2, Desember 2018
Irawan Sukma1
pascasarjana Institut Seni Indonesia- ISI Surakarta
aone_conbrio@yahoo.co.id
T.Slamet Suparno2
Institut Seni Indonesia- ISI Surakarta
Ts_suparno@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan bentuk kesenian Senjang secara tekstual berdasarkan periodisasi zaman, ke-
beradaan dan fungsi kesenian Senjang secara kontekstual dan kesenian Senjang mampu eksis sampai
dengan saat ini. Senjang merupakan sastra lisan yang berbentuk pantun bersahut biasanya ditampilkan
berpasangan dan disertai instrumen musik. Namun instrumen musik yang dimaksud bukan berfungsi
sebagai musik pengiring seperti pada umumnya suatu lagu, tetapi instrumen musik Senjang berfungsi
sebagai intro, interlude, atau coda yang dimainkan secara berulang ulang dengan melodi yang sama. Artinya
saat syair pantun dilantunkan oleh pe-Senjang, musik instrumen diam, dan saat musik instrumen berbunyi
pe-Senjang diam. Inilah bentuk yang khas dari kesenian Senjang. Metode yangdigunakan adalah kuali-
tatif interpretatif dalam menganalisis keberlangsungan Senjang yang mengalami perubahan baik bentuk
maupun fungsinya. Senjang yang pada awal keberadaannya tanpa instrumen musik, terus bergerak dan
berkembang mengikuti arus zaman sampai pada era saat ini menggunakan keyboard. Fungsi Senjang di-
manfaatkan sebagai media propaganda bagi penguasa, terbukti dari bentuk syair pantunnya berisi tentang
pujian dan sanjungan dari pesanan pengguna jasa. Senjang masih eksis dan memiliki tempat tersendiri di
hati masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.
ABSTRACT
This study discusses the form of a textual gap based on the periodization of the times, discusses and functions of
Senjang with contextual and artistic aspects of Senjang able to exist today. Slang is an oral literature consisting of
friendly rhymes, usually free of pairs, and releasing musical instruments. However, the musical instruments that are
issued are not as musical accompaniment in general, but Senjang musical instruments are used as intro, interlude,
or coda which is played repeatedly with the same melody. Regarding when the poem is sung by the artist, the musical
instrument is silent, and the musical instrument when the sound is silent. This is a typical form of Senjang art. The
method used is interpretive qualitative in analyzing the continuity of the Senate that corrects changes in both form
and function. The slang which initially began without musical instruments, continued to move and develop following
the era until the present time using the keyboard. The function of the Senjang is used as a media for propaganda for
the authorities, as evidenced by the form of the poetry of the poem which contains praise and flattery from the orders
of service users. The gap still exists and has a separate place in the hearts of the people of Musi Banyuasin Regency.
122
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda
dua buah saxophone alto, sebuah kontra bass, dan B. Perkembangan Bentuk dan Fungsi Kesenian
tiga buah alto horn (Abdul Malik, wawancara, 28 Senjang
Mei 2014). 1. Era Pra-kemerdekaan
Senjang awalnya merupakan sebuah ungka- Kesenian Senjang merupakan salah satu kes-
pan hati seseorang yang dikemas dalam bentuk enian khas masyarakat Kabupaten Musi Banyu-
pertunjukan seni, kini di setiap kesempatan, mis- asin. Bermula dari salah satu kecamatan yang ada
alnya saat berkumpul dengan kelompok-kelompok di wilayah Kabupaten Muba yaitu Kecamatan
masyarakat, Senjang sering dilantunkan. Di setiap Sungai Keruh, sekitar abad ke-17 Masehi, pada
kecamatan yang ada di Kabupaten Muba3 dipas- zaman Kesultanan Palembang. Di kecamatan inilah
tikan ada kelompok Senjang yang masih eksis diperkirakan kesenian Senjang mulai dikenal. Kes-
keberadaannya. Terlihat dari pelaksanaan Festival enian ini mulai dikembangkan ke Kecamatan Babat
Randik setiap tahunnya, dimana setiap kecamatan Toman antara lain Desa Mangun Jaya, Kecamatan
mengirim kelompok Senjang untuk berpartisipasi Sanga Desa, Desa Ngunang, Nganti, dan terus ke
dalam festival tersebut. . Ini berarti Senjang ber- Kecamatan Sekayu (Dadang Irawan, wawancara 05
fungsi sebagai sarana ekspresi estetik dan sekaligus Februari 2014).
hiburan, (Sunaryo, wawancara, 30 September 2013). Kesenian Senjang dilestarikan secara turun-
Senjang saat ini menjadi media kontrol ma- temurun hingga saat ini, diperkirakan telah ada
syarakat dalam menyampaikan aspirasi kepada pada zaman Pedatuan4. Sebelum era kemerdekaan
pemerintah, baik pemerintah di lingkungan pede- atau zaman penjajahan, sekitar tahun 1930-an, Sen-
saan (Kepala Desa) maupun pemerintah kabupaten jang ditampilkan tidak menggunakan alat musik,
(Bupati) bahkan pemerintah propinsi (Gubernur) hanya berupa pantun bersahut. Saat itu Senjang
atau pemerintah pusat (Presiden). Senjang memiliki sangat sederhana sekali. Namun demikian makna
dua pengertian. Pertama, Senjang diartikan sebagai yang disampaikan sangatlah jelas, tidak bermuatan
“kesenjangan” antara masyarakat dengan pemer- politik atau propaganda hanya sebagai hiburan
intah sehingga menimbulkan gap atau jurang kes- pengungkapan hati saja, namun unsur budaya dan
ejahteraan dalam wilayah tersebut, yang kemudian bahasa yang digunakan khas Kabupaten Muba
dituangkan dalam bentuk aspirasi melalui kesenian (Dadang Irawan, wawancara 5 Februari 2014).
Senjang. Hal ini dimaksudkan untuk menghubung- Perlu disadari bahwa nyanyian rakyat sebagai
kan antara orang tua dengan generasi muda atau bagian dari folklor memiliki dua unsur, yaitu kata-
dapat juga antara masyarakat dengan pemerintah kata (ucapan vocal) dan lagu (musik) yang tak dapat
di dalam menyampaikan strategi ungkapan rasa dipisahkan (Danandjaja, 1991:141). Dalam buku
gembira (Tarmizi, wawancara 25 Mei 2014). Kedua, Ilmu Melodi, Dieter Mack menyebutkan:
Senjang diartikan sebagai kiasan karena antara pan- “...ucapan vocal merupakan sumber melodi yang pal-
tun (lagu vocal) yang dibawakan secara bersahutan ing asli dan murni bagi manusia. Akan tetapi bukan
dan lagu instrumental tidak saling bertemu seperti setiap ucapan vocal harus menimbulkan suatu melodi
pada umumnya sebuah penyajian musik. Artinya (baca: “melodi” adalah “jiwa musik”) sebagai unsur
saat lagu syair (vocal) dinyanyikan instrumental utama musik (Dieter Mack, 1995: 16).
berhenti, begitupun sebaliknya saat instrumental Pada era Pra-kemerdekaan, bentuk instrumen
bermain, penyanyi diam, sehingga kedua sisi ini Senjang belum ada. Hal ini dikarenakan seniman
tidak dapat saling bertemu (Tarmizi, wawancara Senjang masih menganggap Senjang hanyalah beru-
25 Mei 2014). pa pantun bersahut belaka. Selain itu keberadaab
Bagi masyarakat di Kabupaten Muba, Senjang alat musik pada zaman kolonial dan dikolonial
biasanya dipergelarkan pada acara-acara keluarga masih sangat langkah. Alasan inilah yang membuat
seperti acara adat perkawinan, peresmian rumah musik instrumen Senjang belum dapat dibuat (Ab-
baru dan syukuran yang lain. Hal ini terbukti dul Malik, wawncara 25 Mei 2014).
bahwa pada setiap acara atau peristiwa tertentu Contoh syair pantun Senjang yang dibawakan
Senjang tidak lupa ditampilkan. Sampai saat ini di sebelum kemerdekaan atau pada zaman Kolonial.
acara resepsi pernikahan baik di gedung maupun di Endok Kopek Gunung Klarang
rumah bagi masyarakat yang mampu, Senjang pasti Kitek Gendang Pangkut-pangkut
dipentaskan untuk menghibur tamu undangan Kitek Gendang Ngangkut padi
(Tarmizi, wawancara 26 September 2013). Terulam Pang Ladi
123
Vol. 13 No. 2, Desember 2018
Wewe Bawa Monel, Ingge Metu Same-same tiga, nada vokalnya naik sedangkan pada baris dua
dan empat dan lima nada vokalnya turun. Jumlah
Endok Adek Gunung Klarang suku kata dalam setiap barisnya pada dasarnya
Kitek Senjang Pantun-pantun sama yaitu empat suku kata, namun tidak kemung-
Ntuk Nngeman Siang Ari kinan pada baris kelima bertambah sampai dengan
Weng Tue Suka Ngane sepuluh suku kata. Bentuk lagu syair pantun Senjang
Kitek Batemu Jarang Kale pada dasarnya bersifat melismatis, artinya tidak
diikuti oleh instrumen musik.
Endok Adek Gunung Klarang Pada 20 Maret 1942 pemerintah pendudukan
Juba-juba Ngarang Rempa Jepang menetapkan Undang-undang no 3 yang
Kalu Boleh Silat Tari isinya melarang kegiatan perkumpulan mulai dari
Ngambek Salak Bawa Surak gerakan organisasi politik, ekonomi, dan sosial serta
Adat Prane Ubi kayu budaya. Namun melihat perkembangan sosial serta
budaya, khususnya seni pertunjukan Indonesia,
Terjemahan bebas bertentangan dengan kebijakan pemerintah Jepang
kala itu. Para pemimpin Jepang mulai sadar terha-
Wahai Adik Gunung Klarang (nama tempat) dap seni pertunjukan Indonesia terutama bersifat
Kita main gendang sambil memukul hiburan. Seni pertunjukan Indonesia sejak itu sering
Sambil memukul mengangkut padi disajikan dalam berbagai acara suguhan misalnya
Sampai padi tersusun untuk menjamu tamu dan pembesar Jepang ( Slamet
Sambil bawa anting-anting, sampai keluar MD, 2012:148-149).
sama-sama Hal itu berpengaruh pada kesenian Senjang
yang ada di Musi Banyuasin. Senjang difungsikan
Wahai adik Gunung Klarang untuk menjamu tamu-tamu kehormatan para pen-
Kita Senjang pantun bersahut guasa Belanda dan Jepang yang berkedudukan di
Sambil menunggu siang hari Sekayu. Tak hanya Senjang, tari-tarian pun di sajikan
Orang tua sambil bekerja yang bersifat menghibur. Kedudukan dan fungsi
Kita bertemu jarang sekali Senjang kala itu hanya sebatas hiburan.
124
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda
musik Jidor saat dimainkan. Kemudian, Malik dan Aeolian. Modus skema Aaeolian sebagai berikut.
kawan-kawan pemusik, berkumpul latihan bersama
memainkan alat musik Jidor. Lalu muncullah ide
untuk membuat musik instrumen Senjang. Den-
gan kemampuan yang ada akhirnya terciptalah
alat musik Senjang secara terbatas (Abdul Malik, Adapun notasi yang dimaksud sebagai berikut.
wawancara 25 Mei 2014). C = do
125
Vol. 13 No. 2, Desember 2018
126
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda
Terjemahan bebas
Terjemahan bebas
127
Vol. 13 No. 2, Desember 2018
128
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda
dengan penambahan penari latar. Hal ini mempuat Hotel Ranggonang banggaan kitek
tampilan Senjang memiliki warna baru dan tidak Lapangan bola takate bagus
monoton. Bentuk lagu instrumen Senjang, sama Di pusat kota bisnis senter
persis dengan bentuk lagu instrumen pada era Pasca
Kemerdekaan dan Orde Baru. Suara beberapa alat Mak itu pulek kantor Dispopar
musik seperti saxophone, klarinet, simbal, terompet, Melestarike budaya daerah
kontra bass, alto horn dan senar drum dapat terwakil- Ngadeke pestipal tiap taon
kan suara alat musik tersebut dengan formasi yang Baik Senjang atau Tembang
telah terprogramkan pada keyboard. Serte tari dan Serambah
Lagu pantun Senjang pada era Reformasi tidak Kami mitek pade bupati
mengalami perubahan bentuk, formatnya masih Anggaran Dispopar besokke lagi
sama terdiri atas syair pantun pembuka, syair Kesenian Muba segar kembali
pantun isi, dan syair pantun penutup. Jumlah baris
pantun tidak dibatasi, tergantung dari keinginan Amon galak nanam cabik
dan daya imajinasi pe-Senjang yang tertuang ke Jangan lali nanam selasih
dalam syair pantunnya. Namun demikian isi syair Buahnye alus serte ingan
pantun Senjang pada era Reformasi lebih banyak Make dak pacak buat bekal
pada pujian dan sanjungan, kritik yang bersifat Ape lagi nak buat bantal
membangun bahkan sudah mengarah pada kondisi Tiup angen pacak melayang
yang saat ini sedang terjadi dan ramai dibicarakan Biji selaseh tanamke dulu
banyak orang. Artinya tampilan Senjang lebih men- Buah yang tue buat tanaman
garah ke hiburan dan dapat memberi kepuasan bagi
penikmat Senjang maupun pengguna jasa Senjang. Para tamu ngen undangan
Contoh syair pantun Senjang era Reformasi. Kalu boleh kami cerito
Pemimpin jujur memang impian Sejak Pak Alex jadi bupati
Harapan rakyat sepanjang-panjang Kota Sekayu baru Randek
Pemilihan caleg selesailah sudah Kota terbersih se Indonesia
Saat kampanye cukup berkesan Mikak masyarakat la teraso
Nak memikat hati rakyat Muba sugi untuk rakyat
Asek gelisah bukan buatan
Jat nasib pacak melarat Bila diamati dari syair pantun di atas, terlihat
bahwa jumlah barisnya tidak sama, ada yang enam,
Pada tamu sekalian tujuh bahkan delapan. Pada bait pertama bagian isi
Mohon izin kami nak Senjang (sampiran) Senjang hanya terdapat enam baris, na-
Seni budaya asli Muba mun pada bait kedua yang merupakan isi jawaban
Kiranya bias nyampaikan pesan dari sampiran memiliki tujuh baris. Begitupun pada
Atau nyampaikan harapan rakyat bait berikutnya memiliki delapan baris. Artinya
Khusus dari Sumatera Selatan pola dari bentuk Senjang tidak sama atau berva-
Untuk kesejahteraan rakyat riasi. Jumlah suku kata dari baris pertama sampai
terakhir sama yaitu empat suku kata. Jadi unsur
Banyak dughai diunpun salak garap yang dimaksudkan oleh Rahayu Supanggah
Macang disangko asam piat sedikit banyak telah dilakukan oleh para seniman
Ughang desen mandi ka musi Senjang pada era ini.
Di pinggir musi banyak tanaman Senjang di era sekarang, masih memiliki fungsi
Tanaman subur lerehnye mudah yang sama seperti pada era Orde Baru yakni sebagai
Rencana yang baik jangan ditunda media propaganda, untuk penyampaian maksud
dan tujuan dari pengguna jasa kesenian Senjang
Kota Sekayu dakde aneh itu sendiri, tidak hanya penguasa. Hal itu sangat
Bangunan baru rate betingkat tergantung pada kondisi setempat dan persentu-
Kolam renang rengke pulek han serta pengaruh lingkungannya. Pada era Orde
Wisma atlet pakai AC Baru dan era Reformasi Senjang difungsikan untuk
129
Vol. 13 No. 2, Desember 2018
130
Irawan Sukma: Kesenian Senjang Antara Tradisi Dalam Arus Globalisasi Sebagai Media Propaganda
131