Anda di halaman 1dari 4

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Airlangga Surabaya

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2018/2019

Mata ajaran : Etnografi Jawa (SOA254)


Hari/tanggal : Rabu, 10 April 2019
Waktu : 4 jam (11.30 – 15.30)
Nama : AULIA NURHALIZA PUTRI
NIM : 071811733039

SOAL :
1. Berikan deskripsi tentang siapakah ”Orang Jawa“ itu! Uraikan pula sejarah dan
asal-usul orang Jawa sehingga mencapai bentuknya yang sekarang ini!
2. Manusia dan Kebudayaan Jawa memiliki wilayah operasional yang amat luas
dengan jumlah pendukung kebudayaan terbanyak di Indonesia sehingga
memungkinkan terjadinya variasi. Berikan penjelasan tentang variasi dalam
kebudayaan Jawa! Gambarkan pula pemetaan tentang variasi kebudayaan Jawa
tersebut!
3. Dalam kajian etnografi, bahasa Jawa memiliki kekhasan dan keunikan tertentu
yang belum tentu dimiliki oleh bahasa pada etnik lain. Sebut dan jelaskan sekurang-
kurangnya tiga kekhasan bahasa Jawa yang sdr ketahui!
4. Berikan deskripsi secara lengkap tentang salah satu varian dari suku bangsa
Jawa yang ada di wilayah Propinsi Jawa Timur berikut: Samin, Osing, Tengger,
Suriname, Pendalungan atau Mataraman.
5. Franz Magnis Suseno mengemukakan tentang etika dan falsafah hidup orang
Jawa dalam berbagai ciri dan karakter.
a. Sebut dan jelaskan ciri dan karakter yang dikemukakan oleh Franz Magnis Suseno
tersebut!
b. Dalam konteks kekinian apakah ciri dan karakter yang dikemukakan tersebut masih
cukup relevan, dalam arti masih dimiliki orang Jawa. Jelaskan dan beri contoh!

JAWABAN :
1. Orang Jawa merupakan sekelompok individu yang berkumpul di daerah jawa, lahir,
tumbuh berkembang dengan adat istiadat jawa, dan mereka yang mengerti dan
menerepkan nilai budaya dan terdapat keturunan Jawa. Secara historisnya menurut
arkeolog yaitu manusia Phitecantropus yang bermigrasi kedaratan Indonesia
terutama Jawa, lalu mereka hidup dan menetap, beranak pinak sehingga
membentuk masyarakat luas dengan menjalankan budaya Jawa. Secara
kebudayaannya, orang jawa merupakan mereka yang telah tinggal lama dan paham
tentang suku Jawa.
Dapat dikatakan bahwa Jawa telah dihuni oleh manusia kurang lebih selama 2 juta
tahun. Terdapat indikasi bahwa Homo Erectus ke arah Homo Sapiens terjadi di
daratan Jawa. Sejak 40 ribu tahun yang lalu Jawa dan sebagian besar daratan
nusantara telah dihuni oleh Homo Sapiens yang mula-mula dari ras
Austromelanesoid, yang sejak 10 ribu tahun mengalami proses Mongolidisasi.
Pulau Jawa ada sejak 60 juta tahun lalu, melalui terjadinya gempa dahsyat disekitar
Pulau Natuna yang mengakibatkan terjadinya pengangkatan laut sehingga
membentuk daratan yang luas dan membentuk kepulauan di nusantara. Pulau Jawa
memiliki cakupan 7 % dari luas daratan nusantara. Dengan pulau 1.200 km dan
lautan sekitar 150 km. Dengan penghuni hampir 60%. Indonesia terbagi dalam
dalam dua golongan yaitu dalam dengan adanya Jawa dan Bali (Pertanian Intensif)
dan luar dengan adanya Luar Jawa (Pertanian Ekstensif).
Dalam perkembangan terbentuknya etnis Jawa kita dapat melihat ke linguistik
historis komparatif yang memiliki beberapa metode dalam membandingkan bahasa
dari berbagai etnis. Salah satunya yaitu melalui komparasi leksikostatistik, yaitu
dengan menghitung perbendaharaan kata bersama dalam dua bahasa sebagian besar
menyangkut Malayo-Polinesia (Dyen, 1962; 1965). Menurut pembagian oleh Dyen
(1965), bahasa Jawa masuk rumpun nerikut yaitu :
a. West Indonesian Cluster
1. Sundaic Hesion
a) Javo-Sumatran Hesion
b) Malayic Hesion
c) Sundanese
d) Javanese
Sesuai perhitungan yang telah dilakukan bahasa Jawa dan Sunda masih sebagai satu
bahasa yang berpisah dari Rumpun Malayic Hesion 2246 tahun yang lalu, jadi
bahasa Jawa dan Sunda terpisah satu dari yang lain kurang lebih 2168 tahun lalu.
Referensi : (Antropologis and Glinka, 2001)Antropologis, S. T. and Glinka, J. (2001)
‘ASAL-MULA ORANG JAWA’, (2), pp. 1–8.

2. Kebudayaan kebudayaan Hindu di Jawa melahirkan kebudayaan secara akulturasi


yang melahirkan kebudayaan Islam Jawa. Pada jaman penjajahan bangsa barat yang
membawa kebudayaannya melahirkan kebudayaan barat Jawa yang cenderung
materalistik. Lalu, kebudayaan Jawa menjadi sinkretis yang meliputi unsur yaitu
Pra-Hindu (Jawa Asli), Hindu Jawa, Islam Jawa, dan Barat Jawa.
Kebudayaan dalam arti sempit sering diartikan sebagai kesenian. Dalam arti luas,
kebudayaan setidaknya meliputi tujuh sistem yaitu: (1) sistem religi dan upacara
keagamaan, (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan, (4)
bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencaharian, dan (7) sistem teknologi dan
peralatan. Berdasarkan pengertian tersebut maka untuk mengidentifikasikan
kebudayaan Jawa dapat ditilik dari bahasanya, keseniannya, dan kesenian
tradisionalnya maka kebudayaan Jawa menurut H. Karkono Kamajaya
Partokusumo (1986: 85) adalah pancaran atau pengeJawantahan budi manusia Jawa
yang merangkum kemampuan, cita-cita, ide maupun semangatnya dalam mencapai
kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir batin.
Dari uraian tersebut di atas maka kebudayaan Jawa dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kebudayaan Rohani yang bersifat abstrak dan universal, artinya kebudayaan


demikian memiliki nilai-nilai yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di
dunia ini.
b. Kebudayaan Jasmani yang bersifat konkret, nyata, dan bersifat local sempit.
Kebudayaan ini berbeda dan macam-macam jenisnya. Unsur-unsur
kebudayaan ini meliputi: tulisan, kerajinan, seni tari, sistem kekerabatan, dan
sebagainya (H. Karkono Kamajaya Partokusumo, 1986: 78)
Referensi : (Ekspresif, no date) Ekspresif, K. (no date) ‘ISLAM JAWA DAN
AKULTURASI BUDAYA ’:, 14(1), pp. 51–68.

3. Ciri Khas Bahasa Jawa :


a. Setiap tempat atau daerah di bagian Jawa pasti mempunyai ciri raga atau
logat yang khas yang dapat dilihat dari segi intonasi (tebal tidaknya
pengucapan alias medhok).
b. Daerah pegunungan atau yang lain masing-masing memiliki kosa kata
berbeda atau khas.
c. Pada orang pekalongan terdapat akhiran “oo” atau “aa” di akhir kata atau
kalimat. Contoh : “bebas oo” “yo ora aa”
d. Bahasa jawa memiliki banyak pengguna termasuk orang luar negeri.
e. Bahasa jawa banyak memiliki tingkatan untuk penghormatan lawan bicara.
Bahasa Jawa standard dikenal memiliki 4 tingkatan, yakni ngoko (kasar),
madya (biasa), krama (halus) dan krama inggil (halus sekali).
f. Bahasa Jawa dapat ditulis dengan alphabet, aksara Jawa, maupun Arab
Pegon.
g. Banyak memiliki turunan kata.

4. SUKU OSING
Dalam bahasa Osing, kata “Osing” (dibaca Using) yang berarti “tidak”, dan kata ini
mewakili keberadaan orang Osing yang ada di Banyuwangi. Jika orang Osing ini ditanya
mengenai asalnya, kalian orang Bali atau Orang Jawa? maka orang Osing ini akan
menjawab “Osing” yang berarti mereka tidak berasal dari Jawa ataupun Bali. Suku Osing
biasa disebut Wong Osing, Lare Osing, dan Tiyang Osing yang berarti saya orang Osing.
Secara geografis, suku Osing mendiami daerah dalam Kabupaten Banyuwangi.
Walaupun kehadiran suku-suku lain yang ada di Banyuwangi seperti Jawa, Madura, dan
Bugis, tidak merubah pandangan umum termasuk orang Osing sendiri bahwa yang
disebut sebagai masyarakat Banyuwangi ialah masyarakat Osing. Menurut Kepala
Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata, Setiyo Puguh, di Kabupaten Banyuwangi
masyarakat Using tersebar di beberapa kecamatan seperti Glagah, Giri, Kabat,
Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Cluring, dan Genteng.
Dari berbagai kecamatan tersebut, kecamatan yang penduduknya yang masih kental
menganut adat istiadat dan budaya khas sebagai satu suku, ialah desa Kemiren di
kecamatan Glagah. Desa Kemiren tersebut telah dikenal sebagai desa adat suku Osing
yang menjadi tujuan utama wisata di Banyuwangi.
 Bahasa : Suku Osing menggunakan bahasa daerahnya sendiri yang dinamakan
“Bahasa Osing”. Penggunaan Bahasa Osing di masyarakat lebih dominan pertama,
digunakan dalam rumah tangga sebagai alat komunikasi dan interaksi antar anggota
rumah tangga.
 Sistem Pengetahuan : kesehatan dan pemanfaatan air.
 Organisasi Sosial : organisasi sosial formal ( PKK, Karang Taruna, Kelompok tani)
dan organisasi sosial nonformal ( PAMU, arisan, kelompok pengajian)
 Sistem Teknologi : Komunitas Desa Kemiren sudah mengenal teknologi dalam
bentuk yang sederhana. Peralatan tersebut dalam bentuk peralatan pertanian
maupun pertukangan yang terbentuk dari besi, selain itu perlatan rumah tangga dan
dapur yang terbuat dari alumunium dan plastik, alat transportasi yang digunakan
pun beragam yakni sepeda motor, mobil pribadi, mobil pick up maupun truk.
 Sistem Mata Pencaharian : bertani, beternak, berkebun.
 Sistem Religi : kepercayaan mistis sejak dahulu dan memiliki tradisi berbau mistis.
 Kesenian : Tari Gandrung, Kesenian Patrol, Barongan, Tari Seblang
5.
a. Etika Jawa menurut Franz Magnis Suseno
Struktur Etika Jawa Kekhasan etika dapat dijelaskan dengan empat cirinya:
1) Keselarasan tidak diciptakan, melainkan sudah ada. Kelakuan yang salah
mengganggu keselarasan. Maka tindakan benar mengembalikan keselarasan.
2) Karena itu tindakan yang benar bukannya mengubah realitas, melainkan
menyesuaikan diri dengannya.
3) Mengingat keselarasan berarti bahwa semuanya berada di tempatnya yang
semestinya, inti sikap moral adalah mencari dan menemukan “tempatnya”:
Dalam keluarga, dalam setiap lingkungan sosial, juga dalam alam, juga—
dalam hati—dengan alam adiduniawi.
4) Tempat yang tepat diketahui orang Jawa adalah di dalam rasa. Maka bagi
orang Jawa olah rasa adalah amat penting. Rasa yang halus memungkinkan
manusia tahu diri dan tahu tempatnya.
b. Meskipun dalam masyarakat Jawa terdapat rasa sungkan/isin yang mempunyai
jabaran positif, ternyata rasa sungkan ini mempunyai sisi negatif juga yaitu dalam
sebuah perkawinan yang dimana terdapat dalam masalah rumah tangga yang tidak
ingin atau tidak langsung dibicarakan karena rasa sungkan dan tidak enak sehingga
menjadikan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
Dalam etika tentu masyarakan Jawa maupun anak anak Jawa memiliki nilai budaya
tersendiri tergantung dari mana mereka berasal atau daerah yang mereka singgahi.
Contohnya dalam bertutur kata (bahasa) dan juga mendidik anak. Kita bisa melihat
bahwasanya ada beberapa versi bahasa yang berlaku di Jawa dan setiap bahasa
tentu memiliki pengertian yang berbeda mengenai budaya maupun etikanya.
Referensi : https://www.academia.edu/25628669/Resensi_Buku_ETIKA_JAWA_Franz_Magnis-
_Suseno_SJ

Anda mungkin juga menyukai