Anda di halaman 1dari 10

Vol. 13 No.

2, Desember 2018

KESENIAN SENJANG ANTARA TRADISI DALAM ARUS GLOBALISASI


SEBAGAI MEDIA PROPAGANDA

Irawan Sukma1
pascasarjana Institut Seni Indonesia- ISI Surakarta
aone_conbrio@yahoo.co.id
T.Slamet Suparno2
Institut Seni Indonesia- ISI Surakarta
Ts_suparno@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan bentuk kesenian Senjang secara tekstual berdasarkan periodisasi zaman, ke-
beradaan dan fungsi kesenian Senjang secara kontekstual dan kesenian Senjang mampu eksis sampai
dengan saat ini. Senjang merupakan sastra lisan yang berbentuk pantun bersahut biasanya ditampilkan
berpasangan dan disertai instrumen musik. Namun instrumen musik yang dimaksud bukan berfungsi
sebagai musik pengiring seperti pada umumnya suatu lagu, tetapi instrumen musik Senjang berfungsi
sebagai intro, interlude, atau coda yang dimainkan secara berulang ulang dengan melodi yang sama. Artinya
saat syair pantun dilantunkan oleh pe-Senjang, musik instrumen diam, dan saat musik instrumen berbunyi
pe-Senjang diam. Inilah bentuk yang khas dari kesenian Senjang. Metode yangdigunakan adalah kuali-
tatif interpretatif dalam menganalisis keberlangsungan Senjang yang mengalami perubahan baik bentuk
maupun fungsinya. Senjang yang pada awal keberadaannya tanpa instrumen musik, terus bergerak dan
berkembang mengikuti arus zaman sampai pada era saat ini menggunakan keyboard. Fungsi Senjang di-
manfaatkan sebagai media propaganda bagi penguasa, terbukti dari bentuk syair pantunnya berisi tentang
pujian dan sanjungan dari pesanan pengguna jasa. Senjang masih eksis dan memiliki tempat tersendiri di
hati masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.

Kata Kunci: Senjang, pantun, instrumen, propaganda.

ABSTRACT
This study discusses the form of a textual gap based on the periodization of the times, discusses and functions of
Senjang with contextual and artistic aspects of Senjang able to exist today. Slang is an oral literature consisting of
friendly rhymes, usually free of pairs, and releasing musical instruments. However, the musical instruments that are
issued are not as musical accompaniment in general, but Senjang musical instruments are used as intro, interlude,
or coda which is played repeatedly with the same melody. Regarding when the poem is sung by the artist, the musical
instrument is silent, and the musical instrument when the sound is silent. This is a typical form of Senjang art. The
method used is interpretive qualitative in analyzing the continuity of the Senate that corrects changes in both form
and function. The slang which initially began without musical instruments, continued to move and develop following
the era until the present time using the keyboard. The function of the Senjang is used as a media for propaganda for
the authorities, as evidenced by the form of the poetry of the poem which contains praise and flattery from the orders
of service users. The gap still exists and has a separate place in the hearts of the people of Musi Banyuasin Regency.

Keywords: Slang, rhyme, instrument, propaganda.

A. PENDAHULUAN Selatan, dengan ibu kotanya Sekayu memiliki kes-


Setiap daerah memiliki ciri khas dan karakter- enian yang khas yakni Senjang.
istik yang saling berbeda dan dipengaruhi oleh ling- Senjang adalah salah satu bentuk kesenian yang
kungan sesuai kondisi daerahnya masing-masing. menggunakan media pantun, dinyanyikan secara
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh bersahutan antara dua orang secara berpasangan,
Arnold Hauser (1974: 547) bahwa perubahan sosial atau ditampilkan secara tunggal. Penyajiannya
di sebuah wilayah akan menghasilkan kesenian secara spontanitas atau terencana, dengan gerakan
yang khas sesuai dengan bentuk masyarakat pada menari dan perangkat musik jidor terdiri atas: dua
waktu itu. Seperti halnya kabupaten Musi Banyu- buah terompet, sebuah jidor, sebuah tambur/senar
asin (Muba), sebagai salah satu daerah di Sumatera drum, dua buah klarinet, dua buah saxophone tenor,

122
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda

dua buah saxophone alto, sebuah kontra bass, dan B. Perkembangan Bentuk dan Fungsi Kesenian
tiga buah alto horn (Abdul Malik, wawancara, 28 Senjang
Mei 2014). 1. Era Pra-kemerdekaan
Senjang awalnya merupakan sebuah ungka- Kesenian Senjang merupakan salah satu kes-
pan hati seseorang yang dikemas dalam bentuk enian khas masyarakat Kabupaten Musi Banyu-
pertunjukan seni, kini di setiap kesempatan, mis- asin. Bermula dari salah satu kecamatan yang ada
alnya saat berkumpul dengan kelompok-kelompok di wilayah Kabupaten Muba yaitu Kecamatan
masyarakat, Senjang sering dilantunkan. Di setiap Sungai Keruh, sekitar abad ke-17 Masehi, pada
kecamatan yang ada di Kabupaten Muba3 dipas- zaman Kesultanan Palembang. Di kecamatan inilah
tikan ada kelompok Senjang yang masih eksis diperkirakan kesenian Senjang mulai dikenal. Kes-
keberadaannya. Terlihat dari pelaksanaan Festival enian ini mulai dikembangkan ke Kecamatan Babat
Randik setiap tahunnya, dimana setiap kecamatan Toman antara lain Desa Mangun Jaya, Kecamatan
mengirim kelompok Senjang untuk berpartisipasi Sanga Desa, Desa Ngunang, Nganti, dan terus ke
dalam festival tersebut. . Ini berarti Senjang ber- Kecamatan Sekayu (Dadang Irawan, wawancara 05
fungsi sebagai sarana ekspresi estetik dan sekaligus Februari 2014).
hiburan, (Sunaryo, wawancara, 30 September 2013). Kesenian Senjang dilestarikan secara turun-
Senjang saat ini menjadi media kontrol ma- temurun hingga saat ini, diperkirakan telah ada
syarakat dalam menyampaikan aspirasi kepada pada zaman Pedatuan4. Sebelum era kemerdekaan
pemerintah, baik pemerintah di lingkungan pede- atau zaman penjajahan, sekitar tahun 1930-an, Sen-
saan (Kepala Desa) maupun pemerintah kabupaten jang ditampilkan tidak menggunakan alat musik,
(Bupati) bahkan pemerintah propinsi (Gubernur) hanya berupa pantun bersahut. Saat itu Senjang
atau pemerintah pusat (Presiden). Senjang memiliki sangat sederhana sekali. Namun demikian makna
dua pengertian. Pertama, Senjang diartikan sebagai yang disampaikan sangatlah jelas, tidak bermuatan
“kesenjangan” antara masyarakat dengan pemer- politik atau propaganda hanya sebagai hiburan
intah sehingga menimbulkan gap atau jurang kes- pengungkapan hati saja, namun unsur budaya dan
ejahteraan dalam wilayah tersebut, yang kemudian bahasa yang digunakan khas Kabupaten Muba
dituangkan dalam bentuk aspirasi melalui kesenian (Dadang Irawan, wawancara 5 Februari 2014).
Senjang. Hal ini dimaksudkan untuk menghubung- Perlu disadari bahwa nyanyian rakyat sebagai
kan antara orang tua dengan generasi muda atau bagian dari folklor memiliki dua unsur, yaitu kata-
dapat juga antara masyarakat dengan pemerintah kata (ucapan vocal) dan lagu (musik) yang tak dapat
di dalam menyampaikan strategi ungkapan rasa dipisahkan (Danandjaja, 1991:141). Dalam buku
gembira (Tarmizi, wawancara 25 Mei 2014). Kedua, Ilmu Melodi, Dieter Mack menyebutkan:
Senjang diartikan sebagai kiasan karena antara pan- “...ucapan vocal merupakan sumber melodi yang pal-
tun (lagu vocal) yang dibawakan secara bersahutan ing asli dan murni bagi manusia. Akan tetapi bukan
dan lagu instrumental tidak saling bertemu seperti setiap ucapan vocal harus menimbulkan suatu melodi
pada umumnya sebuah penyajian musik. Artinya (baca: “melodi” adalah “jiwa musik”) sebagai unsur
saat lagu syair (vocal) dinyanyikan instrumental utama musik (Dieter Mack, 1995: 16).
berhenti, begitupun sebaliknya saat instrumental Pada era Pra-kemerdekaan, bentuk instrumen
bermain, penyanyi diam, sehingga kedua sisi ini Senjang belum ada. Hal ini dikarenakan seniman
tidak dapat saling bertemu (Tarmizi, wawancara Senjang masih menganggap Senjang hanyalah beru-
25 Mei 2014). pa pantun bersahut belaka. Selain itu keberadaab
Bagi masyarakat di Kabupaten Muba, Senjang alat musik pada zaman kolonial dan dikolonial
biasanya dipergelarkan pada acara-acara keluarga masih sangat langkah. Alasan inilah yang membuat
seperti acara adat perkawinan, peresmian rumah musik instrumen Senjang belum dapat dibuat (Ab-
baru dan syukuran yang lain. Hal ini terbukti dul Malik, wawncara 25 Mei 2014).
bahwa pada setiap acara atau peristiwa tertentu Contoh syair pantun Senjang yang dibawakan
Senjang tidak lupa ditampilkan. Sampai saat ini di sebelum kemerdekaan atau pada zaman Kolonial.
acara resepsi pernikahan baik di gedung maupun di Endok Kopek Gunung Klarang
rumah bagi masyarakat yang mampu, Senjang pasti Kitek Gendang Pangkut-pangkut
dipentaskan untuk menghibur tamu undangan Kitek Gendang Ngangkut padi
(Tarmizi, wawancara 26 September 2013). Terulam Pang Ladi

123
Vol. 13 No. 2, Desember 2018

Wewe Bawa Monel, Ingge Metu Same-same tiga, nada vokalnya naik sedangkan pada baris dua
dan empat dan lima nada vokalnya turun. Jumlah
Endok Adek Gunung Klarang suku kata dalam setiap barisnya pada dasarnya
Kitek Senjang Pantun-pantun sama yaitu empat suku kata, namun tidak kemung-
Ntuk Nngeman Siang Ari kinan pada baris kelima bertambah sampai dengan
Weng Tue Suka Ngane sepuluh suku kata. Bentuk lagu syair pantun Senjang
Kitek Batemu Jarang Kale pada dasarnya bersifat melismatis, artinya tidak
diikuti oleh instrumen musik.
Endok Adek Gunung Klarang Pada 20 Maret 1942 pemerintah pendudukan
Juba-juba Ngarang Rempa Jepang menetapkan Undang-undang no 3 yang
Kalu Boleh Silat Tari isinya melarang kegiatan perkumpulan mulai dari
Ngambek Salak Bawa Surak gerakan organisasi politik, ekonomi, dan sosial serta
Adat Prane Ubi kayu budaya. Namun melihat perkembangan sosial serta
budaya, khususnya seni pertunjukan Indonesia,
Terjemahan bebas bertentangan dengan kebijakan pemerintah Jepang
kala itu. Para pemimpin Jepang mulai sadar terha-
Wahai Adik Gunung Klarang (nama tempat) dap seni pertunjukan Indonesia terutama bersifat
Kita main gendang sambil memukul hiburan. Seni pertunjukan Indonesia sejak itu sering
Sambil memukul mengangkut padi disajikan dalam berbagai acara suguhan misalnya
Sampai padi tersusun untuk menjamu tamu dan pembesar Jepang ( Slamet
Sambil bawa anting-anting, sampai keluar MD, 2012:148-149).
sama-sama Hal itu berpengaruh pada kesenian Senjang
yang ada di Musi Banyuasin. Senjang difungsikan
Wahai adik Gunung Klarang untuk menjamu tamu-tamu kehormatan para pen-
Kita Senjang pantun bersahut guasa Belanda dan Jepang yang berkedudukan di
Sambil menunggu siang hari Sekayu. Tak hanya Senjang, tari-tarian pun di sajikan
Orang tua sambil bekerja yang bersifat menghibur. Kedudukan dan fungsi
Kita bertemu jarang sekali Senjang kala itu hanya sebatas hiburan.

Wahai adik Gunung Klarang 2. Era Pasca Kemerdekaan


Coba-coba membawa rempa Presiden Soekarno kala itu menganut prinsip
Kalau boleh sambil menari anti Barat, dimana beliau menentang keras hal-hal
Mengambil Salak sambil bersorak yang berbau asing masuk ke Indonesia. Hal ini
Adat istiadat sekarang seperti singkong memberikan peluang bagi para seniman Indonesia
untuk lebih kreatif dalam berkarya (Ben M. Para-
Kopek (sebutan kakak perempuan) Gunung ribu, 2006:126).
Dewa Klarang Senjangpun mengalami perubahan, yang sedikit
Coba-coba kita Senjang banyak memberikan nuansa baru bagi pertunju-
Baik buruk sekali ini kan Senjang. Jika era sebelum kemerdekaan Sen-
Kalau salah jangan dihina jang ditampilkan tanpa instrumen musik, setelah
Adat Istiadat kami tidak tahu kemerdekaan Senjang tampil dengan instrumen
musik. Awal mulanya Senjang tampil dengan sep-
Contoh syair pantun di atas, terlihat syair erangkat alat musik Jidor (Abdul Malik, wawancara
pantunnya terdiri atas lima baris pantun, dimana 25 Mei 2014).
pada baris satu dan dua merupakan sampiran, Malik menuturkan bahwa musik Jidor adalah
dan baris tiga, empat dan lima merupakan isi. Ini musik yang diadopsi dari musik Betawi. Sekitar
menandakan kesederhanaan dari pe-Senjang dalam tahun 1950-an, seorang pengusaha di Sekayu atas
memainkan kata-kata. Namun demikian sudah san- saran Jeling seorang pendatang dari Jakarta yang
gat menarik, karena sudah terdiri atas sampiran dan lama menetap di Sekayu, untuk membeli alat musik
isi sehingga bisa dirasakan makna yang terkandung Jidor tersebut. Hal itu dilakukan karena pengusaha
dalam senjang tersebut. Pada baris pantun satu dan itu tertarik dan senang mendengarkan kemeriahan

124
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda

musik Jidor saat dimainkan. Kemudian, Malik dan Aeolian. Modus skema Aaeolian sebagai berikut.
kawan-kawan pemusik, berkumpul latihan bersama
memainkan alat musik Jidor. Lalu muncullah ide
untuk membuat musik instrumen Senjang. Den-
gan kemampuan yang ada akhirnya terciptalah
alat musik Senjang secara terbatas (Abdul Malik, Adapun notasi yang dimaksud sebagai berikut.
wawancara 25 Mei 2014). C = do

Contoh syair pantun Senjang di era Pasca Ke-


merdekaan.
Bagian Pembuka.

Cobo-cobo maen gelumbang,


Entahe padi entah dedak
Bemban burung pulo lalang
Gambar 1. Seperangkat alat musik Jidor Untuk bahan muat keranjang
Keterangan Gambar: dimulai dari sebelah kiri
pembaca, senar drum (besar), senar drum (kecil), Cobo-cobo kami nak besenjang
klarinet, simbal (tengah), terompet, alto horn, kontra Entahe pacak entah dak
bass ( paling kanan). (Foto Irawan Sukma, 2014) Kepalang kami terlanjur Senjang
Kalu salah tolong maafke
Selanjutnya musik tersebut dipadukan dengan
syair-syair pantun Senjang, sehingga terciptalah
bentuk sajian Senjang yang menarik. Karena dis- Terjemahan bebas
ajikan dengan polesan musik Jidor, kemeriahan
Senjangpun terlihat jelas. Ini terbukti setiap Senjang Coba-coba main gelombang
ditampilkan banyak sekali masyarakat yang ber- Entah itu padi entah itu dedak
bondong-bondong ingin menyaksikan pertunjukan Bemban burung pulau lalang
Senjang. Inilah awal cikal bakal kesenian Senjang Untuk bahan membuat keranjang
ditampilkan dan ditonton oleh masyarakat luas
dengan perpaduan antara musik dan syair pantun Coba-coba kami mau bersenjang
Senjang. Banyak sekali lahir para seniman Senjang Apakah bisa apakah tidak
yang mampu membuat syair pantun Senjang secara Sudah saatnya terlanjur Senjang
spontan saat tampil. Tanpa melihat teks, para pe- Kalau salah tolong dimaafkan
Senjang dapat tampil dan memikat hati para penon-
tonnya (Abdul Malik, wawancara 25 Mei 2014). Bagian Isi.
Bentuk lagu instrumen musik Senjang pada era
Pasca Kemerdekaan sangatlah sederhana hanya ter- Kalu adek ke Palembang
diri atas empat birama, yang dimainkan berulang- Jangan lali ngunde tajur
ulang, menggunakan notasi angka dengan struktur Tajur pasang di Sekanak
nada diatonis minor. Musik Jidor belum diaransmen Bawa batang buah Benono
dengan baik sehingga menghasilan notasi tunggal.
Pelarasan musik Senjang menggunakan pelarasan Kalu adek bajo linjang
Diatonis minor, yaitu modus Diatonis yang meng- Jangan sampai terlanjur
gunakan nada dasar ke enam (la). Modus-modus Kalu rusak lagi budak
musik itu berasal dari tangga nada Yunani yaitu Alamat idop dak samparno

125
Vol. 13 No. 2, Desember 2018

Baru Senjang ditampilkan sebagai alat propaganda


Terjemahan bebas pemerintah bagi masyarakat untuk menumbuhkan
semangat kebangsaan, rasa cinta tanah air serta
Kalau adik ke Palembang persatuan dan kesatuan. Seperti penyampaian ke-
Jangan lupa membawa tajur bijakan pemerintah dalam program pemberantasan
Tajur pasang di Sekanak buta huruf (T Slamet Suparno, 2009:143).
Bawah pohon buah Banono
3. Era Orde Baru
Kalau adik belajar pacaran Era Orde Baru, sekitar tahun 1966, stabilitas
Jangan sampai terlanjur ekonomi dan keamanan semakin membaik. Banyak
Kalau ternoda sejak muda seni pertunjukan di Indonesia mengarah pada seni
Alamat hidup tidak sempurna populer, dimana Rezim Orde baru mengeksploitasi
seni pertunjukan dengan memberikan kebebasan
Bagian Penutup. untuk menciptakan dan mengembangkannya,
namun otoritas Orde Baru lebih cenderung mem-
Kalu nak pegi ke Karang Waru fungsikan beberapa seni pertunjukan Indonesia
Singgah tegal di Jerambah salah satunya adalah pakeliran sebagai alat propa-
Pogok Tengah jalan ke rantau Kasih ganda politik dan/atau corong pembangunan, serta
Nak Pegi ke doson Ulak hiburan. Era Orde Baru, kebudayaan bersifat poli-
tis, seni tidak lepas dari kepentingan dan muatan
Kami Senjang berenti dulu politik (Joost Smiers, 2003:87; T. Slamet Suparno,
Adat karena abis pokok 2009:39-40).
Kami ucapke terime kaseh Senjangpun mengalami kemajuan yang pesat,
Maaf ke bae kate yang salah meski mengalami hegemoni yang sama dengan
kebudayaan Nusantara. Pada era Orde Baru,
Terjemahan bebas pertunjukan Senjang masih menggunakan musik
Jidor, bahkan pada era tahun 70-an sampai tahun
Kalau akan pergi ke Karang Waru 80-an, Senjang mengalami masa kejayaan. Hampir
Singgah sejenak di jembatan Pogok disetiap kecamatan yang ada di Kabupaten Muba
Di tengah jalan ke desa Rantau Kasih (dahulu ada 11 kecamatan) telah memiliki kesenian
Hendak pergi ke Desa Ulak Senjang. Terbukti Amir Hamzah pada saat itu men-
jabat sebagai bupati Musi Banyuasin, sekitar tahun
Kami bersenjang berhenti dulu 1978, sering mengumpulkan para seniman Senjang
Karena habis persediaan dan para Pesirah, serta kepala Desa di pendopoan
Kami ucapkan terimakasih Bupati hanya sekedar untuk bersilaturahmi. Senjang
Mohon maafkan kata yang salah kala itu sudah istimewa (Tarmizi, wawancara 25
Mei 2914).
Pada bagian pembuka, isi dan penutup syair Instrumental Senjang pada era Orde Baru
pantun Senjang jumlah bait dan baris sama, yaitu mengalami perkembangan, dengan penambahan
terdiri atas delapan baris, empat baris sampiran, notasi dasar yang sebelumnya hanya empat birama,
dan empat baris isi. Dimana lirik pertama dan kedua diperluas menjadi beberapa birama. Ini dimaksud-
adalah sampiran dan lirik ketiga dan ke empat kan agar beberapa alat musik dapat memainkan
adalah isi. Juga kalimat yang digunakan adalah melodinya secara variatif. Namun struktur nada
personifikasi dengan pola a,b,a,b. diatonis minor tidak berubah.
Kesenian Senjang pada era Pasca Kemerdekaan, Adapun melodi instrumen musik Senjang di-
sekitar tahun 1950-1962 berfungsi sebagai sarana notasikan sebagai berikut.
hiburan rakyat, dimana pada awalnya sebagai C = do
sarana pergaulan dan komunikasi antar warga
masyarakat sekitar kampung di lingkungan kabu-
paten Musi Banyuasin (Animah, wawancara 27 Mei
2014). Terlihat jelas sekali, pada era sebelum Orde

126
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda

Pejabat mikak ughang pilihan


Karne pemimpin sebagai contoh
Muat bangunan tanpa kayu
Ade di bomi Serasan Sekate
Ati rakyat rate gamera

Terjemahan bebas

Pemimpin jujur memang impian


Harapan rakyat sepanjang-panjang
Pejabat sekarang orang pilihan
Karena pemimpin sebagai contoh
Membuat rumah Tanpa Kayu
Ada di Bumi Serasan Sekate
Hati rakyat semua gembira

Pada tamu sekalian


Mohon izin kami nak Senjang
Seni budaya asli Muba
Kiranya bias nyampaikan pesan
Atau nyampaikan harapan rakyat
Khusus dari Sumatera Selatan
Untuk ningkatke ekonomi rakyat

Terjemahan bebas

Pada tamu sekalian


Mohon izin kami mau bersenjang
Seni budaya asli Muba
Kiranya bias sampaikan pesan
Atau menyampaikan pesan rakyat
Khusus dari Sumatera Selatan
Untuk meningkatkan ekonomi rakyat

Dan jambu buat pengangan


Untuk manggang ikan kepo
Notasi diatas dimainkan secara berulang- Ikan panggang dak suek kanti
ulang, pada bagian akhir syair pantun sampiran, Cuma kecap ka dingen cabik
sebelum masuk ke bagian syair pantun isi. Notasi ini Makan di sawah sedap nia
juga berfungsi sebagai penanda dalam perubahan Ulam konyet dingen tamupo
syair pantun atau untuk penanda dalam bersahut- Make ughang baghai rate sehat
sahutan.
Pada era Orde Baru, syair pantun yang dilan- Terjemahan bebas
tunkan oleh pe-Senjang tidak mengalami perubahan
yang berarti, sama seperti bentuk syair pantun di Daun jambu buat makanan
era sebelumya. Hanya saja isi dari syair pantun bi- Untuk memanggang ikan kepo
asanya bermuatan propaganda politis atau bentuk Ikan panggang tidak ada temannya
sanjungan. Cuma ada kecap dan cabe dingin
Contoh syair pantun pujian di era Orde Baru Makan di Sawah enak sekali
Pemimpin jujur memang impian Daun kunyit sama tamupo
Harapan rakyat sepanjang-panjang Maka orang-orang semua sehat

127
Vol. 13 No. 2, Desember 2018

arahan untuk mencapai sisi kehidupan yang lebih


Itulah perlu pemimpin calak layak, dengan mengedepankan kepentingan rakyat.
Atinye tulus untuk rakyat Pada era Reformasi, hampir semua kesenian
Rakyat sare dinjok askes mengalami kemajuan baik secara fisik maupun
Keluarge mati dapat santunan bentuk sajian. Para seniman diberikan ruang gerak
Sen SPP la bayo pemerintah yang bebas, tidak lagi memandang etnis tertentu
Mojor nia idup di Muba sebagai sesuatu perbedaan. Ini terbukti bahwa
Presiden Gus Dur ( panggilan Abdurachman Wa-
Terjemahan bebas hid) mengakui adanya etnis Tioghoa di Tanah Air
untuk dapat bersinergis dengan suku manapun
Itulah perlu pemimpin cerdas yang ada di Indonesia. Jika dahulunya di Orde Baru
Hatinya tulus untuk rakyat etnis ini dianggap tidak ada bahkan terkucilkan di
Rakyat susah diberi sskes era Reformasi keberadaan etnis Tioghoa ini diakui.
Orang meninggal dunia mendapat santunan Bahkan hari besar keagamannya yaitu Gong Xi Fa
Uang SPP dibayar pemerintah Chai ditetapkan sebagai libur nasional. Inilah awal
Enak sekali hidup di Muba lahirnya Reformasi yang telah mengubah sejarah
bangsa Indonesia dengan memberikan kebebasan
Pada era Orde Baru seni dimanfaatkan pen- demokrasi bagi rakyat Indonesia yang selama ini
guasa Orde Baru untuk menyampaikan program- terbelenggu, (Mely G.Tan, 2008: 193-207).
program pembangunan. Di era ini pelaku bisnis ter- Senjang tidak mengalami perubahan yang
hadap Seni Pertunjukan di Indonesia bermunculan. signifikan, meskipun elemen-elemen lainnya men-
Hal serupapun turut dirasakan oleh para seniman galami perubahan karena pengaruh Reformasi.
Senjang dimasa era Orde Baru. Mereka dimanfaat- Hanya saja musik instrumen Senjang jika pada era
kan untuk menyampaikan program pemerintah Pasca Kemerdekaan dan Orde Baru menggunakan
pusat melalui visi dan misi pemerintah daerah. seperangkat musik Jidor, maka sejak tahun 1998
Seperti contoh saat pencanangan program Keluarga dengan maraknya kehadiran keyboard, maka musik
Berencana (KB) yang mengharuskan rakyat indone- instrumen Senjangpun berubah. Dengan alasan
sia untuk memiliki dua anak cukup. Program ini bahwa kecanggihan keyboard yang dapat mengap-
pun disampaikan melalui kesenian Senjang. likasikan beberapa jenis suara alat musik, sehingga
suara alat musik tersebut dapat terwakilkan. Faktor
efisiensi inilah yang memperkuat kehadiran key-
board di masyarakat. Namun masih ada pengguna
jasa Senjang yang menginginkan musik Jidor saat
dipentaskan, dengan alasan suara musik Jidor lebih
halus dan terkesan tradisional (Habibi, wawancara
27 Mei 2014).
Kesenian Senjang sebagai seni pertunjukan
yang berkembang secara lisan, memiliki kebebasan
intepretasi dan imajinasi para senimannya yang
diwujudkan melalui garap. Seperti yang dikata-
kan Rahayu Supanggah, garap memiliki arti dan
kedudukan yang cukup penting dalam seni per-
tunjukan yang menyangkut imajinasi, interpretasi,
Gambar 2. Senjang yang ditampilkan bersama dan kreatifitas senimannya dalam mengembangkan
musik Jidor di era tahun 80-an.
karya seni yang disajikan (Rahayu Supanggah 1987:
(Foto Irawan Sukma, 2014)
21).
Garap yang telah dilakukan oleh para seniman
4. Era Reformasi
Senjang antara lain: aransemen musik instrumen
Era Reformasi adalah fase dimana bangsa In-
Senjang, dibuat dengan berbagai jenis instrumen alat
donesia mengalami perubahan secara signifikan,
musik, dinamika vocal yang harmonis, syair pantun
dari seluruh aspek kehidupan. Memiliki tujuan dan
bervariasi, dan bentuk penyajian yang kompleks

128
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda

dengan penambahan penari latar. Hal ini mempuat Hotel Ranggonang banggaan kitek
tampilan Senjang memiliki warna baru dan tidak Lapangan bola takate bagus
monoton. Bentuk lagu instrumen Senjang, sama Di pusat kota bisnis senter
persis dengan bentuk lagu instrumen pada era Pasca
Kemerdekaan dan Orde Baru. Suara beberapa alat Mak itu pulek kantor Dispopar
musik seperti saxophone, klarinet, simbal, terompet, Melestarike budaya daerah
kontra bass, alto horn dan senar drum dapat terwakil- Ngadeke pestipal tiap taon
kan suara alat musik tersebut dengan formasi yang Baik Senjang atau Tembang
telah terprogramkan pada keyboard. Serte tari dan Serambah
Lagu pantun Senjang pada era Reformasi tidak Kami mitek pade bupati
mengalami perubahan bentuk, formatnya masih Anggaran Dispopar besokke lagi
sama terdiri atas syair pantun pembuka, syair Kesenian Muba segar kembali
pantun isi, dan syair pantun penutup. Jumlah baris
pantun tidak dibatasi, tergantung dari keinginan Amon galak nanam cabik
dan daya imajinasi pe-Senjang yang tertuang ke Jangan lali nanam selasih
dalam syair pantunnya. Namun demikian isi syair Buahnye alus serte ingan
pantun Senjang pada era Reformasi lebih banyak Make dak pacak buat bekal
pada pujian dan sanjungan, kritik yang bersifat Ape lagi nak buat bantal
membangun bahkan sudah mengarah pada kondisi Tiup angen pacak melayang
yang saat ini sedang terjadi dan ramai dibicarakan Biji selaseh tanamke dulu
banyak orang. Artinya tampilan Senjang lebih men- Buah yang tue buat tanaman
garah ke hiburan dan dapat memberi kepuasan bagi
penikmat Senjang maupun pengguna jasa Senjang. Para tamu ngen undangan
Contoh syair pantun Senjang era Reformasi. Kalu boleh kami cerito
Pemimpin jujur memang impian Sejak Pak Alex jadi bupati
Harapan rakyat sepanjang-panjang Kota Sekayu baru Randek
Pemilihan caleg selesailah sudah Kota terbersih se Indonesia
Saat kampanye cukup berkesan Mikak masyarakat la teraso
Nak memikat hati rakyat Muba sugi untuk rakyat
Asek gelisah bukan buatan
Jat nasib pacak melarat Bila diamati dari syair pantun di atas, terlihat
bahwa jumlah barisnya tidak sama, ada yang enam,
Pada tamu sekalian tujuh bahkan delapan. Pada bait pertama bagian isi
Mohon izin kami nak Senjang (sampiran) Senjang hanya terdapat enam baris, na-
Seni budaya asli Muba mun pada bait kedua yang merupakan isi jawaban
Kiranya bias nyampaikan pesan dari sampiran memiliki tujuh baris. Begitupun pada
Atau nyampaikan harapan rakyat bait berikutnya memiliki delapan baris. Artinya
Khusus dari Sumatera Selatan pola dari bentuk Senjang tidak sama atau berva-
Untuk kesejahteraan rakyat riasi. Jumlah suku kata dari baris pertama sampai
terakhir sama yaitu empat suku kata. Jadi unsur
Banyak dughai diunpun salak garap yang dimaksudkan oleh Rahayu Supanggah
Macang disangko asam piat sedikit banyak telah dilakukan oleh para seniman
Ughang desen mandi ka musi Senjang pada era ini.
Di pinggir musi banyak tanaman Senjang di era sekarang, masih memiliki fungsi
Tanaman subur lerehnye mudah yang sama seperti pada era Orde Baru yakni sebagai
Rencana yang baik jangan ditunda media propaganda, untuk penyampaian maksud
dan tujuan dari pengguna jasa kesenian Senjang
Kota Sekayu dakde aneh itu sendiri, tidak hanya penguasa. Hal itu sangat
Bangunan baru rate betingkat tergantung pada kondisi setempat dan persentu-
Kolam renang rengke pulek han serta pengaruh lingkungannya. Pada era Orde
Wisma atlet pakai AC Baru dan era Reformasi Senjang difungsikan untuk

129
Vol. 13 No. 2, Desember 2018

menyampaikan slogan-slogan dari program pemer-


intah, seperti buta huruf, Keluarga Berencana, Cinta Catatan Akhir
Rupiah dan paling jelas terlihat dimanfaatkan oleh 1
Irawan Sukma adalah mahasiswa pascasarjana
para calon-calon legislatif untuk kepentingan politik
Institut Seni Indonesia- ISI Surakarta, minat Kajian
(Tarmizi, wawancara 25 Mei 2014)
Musik, pengajar di Universitas PGRI Palembang
jurusan Sendratasik. aone_conbrio@yahoo.co.id.
KESIMPULAN 2
Prof. Dr. T. Slamet Suparno adalah seorang Guru
Pertama, kesenian Senjang merupakan kes- Besar dan pengajar pada Institut Seni Indonesia- ISI
enian tradisi lisan Sumatera Selatan yang masih Surakarta dan sebagai pembimbing tesis penulis.
ada dan terus berkembang di daerah kabupaten Ts_suparno@yahoo.com.
Musi Banyuasin.
3
Ada 14 kecamatan di Kabupaten Muba; antara
Kedua, bentuk kesenian Senjang mengalamai lain: Kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Sungai
perubahan dari setiap periodisasinya, mulai dari era Lilin, Kecamatan Sanga Desa, Kecamatan Bayung
sebelum kemerdekaan yang hanya berupa pantun Lincir, Kecamatan Babat Supat, Kecamatan Babat
bersahut tanpa instrument musik sampai era Refor- Toman, Kecamatan Tungkal Jaya, Kecamatan Lais,
masi, dimana Senjang telah memiliki instrumen Kecamatan Batanghari Leko, Kecamatan Lawang
musik Senjang yang sudah di aransmen dengan Wetan, dan lain-lain
berbagai jenis alat musik.
4
Zaman Sultan ke-3 kesultanan Palembang,
Ketiga, fungsi Senjang pada masyarakat ka- dibentuk pedatuan, dengan rajanya saat itu Sultan
bupaten Musi Banyuasin mengalami perluasan, Agubg Komaruddin Sri Teruno yang memerintah
jika pada awal mulanya Senjang berfungsi sebagai tahun 1718-1724. Pedatuan ini bertugas mengepalai
sarana hiburan dan komunikasi masyarakat, atau beberapa desa pengandeng, sebagai penyerahan
sekedar menyampaikan nasehat, kini berkembang perpanjangan tangan pemerintah kesultanan di
menjadi media propaganda, baik propaganda daerah dengan istilah Wilayah Marga, Pesiren
politik, ekonomi, sosial dan budaya, yang pada kekuasaan dari Kesultanan pada pemerintah marga
hakekatnya bertujuan untuk kemaslahatan kesenian pada masa itu, maka Puyang Depati Sahmad Bin Sa-
Senjang itu sendiri ditengah-tengah masyarakat. haji diangkat oleh Sultan untuk mendirikan sebuah
Keempat, Senjang mampu menghadapi tan- marga yaitu Margam Mantri Melayu dengan pusat
tangan zaman dan mampu mengikuti arus glo- pemerintahan berada di Sekayu.
balisasi, terbukti keberadaannya masih eksis, dan Sumber:http://www.dispoparmuba.com
sudah dikemas atau digarap menjadi seni pertun-
5
Privacy yang dimaksud adalah untuk menaikkan
jukan yang apik, sehingga memiliki nilai promosi derajat atau gengsi
budaya yang tinggi yang bisa dibanggakan ke man-
canegara. Selain itu Senjang juga memiliki tempat DAFTAR PUSTAKA
tersendiri di hati masyarakat.
Kelima, peran serta dan perhatian pemerintah Boskoff, Alvin, “Recent Theories of Social Change”
serta dukungan masyarakat untuk menegaskan dan dalam Werner J. Chanman dan Alvin Boskoff
mematenkan kesenian Senjang sebagai salah satu (ed), Sociology and History: Theory and Research.
warisan budaya sangatlah diperlukan. Hal ini sudah London: The Free Press of Glencoe. 1964.
dilakukan, sehingga Senjang memiliki identitas yang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Sela-
kuat bagi masyarakat kabupaten Musi Banyuasin. tan, Direktori Kesenian Sumatera Selatan, Palem-
Keenam, Senjang tidak hanya sekedar hiburan bang, Sumatera Selatan. 2006
bagi pelaku dan penikmat seni, tapi lebih dari itu G. Tan, Melly, Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta:
Senjang mampu dijadikan “periok nasi” bagi seni- Yayasan Obor Indonesia. 2008.
man Senjang dalam meningkatkan ekonomi kelu-
Hauser, Arnold, The Sociology of Art. Transled by
arga. Karena masih banyak pengguna jasa Senjang
Kenneth J.Northcott. Chicago and London: The
yang memanfaatkan pertunjukan Senjang untuk
University of Chicago Press. 1974.
berbagai kebutuhan, tidak hanya sebagai privacy5
belaka. Langer, K.Suzanne, “Problematika Seni”. Terjemahan
fx. Widaryanto.STSI Bandung, Sunan Ambu
Press. 2006.

130
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda

Murtana, I Nyoman, Seni & Politik. Surakarta: ISI


Press. 2010
Ratna, Nyoman Kutha, Metodologi Penelitian Kajian
Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Um-
umnya. Denpasar: Pustaka Pelajar. 2010.
Slamet MD, Barongan Blora, Menari di atas Politik dan
Terpaan Zaman. Surakarta: Citra Sains. 2012.
Supanggah, Rahayu, “Musik Bambu Banyumasan”,
Laporan Penelitian untuk The Ford Foundation.
Jakarta. 1981.
_________________, Bothekan Karawitan I. Jakarta.
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Dan
Bothekan Karawitan II Garap. 2002. ISI Press
Surakarta. 2002.
­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­Suparno, T. Slamet, Seni Sebagai Produk Masyarakat
Ataukah Masyarakat Sebagai Produk Seni, Pidato
Pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Sosiologi
Seni. Surakarta: ISI Press Solo. 2008.
_________________, Pakeliran Wayang Purwa, dari Ri-
tus sampai Pasar. Surakarta: ISI Press Solo. 2009.

131

Anda mungkin juga menyukai