberdayaan berjalan lancar serta mayoritas peserta dengan mudah memahami cara
memaikan alat musik gamelan, juga peserta dengan mudah mempelajari lagu karawitan sunda
yakni Janger serta Jiro, dengan waktu yang dapat dikatakan singkat. Meskipun sebenarnya
terdapat beberapa peserta yang masih sulit mengsingkronisasi permainan otak dengan tangan
disaat sedang memukul gamelan, namun hal tersebut merupakan hal yang lumrah bagi para
peserta yang belum pernah sekalipun menyentuh alat musik gamelan.
10
BAB VI
EVALUASI
Pemberdayaan berjalan dengan lancar dan baik, meskipun terdapat beberapa kendala
seperti terdapat peserta pemberdayaan yang tidak memegang alat musik karena alat musik
yang dipakai sudah terisi, maka kami membuat sebuah sistem mendadak yang mengharuskan
peserta bergantian setelah beberapa menit bermain gamelan, dan juga beberapa peserta yang
belum pernah sama sekali memegang dan memainkan gamelan, sedikit sulit untuk memahami
cara memainkan gamelan yang baik dan benar dan cara mengsingkronisasi otak dengan
tangan yang bekerja satu sama lain, namun setelah 2 jam kegiatan, semua peserta dapat
memahami penggunaan pemukul gamelan dan cara memainkan gamelan yang baik dan
benar. Maka dari itu pemberdayaan karawitan sunda tanggal 24 november 2022 telah tercapai
tujuannya yang mana para peserta diharapkan untuk bisa menguasai serta minimal
memahami cara memainkan gamelan.
11
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kita sebagai masyarakat Indonesia tentunya wajib untuk bangga terhadap tanah air
dengan segala keragaman budaya yang dimiliki nusantara, dari sekian banyak budaya
kearifan lokal yang terdapat dari sabang sampai Merauke, karawitan sunda dipilih menjadi
objek utama dalam kegiatan pemberdayaan ini, sebab masyarakat yang tinggal di Kawasan
Jawa Barat sudah seharusnya mengenal, menjaga, memahami, serta mewariskan budaya
kearifan lokal tersebut, saya berusaha untuk mengupayakan supaya Karawitan sunda selalu
hidup di hati masyarakat Indonesia, khususnya Kawasan sunda yakni provinsi Jawa Barat.
5.2. Saran
Bagi masyarakat baik yang memiliki ambisi maupun yang tidak untuk mengenal suatu
budaya warisan sudah selayaknya bagi kita sebagai orang Indonesia untuk menjaga dan
melestarikan kearifan lokal yang menjadi suatu daya tarik dari daerah tertentu. Dan tentu saja
dengan adanya ajakan untuk menjaga dan melestarikan, kita sebagai rakyat Indonesia
bertujuan untuk menghilangkan kata punah dari kamus kebudayaan lokal nusantara.
12
LAMPIRAN
13