BUDAYA SUNDA
Di Susun Oleh :
Hadi Siswoyo
Kori hadiyanto
Rasminih
Rizki Prayudi
Yayah amaliyah
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
D. Implementasi Kepeawatan
E. Evaluasi Keperawataan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen yang
telah memberikan bimbingannya kepada kami dan kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan.Oleh karena itu kami
mengharapkan sumbangan pikiran, saran, dan kritikan yang konstruktif
demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.Semoga dengan
makalah yang sederhana ini dapat memenuhi harapan kita semua dan
memberikan manfaat bagi pembaca, sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan.Terimakasih.
Indramayu, Oktober2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya Sunda merupakan budaya yang hidup, tumbuh dan
berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili
di Jawa Barat. Budaya ini tumbuh dan hidup melalui interaksi yang
terjadi terusmenerus pada masyarakat sunda. Dalam perkembangannya
budaya sunda terdiri atas sistem kepercayaan, mata pencaharian,
kesenian, kekerabatan, bahasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
adat istiadat. Sistem-sistem tersebut melahirkan sebuah nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat sunda secara turun temurun.
Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi
sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda ramah tamah (
sameah). Murah senyum lemah lembut dan sangat menghormati orang
tua. Itulah cermin budaya dan kultur masyarkat sunda. Di dalam bahasa
Sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orangtua.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan
bahwa budaya itu dipelajari.
Satu diantara unsur budaya bangsa yang mengandung nilai-nilai
luhur adalah upacara perkawinan adat tradisional. Setiap Etnik tertentu
memiliki prosesi upacara pernikahan yang berbeda yang dilihat dari segi
pakaian, tata rias, aksesoris dan tata cara pelaksanaan pernikahan dari
setiap daerah. Salah satu diantaranya yaitu prosesi pernikahan adat
Sunda.
Ciri khas lainnya dari masyarakat yang terlahir dari Suku Sunda.
didalam dirinya melekat
nilai serta tradisi budaya Sunda seperti Nilai kesopanan, rendah hati
terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada
yang lebih kecil, kebersamaan, gotong royong serta memiliki
kepribadian yang Religius kecenderungan ini tampak sebagaimana
dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; yang artinya saling
mengasihi, saling memperbaiki diri (melalui pendidikan dan ilmu), serta
saling melindungi.5 Ini adalah sebagian kecil dari nilai-nilai yang
menjadikan budaya Sunda sebagai suatu budaya yang memiliki ciri khas
tersendiri diantara budaya-budaya yang lain.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud suku sunda.
2. Mengetahui kebudayaan suku sunda.
3. Mengetahui apa yang di percaya oleh masyarakat sunda.
4. Mengetahui bagaimana cara masyarakat dalam mencari mata
pencarahiran.
5. Mengetahui kesenian suku sunda.
6. Mengetahui bagaimana suku sunda dalam berkerabat.
7. Mengetahui bahsa yang di pakai sehari hari dalam suku sunda.
8. Mengetahui ilmu pengeteahuan dan teknologi di dalam suku
sunda.
9. Mengetahui adat istiadat di dalam suku sunda.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat
pulau Jawa, Indonesia, dari Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa
hingga sekitar Brebes (mencakup wilayah administrasi propinsi Jawa
Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah. Jawa
Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di
Indonesia. Kerana letaknya yang berdekatan dengan ibu kota negara
maka hampir seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di
provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang
merupakan penduduk asli provinsi ini.
Istilah Sunda sendiri kemungkinan berasal dari bahasa Sanskerta
yakni sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. (Dalam
bahasa Jawa Kuno Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah Sunda
dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tidak bercela atau
bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada. Nina Lubis, dkk.
menyebut Sunda dengan istilah Tatar Sunda atau tatar Pasundan yang
artinya adalah nama sebuah wilayah di Pulau Jawa, yang keindahan
alamnya tidak akan terlupakan, terutama di daerah yang dikenal dengan
Priangan atau Parahyangan.
Bubuy Bulan
Es Lilin
Manuk Dadali
Tokecang
Warung Pojok
A. Alat Musik
1. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe
dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan
dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah
dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas
(tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga
nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk
pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu
hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu
yang berwarna putih).
2. Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang
terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak
Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal
penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan
kesenian local atau tradisional.
3. Kecapai Suling
Kacapi Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang
memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi),
iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos
(tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat
tinggi khas Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di
daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru
Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.
4. Seni Sastra
Sunda sangat kaya akan seni sastra, contohnya Prabu
Siliwangi yang diungkapkan dalam bentuk pantun dan Si
Kabayan yang diungkapkan dalam bentuk prosa.
Di bawah ini disajikan daftar karya sastra dalam bahasa Jawa yang
berasal dari daerah kebudayaan Sunda. Daftar ini tidak lengkap,
apabila para pembaca mengenal karya sastra lainnya dalam bahasa
Jawa namun berasal dari daerah Sunda,
Babad Cerbon
Cariosan Prabu Siliwangi
Carita Ratu Galuh
Carita Purwaka Caruban Nagari
Carita Waruga Guru
Kitab Waruga Jagat
Layang Syekh Gawaran
Pustaka Raja Purwa
Sajarah Banten
Suluk Wuyung Aya
Wahosan Tumpawarang
Wawacan Angling Darma
Wawacan Syekh Baginda Mardan
Kitab Pramayoga/jipta Sara
5. Seni Pertunjukan
Pertubjukab yang paling terkenal di suku sunda adalah
Wayang Golek. Wayang golek adalah boneka kayu dengan
penampilan yang sangat menarik dan kreatif.
A. Pencak Silat Cikalong
Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar,
penduduk tempatan menyebutnya "Maempo Cikalong".
Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada
umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi
teknik perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah
pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling
Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang
sampai kini dipergunakan dll.
B. Kirap Helaran
Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis
kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan
dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa
ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus
seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT
Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti
yang diikuti ratusan orang dari perwakilan seluruh kelurahan di
Cimahi, yang berupa arak-arakan yang pernah digelar pada saat
Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak dari Alun-
alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi,
Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-
kelompok masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda,
seperti sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung,
engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
C. Kuda Renggong
Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis
kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang,
Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor
kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke
atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti
seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem
Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.
Dipimpin pengeuyeuk.
Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta
ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan
nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang
disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk
Disawer beras, agar hidup sejahtera.
dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk
kasih sayang dan giat bekerja.
Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan
rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum
ternoda.
Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon
pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi
dan dapat menyesuaikan diri.
Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali
(oleh calon pengantin pria).
6. Faktor ekonomi
a. Pekerjaan
Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga
b. Sumber biaya pengobatan
Klien dan keluarga telah menyiapkan tabungan untuk
persalinan klien
c. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Klien menggunakan tabungannya untuk biaya bersalin
7. Faktor pendidikan
a. Pendidikan Ny.Y adalah SMP dan suaminya adalah SMA.
Pekerjaan Ny.Y adalah sebagai ibu rumah tangga dan
suaminya sebagai wiraswasta (penjaga toko).
b. Setelah di diagnosis anemia dan keadaan bayinya sungsang.
Klien tidak menerima dan merencanakan akan pergi ke
dukun bayi. Kemampuan klien masih minim karena masih
percaya hal-hal gaib daripada medis
B. Analisa Data
No Data Masalah (P)
1. DS :
Klien mengatakan bahwa
klien lebih memilih untuk
pergi ke dukun bayi dan
minum jamu daripada Ketidakpatuhan dalam pengobatan
minum obat setelah
disarankan untuk minum
vitamin secara teratur,
mengurangi aktivitas yang
berat, mengikuti senam
hamil. Ny.Y menganggap
bahwa minum jamu itu
agar anaknya tidak bau
amis dan pergi ke dukun
bayi untuk membenahi
perutnya agar anaknya
tidak sungsang.
DO : - USG (bayi sungsang,
jenis kelamin perempuan).
- HB 8mg/dl
2. DS :
Klien percaya dengan
sihir dan hal-hal gaib.
Pasien tidak percaya
dan tidak menerima Kurang pengetahuan
diagnosa dari dokter.
Klien mempunyai
pantangan makan ikan
laut.
Klien minum jamu
sesekali supaya anaknya
tidak amis.
DO :
Pendidikan klien SMP.
Klien tidak percaya dan
tidak menerima
diagnosa dari dokter.
C. Diagnosa keperawatan
NO Diagnosa
1. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.
2. Kurang penngetahuan berhubungan dengan kepercayaan dan sistem
nilai yang dianut klien tentang kehamilan.
D. Rencana Keperawatan
NO Dx Tujuan Rencana Kegiatan
1. Ketidakpatuhan Setelah diberikan Lakukan pendekatan
dalam asuhan keperawatan dengan cara Cultural Care
pengobatan selama (1x24 jam) Preserventation/
diharapkan klien mau Maintenance :
patuh dalam Pelihara komunikasi
mengikuti yang sedang terjalin
pengobatan, dengan dengan baik (tanpa ada
Kriteria Hasil: masalah karena
Klien bersedia budaya) antara klien
untuk minum dengan perawat
vitamin, makan maupun klien dengan
yang dokter atau klien
mengandung dengan tenaga
zat besi seperti kesehatan lain.
ikan laut. Gunakan interaksi yang
Klien menerima tenang dan tidak
diagnosa terburu – buru
anemia dan Identifikasi perbedaan
letak sungsang konsep antara perawat
oleh dokter. dan pasien tersebut
Diskusikan perbedaan
budaya yang
dimilikinya dengan
pasien yang masih
percaya kepada dukun
serta sihir dan hal-hal
gaib.
2. Kurang Setelah diberikan Lakukan pendekatan
pengetahuan asuhan keperawatan dengan cara Cultural Care
selama (1x24jam) Repartening /
diharapkan klien Reconstruction:
memahami tentang o Berikan informasi
penyakit yang mengenai kondisi klien
dialaminya dan cara dengan membantu
penanganannya. klien memilih serta
Dengan Kriteria Hasil menyarankan hal-hal
: yang dapat
Klien bersedia meningkatkan derajat
dilakukan kesehatan klien.
tinndakan o Libatkan keluarga
kuretase. untuk turut serta
Klien memberikan pengertian
mengetahui dan kepada klien bahwa
mengerti jenis makanan yang bergizi
makanan yang membantu
dapat meningkatkan kondisi
meningkatkan kesehatannya.
kondisi o Berikan kesempatan
kesehatannya. pada klien untuk
memahami informasi
yang telah diberikan
dan melakukannya.
o Tentukan tingkat
perbedaan klien
melihat dirinya dari
budaya kelompoknya
sendiri.
o Jelaskan kondisi
kesehatan klien ke
dalam bahasa
kesehatan yang mudah
dipahami klien dan
keluarga
o Berikan informasi pada
klien tentang sistem
pelayanan kesehatan.
E. Implementasi Keperawatan
Tanggal/ Dx Tindakan perawatan Respon
Hari/
Jam
4/10/201 Ketidakpatuha Melakukan 1. Pasien
8 n dalam pendekatan dapat
Kamis pengobatan dengan cara menerima
10:00 Cultural Care kehadiran
Preserventation/ perawat.
Maintenance : 2. Interaksi
1. Memelihara berjalan
komunikasi yang secara
sedang terjalin perlahan
dengan baik tenang dan
(tanpa ada tidak
masalah karena terburu –
budaya) antara buru
klien dengan 3. Keluarga
perawat maupun dan klien
klien dengan masih
dokter atau klien mempercay
dengan tenaga ai sihir dan
kesehatan lain. hal-hal
2. Mengunakan gaib.
interaksi yang 4. Pasien mau
tenang dan tidak mendiskusi
terburu – buru kan
3. Mengidentifikasi perbedaan
perbedaan konsep budaya
antara perawat dan yang
pasien tersebut dimilikinya.
4. Mendiskusikan Sedangkan
perbedaan budaya kelurga
yang dimilikinya pasien tidak
dengan pasien mau
yang masih mendiskusi
percaya kepada kan
dukun serta sihir perbedaan
dan hal-hal gaib. budaya
yang
dimilikinya
4/10/201 Kurang 1. Memberikan 1. Klien
8 penngetahuan informasi mengenai mendengar
Kamis berhubungan kondisi klien kan dengan
10:00 dengan 2. Membantu klien seksama
kepercayaan memilih serta 2. Klien
dan sistem menyarankan hal-hal memilih
nilai yang yang dapat hal-hal
dianut klien meningkatkan derajat yang dapat
tentang kesehatan klien. meningkatk
kehamilan. 3. Melibatkan keluarga an derajat
untuk turut serta kesehatan
memberikan 3. Kelurga
pengertian kepada pasien tidak
klien bahwa makanan memperbol
yang bergizi ehkan
membantu pasien
meningkatkan kondisi untuk tidak
kesehatannya. boleh
4. Memberikan makan ikan
kesempatan pada dan
klien untuk dianjurkan
memahami informasi untuk
yang telah diberikan minim
dan melakukannya. jamu, biar
5. Menentukan tingkat tidak amis.
perbedaan klien 4. Klien
melihat dirinya dari mendengar
budaya kelompoknya kan
sendiri. perawat.
6. Menjelaskan kondisi 5. Klien
kesehatan klien ke berfikir
dalam bahasa bahwa
kesehatan yang budaya
mudah dipahami klien yang dianut
dan keluarga sama
7. Berikan informasi dengan
pada klien tentang budaya
sistem pelayanan disekitarny
kesehatan. a
6. Klien
mendengar
kan
penjelasan
perawat,
tetapi klien
tetap
mempertah
ankan
budayanya
sendiri.
7. Klien dan
keluarga
dapat
menerima
tentang
system
pelayanan
kesehatan.
F. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/H Dx Evaluasi
ari/Jam
04/10/2018 Ketidakpatuha S: klien mengatakan bahwa klien lebih memilih minum
n dalam jamu dan pergi kedukun bayi dari pada minum obat dan
pengobatan pergi kedokter
O: - klien masih mempertahankan pendapatnya tentang
minum jamu dan pergi kedukun.
- USG(sungsang,jenis kelamin perempuan}
- HB 8mg/dl.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa.
Suku Sunda memiliki kharak teristik yang unik yang membedakannya
dengan masyarakat suku lain. Kekharakteristikannya itu tercermin dari
kebudayaan yang dimilikinya baik dari segi agama, bahasa, kesenian, adat
istiadat, mata pencaharian, dan lain sebagainya.
4.2 SARAN