Anda di halaman 1dari 17

MENGENAL KEBUDAYAAN SUKU SUNDA

Disusun Oleh :
Aldi Muhamad Riadi (22262011043)
Hilman Nur Khalish (22262011061)
Muhammad Arifin (22262011044)
Mochamad Farhan L (22262011050)
Pajar Dela Priatna (22262011053)
Sahril Salam (22262011264)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH


TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG

i
Abstrak
Manakala berbicara tentang Kebudayaan Sunda, pada tahapan awal saja sudah banyak
permasalahan yang akan muncul. Oleh karenanya sebelum sampai pada pembahasan tentang
substansi Kebudayaan Sunda, pembicaraan sudah akan menjadi hangat ketika timbul
pertanyaan tentang makna Sunda dalam Kebudayaan Sunda. Sunda dalam Kebudayaan
Sunda apakah dipahami sebagai sebuah etnisitas atau sebagai wilayah geografis. Manakala
Sunda dipahami sebagai sebuah wilayah geografis maka untuk menetapkan mana yang
dimaksud wilayah atau tanah Sunda bukanlah merupakan hal yang mudah. Jawa Barat
sebagai tempat bermukimnya urang Sunda tidaklah lantas dapat dikatakan sebagai wilayah
Sunda. Era otonomi daerah yang kini bergerak kencang semakin memperlihatkan sulitnya
wilayah Jawa Barat untuk dapat dikatakan sebagai tanah Sunda.1 Oleh karenanya sekali lagi,
untuk menetapkan sebuah wilayah geografis yang bernama wilayah Sunda bukanlah
merupakan hal yang mudah, malahan bila hal tersebut dilakukan dengan tidak hatihati bisa
jadi akan menimbulkan kegoncangan yang cukup serius. Lantas, kalau memang Jawa Barat
sudah sulit untuk direpresentasikan sebagai tanah Sunda, masih adakah wilayah yang bisa
dinamakan sebagai tanah Sunda atau daerah manakah sebenarnya yang bisa dikatakan
sebagai tanah Sunda. apabila Sunda dipahami sebagai sebuah etnisitas, maka
permasalahannya tidaklah serumit menedefinisikan wilayah atau tanah Sunda. Dalam kaitan
ini, urang Sunda secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang mengaku dirinya dan
diakui oleh orang lain sebagai orang Sunda. Kriteria pertama didasarkan atas keturunan atau
hubungan darah. Dengan demikian, seseorang dikatakan urang Sunda apabila orang tuanya,
baik dari pihak ayah maupun ibu, atau keduanya adalah orang Sunda, terlepas dimana ia
berada atau dibesarkan. Kriteria kedua didasarkan atas sosial budaya. Seseorang dikatakan
urang Sunda apabila ia dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam
hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai budaya Sunda. Dalam
kriteria kedua ini, yang diangggap penting adalah tempat tinggal, kehidupan sosial budaya,
dan sikap orangnya.

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki
keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di
dalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat
kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi
sumber kekayan bagi bangsa Indonesia.
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula
sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besar
kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat.
Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan
terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang
kemudian mempunyai ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda. Suku Sunda merupakan
salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia,
suku Sunda memiliki karakteristik yang membedakannya dengan suku lain. Keunikan
karakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi
agama, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya.
Suku Sunda dengan sekelumit kebudayaannya merupakan salah satu hal yang
menarik untuk dipelajari dalam bidang kajian mata kuliah Pluralitas dan Integritas Nasional
yang pada akhirnya akan menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kebudayaan suku Sunda?
2. Bagaimana adat kebudayaan Sunda?
3. Apa saja kesenian tradisional yang terdapat pada Sunda?
4. Bagaimana karakteristik budaya tradisional Sunda?
5. Apa pengaruh modernisasi dan globalisasi terhadap budaya Sunda?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan asal usul kebudayaan Sunda
2. Mengetahui adat tradisional kebudayaan Sunda
3. Mengetahui kesenian tradisional yang ada pada kebudayaan Sunda
4. Mengetahui karakteristik budaya tradisional suku Sunda
5. Mengetahui pengaruh modernisasi dan globalisasi terhadap suku budaya Sunda.
1.4 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan masyarakat indonesia
atau masyarakat jawa barat.
1.5 Manfaat Praktis
Adapun secara praktis, penelitian ini di jadikan sumber referensi pembelajaran pada
pendidikan muatan lokal di wilayah jawa barat atau sebagai sumber penelitian untuk
kemendikbud.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kebudayaan
Kebudayaan merupakan salah satu buah pikiran baik berupa benda maupun
tindakan yang mana senantiasa perlu kita lestarikan guna menjaga sejarah yang telah
ada di Negara ini. Kebudayaan menurut Koetjiningrat (1985:180) adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Sedangkan menurut
Richard brisling (1990:11) kebudayaan sebagai mengacu pada cita-cita bersama
secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan,
dan kegiatan goal-directed yang menjadi sadar diterima sebagai “benar” dan “benar”
oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota masyarakat.
Menurut Larson dan Smalley (1972:39) memandang kebudayaan sebagai “blue print”
yang memandu perilaku orang dalam suatu komunitas dan diinkubasi dalam
kehidupan keluarga. Ini mengatur perilaku kita dalam kelompok, membuat kita peka
terhadap masalah status, dan membantu kita mengetahui apa tanggung jawab kita
adalah untuk grup. Budaya yang berbeda struktur yang mendasari, yang membuat
bulat-bulat masyarakat dan komunitas persegi-persegi Adapun perbedaan antara
agama, suku, politik, pakaian, lagu, bahasa, bangunan, maupun karya seni itu akan
membuat terbentuknya suatu budaya.
2.2 Definisi Budaya
Budaya menurut Koentjaningrat dalam bukunya (pengantar antropologi II
2005 : 12) mengemukakan budaya di dalam sansekerta Budhi (buddhayah) adalah
bentuk jamaknya, dan dengan demikian “Kebudayaan dapat diartikan “pikiran dan
akal”. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan
kemampuan-kemampuan lain yang di dapat seseorang sebagai anggota masyarkat.
Budaya menurut Elly Setiadi (2006:27) bentuk jamak dari kata budi dan daya yang
berarti cinta, karsa dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta
yang bentuk kata jamak kata budhiiyang berarti kata budi dan daya yang berarti cinta,
karsa dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta budhayayang
bentuk jamak kata budhiyang berarti budi atau akal. Berdasarkan paparan diatas
peneliti menyimpulkan bahwa definisi budaya adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia.
2.3 Seni Karawitan
Pengertian Karawitan secara umum adalah seni suara daerah baik vokal atau
instrumental yang mempunyai klarifikasi dan perkembangan dari daerahnya itu sendiri.
Pengertian seni karawitan menurut Soedarsono (1992:14), karawitan secara umum adalah
kesenian yang meliputi segala cabang seni yang mengandung unsur keindahan, halus serta
rumit atau ngrawit. Pengertian Karawitan menurut (Sumarsam, 2003:11) menjelasakan bahwa

2
pada jaman dulu karawitan tumbuh dan dikembangkan di lingkungan kraton dan dapat
dikatakan bahwa bangsawan dan kerabat kraton wajib menguasai bidang karawitan, tembang
dan tari. Begitu pentingnya seni pertunjukan (karawitan) sebagai suatu pertanda kekuasaan
raja adalah keterbilatan gamelan dan teater pada upacara-upacara atau pesta-ria kraton. 14
Universitas Pasundan Pengertian Karawitan menurut Martopangrawit (1975:13) menjelasakan
bahwa Karawitan adalah seni suara yang menggunakan laras slendro dan pelog, baik suara
manusianya maupun instrumen (gamelan) asal berlaras slendro dan pelog dapat disebut
karawitan. Ada dua pokok isi karawitan yaitu irama dan lagu. Irama yaitu pelebaran atau
penyempitan gatra. Lagu yaitu susunan nada-nada yang diatur dan apabila nada tersebut
dibunyikan sudah terdengar enak. Pengaturan nada-nada tersebut nantinya berkembang
kearah suatu bentuk, sehingga menimbulkan bermacam-macam bentuk, dan bentuk inilah
yang nantinya disebut gending.

3
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Kebudayaan suku Sunda


Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,
Indonesia, dari Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa hingga sekitar Brebes (mencakup
wilayah administrasi propinsi Jawa Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan Sebagian Jawa
Tengah. Kebudayaan Sunda memiliki arti penting bagi pendukungnya, bukan saja sebagai
pemberi identitas tetapi merupakan unsur penyangga eksistensi bersama sebagai suatu
komunitas. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di
Indonesia. Karena letanya yang berdekatan dengan ibu kota negara maka hampir seluruh
suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat
adalah suku Sunda yang merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku
Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat, suku Betawi banyak
mendiami daerah bagian barat yang bersempadan dengan Jakarta. Suku Minang dan suku
Batak banyak mendiami Kota- kota besar di Jawa Barat, seperti Bandung, Cimahi, Bogor,
Bekasi, dan Depok. Sementara itu Orang Tionghoa banyak dijumpai hampir di seluruh
daerah Jawa Barat.
2.2 Kebudayaan Sunda
Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber
kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan.
Kebudayaan-kebudayaan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Sistem Kepercayaan
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak
beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Banten Tetapi juga ada
yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha,dan penganut Sunda wiwitan. Praktek-
praktek sinkretis medan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang
Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta. Keseimbangan magis
dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan
dengan kegiatan saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan
Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka yang percaya
adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil diri-Nya ke
dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewa). Ini
mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan kabar baik kepada mereka.

4
2. Mata Pencaharian
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau
hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah
hal meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari BAPPENAS (kliping Desember 1993) di
Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan
oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan
sumber daya manusia yang berupa pendidikan, pembinaan, dll.
3. Pakaian Adat
Suku Sunda mempunyai pakaian adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya.
Kebaya merupakan pakaian khas Jawa Barat yang sangat terkenal, sehingga kini kebaya
bukan hanya menjadi pakaian khas sunda saja tetapi sudah menjadi pakaian adat nasional.
Itu merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaan
nasional.
4. Kesenian Tradisional
Kesenian merupakan sebagai alat buatan manusia yang menimbulkan efek-efek
psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan
yang berujud pengamatan, pengenalan, imajinasi yang rasional maupun emosional.
Kesenian adalah adalah produk ekspresi jiwa, seni tanpa jiwa ibarat masakan tanpa garam.
Isi karya seni yang hidup tercermin dari kandungan psikis/jiwanya.
Berikut ini beberapa kesenian tradisional yang di miliki suku kebudayaan Sunda :
a. Sisingaan
Sisingaan atau juga dikenal dengan istilah Kirab Helaran adalah suatu jenis kesenian
tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak- arakan dalam bentuk
helaran dan merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini
ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang
ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang serta diringi oleh tabuhan
gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara khitanan atau acara
peringatan hari-hari bersejarah seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT
Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya.
a. Kuda Renggong
Kuda Renggong atau Kuda Depokialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat
di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda
atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut,
Budak sunat tersebut dihias seperti scorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para
Dalem Baheula, memakai Bendo, Takwa dan pakai kain sertaselop.
b. Wayang Golek
Jepang boleh terkenal dengan Boneka Jepangnya', maka tanah Sunda terkenal dengan
kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa
Barat, yaitu pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh
seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki
keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan
Wayang Golek diringi musik Degung lengkap dengan Sinden nya. Wayang Golek biasanya

5
dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya
pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 -
21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara
kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak dilhami oleh
budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang. Baratayudha, tokoh – tokoh dalam
cerita mengambil nama-nama dari tanah India. Dalam Wayang Golek, ada 'tokoh' yang
sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti
Dawala dan Cepot. Tokoh- tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu
memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton.
Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat
menarik.

c. Pencak Silat
Pencak silat merupakan kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yang kini
sudah menjadi kesenian Nasional. Pada awalnya pencak Silat ini merupakan tarian yang
menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada
umumnya pencak silat ini dibawakan oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian
yang serba hitam, menggunakan ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang,
serta memakai ikat kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya Iket.
d. Tari Ketuk Tilu
Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya
diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau
diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di
masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni
sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai
masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
5. Alat Musik
a. Calung
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut calung, calung ini adalah
kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah dipotong dan
dibentuk sedemikian rupa dengan pemukul/pentungan kecil sehingga menghasilkan nada-
nada yang khas. Cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari
ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentat onik (da-mi-
na-ti-la). Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau lebih.
Calung ini biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian sunda atau pengiring dalam
lawakan. Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung(bambu hitam),
namun ada pula yang dibuat dari awi temen(bambu yang berwarna putih).
b. Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus
yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya
angklung masih sebatas kepentingan kesenian lokal atau tradisional.

6
c. Rengkong
Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur
masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang
yang pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah Sopian. Bentuk kesenian
ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai
dengan menuainya.
d. Kacapi Suling
Kacapi suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan
alat musik tradisional yang memadukan suara alunan suling dengan kacapi (kecapi),
iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh Mamaos (tembang) Sunda yang
memerlukan cengkok/alunan tingkat tinggi khas Sunda, yang pada umumnya nyanyian atau
lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa Sunda disebut
Sinden. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian Sunda. Kacapi
suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan
Jawa Barat dan seluruh dunia.
e. Bajidoran
Bajidoran merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama
dengan permainan musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu tradisional
atau lagu daerah Jawa Barat serta alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat musik
tradisional Jawa Barat seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi, Rebab,
Jenglongserta Terompet. Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah panggung dalam
acara pementasan atau acara pesta.
f. Cianjuran
Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat. Kesenian ini menampilkan
nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang dibawakannya pun merupakan
lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat memberikan nama lain untuk nyanyian
Cianjuran ini yaitu Mamaos yang artinya bernyanyi.

6. Karya Sastra
Di bawah ini disajikan daftar karya sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari
daerah kebudayaan Sunda. Daftar ini tidak lengkap, apabila para pembaca mengenal karya
sastra lainnya dalam bahasa Jawa namun berasal dari daerah Sunda.
1. Babad cirebon
2. Cariosan Prabu Siliwangi
3. Carita Ratu Galuh
4. Carita Purwaka Caruban
5. Nagari
6. Carita Waruga Guru
7. Kitab Waruga Jagat
8. Layang Syekh Gawaran
9. Pustaka Raja Purwa
10. Kitab Pramayoga

7
11. Sajarah Banten
12. Kitab Sastra Jenra Rahayu Ningrat ( Sajen )
7. Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah
bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan
sebagai alat pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa
Sunda merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas
suku Sunda yang merupakan salah satu suku dari beberapa suku yang ada di Indonesia.
8. Sistem Kekerabatan
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari
pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala
keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat
mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda. Dalam suku
Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan
kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah,
dan vertikal yaitu: anak, incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau
Janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantung siwur. Kedua, saudara yang
berhubungan tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak
saudara kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak
langsung dan langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik,
dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan Sarsilah (salsilah,
silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam
bahasa Indonesia.

9. Adat Istiadat
a. Upacara Adat Perkawinan Suku Sunda
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang ingin merayakan
pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda. Adapun rangkaian
acaranya dapat dilihat berikut ini.
b. Nendeun Omong
Yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting
seorang gadis.

c. Lamaran
Lamaran dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai
seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang
komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat).
d. Tunangan
Tunangan. Dilakukan 'patuker beubeur tameuh', yaitu penyerahan ikat pinggang
warna pelangi atau polos kepada si gadis.
e. Seserahan
Seserahan (3-7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang,

8
pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
f. Membuka kain putih penutup pengeuyeuk
Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan
dibina mash bersih dan belum ternoda.
g. Membelah Mayang Jambe dan Buah Pinang
Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria).
Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
h. Menumbukkan Alu sebanyak tiga kali
Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
i. Membuat Lungkun
Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung
menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Dikuti kedua orang tua dan para
tamu yang hadir.
Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara
dan handai taulan.

j. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer


Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari
rejeki dan disayang keluarga.
k. Upacara Proses Pernikahan
Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita.
l. Ngabageakeun
Ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada
calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk
masuk menuju pelaminan.

9
BAB IV

PENUTUP
3.1 Saran
Globalisasi membawa perubahan yang signifikan, dan keberlangsungan nilai-nilai
tradisional menjadi suatu perjuangan. Oleh karena itu, kita perlu bersama-sama berkomitmen
untuk melestarikan dan mewariskan kebudayaan ini kepada generasi mendatang. Dalam
penutup ini, mari kita mengambil momen untuk merenung dan mengenang keberagaman
budaya Indonesia yang mempesona. Memahami kebudayaan Sunda bukan hanya tanggung
jawab masyarakat setempat, tetapi juga tugas bersama untuk menjaga keaneka ragaman
budaya di seluruh negeri.
3.2 Kesimpulan
Dalam penelitian ini, kita telah menjelajahi beragam aspek kebudayaan yang kaya
dan unik di wilayah Sunda. Dari bahasa dan sastra hingga seni tradisional, kepercayaan, dan
kuliner, keberagaman kehidupan budaya Sunda terungkap dalam segala keindahannya.
Melalui tinjauan sejarah, kita menyadari bahwa kebudayaan Sunda bukan hanya serangkaian
praktik tradisional, tetapi sebuah warisan berharga yang membentuk identitas masyarakatnya.
Bahasa Sunda, sebagai satu-satunya bahasa daerah yang diakui di wilayah ini, menjadi
cerminan kekayaan sastra dan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh penduduknya. Seni
tradisional seperti tari jaipong dan gamelan Sunda tidak hanya memikat hati melalui
keindahannya, tetapi juga menyampaikan cerita-cerita klasik yang membawa pesan moral dan
kearifan lokal. Kuliner Sunda, yang kaya akan rasa dan aroma, menjadi suatu ungkapan
budaya yang tidak hanya memuaskan selera, tetapi juga merangkum sejarah dan nilai-nilai
sosial masyarakat. Namun, di tengah keindahan ini, kita juga tidak bisa mengabaikan
tantangan yang dihadapi kebudayaan Sunda.

10
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/8861195/Mengenal_Suku_Sunda
Buku Guru Kesenian (Drs. H. Wahyu Wibisana, dkk)
https://www.gramedia.com/best-seller/ragam-budaya-sunda/
https://pkk.uma.ac.id/2023/10/17/mengenal-budaya-sunda-yang-kaya-akan-kearifan-lokal/
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/693/jbptunikompp-gdl-devywinard-34637-9-unikom_d-
i.pdf
http://repository.unpas.ac.id/33070/4/09_BAB%20II.pdf
https://kumparan.com/ragam-info/4-contoh-manfaat-penelitian-teoritis-dan-praktis-yang-
penting-bagi-mahasiswa-214vos4Rf6N/full

11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai