Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

BUDAYA SUNDA

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah Keperawatan Transkultural Nursing

Di Susun Oleh :
 Hadi Siswoyo
 Kori hadiyanto
 Rasminih
 Rizki Prayudi
 Yayah amaliyah

AKPER SAIFUDDIN ZUHRI INDRAMAYU


Jl.Pahlawan No.45 (BunderanKijang) Telp./Fax. (0234) 274357 –
Indramayu 45212
TahunAkademik 20172018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
D. Implementasi Kepeawatan
E. Evaluasi Keperawataan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen yang
telah memberikan bimbingannya kepada kami dan kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan.Oleh karena itu kami
mengharapkan sumbangan pikiran, saran, dan kritikan yang konstruktif
demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.Semoga dengan
makalah yang sederhana ini dapat memenuhi harapan kita semua dan
memberikan manfaat bagi pembaca, sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan.Terimakasih.

Indramayu, Oktober2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya Sunda merupakan budaya yang hidup, tumbuh dan
berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili
di Jawa Barat. Budaya ini tumbuh dan hidup melalui interaksi yang
terjadi terusmenerus pada masyarakat sunda. Dalam perkembangannya
budaya sunda terdiri atas sistem kepercayaan, mata pencaharian,
kesenian, kekerabatan, bahasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
adat istiadat. Sistem-sistem tersebut melahirkan sebuah nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat sunda secara turun temurun.
Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi
sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda ramah tamah (
sameah). Murah senyum lemah lembut dan sangat menghormati orang
tua. Itulah cermin budaya dan kultur masyarkat sunda. Di dalam bahasa
Sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orangtua.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan
bahwa budaya itu dipelajari.
Satu diantara unsur budaya bangsa yang mengandung nilai-nilai
luhur adalah upacara perkawinan adat tradisional. Setiap Etnik tertentu
memiliki prosesi upacara pernikahan yang berbeda yang dilihat dari segi
pakaian, tata rias, aksesoris dan tata cara pelaksanaan pernikahan dari
setiap daerah. Salah satu diantaranya yaitu prosesi pernikahan adat
Sunda.
Ciri khas lainnya dari masyarakat yang terlahir dari Suku Sunda.
didalam dirinya melekat
nilai serta tradisi budaya Sunda seperti Nilai kesopanan, rendah hati
terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada
yang lebih kecil, kebersamaan, gotong royong serta memiliki
kepribadian yang Religius kecenderungan ini tampak sebagaimana
dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; yang artinya saling
mengasihi, saling memperbaiki diri (melalui pendidikan dan ilmu), serta
saling melindungi.5 Ini adalah sebagian kecil dari nilai-nilai yang
menjadikan budaya Sunda sebagai suatu budaya yang memiliki ciri khas
tersendiri diantara budaya-budaya yang lain.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud suku sunda ?


2. Seperti apakah kebudayaan suku sunda ?
3. Bagaimana sistim kepercayaan masyarakat sunda ?
4. Bagaimana masyarakat dalam mencari mata pencaharian ?
5. Seperti apakah kesenian suku sunda ?
6. Bagaimana sistim kekerabatan suku sunda ?
7. Apakah bahasa yang di pakai dalam suku sunda ?
8. Bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam suku
sunda?
9. Seperti apakah adat istiadat di suku sunda ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud suku sunda.
2. Mengetahui kebudayaan suku sunda.
3. Mengetahui apa yang di percaya oleh masyarakat sunda.
4. Mengetahui bagaimana cara masyarakat dalam mencari mata
pencarahiran.
5. Mengetahui kesenian suku sunda.
6. Mengetahui bagaimana suku sunda dalam berkerabat.
7. Mengetahui bahsa yang di pakai sehari hari dalam suku sunda.
8. Mengetahui ilmu pengeteahuan dan teknologi di dalam suku
sunda.
9. Mengetahui adat istiadat di dalam suku sunda.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat
pulau Jawa, Indonesia, dari Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa
hingga sekitar Brebes (mencakup wilayah administrasi propinsi Jawa
Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah. Jawa
Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di
Indonesia. Kerana letaknya yang berdekatan dengan ibu kota negara
maka hampir seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di
provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang
merupakan penduduk asli provinsi ini.
Istilah Sunda sendiri kemungkinan berasal dari bahasa Sanskerta
yakni sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. (Dalam
bahasa Jawa Kuno Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah Sunda
dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tidak bercela atau
bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada. Nina Lubis, dkk.
menyebut Sunda dengan istilah Tatar Sunda atau tatar Pasundan yang
artinya adalah nama sebuah wilayah di Pulau Jawa, yang keindahan
alamnya tidak akan terlupakan, terutama di daerah yang dikenal dengan
Priangan atau Parahyangan.

2.2 Kebudayaan Sunda


Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di
nusantara dan merupakan salah satu sumber kekayaan bangsa Indonesia
yang dalam perkembangannya perlu di lestarikan. Sistem kepercayaan
spiritual tradisional Sunda adalah sunda wiwitan yang mengajarkan
keselarasan hidup dengan alam. Kini, hampir sebagian besar masyarakat
Sunda beragama Islam,namun ada beberapa yang tidak beragama Islam,
walaupun berbeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan di tujukan
untuk kebaikan di alam semesta.
Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang
membedakannya dari kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum
masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, dikenal sebagai masyarakat
yang lembut, religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak
sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling
mengasihi (mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan
atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling
melindungi (saling menjaga keselamatan). Selain itu Sunda juga
memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati
terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada
yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis di
pertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara adat sedangkan
keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong untuk
mempertahankannya.
2.3 Sistem Kepercayaan
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil
yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal
di Banten Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu,
Budha.Selatan. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan.
Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk
memelihara keseimbangan alam semesta.
Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat,
sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling
memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda,
ada lah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka,
yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang
menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara
kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata). Ini mungkin bisa
menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada
mereka.
2.4 Mata Pencaharian
Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani termasuk
berhuma, penambang pasir, dan berladang.Sampai abad ke-19, banyak
dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah. Di
wilayah perkotaan, banyak orang Sunda yang berprofesi sebagai buruh
pabrik, pegawai negeri, dan pembantu rumah tangga.Profesi pedagang
keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat Sunda, terutama asal
TasikmalayadanGarut.Merekabanyak menjual aneka perabotan rumah.
Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan
orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal
meningkatkan tarafhidup.Menurut data dariBappenas (klipingDesember
1993) di Jawa Barat terdapat 75% desamiskin.Secaraumumkemiskinan
di Jawa Barat disebabkanolehkelangkaansumberdayamanusia.Maka
yang dibutuhkanadalahpengembangansumberdayamanusia yang berupa
pendidikan, pembinaan, dll.

Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah


a. Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan
kina.
b. Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
c. Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga
yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan
peternak.
2.5 Kesenian
Masyarakat sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga
banyak terdapat jenis kesenian diantaranya seperti :
1. Seni Bangunan
Rumah adat tradisional msayarakat sunda adalah berbentuk
keraton kesepuhan cirebonan yang memiliki 4 ruang, yaitu sebagai
berikut :
A. Pendopo yaitu tempat untuk keselamatan sultan
B. Pringgondani yaitu tempat untuk sultan memberikan perintah
kepada adipati
C. Prabayasa yaitu tempat sultan menerima tamu (ruang Tamu)
D. Panembahan yaitu ruang kerja dan tempat istirahat sultan.
2. Seni Tari
A. Tari Jaipongan
Tari jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal
dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan
tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau
pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari
Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu
Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti
Kendang, Go'ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan
'Orkestra' dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong
ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang
terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini
biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok.
Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-
acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
B. Ketuk Tilu
Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus
hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan,
acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di
suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat
tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu
tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena
itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di
pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
3. Seni Suara dan musik
Alaat musik tradisional masyarakat sunda adalah angklug,
calung, kecapi, dan degung. Alat musik ini digunakan untuk
mengiringi tembang. Tembang adalah puisi yang di iringi oleh
kecapi dan suling. Salah satu lagu tradisional masyarakat sunda
yaitu : Bubuy Bulan, Manuk dadali dan Tokecang.
Dalam memainkan Degungbiasanya ada seorang penyanyi
yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan
yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan
Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang
dibawakan Sindenkarena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk
ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu
daerah Sunda :

 Bubuy Bulan
 Es Lilin
 Manuk Dadali
 Tokecang
 Warung Pojok

A. Alat Musik
1. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe
dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan
dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah
dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas
(tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga
nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk
pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu
hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu
yang berwarna putih).
2. Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang
terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak
Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal
penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan
kesenian local atau tradisional.
3. Kecapai Suling
Kacapi Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang
memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi),
iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos
(tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat
tinggi khas Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di
daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru
Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.

4. Seni Sastra
Sunda sangat kaya akan seni sastra, contohnya Prabu
Siliwangi yang diungkapkan dalam bentuk pantun dan Si
Kabayan yang diungkapkan dalam bentuk prosa.

Di bawah ini disajikan daftar karya sastra dalam bahasa Jawa yang
berasal dari daerah kebudayaan Sunda. Daftar ini tidak lengkap,
apabila para pembaca mengenal karya sastra lainnya dalam bahasa
Jawa namun berasal dari daerah Sunda,

 Babad Cerbon
 Cariosan Prabu Siliwangi
 Carita Ratu Galuh
 Carita Purwaka Caruban Nagari
 Carita Waruga Guru
 Kitab Waruga Jagat
 Layang Syekh Gawaran
 Pustaka Raja Purwa
 Sajarah Banten
 Suluk Wuyung Aya
 Wahosan Tumpawarang
 Wawacan Angling Darma
 Wawacan Syekh Baginda Mardan
 Kitab Pramayoga/jipta Sara

5. Seni Pertunjukan
Pertubjukab yang paling terkenal di suku sunda adalah
Wayang Golek. Wayang golek adalah boneka kayu dengan
penampilan yang sangat menarik dan kreatif.
A. Pencak Silat Cikalong
Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar,
penduduk tempatan menyebutnya "Maempo Cikalong".
Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada
umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi
teknik perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah
pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling
Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang
sampai kini dipergunakan dll.
B. Kirap Helaran
Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis
kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan
dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa
ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus
seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT
Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti
yang diikuti ratusan orang dari perwakilan seluruh kelurahan di
Cimahi, yang berupa arak-arakan yang pernah digelar pada saat
Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak dari Alun-
alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi,
Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-
kelompok masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda,
seperti sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung,
engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
C. Kuda Renggong
Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis
kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang,
Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor
kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke
atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti
seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem
Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.

2.6 sistem kekerabatan


Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan
ditarik dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah
yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat
dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat
mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda
dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk
menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara
yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu
(cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-
udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan
tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak
saudara kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara yang
berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti
keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam
bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah,
silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan
silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis
keturunan.
2.7 Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa
Sunda adalah bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat
komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat pengembang serta
pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda
merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas
sebagai identitas Suku Sunda yang merupakan salah satu Suku dari
beberapa Suku yang ada di Indonesia.
Bahasa sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu bahasa
untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain, yaitu :
 Bahasa sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara
dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.
 Bahasa sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik
usia maupun status sosialnya
 Bahasa sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan,
atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.
 Namun demikian di Serang dan di Cilegon, lebih lazim
menggunakan bahasa. Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar)
digunakan oleh teknik pendatang dari suku jawa.

2.8 Ilmu pengetahuan dan teknologi


Masalah pendidikan dan teknologi di dalam masyarakat suku Sunda
sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat dari peran dari
pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam
memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya,
sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan.
Visi Pemerintah Jawa Barat, yakni "Dengan Iman dan Takwa Jawa
Barat sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan
Ibukota Negara Tahun 2010" merupakan kehendak, harapan, komitmen
yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga Jawa
Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat
vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan
Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan
dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya
pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia yang
kelak akan menjadi pelaku pembangunan.
Pendidikan di suku sunda sudah dibilang sangat berkembang baik.
Terlihatdari peran pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat
memiliki tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan
bagi warganya, sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan
pemerintah. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian
yang sangat vital dan fundemental untuk mendukung upaya-upaya
pembangunan Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan
merupakan dasar bagi pembangunan lainnya, menginggat secara hakiki
upaya pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia
yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.
Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk senantiasa
mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks
ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku Sunda memiliki
potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-
antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah
diakui memiliki makna mendalam adalah cageur, bageur, bener, pinter,
tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi tersebut harus dijadikan pedoman
dalam mengimplementasikan setiap rencana pembangunan, termasuk di
bidang pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan
rohani. Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama.
Bener yaitu jujur, amanah, penyaya0ng dan takwa. Pinter, memiliki
ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah
upaya mewujudkan pembangunan pendidikan berfalsafahkan cageur,
bageur, bener, pinter, tur singer tersebut, ditempuh pendekatan social
cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan
lahir peran aktif masyarakat dalam menyukseskan program
pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah.
2.9 Adat istiadat
A. Upacara adat perkawinan suku sunda

Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai


yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai
yang berasal dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat
berikut ini.

1. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak


pria yang berminat mempersunting seorang gadis.
2. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta
keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai
pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit,
uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut
(pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa,
bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan
dan keabadian.
3. Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu
penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si
gadis.
4. Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria
membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur,
makanan, dan lain-lain.
5. Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak
dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad
nikah.)

 Dipimpin pengeuyeuk.
 Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta
ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan
nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang
disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
 Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk
 Disawer beras, agar hidup sejahtera.
 dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk
kasih sayang dan giat bekerja.
 Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan
rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum
ternoda.
 Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon
pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi
dan dapat menyesuaikan diri.
 Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali
(oleh calon pengantin pria).

6. Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling


dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan
benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang
hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila
berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
7. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan
berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga. Kedua
mempelai duduk di penyaweran, yaitu di halaman rumah tempat
cucuran air hujan yang jatuh dari atap rumah dengan
dipanyungi. Acara ini dipimpin oleh
seorang panembang (penyanyi) yang membawakan tembang
yang berisikan nasihat-nasihat orang tua bagi kedua mempelai.
Kedua orang tua mempelai menaburi pengantin/nyawer yang
bahannya terdiri dari beras kuning, bunga-bungaan, uang
kecil/recehan,dan kembang gula yang diperebutkan oleh para
tamu; terutama anak-anak.
8. Upacara Prosesi Pernikahan

 Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak


wanita
 Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut
dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin
pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin
wanita untuk masuk menuju pelaminan.
 Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah
berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput
pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri
pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang
berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung
baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat
nikah.
 Sungkeman,
 Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
 Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil
penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah
utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin
dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau
kunyit ke atas payung.
 Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat
dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi
air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
 Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan
sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan
dilap pengantin wanita.

Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali.


Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam
dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan,
pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan

2.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam


menjelaskan asuhan keperawatan pada konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Berikut adalah tujuh faktor dalam
teori sunrise Leininger:

A. Faktor teknologi (Technological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlum engkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alas an mencari bantuan
kesehatan, alas an klien memilih pengobatan alternative dan persepsi
klien tentang penggunaan serta pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
B. Faktor agama dan falsafah hidup (Religious and philosophical
factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amatrealistis bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan, dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
C. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor seperti nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

D. Nilai-nilaibudayadangayahidup (Cultural value and life ways)


Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Perawat perlu mengkaji posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantangkan dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari,
dan kebiasaan membersihkan diri.
E. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu
dikaji oleh perawat pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, dan cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.
F. Faktor ekonomi (Economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat yaitu
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, dan
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggo takeluarga.
G. Faktor pendidikan (Educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya.Perawat perlu mengkaji hal seperti tingkat pendidikan
klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara
aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Ny.Y umur 23 tahun, agama islam, pendidikan SMP, pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga, klien menikah dengan Tn. S 26 tahun, agama
islam, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta (penjaga toko), suku Sunda
dan tinggal bersama mertuanya. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang
pertama. Usia kehamilan 8 Bulan. Ny.Y mendapat informasi tentang
kehamilan dari mertuanya. Ny.Y merasa pusing, lemas dan pucat selama 3
hari. Kemudian Ny.Y memeriksakan keadaan dan kehamilannnya di rumah
sakit. Setelah diperiksa keadaannnya, seperti tensi, berat badan, tinggi
badan, lingkar panggul, USG dan lain-lain. Lalu, dokter memberi advis
untuk cek darah yang dapat menunjang diagnosis ny.Y. Dari hasil,
pemeriksaan tersebut didapatkan bahwa kadar Hemoglobin (Hb)nya 8 mg/dl
dan dari hasil USG tersebut didapatkan bahwa bayi ny.Y adalah seorang
perempuan dan sungsang. Dokter menyimpulkan bahwa Ny.Y menderita
anemia. Kemudian Dokter mengkaji pola makan, istirahat, pola aktivitas
dan lain-lainnya.
Dari hasil pengkajian tersebut, di daerahnya masih percaya pada
sihir dan hal-hal gaib. Pada saat istrinya hamil, suaminya maupun semua
anggota keluarganya tidak boleh membunuh binatang yang mengakibatkan
nantinya anaknya lahir cacat dan didapatkan pantangan makanan pada ibu
hamil yang di yakini di daerahnya yaitu ibu hamil tidak boleh makan ikan
laut karena bisa menyebabkan Asinya menjadi Asin. Ny.Y sering
mengkonsumsi jamu yang dianjurkan mertuanya agar setelah bayinya lahir
tidak amis. Kepercayaan tersebut diyakini dan dipatuhi oleh mertua dan
semua anggota keluarganya dari pihak laki-laki. Dokter menganjurkan Ny.Y
untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan, sering berolahraga (jalan-
jalan), dianjurkan untuk melakukan senam hamil, istirahat yang cukup dan
diberi obat/ vitamin penambah darah (Zat Besi). Dari hasil USG
menyatakan bahwa bayi ny.Y sungsang kemudian ny.Y dan mertuanya
membawa ke dukun bayi untuk dipijatkan perutnya. Setelah beberapa hari,
keadaan ny.Y tidak membaik karena ny.Y tidak bisa atau jarang minum obat
yang diberikan oleh dokter. Akhirnya, ibu di rawat inap di RS. S.

3.2 Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing Pada Budaya Sunda


A. Pengkajian
1. Faktor Teknologi
Klien memeriksakan kehamilannya di dokter dan berencana akan
melahirkan di sana, Klien mendapat informasi tentang kehamilan
dari mertua, Klien mengeluh mengalami pusing, lemas dan pucat
selama 3 hari. Klien biasa berobat ke dokter, Klien masih
percaya pada sihir dan hal-hal gaib pada saat wanita itu hamil.

2. Faktor agama dan filsafah hidup


a. Agama yang dianut yaitu agama islam
b. Kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan
menurut aturan yang dibuat oleh pemuka agama dan para
santri bahwa bagi para laki-laki yang istrinya hamil dilarang
membunuh binatang.
c. Klien dan keluarga percaya bahwa membunuh binatang pada
saat hamil bisa membuat nantinya anaknya cacat (lahir tidak
sempurna) klien merencanakan akan berobat ke dokter. Klien
masih mempercayai adanya hal-hal mistik, seperti tidak
boleh memakan ikan laut, sedangkan suaminya pantang
untuk membunuh binatang.

3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan


a. Nama lengkap : Ny. Y
b. Nama panggilan : Ny.Y
c. Umur : 23 tahun
d. Jenis kelamin : perempuan
e. Status : sudah menikah
f. Tipe keluarga : intim (tinggal sekeluarga tanpa ada keluarga
lain)
g. Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga : ada pada
pihak laki-laki

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup


a. Makanan pantangan yaitu ikan laut. Ny.Y makan habis
dengan 1 porsi 3x sehari. Ibu jarang makan buah. Ibu
sesekali minum jamu agar anaknya tidak bau amis pada saat
melahirkan. Ny.Y pergi ke dukun bayi untuk membenahkan
keadaan kehamilannya yang letak sungsang. Suaminya tidak
boleh membunuh binatang yang mengakibatkan anaknya
lahir cacat (tidak sempurna)
b. Persepsi sehat sakit berhubungan dengan aktifitas sehari-hari,
yaitu:
1) Pasien memeriksakan kehamilannya di dokter dan
berencana akan melahirkan disana. Pasien jarang minum
vitamin, pasien jarang berolahraga.
2) Pasien mengeluh mengalami pusing, lemas dan pucat
selama 3 hari, pasien dianjurkan untuk mengurangi
aktivitas yang berlebihan, sering berolahraga (jalan-
jalan), dianjurkan untuk melakukan senam hamil,
istirahat yang cukup dan diberi obat/ vitamin penambah
darah (Zat Besi).
5. Faktor politik
Kebijakan dan peraturan RS, yaitu:
a. Alasan mereka datang ke RS
Karena pasien mengeluh pusing, lemas, dan pucat selama 3
hari.
b. Kebijakan yang didapat di RS
Klien di periksa keadaannnya seperti tensi, berat badan,
tinggi badan, lingkar panggul, USG, cek darah dan disuruh
untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan, sering
berolahraga (jalan-jalan), dianjurkan untuk melakukan
senam hamil, istirahat yang cukup dan diberi obat/ vitamin
penambah darah (Zat Besi).

6. Faktor ekonomi
a. Pekerjaan
Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga
b. Sumber biaya pengobatan
Klien dan keluarga telah menyiapkan tabungan untuk
persalinan klien
c. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Klien menggunakan tabungannya untuk biaya bersalin

7. Faktor pendidikan
a. Pendidikan Ny.Y adalah SMP dan suaminya adalah SMA.
Pekerjaan Ny.Y adalah sebagai ibu rumah tangga dan
suaminya sebagai wiraswasta (penjaga toko).
b. Setelah di diagnosis anemia dan keadaan bayinya sungsang.
Klien tidak menerima dan merencanakan akan pergi ke
dukun bayi. Kemampuan klien masih minim karena masih
percaya hal-hal gaib daripada medis
B. Analisa Data
No Data Masalah (P)
1. DS :
Klien mengatakan bahwa
klien lebih memilih untuk
pergi ke dukun bayi dan
minum jamu daripada Ketidakpatuhan dalam pengobatan
minum obat setelah
disarankan untuk minum
vitamin secara teratur,
mengurangi aktivitas yang
berat, mengikuti senam
hamil. Ny.Y menganggap
bahwa minum jamu itu
agar anaknya tidak bau
amis dan pergi ke dukun
bayi untuk membenahi
perutnya agar anaknya
tidak sungsang.
DO : - USG (bayi sungsang,
jenis kelamin perempuan).
- HB 8mg/dl

2. DS :
 Klien percaya dengan
sihir dan hal-hal gaib.
 Pasien tidak percaya
dan tidak menerima Kurang pengetahuan
diagnosa dari dokter.
 Klien mempunyai
pantangan makan ikan
laut.
 Klien minum jamu
sesekali supaya anaknya
tidak amis.
DO :
 Pendidikan klien SMP.
 Klien tidak percaya dan
tidak menerima
diagnosa dari dokter.

C. Diagnosa keperawatan
NO Diagnosa
1. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.
2. Kurang penngetahuan berhubungan dengan kepercayaan dan sistem
nilai yang dianut klien tentang kehamilan.
D. Rencana Keperawatan
NO Dx Tujuan Rencana Kegiatan
1. Ketidakpatuhan Setelah diberikan Lakukan pendekatan
dalam asuhan keperawatan dengan cara Cultural Care
pengobatan selama (1x24 jam) Preserventation/
diharapkan klien mau Maintenance :
patuh dalam  Pelihara komunikasi
mengikuti yang sedang terjalin
pengobatan, dengan dengan baik (tanpa ada
Kriteria Hasil: masalah karena
 Klien bersedia budaya) antara klien
untuk minum dengan perawat
vitamin, makan maupun klien dengan
yang dokter atau klien
mengandung dengan tenaga
zat besi seperti kesehatan lain.
ikan laut.  Gunakan interaksi yang
 Klien menerima tenang dan tidak
diagnosa terburu – buru
anemia dan  Identifikasi perbedaan
letak sungsang konsep antara perawat
oleh dokter. dan pasien tersebut
 Diskusikan perbedaan
budaya yang
dimilikinya dengan
pasien yang masih
percaya kepada dukun
serta sihir dan hal-hal
gaib.
2. Kurang Setelah diberikan Lakukan pendekatan
pengetahuan asuhan keperawatan dengan cara Cultural Care
selama (1x24jam) Repartening /
diharapkan klien Reconstruction:
memahami tentang o Berikan informasi
penyakit yang mengenai kondisi klien
dialaminya dan cara dengan membantu
penanganannya. klien memilih serta
Dengan Kriteria Hasil menyarankan hal-hal
: yang dapat
 Klien bersedia meningkatkan derajat
dilakukan kesehatan klien.
tinndakan o Libatkan keluarga
kuretase. untuk turut serta
 Klien memberikan pengertian
mengetahui dan kepada klien bahwa
mengerti jenis makanan yang bergizi
makanan yang membantu
dapat meningkatkan kondisi
meningkatkan kesehatannya.
kondisi o Berikan kesempatan
kesehatannya. pada klien untuk
memahami informasi
yang telah diberikan
dan melakukannya.
o Tentukan tingkat
perbedaan klien
melihat dirinya dari
budaya kelompoknya
sendiri.
o Jelaskan kondisi
kesehatan klien ke
dalam bahasa
kesehatan yang mudah
dipahami klien dan
keluarga
o Berikan informasi pada
klien tentang sistem
pelayanan kesehatan.

E. Implementasi Keperawatan
Tanggal/ Dx Tindakan perawatan Respon
Hari/
Jam
4/10/201 Ketidakpatuha Melakukan 1. Pasien
8 n dalam pendekatan dapat
Kamis pengobatan dengan cara menerima
10:00 Cultural Care kehadiran
Preserventation/ perawat.
Maintenance : 2. Interaksi
1. Memelihara berjalan
komunikasi yang secara
sedang terjalin perlahan
dengan baik tenang dan
(tanpa ada tidak
masalah karena terburu –
budaya) antara buru
klien dengan 3. Keluarga
perawat maupun dan klien
klien dengan masih
dokter atau klien mempercay
dengan tenaga ai sihir dan
kesehatan lain. hal-hal
2. Mengunakan gaib.
interaksi yang 4. Pasien mau
tenang dan tidak mendiskusi
terburu – buru kan
3. Mengidentifikasi perbedaan
perbedaan konsep budaya
antara perawat dan yang
pasien tersebut dimilikinya.
4. Mendiskusikan Sedangkan
perbedaan budaya kelurga
yang dimilikinya pasien tidak
dengan pasien mau
yang masih mendiskusi
percaya kepada kan
dukun serta sihir perbedaan
dan hal-hal gaib. budaya
yang
dimilikinya
4/10/201 Kurang 1. Memberikan 1. Klien
8 penngetahuan informasi mengenai mendengar
Kamis berhubungan kondisi klien kan dengan
10:00 dengan 2. Membantu klien seksama
kepercayaan memilih serta 2. Klien
dan sistem menyarankan hal-hal memilih
nilai yang yang dapat hal-hal
dianut klien meningkatkan derajat yang dapat
tentang kesehatan klien. meningkatk
kehamilan. 3. Melibatkan keluarga an derajat
untuk turut serta kesehatan
memberikan 3. Kelurga
pengertian kepada pasien tidak
klien bahwa makanan memperbol
yang bergizi ehkan
membantu pasien
meningkatkan kondisi untuk tidak
kesehatannya. boleh
4. Memberikan makan ikan
kesempatan pada dan
klien untuk dianjurkan
memahami informasi untuk
yang telah diberikan minim
dan melakukannya. jamu, biar
5. Menentukan tingkat tidak amis.
perbedaan klien 4. Klien
melihat dirinya dari mendengar
budaya kelompoknya kan
sendiri. perawat.
6. Menjelaskan kondisi 5. Klien
kesehatan klien ke berfikir
dalam bahasa bahwa
kesehatan yang budaya
mudah dipahami klien yang dianut
dan keluarga sama
7. Berikan informasi dengan
pada klien tentang budaya
sistem pelayanan disekitarny
kesehatan. a
6. Klien
mendengar
kan
penjelasan
perawat,
tetapi klien
tetap
mempertah
ankan
budayanya
sendiri.
7. Klien dan
keluarga
dapat
menerima
tentang
system
pelayanan
kesehatan.

F. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/H Dx Evaluasi
ari/Jam
04/10/2018 Ketidakpatuha S: klien mengatakan bahwa klien lebih memilih minum
n dalam jamu dan pergi kedukun bayi dari pada minum obat dan
pengobatan pergi kedokter
O: - klien masih mempertahankan pendapatnya tentang
minum jamu dan pergi kedukun.
- USG(sungsang,jenis kelamin perempuan}
- HB 8mg/dl.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi.

Kurang S: klien mengatakan mulai menerima bahwa kondisinya


pengetahuan sedang sakit
O: - klien masih mempercayai hal-hal sihir
- klien mulai menerima diagnosa dari dokter
- Klien mendengarkan pada saat perawat
memberikan penyuluhan kesehatan
A: masalah sebagian teratasi
P: lanjutkan intervensi

 Perbedaan konsep perawat dan Ny.Y terletak pada kepercayaan Ny.Y


yang masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib.
 Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan Ny.Y.
Perawat bisa perlahan-lahan untuk berkomunikasi dengan Ny.Y.
 . Misalnya :
 Ikan Laut yang kaya akan Zat besi yang berguna untuk pembentukan
myoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan otot dan hemoglobin
yang memberi oksigen ke darah dan menjaga asupan yang cukup.
 Pergi ke dukun bayi, hal ini tidak di benarkan karena memijat perut
pada saat kehamilan dapat mengakibatkan hal yang membahayakan
bayi yang ada di dalam perutnya.
Minum jamu, hal ini tidak dibenarkan karena jamu mengandung campuran-
campuran / ramuan-ramuan yang berbahaya yang bisa mengakibatkan bayi
menjadi kuning bahkan meninggal dalam kandungan.
o Sebagai contoh klien mempunyai pantangan untuk mengkonsumsi
makanan ikan laut dimana ikan laut itu sangat baik dikonsumsi karena
mengandng zat besi yang dibutuhkan oleh wanita hamil. Kita bisa
menyarankan klien untuk lebih banyak makan daging, buncis, sayuran
hijau, kacang, kerang dan produk padi yang diperkaya zat besi.
Sedangkan jamu bisa kita ganti dengan vitamin dari buah-buahan
maupun resep dokter.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa.
Suku Sunda memiliki kharak teristik yang unik yang membedakannya
dengan masyarakat suku lain. Kekharakteristikannya itu tercermin dari
kebudayaan yang dimilikinya baik dari segi agama, bahasa, kesenian, adat
istiadat, mata pencaharian, dan lain sebagainya.

Kebudayaan yang dimiliki suku Sunda ini menjadi salahsatu


kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap di jaga
kelestariannya. Dengan membuat makalah suku Sunda ini diharapkan dapat
lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku Sunda tersebut dan
dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutanny
adapat bermanfaat dalam dunia kependidikan.

4.2 SARAN

Saran yang dapat saya berikan adalah kita harus mengetahui


bermacam-macam suku yang ada di Indonesia bukan hanya suku sunda
tetapi masih banyak suku-suku yang lainya. Mengenai suku sunda sendiri
kita harus bisa lebih mengembangkan suku yang kita miliki dari sejak lahir,
contohnya saja dalam berbahasa, kita harus bisa menguasai bahasa dalam
suku kita kalaupun misalkan kita tidak bisa menggunakan bahasa itu dengan
baik, kita harus bisa memahami makna dan maksudnya sedikit saja.
Suku itu merupakan bagian pokok dari kebudayaan Indonesia. Tidak
mungkin seseorang lahir tanpa adanya suku, pastilah merka memiliki suku
yang telah dibawa oleh kedua orang tuanya jika suku-suku dari kedua orang
tua berbeda kita tidak boleh condong terhadap satu suku saja tetapi alangkah
lebih baiknya kita bisa mempelajari dan mengenal lebih dekat dari kedua
suku-suku tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Rosidi, Ayip. Revitalitas Dan Aplikasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Dalam


Pembangunan Daerah. Bandung. 2010
Ningrat, Koentja. Manusia Dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:
Djambatan. 1982
Supriatna, Jatna. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 2008
Adriana I. Neloni, mitoniatautingkeban
(perpaduantradisijawadanritualitasmasyarakatmuslim. Karsa. 2011;
19(2):239-47.
Kaphle S, Hancock H, Newman LA. Childbirth traditions and cultural
perceptions of safety in Nepal: critical spaces to ensure the survival
of mothers and newborns in remote mountain villages. Midwifery.
2013:1173-81.
Agus Y, Horiuchi S, Porter SE. Rural Indonesia women’s traditional beliefs
about antenatal care. Biomedcen. 2012. 5:589
SukuSunda - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm diakses
17 Juni 2015
BudayaSunda - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
diakses 17 Juni 2015
Mitos-mitoskelahiranBayidalamBudaya Sunda.htm diakses 17 Juni 2015
Larangan/TabuPadaMasa Kehamilan.htm diakses 17 Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai