Disusun oleh:
Anisa Pauji lestari (1208030027)
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam etnis, suku, budaya dan adat istiadat yang
berbeda-beda. Suku, budaya, etnis, maupun adat istiadat tersebut memiliki corak yang unik,
hanya dimiliki oleh suku yang bersangkutan tersebut dan tidak dimiliki oleh suku lain.
Suku, budaya dan adat istiadat tersebut mempengaruhi gaya dan pola hidup mereka, yang
pada akhirnya membentuk pula tatanan sosial kemasyarakatan masing-masing, dimana tatanan
tersebut akhirnya dipakai dalam pergaulan hidup sehari-hari yang bersifat intern, ( hanya berlaku
di dalam suku yang bersangkutan dan hanya di antara mereka saja ). Ketentuan yang berlaku di
dalam tatanan sosial etnis tersebut karena dipakai dalam pergaulan sehari-hari, dan berlaku
tertentu. ( misalnya hanya pada peristiwa pernikahan ) namun kemudian mencakup berbagai
aspke kehidupan lain, sehingga setiap tatanan, dipatuhi dan diberlakukan terhadap seluruh
anggota masyarakat yang bersangkutan. Hal tersebut dikenal dengan sebutan “tradisi, adat
keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam
masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri
bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan
bagi bangsa Indonesia. Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu
pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besar
kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat. Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang plural maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku
bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri khas kebudayaan yang berbeda- beda. Suku Sunda
merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah satu suku bangsa di
Indonesia, suku Sunda memiliki kharakteristik yang membedakannya dengan suku lain.
Keunikan kharakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari
sistem kekerabatan, tata cara perkawinan, pembagian waris, dan pidana,segi agama, mata
pencaharian, kesenian, dan lain sebagainya. Dari keunikan tersebut penulis tertarik untuk
B. Identifikasi Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan masalah maka maka penulis membatasi hanya
pada permasalahan bagaimana sebenarnya dengan sistem kekerabatan, tata cara perkawinan,
C, Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem
sistem kekerabatan, tata cara perkawinan, pembagian waris, sanksi pidana di dalam suku sunda.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Tentang Sunda
Sunda berasal dari kata Su = Bagus/ Baik, segala sesuatu yang mengandung unsur
kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju
keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik),
bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah dijalankan sejak
jaman Salaka Nagara sampai ke Pakuan Pajajaran, telah membawa kemakmuran dan
Istilah Sunda kemungkinan juga berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau suddha
yang berarti bersinar, terang, atau putih. Dalam bahasa Jawa kuno (Kawi) dan bahasa Bali
dikenal juga istilah Sunda dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tak
bercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada. Menurut R.W. van Bemmelen seperti
dikutip Edi S. Ekadjati, istilah Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai
dataran bagian barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai
Sahul. Dataran Sunda dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang melingkar (Circum-Sunda
Mountain System) yang panjangnya sekira 7.000 km. Dataran Sunda itu terdiri atas dua bagian
utama, yaitu bagian Utara.yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang
Lautan Fasifik bagian Barat serta bagian Selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India).
Dengan demikian, bagian Selatan dataran Sunda itu dibentuk oleh kawasan mulai Pulau Banda di
timur, terus ke arah barat melalui pulau-pulau di kepulauan Sunda Kecil (the lesser Sunda
island), Jawa, Sumatra, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai Arakan Yoma di Birma.
Selanjutnya, dataran ini bersambung dengan kawasan Sistem Gunung Himalaya di Barat dan
dataran Sahul di Timur. Dalam buku-buku ilmu bumi dikenal pula istilah Sunda Besar dan Sunda
Kecil. Sunda Besar adalah himpunan pulau yang berukuran besar, yaitu Sumatra, Jawa, Madura,
dan Kalimantan, sedangkan Sunda Kecil adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang kini
termasuk kedalam Provinsi Bali, Nusa Tenggara, dan Timor. Dalam perkembangannya, istilah
Sunda digunakan juga dalam konotasi manusia atau sekelompok manusia, yaitu dengan sebutan
urang Sunda (orang Sunda). Di dalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan
(hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus. Menurut kriteria pertama, seseorang
bisa disebut orang Sunda, jika orang tuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu ataupun
keduanya, orang Sunda, di mana pun ia atau mereka berada dan dibesarkan. Menurut kriteria
kedua, orang Sunda adalah orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan
dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda.
Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan sosial budaya dan sikap orangnya yang dianggap
penting. Bisa saja seseorang yang orang tuanya atau leluhurnya orang Sunda, menjadi bukan
orang Sunda karena ia atau mereka tidak mengenal, menghayati, dan mempergunakan norma-
norma dan nilai-nilai sosial budaya Sunda dalam hidupnya . Dalam konteks ini, istilah Sunda,
juga dikaitkan secara erat dengan pengertian kebudayaan. Bahwa ada yang dinamakan
Kebudayaan Sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang
Sunda yang pada umumnya berdomosili di Tanah Sunda. Dalam tata kehidupan sosial budaya
persamaan dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia, kebudayaan Sunda memiliki ciri-ciri
khas tersendiri yang membedakannya dari kebudayaan-kebudayaan lain. Secara umum,
masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, sering dikenal dengan masyarakat yang memiliki
budaya religius. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo “silih asih, silih asah, dan
silih asuh” (saling mengasihi, saling mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi).
Di samping itu, Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan (handap
asor), rendah hati terhadap sesama; penghormatan kepada orang tua atau kepada orang yang
lebih tua, serta menyayangi orang yang lebih kecil (hormat ka nu luhur, nyaah ka nu leutik);
membantu orang lain yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan (nulung ka nu butuh nalang
ka nu susah), dsb
Kebudayaan adalah adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Budaya Sunda
dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter
masyarakat sunda, ramah tamah (someah), murah senyum, lemah lembut, dan sangat
menghormati orangtua. Itulah cermin budaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa
Sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orang tua . Kebudayaan Sunda
merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang
sebagai berikut :
1.Sistem Kekerabatan dalam Suku Sunda
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak
ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga.
Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat
mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki
pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu),
buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur.
Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau
uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan
tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik,
dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah,
silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa
Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan. Dalam sistem kekerabatan ada
nama-nama angkatan dalam arti hubungan kekerabatan, dalam hal ini orang Sunda mengenal 7
Keatas Kebawah
1. Kolot
3. Buyut
4. Bao
5. Janggawareng
6. Udeg-udeg
7. Kakait Siwur
1. Anak
2. Incu
3. Buyut
4. Bao
5. Janggawareng
6. Udeg-udeg
7. Kakait Siwur
“pancakaki”. Kamus Umum Basa Sunda (1993), mengartikan “pancakaki” dengan dua
(perenahna jelema ka jelema deui anu sakulawarga atawa kaasup baraya keneh). Kita pasti
mengenal istilah kekerabatan seperti indung, bapa, aki, nini, emang, bibi, Euceu, anak, incu,
buyut, alo, suan, kapiadi, kapilanceuk, aki ti gigir, nini ti gigir, dan sebagainya.
pada hubungan seseorang dalam sebuah komunitas keluarga. Dalam sistem kekerabatan urang
Sunda diakui juga garis saudara (nasab) dari bapak dan ibu seperti bibi, emang, kapiadi,
kapilanceuk, nini ti gigir, aki ti gigir. Menurut Edi S Ekadjati (Kebudayaan Sunda, 2005) urang
Sunda memperhitungkan dan mengakui kekerabatan bilateral, baik dari garis bapak maupun ibu.
Berbeda dengan sistem kekerabatan orang Minang dan Batak yang menganut sistem kekerabatan
matriarchal dan patriarchal, yaitu hanya memperhitungkan garis ibu saja dan garis keturunan
bapak. Sedangkan pada pengertian kedua, “pancakaki” bisa diartikan sebagai suatu proses
penelusuran hubungan seseorang dalam jalur kekerabatan (mapay perenahna kabarayaan). Secara
empiris, ketika kita menganjangi suatu daerah, maka pihak yang dianjangi akan membuka
percakapan: “Ujang teh timana, jeung putra saha?”. Ini dilakukan untuk mengetahui asal-usul
keturunan tamu, sehingga sohibulbet atau pribumi, lebih akrab atau wanoh kepada semah guna
mendobrak kekikukan dalam berinteraksi. Maka, “pancakaki” pada pengertian kedua adalah
sebuah proses pengorekan informasi keturunan untuk menemukan garis kekerabatan yang
sempat putus. Biasanya, hal ini terjadi ketika seseorang nganjang ke suatu daerah dan di sana ia
menemukan bahwa antara si pemilik rumah dan dia ternyata ada ikatan persaudaraan. Maka, ada
pribahasa bahwa dunia itu tidak selebar daun kelor. Antara saya dan anda – mungkin kalau ber-
pancakaki – ternyata dulur! Minimalnya sadulur jauh. “Pancakaki” dalam bahasa Indonesia
mungkin agak sepadan dengan istilah “silsilah”, yakni kata yang digunakan untuk menunjukkan
asal-usul nenek moyang beserta keturunannya. Tapi, ada perbedaannya. Menurut Ajip Rosidi
(1996) “pancakaki” memiliki pengertian suatu hubungan seseorang dengan seseorang, yang
yang penting dalam hidup urang Sunda, karena selain menggambarkan sifat-sifat urang Sunda
yang ingin selalu bersilaturahim, juga merupakan kebutuhan untuk menentukan sebutan masing-
Pada tahun 130 Masehi, di bumi Nusantara berdiri sebuah kerajaan yang mempunyai
pengaruh cukup besar. Kerajaan itu bernama Salakanagara, yang sekarang berada di wilayah
Propinsi Banten. Menurut Naskah Wangsakerta – Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara
Konon, Salakanagara diyakini sebagai leluhur Suku Sunda. Hal tersebut dikarenakan
wilayah peradaban Salakanagara sama persis dengan wilayah peradaban orang Sunda selama
berabad-abad. Lebih dari itu, ada hal yang memperkuat lagi, yakni kesamaan kosakata antara
Sunda dan Salakanagara. Ditemukan pula bukti lain berupa Jam Sunda atau Jam
Ada beberapa ahli dan sejarawan yang membuktikan, bahwa tatar Pasundan memiliki nilai-
nilai sejarah yang tinggi. Mereka antara lain Husein Djajadiningrat, Tubagus H. Achmad,
Hasan Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan masih banyak lagi. Cukup banyak temuan-
temuan mereka yang disusun dalam tulisan-tulisan, ulasan-ulasan maupun dalam buku.
Masih ada yang lain seperti John Miksic, Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph
Iskandar, Claude Guillot, Ayatrohaedi, Wishnu Handoko dan lain-lain, yang turut
menambah wawasan mengenai Banten menjadi tambah luas dan terbuka dengan karya-
Dewawarman I yang memerintah dari tahun 130-168 masehi. Raja ini aslinya merupakan
pedagang asal India dan setelah menjai raja memiliki julukan Prabu Darmalokapala Aji
Pasa tahun 195-238 M giliran bertahna Dewawarman III yang berjuluk Prabu Singasagara
Bimayasawirya. Dia merupakan putra dari Dewawarman II. Suksesi berikutnya terjadi tahun
dengan gelar Raja Ujung Kulon. Menantu Dewawarman IV giliran memegang kekuasaan
Pada tahun 276 Dewawarman V gugur saat menghadapi najak laut, sehingga tahta
diduduki Mahisa Suramardini Warmandewi. Sang ratu yang berkuasa 276-289 masehi ini
Putra tertua mereka pun menggantikan posisi sebagai raja tahun 289-308 Masehi. Raja
Dewawarman VI ini memiliki julukan Sang Mokteng Samudera. Tahun 308-340 Masehi
bertahta Dewawarman VII dengan julukan Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati, yang
merupakan putra tertua Dewawarman VI. Setelah itu kembali berkuasa seorang ratu. Dia
2. Sistem Kepercayaan
kepercayaan merupakan pedoman hidup yang diyakini oleh suatu masyarakat dalam
bangsa di Indonesia, memiliki sistem kepercayaan awal yang unik dan masih bertahan
sampai saat ini. Sistem kepercayaan tersebut sering dikenal dengan istilah Sunda Wiwitan
yang sekarang bertahan hidup pada komunitas masyarakat adat Baduy di Kanekes. Namun
demikian, fakta historis menunjukkan bahwa masyarakat Sunda dipengaruhi oleh beberapa
kebudayaan, diantaranya; pertama, kebudayaan Hindu-Budha yang datang dari anak benua
India, kedua, Kebudayaan Islam yang datang dari jazirah Arab, ketiga, kebudayaan Jawa,
keempat, kebudayaan Barat yang datang dari benua Eropa, dan kelima, kebudayaan nasional
karena Tatar Sunda terintegrasi dan menjadi bagian Negara Republik Indonesia dan
memiliki identitas tersendiri, yang melekat pada komunitas masyarakat adat Baduy,
Masyarakat suku Sunda di Jawa Barat mengenal banyak sekali tradisi upacara ritual.
Kearifan lokal tersebut banyak sekali mengandung nilai - nilai dan syarat dengan norma
Subhanahu Wata'ala atas segala karunia dan nikmat yang telah di terima selama ini.
Berikut ini adalah lima (5) ritual upacara adat suku Sunda Jawa Barat, antara lain :
Salah satu ritual upacara masyarakat suku Sunda yang perlu kita ketahui adalah pesta
nelayan pelabuhan ratu. Ritual ini adalah upacara ritual khas masyarakat yang tinggal di
Kabupaten Sukabumi terutama masyarakat yang dekat dengan pantai pelabuhan ratu.
Sebagai salah satu bentuk upacara ritual masyarakat nelayan di pantai Pelabuhan
ratu,maka pesta laut tersebut merupakan wujud dari rasa syukur atas segala rahmat dan
karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dalam acara pesta laut ini, wisatawan
dapat menyaksikan upacara ritual berupa tari-tarian yang mengiringi sepasang raja dan ratu
yang diarak di atas pedati sebagai simbol dari penguasa Ratu Pantai Selatan. Sedangkan
acara puncaknya snediri adalah pelepasan ribuan Tukik ( anak penyu ) ke dalam laut.
Upacara Hajat Sasih Kampung Naga adalah salah satu ritual upacara adat suku Sunda
yang tinggal di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Upacara tersebut merupakan ungkapan
dan wujud rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan rasulNYA Muhammad SAW.
Upacara ritual tersebut juga merupakan sebuah penghormatan kepada leluhur warga
Tasikmalaya yaitu Eyang Singaparna, yang oleh masyarakat Tasikmalaya di angga sebagai
cikal bakal berdirinya Kampung Naga yang kemudian menurunkan orang Sanaga tersebut.
Upacara ritual yang cukup besar dalam penyelenggaraannya ini dihadiri oleh warga
Sanaga. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam upacara ritual tersebut antara lain adalah
mengganti pagar bambu yang mengelilingi Bumi Ageung, mencuci benda-benda pusaka,
Singaparna, bersalaman dengan kuncen, dan di akhiri dengan acara makan bersama di Balai
Patemon.
Upacara ritual Seren Taun, dilaksanakan pada setiap bulan Agustus setiapp tahunnya,
yang merupakan upacara ritual peyerahan hasil bumi berupa padi yang diperoleh dalam
kurun waktu satu tahun untuk disimpan di ‘leuit’ atau lumbung padi. Tujuan dari upacara
seren taun ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur, rasa hormat, serta ungkapan terima
kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Dewi Sri atas panen yang telah diperoleh selama
Pada hari pelaksanaan ritual upacara ini,kita akan melihat barisan para peserta upacara
yang berangkat secara bersama-sama dari sebuah lapangan terbuka ke depan Leuit Si Jimat.
Barisan itu antara lain ujungan atau gebotan, juru rajah, pembawa pare bapa dan pare
indung, para pemungut padi yang tercecer, pembawa rengkong, alat-alat lembur, dan iringan
kesenian tradisional yaitu toleat, dogdog lojor, jipeng, angklung gubrag, dan ujungan.
Upacara ritual ini dimulai dengan ‘ngukus’ (yaitu membakar kemenyan), kemudian
‘ngadiukeun pare’ (memasukkan padi ke dalam leuit) yang dilakukan oleh Abah dan Ema
Anom, pembantu utama Abah dan Istri, serta dua orang saksi.
Upacara Seren Taun adalah sebuah upacara ritual yang penuh dengan nilai - nilai filosofis
Upacara ritual Mapag Sri merupakan sebuah ritual upacara lokal yang cukup unik.
Keunikan yang akan dapat kita lihat adalah bahwa upacara ini menjunjung tinggi aturan
agama Islam, tetapi merupakan akulturasi atau percampuran adat tradisi Sunda kuno masih
sangat kental terasa di setiap bagian ritualnya. Upacara Mapag Sri ini di adakan di Kampung
Upacara ritual ini dilaksanakan pada setiap bulan Agustus dan merupakan pernyataan
wujud rasa syukur atas keberhasilan pertanian yang diperoleh selama ini. Selain itu, upacara
Mapag Sri ini juga diadakan sebagai upaya untuk memelihara hubungan serta mendekatkan
Anda akan melihat bahwa upacara Mapag Sri ini dilaksanakan dengan cara mengarak
simbol Dewi Sri mengelilingi kampung, dengan diiringi oleh berbagai macam atraksi
kesenian. Setelah itu, kemudian diadakan pergelaran Wayang Kulit Purwa dengan lakon
Sulanjana (sebuah cerita mengenai asal-usul padi). Usai pergelaran wayang kulit perwa
kemudian dilanjutkan dengan selamatan dan acara memperebutkan air yang berasal dari
tujuh mata air yang dipercaya oleh masyarakat sebagai obat untuk segala macam penyakit
5. Bubur Syura
Bubur Syura adalah sebuah ritual upacara tahunan yang diselenggarakan setiap tanggal
10 Muharam. Upacara Bubur Syura ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan hari Asyura,
yakni hari peringatan atas wafatnya Imam Husein (cucu Rasulullah saw) dalam peristiwa di
Karbala yang juga diperingati pada tanggal dan bulan yang sama dengan upacara bubur
syura ini. Upacara Bubur Syura tersebut oleh masyarakat justru dikaitkan dengan peristiwa
Nabi Nuh as. dan ritual upacara tersebut telah berjalan sejak lama. Akan tetapi, dalam
perkembangannya kemudian juga dikaitkan dengan mitos Nyi Pohaci Sanghyang Sri.
Upacara ritual tersebut diyakini oleh masyarakat bisa mendatangkan berkat kesejahteraan
berbagai macam perlengkapan, antara lain tempat upacara, sesajen, benda-benda keramat,
tanah lapang, atau di tepi sungai, dan sebagainya. Pemilihan tempat sangat bergantung kepada
masyarakat pelaku ritual upacara itu sendiri. Misalnya di luar rumah salah seorang warga yang
dianggap mampu untuk melakukan upacara tersebut. Pemilihan tempat tersebut juga didasari
oleh alasan - alasan tertentu, yakni karena peserta ritual upacara tersebut memerlukan banyak
orang. Selain hal itu, tungku-tungku yang akan digunakan untuk proses pembuatan bubur benar-
benar memerlukan tempat yang cukup luas dan terbuka, sehingga akan lebih leluasa apabila di
Jumlah perolehan bubur yang di masak juga diumumkan kepada seluruh pendukung ritual
upacara. Kemudian bubur - bubur itu dibagikan kepada seluruh pendukung dan peserta ritual
upacara tersebut secara merata dan sisanya dibagikan kepada tetangga terdekat yang tidak bisa
hadir pada saat pembuatan bubur. Dengan selesainya proses pembagian bubur, maka selesai juga
Orang Sunda dikenal ramah, periang, optimistis, sopan, dan cenderung menjalani
keseharian yang sederhana. Bangsa Portugis juga mencatat dalam Suma Oriental, bahwa
orang Sunda memiliki sifat yang pemberani dan jujur. Sifat-sifat ini merupakan bagian dari
Sejarah juga mencatat bahwa suku Sunda adalah kelompok yang pertama kali melakukan
hubungan diplomatis dengan bangsa lain secara sejajar. Pada abad ke-15 terjalin hubungan
diplomatis antara Sunda dengan bangsa Portugis yang menghasilkan Prasasti Perjanjian
Sunda-Portugal.
Perjanjian ini dilakukan oleh Raja Samian atau sebutan lainnya adalah Sang Hyang
Surawisesa. Ia adalah raja pertama dari tanah air yang melakukan perjanjian dengan bangsa
lain. Hal yang perlu digarisbawahi adalah perjanjian ini dilakukan secara sejajar, bukan
karena terpaksa.
Di masa modern, beberapa tokoh politik juga cukup banyak yang berasal dari etnis
Sunda. Mulai dari menteri hingga wakil presiden. Selain posisi penting dalam bidang
pemerintahan, orang Sunda juga banyak yang menggeluti bidang seni. Banyak musisi, aktor,
dan penyanyi terkemuka sejak dulu hingga sekarang yang berasal dari Sunda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sunda berasal dari kata Su = Bagus/ Baik, segala sesuatu yang mengandung unsur
kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan
menuju keutamaan hidup dan bisa juga juga berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau
Sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia, suku Sunda memiliki kharakteristik yang
membedakannya dengan suku lain. Keunikan kharakteristik suku Sunda ini tercermin dari
kebudayaan yang mereka miliki baik dari sistem kekerabatan, tata cara perkawinan,
pembagian waris, dan pidana,segi agama, mata pencaharian, kesenian, dan lain sebagainya.
B. Saran
Suku sunda sebagai salah satu suku terbesar di Indonesia haruslah dijaga kebudayaan
yang terkandung didalamnya mengingat keragaman dan keunikan kebudayaan ini sunggulah
unik dan menarik dan merupakan salah satu warisan nenek moyang bangsa indonesia yang
DAFTAR PUSTAKA
http://kultivar.blogspot.com/2008/02/sistem-kekerabatan-dan-perkawinan.html
https://sakola-sukron.blogspot.com/2007/10/kekerabatan-urang-sunda.html
http://sidaus.wordpress.com/2008/05/28/pembagian-harta-warisan/
http://www.kasundaan.org/id/index.php?option=com_content&view=article&id=53&Itemid=82
http://www.forumbebas.com/thread-22622.html
http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
https://www.harianmerapi.com/kearifan/2020/04/19/95778/salakanagara-kerajaan-paling-awal-di-
nusantara-1-disebut-sebagai-leluhur-suku-sunda#:~:text=Konon%2C%20Salakanagara%20diyakini
%20sebagai%20leluhur,orang%20Sunda%20selama%20berabad%2Dabad
https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/97406410605952763
https://www.anekabudaya.xyz/2019/11/lima-5-ritual-upacara-adat-khas-suku.html
https://rimbakita.com/suku-sunda/#:~:text=menjadi%20Kerajaan%20Sunda.-,Karakter%20Orang
%20Sunda,sifat%20yang%20pemberani%20dan%20jujur