Anda di halaman 1dari 19

Makalah Suku Dani - Etnografi Papua

ETNOGRAFI PAPUA

Disusun Oleh:

Rezki
Riyan Purnama
Rizky Wahyu Ramadhan
Ridho Elteza

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG


FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul SUKU DANI.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah SUKU DANI ini dapat membantu pembaca
mengetahui dan mengenal lebih dekat tentang salah satu suku yang ada di papua yaitu SUKU
DANI.

Sorong , 28 oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
Konsep Antopologi & Etnografi
1. Konsep Antropologi
2. Konsep Etnografi
BAB III
Etnografi Suku
1. Lokasi, Lingkungan Alam Dan Demografi
2. Sejarah Suku Dani
3. Bahasa
4. Sistem Teknologi
5. Sistem Mata Pencaharian
6. Organisasi Sosial
7. Sistem Pengetahuan
8. Kesenian
9. Sistem Agama
BAB IV
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang

Nama Dani sebagai nama suku diberikan oleh orang luar pada tahap-tahap awal suatu
ekspedisi gabungan Amerika dan Belanda pada tahun 1926 pimpinan M.W. Striiling. Arti
nama itu dan asal-usul kata itu tidak jelas, namun menurut catatan yang dikutip dari laporan
Le Roux, nama Dani berasal dari bahasa Moni, yakni “Ndani” yang berarti “sebelah timur
arah matahari terbit”. Para penduduk asli sendiri tidak tahu apa artinya kata itu dan tidak tahu
siapa yang memberikan nama suku mereka. Masyarakat di sebelah lembah besar mengenal
“Ndani” dalam pengertian “perdamaian”.
Dalam tradisi asli masyarakat Hubula sendiri tidak pernah memberikan suatu nama
untuk kelompok-kelompok sosial politik di wilayah lembah besar, tetapi setiap kesatuan
politik memiliki nama-nama tertentu menurut aliansi dan konfederasi perang. Paham suku
menurut masyarakat asli adalah sama dengan paham kesatuan aliansi dan konfederasi perang.
Sering nama wilayah sama dengan aliansi dan konfederasi perang dan itu dimengerti oleh
orang Hubula sebagai suku. Maka paham suku menurut pemahaman orang Hubula berbeda
dengan pengertian modern, misalnya, aliansi Ohena sama dengan suku Ohena, demikian pula
Kurima, Asolokobal, Wio atau Mukoko, Omarikmo.
Sejak dulu sebelum kontak dengan dunia luar, orang-orang yang bermukim di lembah besar
ini memandang dirinya sebagai orang Hubula. Mereka menamakan dirinya Hubula untuk
membedakan dirinya dengan orang-orang yang bermukim di luar lembah besar. Orang-orang
di balik gunung sebelah utara dan timur disebut Yali, orang-orang di bagian selatan lembah
dan di balik gunung disebut Kurima dan orang-orang di sebelah barat dan utara dari lembah
besar disebut Palika. Namun nama Hubula untuk orang-orang yang bermukim di lembah
besar tidak pernah dipakai, baik pada zaman ekspedisi, zaman misionaris, zaman pemerintah
Belanda maupun zaman pemerintah Indonesia sampai sekarang. Nama Hubula sebagai nama
suku untuk masyarakat asli di lembah besar ini mulai dipakai secara resmi setelah Kongres
Papua tahun 2000 dan secara khusus sejak dibentuknya Dewan Adat Papua versi rakyat
Papua pada 2001.

Pokok-pokok yang diangkat oleh penulis dalam tulisan ini adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan suku Dani pada umumnya. Sesuai dengan rujukan etnografi
yang dipakai oleh penulis maka pembahasan tulisan ini diawali dengan pembicaraan seputar
lokasi, lingkungan dan demografi. Pembahasan berlanjut dengan asal mula dan sejarah suku
Dani. Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi yang paling vital juga dibahas pada
bagian berikutnya. Pada bagian selanjutnya juga dibahas tentang sistem teknologi, sistem
mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem religi dan kesenian. Pendapat
penulis mengenai situasi aktual suku Dani, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan
pokok yang telah disebutkan menjadi bagian akhir dari pembahasan dalam tulisan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu antropologi ?
2. Apa itu Etnografi ?
3. Seperti apa etnografi dari suku Dani mulai dari letak , bahasa , kesenian , agama , samapa
sistem pencahariaannya.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalh ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Etnografi Papua.
Selain itu agar kita dapat mengetahui lebih detail mengenai salah satu suku yang ada di papua
yaitu suku Dani , mulai dari Letaknya, bahasa yang digunakan, agama yang dianut , sampai
dengan sistem mata pencaharian mereka.

BAB II
Konsep Antopologi & Etnografi

1. Konsep Antropologi
Antropologi berasal dari kata yunani antropos, yang berarti “manusia atau orang”, dan
logos yang berarti studi (ilmu). Jadi, antropologi merupakan disiplin yang mempelajari
manusia berdasarkan rasa ingin tahu yang tiada henti- hentinya.Antropologi merupakan salah
satu cabang ilmu sosial yang mempelajari budaya masyarakat. Antropologi juga mempelajari
manusia sebagai mahluk biologis sekaligus mahluk social. Ilmu ini lahir atau muncul dari
keterkaitan orang- oang eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya yang
berada di eropa. Antropologi mirip sosiologi apabila antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal
di daerh yang sama, sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya.
Konsep antropologi menurut para Ahli ada 3 yaitu :
a. William A. Haviland
Antropologi adalah studi mengenai manusia ,yang berusaha menyusun generasisasi yang
bermanfat tentang manusia dan juga perilakunya serta agar dapat memperoleh penegertian
yang bisa lengkap mengenai keanekaragaman.
b. Koentjaraningrat
Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari umat manusia yanf pada umumnya
dengan mempelajari sebuah keanekaragaman warna, bentuk fisik dari masyarakatnya serta
kebudayaan yang sudah dihasilkan.
c. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.

2. Konsep Etnografi
Etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan grafein yang berarti
menulis, lukisan, gambaran. Oleh karena itu, etnografi juga bisa dipahami sebagai deskripsi
tentang suatu suku bangsa menyangkut struktur, adat istiadat, dan kebudayaannya.
Konsep etnografi menurut para ahli yaitu :
1. James P. Spradley
mengatakan di dalam bukunya Metode Etnografi bahwa etnografi adalah pekerjaan
mendeskripsikan
suatu kebudayaan dengan tujuan memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang
penduduk asli.
2. Wolcott (1977)
Etnografi adalah suatu metode khusus atau satu set metode yang didalamnya terdapat
berbagai bentuk yang mempunyai karakteristik tertentu termasuk memahami dan mengikuti
kehidupan sehari hari dari seseorang dalam waktu yang lama , melihat apa yang terjadi
,mendengarkan apa yang dikatakan , bertanya kepada mereka.
3. Atkinson(1992)
Diartikan sebagai penulisan budaya bedasarkan temuan temuan dilapangan.

BAB III
Etnografi Suku
1. Lokasi, Lingkungan Alam Dan Demografi
Suku Dani menyebar di tengah dataran tinggi jantung pulau Cenderawasih – Papua
Barat, pada ketinggian sekitar 1600 meter di atas permukaan laut. Di tengah-tengah
pegunungan Jayawijaya terbentang luas Lembah Dani yang sering dijuluki lembah agung
(Grand Valley), sepanjang ±15 km, dan bagian yang terlebar berjarak ± 10 km. Lembah Dani
ini dialiri oleh sungai Dani (Palim = potong, diindonesiakan menjadi Dani/sungai yang
memotong lembah besar), yang bersumber di lereng pegunungan Jayawijaya dan mengalir ke
arah timur. Pada 139° BT sungai ini membelok dan terjun bergabung dengan sungai
Mamberamo.

Lembah Dani memiliki luas sekitar 1200 km2. Secara geografis Kabupaten
Jayawijaya terletak antara 30.20º - 50.20º LS serta 137.19º sampai 141º BT. Batas-batas
daerah Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, sebelah barat dengan Kabupaten
Paniai, sebelah selatan dengan Kabupaten Merauke dan sebelah timur dengan negara Papua
New Guinea, (BPS, Kabupaten Jayawijaya, 2007).

Jayawijaya beriklim tropis basah. Hal ini dipengaruhi oleh letak ketinggian dari
permukaan laut dengan suhu rata-rata 17,50º C dengan curah hujan rata-rata 152,42 hari per
tahun, tingkat kelembaban di atas 80%, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan
rata-rata tertinggi 14 knot/jam dan terendah 2,5 knot/jam. Topografi Kabupaten Jayawijaya
terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Di antara puncak-
puncak gunung yang ada, beberapa di antaranya selalu tertutup salju, misalnya Pucak Trikora
(4.750 m), Puncak Yamin (4.595 m) dan Puncak Mandala (4.760 m). Tanah pada umumnya
terdiri dari batu kapur/gamping dan granit yang terdapat di daerah pegunungan, sedangkan di
sekeliling lembah merupakan percampuran antara endapan lumpur, tanah liat dan lempung.
Di daerah ini terdapat banyak margasatwa yang aneh dan menarik yang hidup di
tengah-tengah pepohonan tropis yang luas dan beraneka ragam. Hutan-hutan tropis ditumbuhi
oleh berbagai tumbuhan dan hutan cemara, semak rhodedendronds dan spesies tanaman pakis
dan anggrek yang sangat mengagumkan. Dekat dengan daerah salju di puncak-puncak
gunung terdapat tanaman tundra. Hutan-hutan juga memiliki jenis-jenis kayu yang sangat
beranekaragam. Hutan-hutan dan padang rumput Jayawijaya merupakan tempat hidup
kuskus, kanguru, kasuari dan banyak spesies burung misalnya cenderawasih, mambruk dan
nuri. Selain itu juga ada jenis kupu-kupu yang beranekaragam warna dan coraknya.
Kekerabatan suku Dani bersifat patrilineal. Garis keturunan dihitung dari satu
kelompok nenek moyang mulai dari ayah sampai enam atau tujuh generasi. Perkawinan
orang Dani bersifat poligini, di mana seorang laki-laki memiliki beberapa orang istri.
Keluarga batih ini tinggal di satu satuan tempat tinggal yang disebut silimo. Satu silimo
terdiri dari beberapa bangunan tempat tinggal istri-istri dan satu tempat tinggal pria. Dalam
satu silimo bisa terdapat beberapa keluarga batih. Sebuah desa Dani terdiri dari tiga sampai
empat silimo yang dihuni delapan sampai sepuluh keluarga.
Masyarakat Baliem (Dani) senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong.
Kehidupan kemasyarakatan suku Dani memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

* Masyarakat Dani memiliki kerja sama yang bersifat tetap dan selalu bergotong royong dalam
menyelesaikan setiap pekerjaan. Misalnya dalam membuka kebun baru. Laki-laki mengolah
tanah hingga siap ditanami dan setelah itu kaum wanita menanam dan menyianginya.

* Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang biasanya dipimpin
oleh seorang penatua adat/kepala suku. Musyawarah tersebut berlangsung atas permintaan
pemilik bangunan atau rumah yang akan dibangun. Musyawarah biasanya dilakukan di
rumah laki-laki (honai) atau kadang kala di halaman depan rumah laki-laki dari klen pemilik
rumah. Dalam musyawarah itu dibicarakan lokasi atau tempat mendirikan bangunan,
pembagian tugas dan waktu pelaksanaannya.

Jumlah penduduk Suku Dani di Lembah Dani ± 60.000 orang. Sebagian besar orang
Dani berambut keriting, berkulit cokelat tua, dengan tinggi badan rata-rata 1,60 m. Tetapi ada
pula yang tingginya mencapai 1,70 m. Selain itu, ada yang tingginya 1,53 m. Namun, ada
juga orang Dani yang berambut ombak dan berkulit terang, seperti sebagian orang yang ada
di wilayah Kurulu.

2. Sejarah Suku Dani


Ada beberapa versi mitologi mengenai asal usul suku Dani. Asal usul itu sebagai
berikut:· Suku Dani berasal dari keturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau
di sekitar kampung Maima di Lembah Dani Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Wita
dan Waya. Keturunan kedua orang ini membagi masyarakat Dani dalam 2 moety/paruh
masyarakat yaitu keturunan Wita dan Waya. Oleh karena itu orang Dani dilarang menikah
dengan kerabat satu moety.· Nenek moyang orang Dani keluar dari suatu tempat yaitu mata
air “Seinma” di sebelah selatan kota Wamena dan sebelah utara dari kecamatan Kurima.
Mereka keluar pada waktu itu dalam dua kelompok (moiety) yaitu Wita dan Waya. · Manusia
pertama yang hadir di dunia tinggal di gua Huwinmo (Maima) di lembah Pugima, dianggap
sebagai cikal bakal masyarakat Dani. Ia disebut Nmatugi. Kedatangannya ke gua Huwinmo
disertai oleh beberapa binatang melata, beberapa jenis unggas, di antaranya ular dan burung.

Menurut legenda, pada suatu waktu terjadilah pertengkaran antara burung dan ular.
Mereka sepakat bahwa bila ular menang maka manusia tidak mati (abadi) dan hanya akan
berganti kulit seperti ular untuk memperpanjang kehidupannya. Sebaliknya, jika burung yang
menang maka manusia harus mengalami kematian. Ternyata burunglah yang memenangkan
pertengkaran itu, maka manusia tidak abadi. Mereka yakin dan percaya akan kebenaran
legenda asal mula tersebut, tetapi mereka pun masih berharap akan mendapatkan kehidupan
yang abadi, tanpa penderitaan, penuh dengan kegembiraan, keadilan dan kemuliaan. Mereka
percaya bahwa sakit dan kematian dapat mereka hindari apabila terjalin hubungan yang baik
antara manusia dan nenek moyangnya.

3. Bahasa
Bahasa adalah salah satu sarana komunikasi yang paling vital. Di mana pun manusia
berada, pasti menggunakan bahasa. Bahasa membantu setiap orang untuk berelasi dengan
orang lain. Apa pun bentuknya, bahasa yang dimiliki oleh sekelompok orang tetap menjadi
sarana komunikasi bagi kelangsungan hidup kelompok tersebut. Bahasa yang digunakan
secara umum oleh suku Dani (sebutan buat orang-orang yang ada di lembah, yang digunakan
oleh orang-orang dari suku Moni; mereka menyebutnya Ndani, sedangkan orang gunung
menyebutnya Hubula/lembah) adalah bahasa Dani (Hubula) yang termasuk dalam rumpun
bahasa non-Austronesia.
Jika dilihat dari penuturannya maka bahasa di daerah Jayawijaya dapat digolongkan menjadi
tiga rumpun bahasa yaitu:
a. Rumpun bahasa Ok (ada juga di Papua New Nugini) bahasa Ngalum di Oksibil dan
Kiwirok sekitarnya dengan kira-kira 10.000 penutur.
b. Rumpun bahasa Mee (belum jelas bagaimana bahasa tersebut digunakan).
c. Rumpun bahasa Dani. Rumpun bahasa ini dapat digolongkan ke dalam tiga sub rumpun
yaitu: sub rumpun Yali-Ngalik, sub rumpun Dani Pusat dan sub rumpun Wano.
Misalnya:Nayak (sapaan selamat buat laki-laki, wilayah.

4. Sistem Teknologi
Teknologi asli masyarakat suku Dani sangat sederhana. Alat-alat utama mereka
terbuat dari batu yang gosok sampai halus, kayu dan sejenis bambu yang disebut lokop. Alat-
alat yang terbuat dari batu antara lain kapak, pahat atau kapak tangan.

Batu-batu dihaluskan sehingga berwarna hitam,kemudian dibuat tajam pada satu


sisinya. Mata kapak dari batu dibentuk segi tiga dan diasah satu sisinya, kemudian diberi
tangkai kayu. Tangkai dan mata kapak disambung dengan tali rotan yang dililitkan melintang
dan saling tindih mengikat mata kapak pada tangkainya.
Masyarakat Dani mengenal bermacam-macam kapak, antara lain:

 Ewe Yake untuk membelah kayu,


 Yake keken untuk memotong,
 Yake Kewok (bentuknya seperti cangkul) untuk mengorek tanah.

Untuk keperluan berkebun selain yake kewok, mereka juga menggunakan tongkat
penggali (digging stick) untuk membalik-balikkan tanah agar menjadi gembur. Lubang-
lubang untuk memasukkan bibit dibuat dengan menggunakan kayu yang diruncingkan.
Tongkat penggali (digging stick)orang Dani panjangnya 1½-2 meter dan tajam pada kedua
ujungnya. Tongkat ini digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas berat seperti membalik
tanah. Tongkat untuk perempuan panjangnya 2-3 meter dan digunakan untuk penyiangan,
penanaman dan pemanenan. Ada juga pisau bambu yang terdiri dari empat bagian bambu
muda kira-kira 6-8 inci panjang dan cukup tajam untuk menyembelih daging, memotong
rambut, dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga pisau yang terbuat dari tulang rusuk babi.
Orang Dani memiliki kantong berbentuk seperti jaring yang disebut noken. Noken terbuat
dari serat pohon melinjo (Ganemo). Perempuan Dani pada umumnya mengenakan tiga lapis
noken yang digantungkan dari dahi ke punggung. Noken pertama yang paling bawah berisi
hipere, noken kedua berisi anak babi, dan noken yang ketiga berisi bayi sang ibu.
Dalam masyarakat Dani juga ditemukan semacam dayung yang tampaknya digunakan
sebagai sekop sederhana. Di Dani bagian Barat digunakan semacam dayung (eleebe) untuk
menggali dan mengeluarkan hipere/hom yang ditimbun dalam abu panas. Selain itu, orang
Dani juga menggunakan kayu yang dibelah bagian ujungnya dan berfungsi untuk
memindahkan batu panas ke dalam lubang untuk memasak daging. Variasi yang kecil dari
kayu penjepit ini digunakan di rumah untuk mengambil ubi (hipere) panas dari abu.

Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan lain, yakni:


 molige yaitu sejenis kapak batu yang ujungnya diberi besi, digunakan untuk menebang pohon;
 sege yaitu sejenis tugal, untuk melubangi tanah;
 korok yaitu parang untuk membersihkan ilalang;
 valuk yaitu sejenis sekop untuk mencangkul tanah;
 wim yaitu sebutan untuk busur;
 panah sege yaitu sebutan untuk berbagai benda yang ujungnya runcing.
Alat lain yang biasa dibawa oleh para lelaki Dani di dalam noken adalah kotak
peralatan untuk membuat api yang terdiri dari kayu kecil yang terbelah di bagian tengahnya,
batu, dan gulungan tumbuhan merambat kering untuk menyulut api.

5. Sistem Mata Pencaharian


Nenek moyang orang Dani tiba di Papua sebagai hasil dari suatu perpindahan manusia
yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Daya Irian Jaya.
Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih pra-agraris, yaitu baru mulai
menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas.
Mata pencaharian pokok suku Dani adalah:
1) Bercocok tanam ubi kayu dan ubi jalar yang disebut hipere
Ubi Jalar (hipere) adalah tanaman terpenting dan utama. Mereka juga menanam
keladi (hom), tebu (el), pisang (haki) dan berbagai jenis sayur mayur secara tumpang sari,
misalnya, jagung, kedelai, buncis, kol, dan bayam, sebagai tanaman yang baru diperkenalkan
dari luar daerah.

Kebun-kebun milik suku Dani dibagi atas 3 jenis yaitu :


a. kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap,
b. kebun-kebun di lereng gunung,
c. kebun-kebun yang berada di antara silimo.
Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok
kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung atau jurang.
Dalam mengerjakan kebun, orang Dani masih menggunakan peralatan sederhana, seperti
tongkat kayu yang berbentuk linggis (digging stick) dan kapak batu.

2) Beternak babi
3) Berdagang
4) Berburu dan lain lain

6. Organisasi Sosial
Organisasi kemasyarakatan pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan
keluarga dan keturunan, dan berdasarkan kesatuan teritorial. Unit terkecil dari ikatan sosial
masyarakat lembah Baliem adalah keluarga luas, yang biasanya terdiri dari tiga generasi dan
bersifat patrilokal. Keluarga luas ini tinggal dalam satu sili dengan jumlah anggota pada
umumnya belasan atau paling banyak sekitar dua puluhan. Di dalamnya biasa tinggal orang
tua laki-laki, beberapa anak perempuan dan laki-laki generasi kedua beserta isteri dan anak-
anak mereka. Kepala keluarga luas dipilih lewat musyawarah. Beberapa keluarga luas
tergabung dalam klen kecil. Klen kecil ini bisa diisi oleh beberapa keluarga luas dari fam
yang sama atau dari fam yang berbeda. Indikatornya adalah kepala klen kecil ini menguasai
satu wilayah tanah tertentu dan biasanya tinggal dalam kesatuan pemukiman seperti
kampung, yang dalam bahasa setempat disebut yukmo. Sebuah klen kecil merupakan
kelompok kerja dalam bertani, khususnya pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan
gotong-royong, seperti membersihkan lahan dan membuat pagar.
Lebih tinggi dari itu, ada klen besar yang merupakan gabungan dari klen-klen kecil
dalam aliansi teritorial yang jelas. Fungsi utama dari organisasi sosial ini adalah sebagai
aliansi untuk keperluan perang, kesatuan adat, terutama upacara-upacara adat yang besar
seperti pesta babi. Setiap klen besar selalu memiliki honai adat.
Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yang disebut Ap Kain yang memimpin
desa adat Watlangka. Selain itu, ada juga 3 kepala suku yang posisinya berada di bawah Ap
Kain dan memegang bidangnya sendiri-sendiri. Suku-suku itu adalah:
 Ap Menteg yaitu kepala suku perang yang memimpin desa adat Silimo Mabel. Di Silimo inilah
disimpan benda-benda perang dan perdamaian.
 Ap Horeg yaitu kepala suku kesuburan yang memimpin desa adat Silimo Logo. Di Silimo
inilah disimpan benda-benda kesuburan.
 Ap Ubalik yaitu kepala suku adat atau penyembuhan yang memimpin desa adat Silimo Dabi.
Di silimo inilah disimpan benda-benda adat.

7. Sistem Pengetahuan
Suku Dani merupakan salah satu suku yang mempunyai peradaban yang sangat tinggi.
Hal itu bisa dilihat dari pengetahuan mereka untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan
membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan mereka itu dapat dilihat dari
kenyataan hidup seperti berikut ini.
a.) Pembuatan pakaian tradisional (koteka, sali dan yokul)
Orang Dani tahu bahwa ada bagian tertentu dari tubuh yang harus ditutup, yakni bagian
kemaluan. Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki sedangkan yokal untuk
perempuan yang sudah menikah dan sali untuk gadis. Koteka (holim/horim) terbuat dari kulit
labu air. Isi dan biji labu tua itu dikeluarkan dan kulitnya dijemur. Ukurannya biasanya
berkaitan dengan aktivitas pengguna pada saat bekerja atau upacara adat. Koteka yang
pendek umumnya dipakai pada saat kerja sedangkan koteka yang panjang digunakan pada
saat upacara adat.
b.) Pembuatan silimo (kampung)
Orang-orang suku Dani sudah mengetahui bagaimana cara membuat rumah sebagai tempat
hunian yang baik dan aman. Hal ini dapat terlihat dari keahlian mereka dalam membuat
silimo. Dengan demikian maka kita dapat menyimpulkan bahwa suku Dani tidak mengalami
kehidupan nomaden.
c.) Pembuatan kebun
Hampir seluruh lembah dan lereng-lereng gunung digarap secara intensif dan efektif. Kebun-
kebun dikelilingi oleh suatu jaringan drainase. Lereng-lereng gunung pun digarap dan
dilengkapi dengan teras-teras. Tanamannya tumbuh subur di mana-mana. Hal yang amat
mengherankan di lembah besar itu sejak dulu ialah ketelitian dalam membuat parit-parit dan
kampung yang jarang dimiliki oleh orang-orang dari suku lain.
Orang Dani umumnya dan suku Dani khususnya memiliki pengetahuan akan keutamaan-
keutamaan hidup yang bernilai tinggi. Keutamaan-keutamaan itu ialah:
1. Relasi dengan sesama, dengan leluhur dan dengan alam sekitarnya. Relasi ini merupakan hal
yang amat penting.
2. Membagi dengan orang.
3. Kebersamaan: Orang Dani hidup bersama dalam kampung, rumah laki-laki (honai) atau
rumah keluarga (ebeai) tanpa dinding pemisah dan ruangan pribadi. Mereka tidak memiliki
banyak privacy namun sekaligus otonom dan bebas. Mereka biasa kerja bersama, masak
bersama dan makan bersama. Justeru di sinilah letak kekuatan mereka yaitu kebersamaan.
4. Kesuburan manusia, hewan, tanah dan sebagainya merupakan hal yang amat diharapkan oleh
orang Dani. Mereka akan berusaha memperoleh kesuburan itu dengan mentaati peraturan
hidup yang diwariskan oleh para leluhur. Lemak babi merupakan lambang kesuburan mereka.
5. Bekerja termasuk nilai yang baik bagi orang Dani. Mereka menyadari bahwa segala
kebutuhan tersedia di dalam tanah. Mereka harus bekerja keras untuk mengolah tanah itu.
Dengan demikian maka orang Dani sejati sebenarnya tidak boleh mengemis. Mereka bangga
kalau bisa mengurus dirinya secara mandiri.
Suku Dani sangat menghormati nenek moyangnya. Penghormatan mereka biasanya dilakukan
lewat upacara pesta babi. Orang Dani beranggapan bahwa nenek moyangnya berasal dari
daerah bumi sebelah timur yang disebut Libarek. Menurut mitologi Dani nenek moyang di
Libarek berasal dari langit. Tetapi karena ada sebagian dari mereka yang sering mencari ubi,
tali langit tersebut diputus dan mereka harus tinggal di bumi, bekerja keras menanam hipere
(sejenis ubi jalar yang besar), dan beternak babi.
Orang Dani juga percaya pada roh yaitu roh laki-laki (Suanggi Ayoka) dan roh perempuan
(Suanggi Hosile). Roh-roh ini menitis pada tumbuhan, hewan dan benda-benda. Roh orang
mati, setelah meninggalkan tubuhnya tinggal di hutan.
Suku Dani mempercayai Atou, yaitu kekuatan sakti yang berasal dari nenek moyang
yang diturunkan kepada anak laki-lakinya. Kekuatan sakti ini antara lain: kekuatan menjaga
kebun, kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala, dan kekuatan menyuburkan
tanah. Untuk menghormati nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang nenek moyang
yang disebut Kaneka. Lambang ini terbuat dari batu keramat berbentuk lonjong yang diasah
hingga mengkilap.
Orang-orang Dani meyakini bahwa manusia, babi dan pohon kasuari bersaudara.
Untuk setiap bayi yang lahir, ditanam satu pohon kasuari, sehingga pada saat kematiannya,
ada persediaan kayu bakar untuk membakar mayatnya. Pohon kasuari yang termasuk
keluarga pinus menurut kosmologi lokal bersaudara dengan babi sebab bulu-bulu anak babi
yang masih kasar dan bercorak belang-belang menyerupai daun pohon kasuari. Pandangan
inilah yang membuat perempuan Dani sangat akrab dengan babi.
8. Kesenian
Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari:
1. Cara membangun tempat kediaman mereka yaitu silimoyang terdiri dari beberapa bangunan:

 Honai, merupakan sebutan untuk rumah pada umumnya. Honai berasal dari kata hun yang
berarti pria dewasa dan ai yang berarti rumah. Jadi secara harafiah, honai berarti rumah untuk
pria dewasa. Honai berbentuk bulat, atapnya seperti kubah dari daun ilalang. Garis tengahnya
bisa mencapai 5 sampai 7 meter.
 Ebeai yaitu rumah wanita. Ebe artinya tubuh atau pusat dan ai artinya rumah. Jadi secara
harafiah ebeai artinya rumah tubuh atau rumah induk. Ebeai sama persis dengan honai, hanya
garis tengahnya lebih pendek.
 Wamai artinya kandang babi. Wam artinya babi dan ai artinya rumah. Jadi secara harafiah
wamai artinya rumah babi atau kandang babi. Wamai berbentuk persegi panjang dan disekat
sebanyak jumlah ebeai. Wamai juga terletak dalam lingkungan silimo. Silimo sendiri
berbentuk oval dan dipagari oleh pagar kayu.
2. Kerajinan tangan berupa anyaman kantong jaring penutup kepala, pengikat kepala dan
pengikat kapak.
3. Seni tari Dani, terdiri dari:

 Hunike, salah satu tarian yang dimainkan oleh satu orang atau beberapa orang secara bersama,
berjejer dan terpisah dari kelompok pengiring lagu. Tarian ini paling sering dilakukan pada
saat upacara perayaan kemenangan perang.
 Hologotiik, salah satu gerak tari yang diperankan dalam posisi berdiri atau melompat di
tempat.
 Dipik/Walin, merupakan tarian rakyat yang dimainkan dengan cara membuat lingkaran dengan
sebuah regu atau kelompok penyanyi berada di tengah. Tarian ini dilakukan pada saat pesta
pernikahan, inisiasi, dan upacara lain yang dilaksanakan bersamaan dengan pembunuhan
babi.
 Hulung, adalah tarian rakyat yang dimainkan secara beramai-ramai ke sana ke mari dalam
jarak yang dekat sambil bernyanyi bersama. Tarian ini dilaksanakan pada saat upacara
inisiasi bagi anak laki-laki, upacara pernikahan dan upacara mawe (pesta babi).
 Tem/Sekan, merupakan tarian pergaulan yang dilaksanakan oleh muda mudi di dalam honai
dan dapur. Tari ini dimainkan dengan cara duduk berjejer saling berhadapan muka antara
putera dan puteri sambil menyanyikan lagu-lagu rakyat.
 Hisilum, merupakan tarian pergaulan muda-mudi untuk mendapatkan jodoh. Gerakan tari ini
menggunakan bahasa isyarat sambil menyanyi di tiap kelompok, baik kelompok pria maupun
wanita dengan melambai-lambaikan tangan.

4. Masyarakat Dani memiliki tiga macam lagu tradisional (etai), yaitu:


 Etai Ewe Etai, merupakan jenis lagu-lagu utama yang dinyanyikan baik pada acara-acara
resmi maupun pada acara-acara tidak resmi. Lagu yang dinyanyikan dalam acara-acara resmi,
misalnya: lagu kemenangan dalam perang (ap wataresik), lagu pada saat inisiasi (ap
wayama), lagu saat pesta perkawinan (heugumo/heyokalma), lagu pada saat pesta mawe
(wam eweakowa), dan lagu pada saat haid pertama bagi anak gadis Dani (he hotarlimo). Lagu
yang tidak resmi biasa dinyanyikan spontan pada saat membuat honai dan membuka kebun
baru.
 Etai Wene Pugut, merupakan salah satu bentuk lagu tradisional Dani yang dinyanyikan dengan
saling berbalasan pantun/syair. Isinya adalah ungkapan perasaan emosional, kritikan-kritikan
dalam kehidupan sehari-hari, pesan-pesan tertentu dan sebagainya. Etai wene pugut
dinyanyikan pada saat pesta pernikahan (he yokal), pada saat pengusiran roh orang mati dari
tubuh seseorang (hat waganegma), saat atraksi tukar gelang (sekan/tem kotilogolik), saat
bersantai (heselum hagatilogolik).
Etai Lee Wuni atau Dee Wuni. Lee berarti ratapan/tangisan dan Wuni berarti lagu, jadi lee
wuni adalah lagu ratapan yang isinya mengandung syair-syair tentang peristiwa-peristiwa
tertentu.
Wesa Etai, yakni lagu yang berisikan doa-doa baik kepada leluhur maupun Tuhan.

5. Jenis musik tradisional Jayawijaya dapat dibedakan atas beberapa jenis musik, yaitu:
 Musik Pikon, yaitu sejenis musik yang dihasilkan oleh alat musik tiup sekaligus bertali yang
kalau ditiup sambil menarik tali tersebut akan menghasilkan tiga nada dasar yaitu Do, Mi, dan
Sol.
 Musik Witawo, yaitu sejenis musik yang dihasilkan dari Lokop (sejenis bambu muda yang
beruas-ruas), dimainkan dengan cara ditiup. Tinggi rendahnya bunyi sangat ditentukan oleh
ukuran dari lokop; yang panjang menghasilkan bunyi yang rendah sedangkan yang pendek
menghasilkan bunyi yang tinggi.
 Musik Aneletang, yaitu musik yang dihasilkan dengan cara dipukul untuk menarik perhatian
orang dalam tarian. Jenis musik ini dapat dihasilkan dari sejumlah anak panah yang disatukan
lalu dipukul (sike tok), sejumlah pion yang dipotong-potong dan diikat lalu dipukul (pion
tok), dan batu-batu yang dipukul (helekit).
 Musik Ane Tutum, yaitu jenis musik yang dihasilkan dari kulit yang ditabuh seperti gendang,
yakni tifa. Tifa terbuat dari jenis pohon weki dan kepi.

9. Sistem Agama
Suku bangsa Dani tinggal di Lembah Baliem, Papua. Suku Dani lebih suka disebut
suku bangsa Parim/ suku bangsa Baliem. Suku bangsa Dani percaya pada roh, yaitu roh laki-
laki (Suangi Ayoka) dan roh perempuan (Suangi Hosile).
Suku bangsa Dani mempercayai atou, yaitu kekuatan sakti yang berasal dari nenek moyang
yang diturunkan kepada anak lelakinya. Kekuatan tersebut meliputi:
a. kekuatan menjaga kebun,
b. kekuatan menyembuhkan penyakit, dan
c. kekuatan menyuburkan tanah
Kepercayaan Suku Dani menganut konsep yang dinamakan Atou, artinya adalah segala
kesaktian yang dimiliki oleh para leluhur suku Dani diberikan secara turun temurun kepada
kaum lelaki.

Menurut budaya suku Dani, jenis kesaktian tersebut antara lain adalah kesaktian agar
bisa punya kekuatan untuk menjaga kebun, kesaktian agar mampu mengobati penyakit
sekaligus menghindarinya dan kesaktian untuk menyuburkan tanah yang digunakan untuk
bercocok tanam.

Untuk memberi penghormatan kepada leluhur, suku Dani menciptakan lambang untuk
mereka sendiri yang dinamakan dengan kaneka. Fungsi kaneka ini adalah dipakai atau
dimunculkan ketika sedang diselenggarakannya upacara tradisi bersifat keagamaan untuk
membuat semua anggota masyarakt bisa sejahtera serta sebagai simbol ketika akan memulai
perang dan mengakhirinya.

Salah satu praktek extrime yang di percayai masyarakat dani adalah cara
mengekspresikan rasa sedih dengan cara memotong jari. Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan
sebagai symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah
keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan
satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbedaan setiap bentuk
dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan
semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan
sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja,
bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya
menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.

Alasan lainya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman
dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu
leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah
penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang
yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan
tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari
saat ada keluarga yang meninggal dunia.
Tradisi Potong Jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai
dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Ada juga yang
melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali
sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan
pemotongan jari. Selain tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan
dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur
dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur
mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia
berawal dari tanah dan kembali ke tanah.

Beberapa sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir
ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh
agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun kita
masih bisa menemukan banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong
karena tradisi ini.
BAB IV
Kesimpulan

Setiap suku di suatu daerah pasti memiliki ciri khas kebudayaannya masing-masing.
Ciri ini membedakan satu suku dengan suku yang lainnya. Hal yang sama juga terlihat pada
suku Dani. Dari hasil pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa suku Dani memiliki
kekayaan etnografi yang bernilai tinggi. Semuanya nampak jelas dalam berbagai segi
kehidupan masyarakatnya, misalnya dalam bidang pertanian. Sejak dulu masyarakat Dani
sudah mengenal cara berkebun yang sangat maju. Hal ini terbukti lewat cara pembuatan
bedeng-bedeng yang dilengkapi dengan parit-parit di pinggirnya untuk mempermudah irigasi.
Hal lain juga bisa terlihat dari cara mereka membuat rumah yang diatur sedemikian rupa
sehingga membentuk kompleks pemukiman yang rapi.
Ketika berhadapan dengan arus modernisasi, suku Dani tetap berusaha mempertahankan ciri
khas budayanya, meskipun terjadi banyak perubahan dalam seluruh aspek kehidupan.
Perubahan yang dimaksud menyebabkan terjadinya asimilasi, inkulturasi dan konfrontasi
dengan budaya setempat. Jika dilihat secara sepintas maka kehidupan suku Dani yang
sekarang sudah mulai berbeda dari kehidupan beberapa generasi suku Dani terdahulu.
Meskipun demikian, ada tradisi-tradisi tertentu yang masih dilaksanakan dan dipertahankan
keasliannya.

Anda mungkin juga menyukai