Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI MUSIK DALAM STRUKTUR KESENIAN

KRUMPYUNG PADA UPACARA RITUAL MASYARAKAT


DESA LANGGAR KABUPATEN PURBALINGGA
Sapto Warsono
Guru Seni Musik SMP 1 Purbalingga, Indonesia
Email: saptokembar@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini mengungkapkan tentang (1). Struktur musik dalam kesenian Krumpyung (2) Alasan
masyarakat Desa Langgar mengadakan upacara ritual(3) Fungsi musik dalam upacara ritual kesenian
Krumpyung yang berkembang di Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Data-data mengenai fungsi musik dan struktur dalan kesenian Krumpyung pada acara ritual ini
bersumber dari para sesepuh adat pelaku ritual, tokoh masyarakat, para seniman kesenian krumpyung , dan
masyarakat Desa Langgar Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode obsrvasi, wawancara dan
studi dokumen serta analisis data meliputi penyajian data, reduksi data dan pengambilan kesimpulan atau
verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan Struktur penyajian upacara ritual dengan menggunakan kesenian
Krumpyung , umumnya menggunakan tiga babak/ bagian terdiri dari Upacara Ritual dengan menyajikan
gending – gending yang diinginkan oleh yang mbahu reksa daerah setempat, sajian gendhing - gendhing
hiburan dalam bentuk irama campur sari, dangdut dan jaipongan, dan sajian dalam bentuk badhudan atau
lawakan. Kesenian Krumpyung sebagai fungsi upacara ritual ruwat bumi didalamnya selalu ada Gending
Sekar Gadung. Gending ini disajikan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur pendiri desa
dimana diselenggarakan upacara ritual. Selain itu , kesenian krumpyung berfungsi sebagai musik pengiring
pada pertunjukan tari lenggeran. Fungsi Sosial kesenian krumpyung adalah sebagi mata pencaharian bagi
para seniman sekaligus sebagai sarana pengembangan bakat para seniman dalam berkreasi.

Kata Kunci : Struktur, Fungsi, Kesenian Krumpyung

PENDAHULUAN muncul kesenian Krumpyung di desa


Langgar sekitar tahun 1950.
Pengetahuan musik tidak Krumpyung sebagaimana seni
mengenal batas. Semakin dalam kita pertunjukan rakyat pada umumnya,
mempelajari musik, makin terasa masih sistem pewarisannya tidak melalui
sangat banyak masalah yang harus kita lembaga formal. Kesenian tradisonal
pelajari. Musik adalah pernyataan isi Krumpyung di lakukan secara turun
hati manusia yang diungkapkan dalam temurun oleh setiap generasi komunitas
bentuk bunyi yang teratur dengan kesenian Krumpyung tersebut.
melodi dan ritme, serta mempunyai Kesenian Krumpyung di desa
unsur harmoni yang indah. Menurut Langgar cukup diminati oleh
bentuknya musik dapat dibedakan masyarakat di desa Langgar, bahkan
menjadi 3 macam yaitu: a) Vocal : sampai ke desa sekitarnya. Dengan
musik yang dinyanyikan dengan suara demikian, masyarakat pendukung
manusia, b) Instrumental : musik yang kesenian itulah yang merupakan
dinyanyikan dengan alat-alat musik penentu hidup matinya kesenian
saja, c) Campuran : perpaduan suara tersebut. Dikenalnya kesenian
manusia (vocal) dengan musik Krumpyung di masyarakat, tidak lepas
instrumental yang dimainkan dari pengaruh bentuk pementasannya.
bersamaan. Kesenian Krumpyung menjadi
Masyarakat di desa Langgar kesenian tradisional yang populer sejak
memiliki kesenian tradisional awal kemunculannya. Kesenian
Krumpyung sudah sejak lama. Awal Krumpyung di desa Langgar sudah
mengalami pergantian pemimpin atau berpengaruh besar terhadap kemajuan
Dalang sebanyak tiga kali. Tahapan kesenian Krumpyung di desa Langgar,
dalam perubahan nama pada kesenian Kecamatan Kejobong, Kabupaten
Krumpyung di desa Langgar, karena Purbalingga.
tergantung setiap Dalang yang Menurut Kingsley Davis dan
memimpin kesenian tersebut. Wilbert Moore, dalam masyarakat pasti
Di awali dari periode I dengan ada stratifikasi atau kelas, Stratifikasi
Dalang Rosidi pada tahun 1950-1979. adalah keharusan fungsional, semua
Tahun 1979-1985 merupakan periode masyarakat memerlukan sistem seperti
ke II dengan Dalang Santarji. dan keperluan ini sehingga memerlukan
Kemudian pada periode ke III dengan stratifikasi. Mereka memandang sistem
Dalang Sulemi pada tahun 1985 sampai stratifikasi sebagai sebuah struktur, dan
sekarang. tidak mengacu pada stratifikasi individu
Fungsi Dalang pada kesenian pada system stratifikasi, melainkan
Krumpyung adalah sebagai ketua atau pada sistem posisi /kedudukan (Ritzer,
pengatur jalannya pementasan. Selain 2012: 404)
itu, Dalang juga dianggap sebagai Demikian pula dalam kesenian
sesepuh yaitu orang yang dituakan atau Krumpyung di desa Langgar
dijadikan pemimpin karena banyak Kecamatan Kejobong Kabupaten
pengalaman di suatu organisasi. Dalang Purbalingga terdapat tingkatan atau
sangat berperan penting dalam jalannya stratifikasi, diantaranya ada yang
pementasan kesenian Krumpyung, menjadi ketua atau dalang, pemain
karena dalang juga yang akan mengatur musik , penari ada yang menjadi
sesaji yang diperlukan untuk kelancaran penonton, sehingga kesenian
jalannya pementasan agar berjalan Krumpyung ini terdapat adanya
sesuai yang diharapkan. masalah fungsional struktural.
Kesenian Krumpyung merupakan Tradisi masyarakat yang tinggal
kesenian tradisional yang didalam di desa Langgar, dan sekitarnya
permainannya terdapat alat musik membiasakan diadakan acara ritual
angklung sebagai alat musik pengiring ruwat bumi. Prosesi ritual ruwat bumi
ditampilkan dalam kurun waktu sekali akan dilangsungkan tiap tanggal 1
dalam satu tahun, dan (satu) Suro. Pelaksanaan ritual ruwat
pertunjukannyapun terdapat tiga bumi sebagai permintaan para leluhur
periode ( upacara sakral, estetis dan yang menaungi desa tersebut.
hiburan ) yang dipentaskan dari siang Menurut kepercayaan masyarakat
atau sore hari sampai dini hari. Karena Langgar permintaan persyaratan harus
durasi waktu yang begitu lama, dipenuhi, karena bila tidak dipenuhi
sehingga terkadang terdapat masyarakat maka akan terjadi musibah. Ritual
yang berfikiran negatif. Banyak ruwat bumi bertujuan untuk ungkapan
masyarakat yang mempunyai persepsi rasa syukur dan ucapan terima kasih
berbeda-beda terhadap kesenian kepada para leluhur yang mbaurekso
Krumpyung. desa Langgar agar hasil bumi atau
Persepsi adalah penghayatan panen padi dan palawija di tahum
langsung oleh seorang pribadi atau mendatang akan lebuh meningkat,
proses-proses yang menghasilkan selain itu seluruh masyarakat desa
penghayatan (Alfian, 1984: 206), Langgar dan sekitarnya diharapkan
persepsi dari masyarakat tentang memperoleh keselamatan dan
kesenian Krumpyung akan memberi kesehatan.
dampak kehidupan dan perkembangan Melihat fenomena di atas, penulis
kesenian Krumpyung tersebut. tertarik untuk meneliti kesenian
Sehingga, faktor masyarakat Krumpyung dari sudut fungsi musik
dan struktur kesenian Krumpyung pada oleh satu atau bebarapa orang. Dalam
upacara ritual masyarakat Desa kerangka ini, prinsip modal mirip-
Langgar dalam kehidupannya ditengah prinsip pelog/salendro juga, karena
– tengah hiruk - pikuknya tangga nada pelog/salendro lebih
perkembangan jaman sekarang ini, berhubungan dengan karakter melodi
seiring dengan majunya ilmu yang monofon (horizontal)” (1996 :9).
pengetahuan dan teknologi modern. Sedangkan yang kedua
Struktur komposisi pada berdasarkan gramatika musik tonal,
bangunannya menyiratkan adanya “Artinya dalam prinsip tonal tidak
berbagai elemen musik seperti nada- hanya mengutamakan interval
nada yang tersusun dalam melodi dan horizontal tetapi juga vertical.”
ritme, harmoni yang didalamnya (1996:18). Perbedaan antara prinsip
terdapat struktur akor baik vertikal laras pelog/salendro (modal) dengan
maupun horisontal dan fungsinya, prinsip tonal bukan merupakan
warna (timber) dan watak suara kelemahan musik tradisional atau
(karakter), serta gejala dinamik. sebaliknya, melainkan perbedaan antara
Disamping itu dalam struktur budaya Indonesia dengan budaya Barat.
komposisi juga terdapat sistim yang Untuk mencapai keselarasan
berhubungan antara elemen musik yang (keharmonisan) dalam bentuk dan
satu dengan elemen musik lainnya struktur kesenian Krumpyung
sehingga menjadi satu kesatuan yang mengalami perubahan organologi,
menyatu serta saling berhubungan. sebagai usaha para seniman untuk
Struktur karya musik yang menyesuaikan sistem pelarasan.
didalamnya mencakup sistim dan Apabila melihat jenis alat musik
keterkaitan elemen-elemen musik, yang dipergunakan dalam musik
kompleksitas dan penggabungan unsur- Krumpyung akan terdapat dua estetika
unsur musik yang musik yang berbeda, yang pertama
terdapat dalam suatu karya musik. berdasarkan gramatika musik pelog dan
Struktur karya musik di salendro (modal), artinya bahwa setiap
dalammya mencakup berbagai unsur struktur karya musik berasal dan salah
musik diantaranya not (melodi) interfal, satu jajaran nada dengan jarak interval
ritmik, harmoni, dinamik, ekspresi, tertentu, dan tidak ada hubungan
warna (timber) dan komposisi. khusus antara masing-masing not
Keseluruhan unsur-unsur tersebut di dalam tangga nada tersebut. Mack
tata sedemikian rupa sehingga menjadi (1996:18) mengungkapkan bahwa
suatu karya musik yang terdengar “Prinsip Modal berasal dan musik
“indah”. “monofon”, yaitu satu lagu saja yang
Apabila melihat jenis musik dinyanyikan oleh satu atau bebarapa
yang dipergunakan dalam musik pada orang. Dalam kerangka ini, prinsip
kesenian Krumpyung, akan terdapat modal mirip prinsip pelog/salendro
dua estetika musik yang berbeda. Yang juga, karena tangga nada
pertama berdasarkan gramatika musik pelog/salendro lebih berhubungan
pelog dan salendro (modal), artinya dengan karakier melodi yang monofon
bahwa setiap struktur karya musik (horizontal)”.
berasal dari salah satu jajaran nada Sedangkan yang kedua
dengan jarak interval tertentu, dan tidak berdasarkan gramatika musik tonal.
ada hubungan khusus antara masing- Artinya dalam prinsip tonal tidak hanya
masing not dalam tangga nada tersebut mengutamakan interval horizontal
Mack mengatakan bahwa: Prinsip tetapi juga vertical. Perbedaan antara
Modal berasal dari musik “monofon”, prinsip laras pelog/salendro dengan
yaitu satu lagu saja yang dinyanyikan prinsip tonal bukan merupakan
kelemahan musik tradisional seni dalam hal ini bersifat subyektif,
Banyumasan atau sebaliknya, individual,spiritual dan kreatif yang
melainkan perbedaan antara budaya diwujudkan dalam bentuk lukisan,
Indonesia dengan budaya Barat. Untuk patung, tari, musik, wayang, teater,
mencapai keselarasan (keharmonisan) opera, puisi, prosa dan sebagainya
dalam bentuk dan struktur musik atau (Rohidi, 1994: 16).
gendhing banyumasan, struktur alat Dalam konteks fungsi sosial,
musik keyboard mengalami perubahan seni dipahami sebagai aktifitas
organologi, sebagai usaha para seniman berkesenian yang berakar kuat dalam
untuk menyesuaikan sistem pelarasan. kehidupan kolektif atau masyarakat.
Kesenian sebagai bagian dan Misalnya seni hadir dalam acara
kebudayaan selalu ada dalam berbagai kelahiran, ruwatan, perkawinan, bersth
aspek kehidupan masyarakat. Dalam desa, upacara, ritual dan sebagainya.
segi agama ada tiga kelompok seni yang Seni juga hadir dalam kegiatan politik,
berperan dalam kehidupan beragama sosial, komersil alat penerangan ,
yakni seni rupa, seni musik, dan seni propaganda, sarana promosi hiburan,
tari. Ketiga jenis seni tersebut memiliki pendidikan, terapi dan sebagainya.
peran yang amat penting dalam upacara Manusia memerlukan keindahan
keagamaan, karena scm bersifat multi karena memberikan kesenangan dan
media (Yudaseputra, 1993: 95). kepuasan yang dapat diperoleh dan
Kesenian merupakan sistem pemberian karya seni Seni dapat memberikan rasa
makna estetika secara bersarna sama kejut, teror, senang,takut dan
dan merupakan penataan ekspresi sebagainya, namun tetap memberikan
estetik yang berkaitan dengan segala nilai-nilai kehidupan yang diperlukan
macam perasaan atau emosi manusia manusia seperti perenungan, pemikiran,
yang ditransformasikan secara historis penyadaran, pencerahan dan
sejak anak anak baik antar generasi sebagainya (Rohidi,1994: 16).
maupun inter generasi sebaya (Rohidi, Fungsi seni dipandang dan
1993: 15). kegunaannya terbagi menjadi tujuh,
Kesenian dapat dipandang yakni: (1). Pemanggil kekuatan gaib,
sebagai cara hidup warga masyarakat (2). Penjemput roh roh baik, (3).
yang bertalian dengan keindahan. Maka Penjemput roh untuk hadir ditempat
kesenian yang dimiliki individu warga pemujaan, (4). Peringatan pada nenek
masyarakat dapat juga disebut moyang, (5). Perlengkapan upacara
pemgetahuan kesenian, dalam sehubungan dengan saat saat tertentu
pengertian yang sejajar dengan dalam perputaran waktu,(6).
pengetahuan kebudayaan. Pengetahuan Perlengkapan upacara dengan tingkat
kesenian ini merupakan pengetahuan tingkat hidup manusia, (7). Perwujudan
yang berkenaan dengan keseniannya dan dorongan untuk mengungkapkan
sendiri, atau kesenian kesenian lainnya, keindahan semesta (Sedyawati, 1981:
yang dimiliki oleh individu individu 52).
sesuai dengan pengalaman pengalaman Fungsi seni terkait dengan
yang dipunyainya (Rohidi, 1994: 16). dengan kehidupan kesenian adalah
Seni memiliki fungsi individual sebagai ekspresi simbolik, kehidupan
dan fungsi sosial. Fungsi individual sosial dan budaya masyarakat yang
dipahami sebagai ungkapan fikiran dan selalu mengalami perubahan.
pengalaman jiwa terdalam yang Perubahan itu dipengaruhi oleh
diekspresikan dan dikomunikasikan kesempatan dalam masyarakat
melalui medium tertentu serta setempat terhadap perkembangan nilai,
didalarnnya terkandung nilai-nilai norma dan kepercayaan yang
estetis, etis dan kemanusiaan. Aktifitas difahaminya. Menurut The Liang Gie
(1996: 51) fungsi pokok seni pada Jenis seni pertunjukan yang
umumnya adalah fungsi spiritual berfungsi sebagai sarana ritual
(kerohanian), fungsi kesenangan misalnya, seni ujungan kesenian
(hedonostis), fungsi cowongan untuk minta hujan, begalan,
pendidikan(edukatif), dan fungsi tata ruwat bumi dan lain sebagainya. Jenis
hubungan( Komunikatit). seni yang dipergunakan dalam upacara
Menurut Schechner(2002: 38) ritual, dalam perkembangannya dapat
dalam buku Performance Study dipertunjukan pula secara terpisah
menyebutkan tujuh fungsi seni yaitu: sehingga berfungsi menjadi sarana
(1) Untuk menghibur, (2) Untuk hiburan masyarakat.
membuat sesuatu yang indah, (3) Untuk Seni pertunjukan sebagai sarana
menandai atau mengiibah identitas, (4) ritual seperti yang telah disebutkan di
Untuk membuat atau membina atas, terdapat pada masyarakat yang
komunitas, (5) Untuk menyembuhkan, dalam berbagai pelaksanaan upacara-
(6) Untuk mengajar, membujuk atau upacara keagamaannya selalu
meyakinkan, (7) Untuk menghadapi melibatkan seni, seperti yang terjadi
suci atau jahat. pada masyarakat yang memeluk agama
Berbagai bentuk seni Hindhu di Bali. Demikian pula di Jawa
pertunjukan, memiliki fungsi yang Tengah, terutama dalam masyarakat di
berbeda-beda tergantung kepada pedesaan yang mengacu pada budaya
zaman, etnis dan lingkungan agraris, fungsi seni sebagai sarana ritual
masyarakat dimana seni pertunjukan itu hingga saat sekarang masih banyak
berada. Soedarsono (2002: 123) digunakan. Sedangkan pada
menyatakan bahwa: “secara garis besar masyarakat yang berada diperkotaan
seni pertunjukan memiliki tiga fungsi yang kehidupannya telah disibukan
primer, yaitu (1) sebagai sarana ritual; oleh berbagai macam kegiatan untuk
(2) sebagai ungkapan pribadi; (3) kepentingan pribadi, seni pertunjukan
sebagai presentasi estetis”. Sedangkan sebagai sarana upacara ritual jarang
fungsi lain dan seni pertunjukan adalah digunakan, Masyarakat yang hidup di
fungsi pendidikan dan komunikasi. perkotaan lebih cenderung
Fungsi primer seni pertunjukan memfungsikan seni sebagai sarana
yang pertama sebagai sarana ritual, untuk kebutuhan hiburan dan estetis.
yang berhubungan dengan acara-acara Fungsi primer seni pertunjukan
ritual atau upacara tertentu yang yang kedua sebagai sarana ungkapan
dianggap penting, diantaranya pribadi yang pada umumnya sebagai
selamatan 40 hari kelahiran bayi, hiburan pribadi yang berfungsi sebagai
berburu, panen atau menanam padi, sarana melepas kejenuhan atau
dan persiapan perang. Pertunjukan mengurangi kesedihan. Pertunjukan
kesenian tersebut lebih diperuntukan jenis ini lebih cenderung para penikmat
bagi para roh nenek moyang atau terlibat lagsung dan larut dalam
penguasa dunia atas atau dunia bawah. pertunjukan keseniannya
Bagi para pelaku dan masyarakatnya, Bentuk kesenian yang berfungsi
lebih mengutamakan tujuan upacara sebagai hiburan pribadi di daerah Jawa
ritualnya bukan seni pertunjukannya. Tengah diantaranya seperti jaipongan,
Bahkan seni pertunjukan yang terdapat campursari, uyon-uyon,dangdutan, dan
dalam acara ritual tertentu tidak lain sebagainya. Kualitas dan ungkapan
dipandang sebagai bentuk seni oleh estetisnya tidaklah penting tetapi
masyarakatnya.tetapi lebih diutamakan kepuasan para penikinat yang terlibat
sebagai persembahan kepada roh nenek merasa puas dengan pertunjukannya.
moyang. Fungsi primer seni pertunjukan
yang ke-tiga berfungsi sebagai penyajian
estetis. Bentuk seni pertunjukan untuk laporan yang ada (Van Maanen dalam
penyajian estetis dalam penciptaan dan Sutopo, 2006:36). Penelitian kualitatif
penggarapan setiap karyanya bersifat empirik dengan sasaran
memerlukan waktu dan persiapan yang penelitian yang berupa beragam
relative panjang, para seniman akan permasalahan yang teijadi pada masa
mengutamakan dan memperhatikan kini.Alasan penggunaan metode
kualitas ciptaannya dibandingkan kualitatif dalam penelitian tentang
kuantitas karena para penikmat yang struktur dan fungsi Musik dalam
datang ke-tempat pertunjukan lebih Struktur Kesenian Krumpyung Pada
cenderung orang yang sengaja diundang Upacara Ritual di Desa Langgar
(melalui undangan maupun membeli Kabupaten Purbalingga adalah: (1).
tiket) untuk mendengar, melihat, Sesuatu yang dikaji adalah makna dan
menikmati dan mengapresiasi suatu tindakan atau apa yang ada
pertunjukan sebagai suatu kebutuhan dibalik tindakan seseorang. Dalarn
estetis. penelitian sosial disebut sebagai
Seni yang berfungsi sebagai fenomenologis. Fenomenlogi
media ekspresi seniman dalam memandang perilaku manusia,apa yang
menyajikan karyanya tidak untuk hal mereka katakan, dan apa yang mereka
yang komersial, misalnya terdapat pada lakukan adalah sebagai suatu produk
musik kontemporer, tari kontemporer, dan bagaimana orang melakukan tafsir
dan seni rupa kontemporer, tidak biasa terhadap dunia mereka sendini (Sutopo,
dinikmati pendengar/pengunjung, 2006: 27). Setiap tindakan selalu
hanya bisa dinikmati para seniman dan dikaitkan dengan apa yang mendasari
komunitasnya. tindakan tersebut. (2). Penelitian
Seni sebagai media pendidikan kualitatif memberikan peluang bagi
misalnya musik. Contoh : Ansambel pengkajian mendalam terhadap suatu
karena didalamnya terdapat kerjasama, fenomena. (3). Penelitian kualitatif
Angklung dan Gamelan juga bernilai memberikan peluang untuk meneliti
pendidikan dikarenakan kesenian fenomena secara holistik. Fenomena
tersebut mempunyai nilai sosial, yang dikaji merupakan satu kesatuan
kerjasama, dan disiplin. Selain itu seni yang tak terpisahkan karena tindakan
dapat digunakan sebagai alat yang terjadi di kalangan masyarakat
komunikasi seperti pesan, kritik sosial, melibatkan faktor-faktor yang saling
kebijakan,gagasan, dan terkait. (4). Penelitian kualitatif
memperkenalkan produk kepada memberikan peluang untuk memahami
masyarakat. Melalui media seni fenomena menurut pandangan aktor
tertentu seperti, wayang kulit, wayang setempat. Proses tindakan yang
orang dan seni teater, dapat pula syair didalamnya terkait dengan makna
sebuah lagu yang mempunyai pesan, subyektif haruslah dipahami dalam
dan drama komedi. kerangka ungkapan mereka sendiri.
Teknik pengumpulan data
METODE adalah cara pendataan yang bertujuan
Pendekatan penelitian dalam untuk rnemperoleh data-data yang
penelitian ini pendekatan deskriptif, penting yang berhubungan dengan
sedangkan, metode yang digunakan objek penelitian. Pengumpulan data ini
adeJah metode penelitian kualitatif. menggunakan teknik;Observasi,
Penelitian kualitatif mengarahkan wawancaradan studi pustaka serta
kegiatannya secara dekat pada masalah pengumpulan dokumen. Observasi
kekinian. Kepentingan pokoknya adalah pengamatan langsung terhadap
diletakkan pada peristiwa nyata dalam suatu objek yang akan diteliti.
dunia aslinya.bukan sekedar pada Observasi bertujuan untuk mendapat
gambaran yang tepat mengenai objek Kalimat lagu ke 1 dan ke 2
penelitian serta mengecek sejauh mana sebagai pertanyaan, kalimat ke 3 dan
kebenaran data dan informasi yang kalimat lagu ke 4 sebagai jawabanya.
dikumpulkan(Keraf,1989;162). Demikian juga kalimat lagu ke5 dan
Wawancara adalah tanya jawab lisan kalimat lagu ke 6 sebagai pertanyaan,
dengan dua orang atau lebih yang kalimat lagu ke 7 dan ke 8 sebagai
berhadap hadapan secara fisik, yang jawaban. Gending sekar gadung
satu melihat muka yang lain dan mempunyai birama 4/4, dan 32 bar,
mendengar dengan telinganya sendiri tempo yang digunakan adalah sedang,
suaranya, rnerupakan alat pengumpul tidak terlalu cepat dan tidak terlalu
informasi langsung tentang beberapa lambat.
jenis data sosial baik yang berupa data Irama rangkep adalah: irama
terendam maupun data manifes. Pedotan yang disini vokal gendhing
Wawancara bertujuan untuk mengecek yang di iring dengan kendang. Satu
kebenaran data yang diperoleh melalui baris terdapat 16 ketukan dimainkan
kegiatan observasi. Studi pustaka menjadi 64 ketukan , pada bagian ini
berdasarkan buku buku, informasi notasinya sama seperti notasi balungan,
tertulis yang berkaitan dengan objek hanya jumlah ketukannya menjadi 4
penelitian sedangkan pengumpulan kelipatan dan tempo gendhingnya
dokumen adalah pengumpulan data menjadi pelan.
verbal berupa foto, dokumen dan lain Struktur penyajian upacara
lain( Koentjaraningrat, 1987: 61). ritual dengan menggunakan kesenian
Krumpyung , umumnya menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN tiga babak/ bagian terdiri dari Upacara
Struktur adalah keseluruhan Ritual dengan menyajikan gending –
bentuk dalam hal ini adalah musik atau gending yang diinginkan oleh yang
gendhing yang dapat dilihat secara mbahu reksa daerah setempat, sajian
keseluruhan yang mengandung kesan gendhing - gendhing hiburan dalam
dan peristiwa berdasarkan tafsirannya bentuk irama campur sari, dangdut dan
Harpawati(2004:32) jaipongan, dan sajian dalam bentuk
Struktur gendhing sekar gadung badhudan atau lawakan. Penyajian
yang disajikan dalam kesenian komposisi gending sekar gadung dalam
Krumpyung diawali melodi pambuka kesenian Krumpyung, berfungsi untuk
dalam satu baris 16 ketukan diakhiri memberi peringatan atau pertanda
gong (6), kemudian bagian balungan, kepada masyarakat, bahwa gending
terdapat 8 baris yang masing–masing tersebut merupakan rangkaian upacara
ada 16 ketukan. Pada bagian struktur ritual dengan menggunakan kesenian
gendhing pokok sekar gadung terdapat Krumpyung sebagai media iringan.
8 baris, yang masing–masing terdapat Kesenian Krumpyung di Desa
16 ketukan, dalam satu baris terdapat 4 Langgar dan sekitarnya identik dengan
kenong dan 3 kempul serta tiap baris upacara ritual. Kesenian tersebut oleh
terdapat satu gong. msyarakatnya telah diakui sebagal
Struktur kalimat gendhing, kesenian khas kabupaten Purbalingga.
masing–masing baris terdapat 4 motif Dalam sejarah perkembangan kesenian
dan 2 kalimat lagu, secara keseluruhan Krumpyung, bahwa upacara ritual sejak
gending sekar gadung terdapat 32 motif awal kemunculannya hingga sekarang
dan 16 frase serta 8 kalimat lagu. Jika telah mengalami beberapa
dihubungkan dengan kerangka perkembangan dan berbagai bentuk
dasarnya, kalimat pertama dimulai sesuai dengan daerah yang
pada hitungan ke-3, lagu/gendhing menyelenggarakan upacara ritual
berakhir pada birama 32, hitunan ke-4. tersebut. Musik/ gendhing dalam
kesenian Krumpyung merupakan terpisah baik dari kelompok pemberi
bentuk pengirrng yang selalu saweran maupun kelompok
mengiringi jalannya acara upacara penggembira. Kelompok penari
ritual hingga sekarang. Salah satu profesional didatangkan sesuai
alasan kesenian yang menyebabkan permintaan yang mengadakan acara
berbagai kesenian tradisional tersebut hajatan/ atas pilihan dalang. Jumlah
dapat bertahan hidup di tengah-tengah penari bergantung kepada masing-
masyarakat, adalah karena kesenian- masing grupnya antara 3 hingga 4
kesenian tersebut merupakan suatu orang.
media upacara religi. Masyarakat tidak .Gerakan setiap penari sama
berani merubah suatu upacara dan serempak dalam mengikuti irama
kepercayaan. Perubahan berarti musik kesenian Krumpyung. Busana
merusak kesakralannya. (Sumardjo, yang digunakan, seluruh anggota penari
201:19). memakai busana yang sama sebagai
Tentang alasan musik mana layaknya kostum penari untuk
Krumpyung digunakan sebagai musik acara di panggung.
pengiring upacara ritual hingga Salah satu fungsi musik
sekarang, Sebagaimana diungkapkan kesenian Krumpyung masih dalam
(wawaricara) oleh Kalipat sebagai rangkaian ritual ruwat bumi adalah
budayawan dan tokoh masyarakat sebagai musik pengiring pada waktu
setempat, bahwa: “upacara ritual, dalang kesenian Krumpyung
sebagai contoh ruwat bumi pasti selalu melakukan pementasan badhudan.
diiringi musik/ gendhing, karena Pentas badhudan terpisah dari acara
dengan musik dapat dipakai sebagai upacara ritual, badhudan tersebut
bahasa, bahwa sebagai ucapan terima dilakukan pada waktu malam hari
kasih kepada para leluhur/ yang mbau sekitar pukul 00.00 s.d. pukul 04.00
reksa adalah mudah bila dibawakan pagi hari.
dengan musik atau gendhing yang Hubungan antara musik
menjadi klangenan/ pengring dengan pementasan badhudan
kesenangannya”(2013 April 22). dalam kesenian Krumpyung yaitu
Musik dalam kesenian adanya keserasian antara musik dengan
Krumpyung berfungsi sebagai pengiring gerakan badhud yang membawakan
penari Lengger pada acara hiburan baik gendhing sesuai dengan permintaan
dalam rangkaian upacara ritual maupun penonton, pemain badhud ataupun
acara khajatan, tasyakuran dan acara permintaan penari lenggernya,
hiburan lainnya. Sebagai pengiring walaupun kadang-kadang gerakan
musik untuk para penari (manusia), badhud tidak sesuai dengan irama
kesenian Krumpyung dapat dilakukan musiknya. Untuk menjaga agar antara
dalam acara arak-arakan (dalam acara badhud dan penari lengger terus
pawai karnaval). Sedangkan sebagai bergerak selama acara berjalan, setiap
pengiring musik untuk pengiring penari gendhing/ gending yang dibawakan
Lengger, sering dilakukan dalam acara merupakan kesepakatan antara penari
di atas panggung (upacara ritual dan Lengger dengan pemain badhud/
acara khajatan). banyolan. Sekali-kali badhudnya
Kelompok penari dalam mengetes/ menguji kemampuan penari
kesenian Krumpyung terdiri dari 3 atau Lengger dengan meminta gendhing ini
4 penari khusus(lengger) dan kelompok atau gendhing itu, apabila penari
penari partisipan (pria yang akan Lenggernya salah dalam membawakan
memberi saweran), Penari khusus gendhing maka akan terjadi gelak tawa
adalah kelompok penai yang para penonton, atau bahkan gendhing
professional dan grup tertentu yang yang dibawakan tidak seirama dengan
musik pengiring, maka juga terjadi kesenian Krumpyung , umumnya
gelak tawa para penonton. menggunakan tiga babak/ bagian terdiri
dari Upacara Ritual dengan menyajikan
SIMPULAN DAN SARAN gending – gending yang diinginkan oleh
Pertama: Berdasarkan yang mbahu reksa daerah setempat,
pemaparan deskripsi, analisis data, dan sajian gendhing - gendhing hiburan dalam
pembahasan hasil penelitian, dapat bentuk irama campur sari, dangdut dan
ditarik simpulan bahwa kesenian jaipongan, dan sajian dalam bentuk
Krumpyung berfungsi sebagai : (1) badhudan atau lawakan. Penyajian
Pengiring penari Lengger pada acara komposisi gending sekar gadung dalam
hiburan baik dalam rangkaian upacara kesenian Krumpyung, berfungsi untuk
ritual maupun acara khajatan, memberi peringatan atau pertanda
tasyakuran dan acara hiburan lainnya, kepada masyarakat, bahwa gending
(2) Sebagai musik pengiring pada tersebut merupakan rangkaian upacara
waktu dalang kesenian Krumpyung ritual dengan menggunakan kesenian
melakukan pementasan badhudan, (3) Krumpyung sebagai media iringan.
Kesenian Krumpyung memiliki fungsi Keempat: Struktur Gending
pokok yaitu sebagai media upacara Lancaran Sekar Gadung.
ritual dan seni hiburan, (4) Kesenian Struktur gending sekar gadung diawali
Krumpyung berfungsi sebagai sumber melodi pambuka dalam satu baris 16
mata pencaharian, (5) Kesenian ketukan diakhiri gong (6), kemudian
Krumpyung berfungsi sebagai alat bagian balungan, terdapat 8 baris yang
untuk memberikan kritik baik terhadap masing – masing ada 16 ketukan. Pada
program-program pemerintah maupun bagian struktur gendhing pokok
terhadap kehidupan sosial gending sekar gadung terdapat 8 baris,
masyarakatnya, (6) Kesenian yang masing – masing terdapat 16
Krumpyung sebagai wadah ketukan, dalam satu baris terdapat 4
pengembangan bakat. kenong, 3 kempul, 8 kethuk serta tiap
Kedua: Fungi Musik Pada baris terdapat satu gong. Dalam
Upacara Ritual Masyarakat Desa Kesenian Krumpyung , lancaran sekar
Langgar. gadung dibawakan berbeda antara
Kesenian Krumpyung di daerah acara ritual dan acara hiburan.
Langgar dan sekitarnya identik dengan Struktur kalimat gendhing,
upacara ritual. Kesenian tersebut oleh masing – masing baris terdapat 4 motif
msyarakatnya telah diakui sebagal dan 2 kalimat gendhing, secara
kesenian khas kabupaten Purbalingga. keseluruhan gending sekar gadung
Seperti telah dibahas pada Bab IV. terdapat 32 motif dan 16 frase serta 8
dalam sejarah perkembangan kesenian kalimat gendhing. jika dihubungkan
Krumpyung, bahwa upacara ritual sejak dengan kerangka dasarnya, kalimat
awal kemunculannya hingga sekarang pertama dimulai pada hitungan ke-3,
telah mengalami beberapa gendhing/gending berakhir pada
perkembangan dan berbagai bentuk birama 32, hitunan ke-4.
sesuai dengan daerah yang Kalimat gendhing ke 1 dan ke 2
menyelenggarakan upacara ritual sebagai pertanyaan, kalimat ke 3 dan
tersebut. Musik/ gendhing dalam kalimat gendhing ke 4 sebagai
kesenian Krumpyung merupakan jawabanya. Demikian juga kalimat
bentuk pengiring yang selalu mengiringi gendhing ke5 dan kalimat gendhing ke
jalannya acara upacara ritual hingga 6 sebagai pertanyaan, kalimat gendhing
sekarang. ke 7 dan ke 8 sebagai jawaban. Gending
Ketiga: Struktur penyajian sekar gadung mempunyai birama 4/4,
upacara ritual dengan menggunakan dan 32 bar, tempo yang digunakan
adalah tempo cepat, tempo dan irama masyarakat terhadap
rangkap untuk iringan penari lengger, pertunjukan kesenian
tempo lambat dan dan kembali ke Krumpyung.
tempo cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Saran-Saran Agus Maladi Irianto, 2009, Epistemologi
Rekomondasi dan penelitian Kebudayaan( isu teoretik dalam
ini, untuk masukan dalam merangka karya etnografi ), Semarang:
pengembangan dan pelestarian lebih Lengkongcilik Press.
lanjut tentang kesenian Krumpyung Alfian, Editor, 1984, Persepsi Masyarakat
untuk mendapat perhatian dan pihak Tentang Kebudayaan.
terkait, yaitu: Jakarta: PT Gramedia.
1. Guna keberlangsungan Alwasilah, Achaedar, 2002 Pokoknya
kesenian Krumpyung Kualitatif, Dasar – dasar
dibutuhkan perhatian dan Merancang dan Melakukan
dukungan dan pemerintah, Penelitian Kualitatif, Jakarta:
tokoh budayawan, pendidik Dunia Pustaka Jaya.
seni dan pemerhati seni agar Ambarwangi, S., & Suharto, S. (2013).
kesenian Krumpyung dapat PENDIDIKAN
tetap tumbuh, berkembang, MULTIKULTURAL DI
sehingga kesenian ini bukan SEKOLAH MELALUI
saja menjadi kebanggaan PENDIDIKAN SENI
khususnya bagi masyarakat TRADISI. Harmonia: Journal
Purbalingga tetapi juga bisa Of Arts Research And
dikenal luas oleh masyarakat di Education, 13(1).
luar kota Purbalingga. doi:http://dx.doi.org/10.15294
2. Upaya regenerasi seniman /harmonia.v13i1.2535
kesenian Krumpyung Andi Prastowo, 2012, Metode Penelitian
khususnya untuk seniman- Kualitatif( dalam perspektif
seniman alat musik kendang rancangan penelitian ),
dan angklung dinilai masih Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
relatif sulit. Hal tersebut Arini Dwi, Sri Heramawati, 2011,
disebabkan oleh tingkatan “Kecapi Suling Instrumentalia
kesulitan dalam bermain alat sebagai salah satu khas kesenian
musik ini. Untuk itu diharapkan Sunda”, Harmonia: Jurnal
dukungan dan pemerintah Pengetahuan dan Pemikiran Seni,
dalam bentuk pemberian Vol.IX No. 1 / Juni 2011, hal. 10
bantuan pelatihan bagi – 16.
kelompok-kelompok seni Baal,J.Van, 1987, Teori Antropologi
tradisional terbaik yang Budaya( sejarah pertumbuhan
diperoleh melalui kegiatan hingga dekade 1970 ) Jilid 1,
festival kesenian tradisional diterjemahkan oleh Drs. J.Piry,
yang saat ini dilaksanakan Jakarta: PT Gramedia.
secara rutin. Pemberian Danarto, 2003. Mencermati Seni
bantuan dalam bentuk pelatihan Pertunjukan 1: Perspektif
alat musik ini selain untuk Kebudayaan, Ritual, Hukum.
usaha regenerasi juga dapat Surakarta: Program Pendidikan
meningkatkan nilai pertunjukan Pascasarjana.
yang diberikan sehingga Geertz, Clifford, 1983, Abangan, Santri,
diharapkan dapat Priyayi dalam Masyarakat Jawa,
meningkatkan minat diterjemahkan oleh Aswab
Mahasun, Jakarta: Dunia Kussumartini (et. al.), 2009, Kesenian
Pusataka Jaya. Barongan Jawa Tengah,
Havilan, William.A,1985 Antropologi. Semarang:
Diterjemahkan oleh R.G.Soekardio Koentjaraningrat, 2006, Budaya dan
th 2004, Jakarta: Erlangga. Masyarakat, Yogyakarta: Tiara
Havilan, William A, 1988, Antropologi Wacana.
Jilid 2, diterjemahkan oleh R.G. Legono, 2012, Lengger Banyumasan,
Soekardijo, Jakarta: Erlangga. Semarang: Suara Kerdeka.
Hadi, Sumardiyo Y. 2006, Seni dalam Miles, H B, dan Heberman A M, 1992,
Ritual Agama, Yogyakarta: Analisis Data Kualitatif
Pustaka. ,diterjemahkan oleh Tjetjep
Harpawati, Tatik. 2004, Harmonia Rohendi Rohidi), Jakarta: UI
Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Press.
Seni, Semarang,UNNES. Moleong, J. Lexy. 2002. Metodologi
Herawati, Sri, D.A, dkk, 2008, Seni Penelitian Kualitatif.
Budaya Jilid 1, Jakarta: Bandung: Remaja Rosda
Depdiknas. Karya.
Herusatoto, Budiono. 2008. Banyumas Prasetya,, Joko Tri, 2009, Ilmu Budaya
dalam Sejarah, Budaya, Bahasa Dasar, Jakarta: Rineka
dan Watak. Yogyakarta: LKiS Cipta.
Yogyakarta. Raga, Rafael. 2007 Manusia dan
Hidajat, Robby. 2011. Koreografi dan Kebudayaan dalam
Kreativitas. Yogyakarta: Kendil Perspektif Ilmu Budaya
Media Pustaka Seni Indonesia. Dasar. Jakarta: Rineka
Indriyanto, 1994, Media, Semarang: Cipta.
IKIP Semarang Press. Ritzer ,George, 2012, Teori Sosiologi:
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Dari Sosiologi Klasik Sampai
Tari. Semarang: IKIP Semarang Perkembangan Terakhir
Press. Postmodern, diterjemahkan oleh
John Joseph Stockdale, 2010, Saut Pasaribu (et. al.),
Eksostisme Jawa( Ragam Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kehidupan dan Kebudayaan Rohidi, Tjetjep Rohendi, 2011,
Masyarakat Jawa ) diterjemahkan Metodologi Penelitian Seni.
oleh John Bastin, Yogyakarta: Semarang: Prima Citra Lestari.
Progresif Book. _______,2000. Ekspresi Seni Orang
Kaplan, David dan Albert A. Manners, Miskin: Adaptasi Simbolik
1999, Teori Budaya, terhadap Kemiskinan. Bandung:
diterjemahkan oleh Landung Nuansa (Kerjasama Yayasan
Simatupang, Yogyakarta: Pustaka Adikarya dan Ford
Pelajar. Foundation).
Keesing, Roger M., 1999, Antropologi Schechner, Richard. 2002. Performance
Budaya(suatu perspektif Studies : An Introduction, New
kontemporer), Jilid 1, York:Routledge.
diterjemahkan oleh Drs. Samuel Sudarsono, 1977, Tari-Tarian Indonesia.
Gunawan MA, Jakarta: Erlangga. Jakarta: Proyek
________,1999, Antropologi Budaya( Pengembangan Media
suatu perspektif kontemporer ), Kebudayaan.
Jilid 1, diterjemahkan oleh Sugiyono, 2009, Memahami Penelitian
R.G.Sukardijo, Jakarta: Erlangga. Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Koentjaraningrat, 1987, sejarah teori Kusumadewi, L., & Suharto, S. (2011).
antropologi 1, Jakarta: UI Press PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SENI MUSIK Sumardjo, Jakop.Et al. 2001. Seni
DENGAN MEDIA AUDIO Pertunjukan Indonesia Suatu
VISUAL MELALUI Pendekatan Sejarah. Bandung
METODE BERVARIASI. STSI Press.
Harmonia: Journal Of Arts Sumaryanto, Totok, 2007, Pendekatan
Research And Education, 10(2). Kuantitatif dan Kualitatif: Dalam
doi:http://dx.doi.org/10.15294 Penelitian Pendidikan Seni,
/harmonia.v10i2.63 Semarang : UNNES Press.
Suparlan, Parsudi 1984, Manusia,
Suharto, S. (2013). PROBLEMATIKA Kebudayaan dan Lingkungannya,
PELAKSANAAN Jakarta: Grafitti Pers.
PENDIDIKAN SENI MUSIK Supriyadi PW,” Calung dan lengger
DI SEKOLAH KEJURUAN Seni Pertunjukan Banyumas”,
NON SENI. Harmonia: Journal Harmonia: Jurnal Pengetahuan
Of Arts Research And dan Pemikiran Seni, Vol.VIII No.
Education, 12(1). 2 / Mei – Agustus 2007, hal.
doi:http://dx.doi.org/10.15294 186 – 2001.
/harmonia.v12i1.2221

Anda mungkin juga menyukai