Anda di halaman 1dari 11

Vol. 15 No.

2, Desember 2014: 152-162

Musik Internal dan Eksternal dalam Kesenian Randai


Sri Rustiyanti1
Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

ABSTRAK
Kehidupan musik pada masyarakat Minangkabau tidak terlepas adanya peranan serta fungsi
yang melekat pada kesenian Randai. Melalui pendekatan etnomusikologi, tulisan ini menelaah
peranan musik internal dan eksternal dalam kesenian Randai. Kesenian ini menggunakan medium
seni ganda atau kolektif karena didukung oleh beberapa cabang seni antara lain tari, musik, teater,
sastra, dan rupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik iringan dalam Randai terbagi menjadi
dua, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang
berasal dari anggota tubuh manusia (penari), misalnya tepukan tangan, petik jari, tepuk dada, siulan,
hentakan kaki ke tanah dan sebagainya, sedangkan musik eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara
yang berasal dari alat musik atau instrumen seperti talempong, gandang, saluang, dan rabab.
Kata kunci: musik internal, musik eksternal, Randai, Minangkabau

ABSTRACT
The Role of Internal and External Music in the Arts of Randai. The musical life in Minangkabau
society is inseparable from its roles and functions which attach to the arts of Randai. Through the ethnomusicology
approach, this paper examines the role of internal and external music in the art of Randai. Considering its
sustainability and amendment, the musicality is the identity of Minangkabau society so that the sustainability
of the music can be run in accordance with the dynamics of society today. Among the types of arts in
Minangkabau, Randai is an art form that uses multiple or collective art medium for it is supported by
several branches of the arts, including dance, music, theater arts, literary arts, and fine arts. The results of this
study is more focused on the art of music. Musical accompaniment in Randai is divided into two, namely
internal and external music. The internal music is the music or the sounds that come from the human body
(a dancer), for example, clapping, finger picking, patting the chest, whistling, stomping on the ground, and
so on, while the external music is the sounds emanating from the tools of music or instruments, such as
talempong, gandang, saluang, and rabab.
Keywords: internal music, external music, Randai, Minangkabau

Pendahuluan bercirikan pencak silat dan selalu dilakukan dalam


pola lantai tunggal, yaitu lingkaran dari awal sam-
Permainan anak nagari atau juga dikenal se- pai akhir pertunjukan Randai. Bentuk gerak galom-
bagai kesenian rakyat dalam bentuk musik dapat bang randai ini tampak jelas yang selalu dilakukan
dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) kelompok dalam lingkaran gerakan pencak dengan langkah
vokal/dendang yang disebut musik internal, dan maju atau mundur, ke dalam memperkecil ling-
(2) kelompok instrumental/karawitan yang disebut karan, atau sebaliknya ke luar membuat lingkaran
musik eksternal (Kartomi, 1990). Pada dasarnya lebih besar. Dengan bentuk lingkaran ini, setiap
Randai dapat diiringi alat-alat musik tradisional pemain merasakan persamaan dan kebersamaan
atau tidak sama sekali. Kesenian Randai dapat di- dalam kelompok tanpa ada batas antara pemain
iringi hanya musik internal saja, dibangun oleh yang satu dengan pemain yang lain.
penari galombang randai yang merupakan gerak Kesenian Randai sebagai salah satu warisan
1
Alamat korespondensi: : Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung. Jln. Buah Batu no.212
Bandung. Hp: 081221418454. Email: rustiyantisri@yahoo.com
152
Vol. 15 No. 2, Desember 2014

tradisi budaya Minangkabau berkaitan dengan seni pertunjukan Randai di suatu tempat. Pemain musik
bunyi-bunyian dan dendang hingga kini masih tersebut terdiri atas seorang peniup sarunai, tiga
terlihat eksis. Keberadaannya tidak saja didukung orang pemukul talempong, dan sepuluh orang
oleh masyarakat Minangkabau yang berdomisili di pemukul tambur (masing-masing pemukul tambur
wilayah Sumatra Barat saja, tetapi termasuk wilayah membawa sebuah tambur yang mempunyai ukuran
persebaran sampai menembus batas-batas wilayah yang berbeda-beda).
etnografinya. Dengan perkataan lain, kesenian Sebagai seni sastra, Randai adalah cerita yang
Randai dapat hidup dan berkembang di luar unik, ia bukan saja untuk dibaca, melainkan untuk
wilayah budaya Minangkabau, bahkan di negara dipertunjukkan sebagai tontonan. Salah satu bentuk
atau benua lain dengan masyarakat pendukungnya sastra Minangkabau yang paling populer yaitu
masing-masing. pantun. Pantun sering digunakan untuk percakapan
Perkembangan seni tradisi Minangkabau dalam cerita Randai, percakapan sehari-hari, hiasan
berjalan tidak sepesat seperti di Jawa. Hal ini berpidato, dalam dendang, dan sebagainya. Pantun
disebabkan karena macetnya upaya-upaya pelesta- dalam Randai terdiri atas beberapa baris dengan
rian yang seharusnya dilakukan oleh berbagai pihak jumlah selalu genap. Baris pertama dari permulaan
yang berkompeten (Julius, 2007: 25). Walaupun merupakan sampiran dan bagian baris berikutnya
demikian, kondisi ini tidak berarti bahwa upaya adalah isi pantun yang sebenarnya. Bentuk pantun
pelestarian kesenian tradisi itu tidak ada sama sekali. bermacam-macam, ada yang hanya terdiri atas dua
Beberapa pihak telah melakukan berbagai upaya, baris, ada pula yang terdiri atas enam sampai dua
seperti memberikan idiom-idiom baru terhadap belas baris. Irama alunan dendang dalam Randai
kesenian tradisi supaya lebih dapat dicerna dan pada umumnya berbentuk pantun, syair, talibun,
diterima masyarakat generasi sekarang. Salah satu seloka, dan prosa liris, yang secara keseluruhan
kesenian tradisi yang sudah mendapat kesempatan disebut dengan istilah gurindam randai. Kelima
dikembangkan dengan kreasi baru adalah kesenian bentuk gurindam tersebut dipakai dalam dendang
Randai, yang dikenal tidak hanya sebagai pamenan Randai sebagai musik internal yang dilakukan oleh
anak nagari (kesenian rakyat), tetapi juga dikenal pendendang dan penari galombang randai. Dendang
sebagai seni pertunjukan. yang mempunyai irama melodi yang panjang,
Pendukung musik Randai, terbagi menjadi dua gurindamnya biasanya berbentuk talibun, yaitu
bagian, yaitu musik internal dan musik eksternal. sejenis pantun yang mempunyai baris lebih dari
Musik internal yaitu musik yang dilahirkan atau empat. Kalau isi dendang mengisahkan suatu cerita
dibangun oleh penari (anggota tubuh manusia), adegan, maka gurindamnya berbentuk prosa liris,
seperti bunyi dari tapuak galembong (tepuk pada karena bentuk gurindam ini tidak terikat oleh baris
celana yang mempunyai pisak yang lebar), tepuk dan sajak bunyi tiap-tiap baris. Dengan demikian,
tangan, tepuk paha, tepuk kaki, tepuk siku, petik penggunaan bentuk gurindam disesuaikan menurut
jari, dan hentakan kaki. Bunyi tersebut dapat jenis dendang yang digunakan.
menghasilkan tempo, dinamika, dan ritme yang Ada permasalahan yang menarik untuk dicari
menarik dan atraktif. Adapun musik eksternal yaitu jawabannya dalam tulisan ini, yaitu: (1) bagaimana
alat-alat musik tradisional Minangkabau, seperti peranan musik internal dan eksternal dalam
saluang, bansi, talempong, dan gandang. Kehadiran kesenian Randai pada masyarakat pendukungnya,
bunyi musik tradisional memang tidak mutlak (2) mengapa masyarakat Minangkabau masih
meskipun cukup penting sebagai pemberi semangat mendukung kesenian Randai, dan (3) faktor-
dalam galombang randai, sehingga menjadi lebih faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap
hidup dan bergairah. Selain difungsikan untuk keberlangsungan dan perubahan musik dalam
mengiringi gerak galombang, juga berperan kesenian Randai. Untuk menjawab permasalahan
untuk membuka dan menutup acara pertunjukan ini, konsep musik sebagai kebudayaan dan
Randai. Alat musik pemanggil dalam pertunjukan hubungan dengan studi musik dan budaya tulisan
Randai sebagai pemberitahu bahwa akan diadakan Merriam (1964: 32) dapat menuntun dalam

153
Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian Randai

melihat permasalahan tersebut. Menurutnya, terjadi perubahan baik pada gerak galombang
setiap sistem musik didasarkan atas serangkaian maupun gerak musik, harus dengan memberi
konsep-konsep yang berhubungan dengan aktivitas kode-kode tertentu. Kadang-kadang antara musik
masyarakat serta menempatkannya pada fenomena dan gerak bersifat kontras, maksudnya gerak yang
kehidupan. mempunyai ketukan teratur/terikat diiringi dengan
musik yang ketukannya bebas atau sebaliknya.
Peralatan Alat Musik dalam Randai Berdasarkan teori fungsi menurut Merriam
(1964: 219-227) membagi fungsi musik dalam
Peranan alat musik dalam kesenian Randai berbagai peranan musik dapat diterapkan pada
pada hakikatnya adalah sebuah komposisi bunyi kehidupan masyarakat, dan mempunyai nilai
yang cukup sederhana dengan strukturnya, dan fungsi yang dibuat dapat berlaku secara universal.
tidak semua alat musik dapat sesuai dan dipakai Dirumuskan sepuluh macam fungsi musik dalam
sebagai musik pengiring Randai. Kalau diamati masyarakat yaitu sebagai: (1) ekspresi emosional, (2)
hubungan gerak dan musik pada kesenian Randai, kenikmatan estetik, (3) hiburan, (4) komunikasi,
maka musik berperan sebagai berikut: 1) sebagai (5) representasi simbolis, (6) reaksi jasmani, (7)
partner galombang randai (tari), yaitu memberikan memperkuat penyesuaian dengan norma-norma
pola-pola ritme dan melodi yang sesuai dengan sosial, (8) pengesahan institusi sosial dan ritual
tuntutan irama gerak galombang; 2) sebagai latar agama, (9) sumbangan pada pelestarian dan
belakang gerak tokoh lakon cerita Randai; 3) stabilitas kebudayaan, dan (10) sumbangan bagi
memberikan ilustrasi suasana adegan sesuai dengan integritas sosial.
aspek-aspek dramatis yang terdapat dalam cerita Oleh karena berbagai kepentingan dan
Randai. tuntutan yang terjadi dalam masyarakat terhadap
Musik seringkali diciptakan untuk memenuhi penggunaan musik, maka berdampak pula kepada
kebutuhan dramatis panggung, artinya sebagai fungsinya, sehingga fungsi musik pun menjadi
pelengkap emosional untuk saat-saat penting bertambah. Berdasarkan perumusan fungsi tersebut
dalam sebuah karakter lakon cerita Randai. Jika dan dikaitkan dengan kesenian Randai, fungsinya
ada musik yang mengiringi dialog, maka terlebih dapat dilihat berdasarkan pemahaman yang
dahulu pemain musik harus mengetahui kecepatan terkonsepsi dalam masyarakat Minangkabau, baik
pengucapan dialog naskah Randai, keheningan melalui pemusiknya maupun masyarakat sebagai
gerakan-gerakan yang akan dipakai, sehingga penyelenggara, atau melalui sebuah pengamatan.
musik dapat sesuai sampai ke hal-hal yang detail Musik tradisional sangat lazim digunakan sebagai
dengan pementasan tersebut. Apabila musik tidak suatu bentuk ekspresi masyarakat. Musik ini
sesuai dengan detail adegan cerita Randai, maka banyak digunakan dalam kegiatan rakyat biasa
efek musiknya mungkin akan bertentangan atau sehingga bersifat lebih sederhana dan santai.
ditempatkan pada posisi yang salah. Demikian pula masyarakat Minangkabau,
Secara musikal penggarapan alat-alat walaupun mereka hidup di luar lingkungan
musik dalam Randai, terdapat tiga cara yaitu: budaya Minang, tetapi konsep yang ada di alam
(1) Menghitung jumlah ketukan pada setiap pikiran masih mengacu kepada induk budayanya,
pengulangan, perubahan gerak galombang, atau bahkan ingin mempertahankanya di tempat di
dapat juga dengan mengambil musik yang telah ada mana hi-dup. Aktivitas seni pertunjukan musik
kemudian mencocokkan dengan jumlah ketukan merupakan fenomena sosial budaya bagi masyarakat
gerak galombang tersebut; (2) Gerak galombang pendukungnya tidak hanya untuk memuaskan
yang tidak mempunyai ritme (ritme bebas) yang kebutuhan individual, tetapi justru untuk
tidak dapat ditentukan ketukannya, dapat diiringi mempertahankan struktur sosial masyarakatnya.
dengan dendang yang tidak mempunyai ritme pula, Sangat disadari, bahwa selain berbagai ragam status
seperti pada dendang Banda Sapuluah/Palayaran (identitas) sosial masyarakat Minangkabau dapat
(dendang yang bersifat ratok/ratap); (3) Apabila diasumsikan masih memiliki kebiasaan dalam

154
Vol. 15 No. 2, Desember 2014

melaksanakan berbagai cara tradisi Minangkabau rasa keidentitasan dalam keberagaman budaya, juga
yang dibangun dan dibawa oleh leluhurnya untuk dapat mengembangkan seni budaya khususnya
melestarikannya. Pelestarian tersebut hingga kesenian Randai.
menembus batas-batas etnis, sehingga segala
bentuk atau nilai-nilai tradisi Minangkabau di Musik Eksternal Pendukung Randai
mana pun masyarakat itu berada, secara sadar
mereka akan berupaya dan mengupayakan untuk Musik eksternal pendukung Randai berupa
melestarikannya, sesuai dengan situasi dan kondisi alat-alat musik tradisional Minangkabau, seperti
masyarakat bersangkutan. Seperti, pada kehidupan saluang, bansi, talempong, canang, gandang, dan
kesenian Randai sebagai salah satu jenis pamenan rabab. Kehadiran alat musik dalam mengiringi
anak nagari yang didukung oleh musik internal Randai selalu dikaitkan dengan alek nagari, upacara
dan musik eksternal, dapat mempertegas identitas keadatan atau acara lainnya yang diselenggarakan
sosial masyarakat Minangkabau yang hidup di oleh masyarakat Minangkabu. Musik talempong
tengah-tengah masyarakat global (Merriam,1964: bukan merupakan sesuatu yang sifatnya harus
219-226). selalu ada dalam setiap pertunjukan Randai
Dalam masyarakat, menakar identitas dapat yang diadakan di tengah masyarakat. Namun,
dipantau melalui tiga bentuk, yaitu identitas eksistensinya di tengah berbagai pamenan
budaya, identitas sosial, dan identitas pribadi anak nagari (permainan rakyat) tersebut selalu
(Liliweri, 2002: 95). Identitas budaya muncul memberikan identitas pada masyarakat sebagai
karena seseorang itu merupakan anggota dari tanda adanya alek nagari (keramaian pesta rakyat).
sebuah kelompok etnik tertentu, sedangkan Dalam penyajiannya, alat musik talempong dapat
identitas pribadi lebih berdasarkan pada keunikan terdiri atas beberapa alat musik pendukung, seperti:
karakteristik pribadi seseorang. Berkaitan dengan gandang, saluang, rabab, canang, bansi, dan alat
upaya mempertegas identitas sosial, tentu saja musik lainnya. Namun dalam permainan talempong
masyarakat Minangkabau yang berdomisili di kreasi, tidaklah mutlak alat musik yang digunakan
luar wilayah budayanya, termasuk sebagai ma- ialah alat musik tradisional Minangkabau. Ada
syarakat perantau selain berusaha untuk dapat kalanya kreasi yang tampil dikombinasikan baik
diterima sebagai anggota masyarakat pada dengan alat musik daerah lain di Indonesia maupun
umumnya dalam saling berinteraksi, juga masih alat-alat musik Barat, seperti: gitar, biola, saksofone,
memiliki ingatan kolektif atau pikiran kolektif klarinet, flute, dan keyboard.
(Koentjaraningrat,1990: 210-211) yang berwujud Talempong memiliki bentuk dan nama yang
konsep dan khasanah budaya bagi masyarakat beraneka ragam. Nama dan bentuk alat musik
pendukungnya. Oleh karena itu, di mana pun, tersebut sering disesuaikan dengan bahan baku yang
kapan pun, dan bagaimana pun, sampai sekarang dipakai pada proses pembuatannya, nama daerah asal
masyarakat tersebut sebagian besar masih tetap alat musik, jumlah talempong yang digunakan, posisi
mempertahankan bahasa dan adat istiadat mereka alat saat dimainkan, serta penggunaannya. Hal ini
(Suseno,1999: 11). dapat dilihat dari beberapa nama yang diberikan
Pertunjukan kesenian Randai kaitannya pada alat musik tersebut, seperti talempong batu
dengan penyelenggaraan upacara adat atau upacara di daerah Talang Anau Kabupaten 50 Kota yang
ritual lainnya merupakan kegiatan penting. Hal ini terbuat dari batu, talempong batuang di nagari
secara tidak langsung dapat memberikan kepuasan Sungai Talang Kabupaten 50 Kota yang terbuat
atau pemenuhan akan rasa musikal serta ungkapan dari batuang (bambu), talempong aguang yang
estetis terhadap masyarakat pendukungnya; di dipakai untuk upacara-upacara adat yang penuh
samping merupakan salah satu kebutuhan hidup dengan berbagai kebesaran (agung), talempong
manusia pada umumnya setelah kebutuhan pokok pacik yang dimainkan dengan dipacik (dipegang)
terpenuhi (Boas,1995: 9). Selain memiliki nilai dan talempong kreasi yang merupakan musik
sosial untuk saling berinteraksi, berkaitan dengan sebagai hasil kreativitas orang yang memainkannya.

155
Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian Randai

Talempong di Minangkabau dapat dibedakan Musik Internal Pendukung Randai


menjadi dua macam. Pertama, Talempong Pacik
(yang dipegang) dan kedua, Talempong Real yang Musik internal, yaitu musik yang dibangun
diletakkan di atas rancakan. Talempong Pacik oleh penari itu sendiri yang menghasilkan ritme
dapat dimainkan sambil duduk, berdiri, dan bunyi dari tubuh penari, seperti vokal, tepuk tangan,
berjalan; sedangkan Talempong Real mempunyai petik jari, siulan, hentakan kaki, dan sebagainya.
dua model real (rancakan), yaitu berukuran Musik internal dikembangkan berdasarkan hasil
rendah sehingga dapat dimainkan sambil duduk eksperimen penari. Misalnya eksperimen terhadap
di atas tikar dan berukuran tinggi yang dapat bunyi yang berasal dari mulut didasarkan pada
dimainkan sambil berdiri atau duduk di kursi. eksplorasi pada sumber bunyi tersebut. Eksplorasi
Gandang yang digunakan pada musik talempong merupakan salah satu cara penting yang dilakukan
kreasi sebanyak dua buah, namun hal ini tidak komponis dalam membuat sebuah komposisi,
mutlak harus dua buah. Dapat saja dalam sebuah karena eksplorasi menjadi penunjang ide kreatif
pertunjukan menggunakan satu gandang atau lebih (Dewi, 2013: 110).
dari dua gandang, ini disesuaikan dengan kondisi Salah satu bentuk vokal yang cukup populer di
di lapangan dan kebutuhan. Gandang 1 berfungsi Minangkabau yaitu dendang yang berirama gembira
sebagai alat musik pengatur tempo gerak galombang. dan ratok (ratap) yang berirama sedih. Penting
Perjalanan motifnya diusahakan teratur dengan sebagai pendendang mengalami, mempelajari, dan
sedikit variasi untuk bagian-bagian tertentu dari merasakan perbedaan karakteristik dendang dan
lagu yang sifatnya menguatkan momen tertentu ratok. Seperti halnya dalam gamelan laras slendro
pada sebuah iringan musik. Gandang 2 berfungsi lebih cocok untuk mengiringi tari-tarian yang
sebagai gandang paningkah dan memberikan bersifat gembira, terbuka, dan meriah. Sebaliknya
improvisasi pada bagian-bagian tertentu dari tarian bedaya yang anggun, agung, dan berwibawa
iringan musik, seperti pada singkop-singkop dan lebih memilih diiringi gending yang berlaras
rovel-rovel. Dalam permainan gandang, improvisasi pelog (Daruni, 2013: 167). Dengan demikian
pemain dalam menghidupkan suasana, sehingga tujuan untuk memberikan baik jiwa tari maupun
memiliki pengaruh yang besar terhadap pertunjukan dendang sesuai dengan suasana karakteristik yang
secara keseluruhan. diinginkan.

Alat musik pukul gandang Alat musik tiup saluang Alat musik gesek rabab

Alat musik pukul talempong Alat musik tiup bansi


'ĂŵďĂƌλ͘DƵƐŝŬĞŬƐƚĞƌŶĂůDŝŶĂŶŐŬĂďĂƵ;&ŽƚŽ͗ZƵƐƟLJĂŶƟ͕μκλξͿ

156
Vol. 15 No. 2, Desember 2014

Dendang berarti lagu, berdendang berarti pantun-pantun yang dilantunkan umumnya berisi
bernyanyi. Dendang termasuk salah satu seni musik ungkapan sukacita. Jenis dendang yang digunakan
tradisi Minangkabau yang berbentuk vokal atau dalam Randai tergantung dari jumlah legaran cerita
suara yang dihasilkan oleh manusia. Dendang yang dibawakan.
adalah suara yang dilagukan manusia dan sangat Berikut ini adalah peranan dendang dalam
berfungsi dalam pelaksanaan sebuah cerita Randai. Randai: (a) Dendang pasambahan. Sebagai peng-
Suara dendang itu untuk memberi batas peralihan hormatan kepada penonton, pasambahan me-
dari adegan satu ke adegan berikutnya dan untuk ngawali setiap pertunjukan dimaksudkan untuk
menjelaskan jalan cerita yang tidak begitu penting meminta keridhoan Tuhan Yang Maha Esa, juga
untuk didialogkan antara para tokoh lakon cerita, menghaturkan maaf kepada para penonton. Den-
sehingga dengan dendang jalan cerita tidak terputus dang pasambahan diambil dari dendang ratok yaitu
dan dapat diikuti melalui syair dendang yang Dendang Dayang Daini; (b) Dendang pengatur ade-
dinyanyikan oleh pendendang. Namun ada juga gan. Sebelum akting dan dialog legaran pertama
pendapat lain yang mengatakan bahwa kehadiran dimulai, didahului dengan sebuah dendang yaitu
dendang dalam Randai berfungsi sebagai pengatur Dendang Simarantang yang merupakan dendang
cerita dari satu adegan ke adegan berikutnya. untuk memulai legaran pertama, sehingga dialog
Jenis dendang yang digunakan dalam Randai dan akting pada masing-masing legaran dapat di-
tergantung dari jumlah legaran atau adegan cerita lakukan setelah diantarkan oleh sebuah dendang.
Randai. Sekarang sudah menjadi kesepakatan bagi Setelah dendang berakhir, ditutup dengan ‘hep-ta’
seluruh seniman, bahwa dendang yang digunakan (kata seru dalam Randai) dan tapuak galembong; (c)
akan selalu dimulai dengan dendang Dayang Dendang sebagai penentuan tempat. Semua peris-
Daini sebagai dendang persembahan, kemudian tiwa dan kejadian dalam cerita dapat diketahui dan
dilanjutkan dendang Simarantang untuk legaran dimengerti melalui dendang, seperti dalam salah
atau adegan pertama. Dendang untuk legaran- satu cerita yang lain ketika si tokoh pergi meran-
legaran di tengah menggunakan dendang bebas tau, kisah perjalanannya didendangkan dengan
sesuai menurut suasana cerita itu sendiri, dan Ratok Lawang yang disebut juga dendang penen-
legaran terakhir menggunakan dendang Palayaran. tuan tempat; (d) Dendang sebagai penyampaian
Bentuk penampilan dendang dalam Randai cerita. Peristiwa dan kejadian yang disampaiakan
dimaksudkan untuk menyampaikan sesuatu, melalui dendang, sebagai contoh dalam Cindua
misalnya menyampaikan keadaan dalam perjalanan, Mato, cerita ini diangkat oleh kelompok Koto Sing-
perpindahan legaran, dan mengatur langkah gerak. galang Padang Panjang, dengan kisah Puti Bungsu
Selain pendendang yang mengalunkan dendang dan anak Bundo Kanduang. Kisah dalam cerita
yang dibawakannya, mereka juga diikuti oleh anak ini tidak disampaikan dalam dialog, tetapi dengan
randai atau penari galombang pada setiap baris dendang; (e) Dendang sebagai penentuan suasana.
akhir dendang secara bersama-sama. Dendang Cerita diangkat dari Kaba, peristiwa, dan kejadian
dalam Randai tidak selalu dibarengi dengan dalam kehidupan masyarakat setempat. Menurut
karawitan karena untuk pengatur gerak langkah Harymawan dalam bukunya Dramaturgi bahwa
dapat diiringi dengan dendang saja. peristiwa dan kejadian dalam cerita ada dua bentuk
Secara umum, dendang dapat dibagi menjadi yaitu tragedi (cerita duka) dan komedi (cerita suka).
dua jenis, yaitu dendang ratok dan dendang Cerita yang disajikan berbentuk tragedi, maka den-
gembira. Dilihat dari bentuk melodinya, dendang dang yang dibawakan jenis Dendang Ratok (ratap),
ratok termasuk dendang yang berirama bebas, sebaliknya cerita komedi dengan suasana gembira,
sedangkan apabila dilihat dari unsur syair atau maka dendang yang dibawakan bersifat ritmis dan
isi pantunnya, dendang ratok berisi ungkapan riang; (f ) Dendang sebagai penutup cerita. Dalam
perasaan yang gundah dan sedih, yang meratapi komposisi karawitan bila gending akan berhenti,
nasib sambil berdendang. Dendang gembira maka selalu ada tanda henti yang harus dilaku-
merupakan ungkapan kegembiraan. Syair atau kan oleh pengendang pada lagu kalimat tertentu.

157
Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian Randai

Akan tetapi dalam penyajian, hal tersebut dapat kali secara bersama-sama. Sebelum pertunjukan
diketahui melalui dendang penutup cerita yaitu dimulai, terlebih dahulu dimainkan alat-alat
Dendang Palayaran. musik tradisi terdiri atas talempong, sarunai,
Dalam berdendang tidak ada aturan khusus bansi, dan gandang. Fungsi bunyi-bunyian ini
seperti sistem notasi Barat, tangga nada solmisasi dan sebagai pemanggil dan tanda adanya suatu acara
sistem accord. Memainkan dendang Minangkabau tertentu. Memanggil masyarakat (penonton)
boleh dikatakan tidak ada sistem yang terdapat merupakan suatu acara pertama sebelum
pada musik Barat yang merupakan aturan-aturan pertunjukan dimulai.
yang baku dan berlaku secara umum (Martamin, 2. Setelah seluruh pemain siap berada dalam arena,
1988: 13). Meskipun demikian, secara tradisi- salah seorang pemain berdiri di tengah arena.
onal dendang Minangkabau mempunyai aturan Pemain ini dinamakan janang yang fungsinya
tersendiri, hanya saja tidak dapat didefinisikan sebagai ketua.
secara jelas seperti yang terdapat pada sistem 3. Setelah itu, tukang goreh memberi kode “hep-ta”,
notasi. Hal itu memungkinkan setiap pendendang maka seluruh anak randai duduk berjongkok.
mempunyai cara atau gaya tersendiri (kiek dan Kemudian pembawa gurindam mulai
garinyiek) dalam berdendang, sehingga pelahiran berdendang Dayang Daini sebagai dendang
dendang akan memberi warna khas bagi pendendang persembahan kepada seluruh penonton.
yang satu dengan pendendang yang lain. Kotska 4. Setelah selesai dendang Dayang Daini, tukang
(2006: 176) menjelaskan bahwa terdapat beberapa goreh memberi kode untuk berdiri dan bergerak
ciri musik tanpa nada yang ditetapkan selain gaya dalam lingkaran galombang pertama.
tonal, yaitu musik tidak mempunyai pusat tonal. 5. Salah seorang berdiri di tengah lingkaran galom-
Aspek ini mempunyai sifat subjektif, bagi dua bang untuk menyampaikan kata-kata persem-
pendengar, mungkin berbeda pendapat mengenai bahan kepada penonton. Setelah persembahan
sejauh mana pusat tonal yang boleh didengar di selesai, tukang goreh memberi tanda dengan
dalam sebuah karya musik tertentu (Batubara, suara kode “hep-ta” untuk mengajak para pe-
2013: 94). main berdiri dengan bergaya silat. Kemudian
Berikut adalah urutan teknis penyajian dilanjutkan dengan gerak galombang berikutnya
Randai: yang diiringi dengan Dendang Simarantang un-
1. Dengan aba-aba dari janang, seluruh pemain tuk adegan pertama.
masuk ke dalam arena membentuk dua baris 6. Dendang Simarantang dinyanyikan beberapa
berbanjar dengan langkah silat membentuk kali, tergantung dengan panjangnya gerak
lingkaran galombang. Pemain yang lain galombang, kemudian dilanjutkan dengan
membalas kata “hep-ta” atau “ais-ta” dengan tampilnya tokoh lakon cerita yang berakting
kata yang sama berulang-ulang sebanyak empat di dalam arena lingkaran galombang. Begitulah

Gambar 2. Kelompok musik yang mengiringi gerak Gambar 3. Kelompok Saluang Dendang kadang-kadang
galombang dari Dendang Samarantang hingga sebagai selingan adegan galombang
Dendang Palayaran;&ŽƚŽ͗ZƵƐƟLJĂŶƟ͕μκλξͿ ;&ŽƚŽ͗ZƵƐƟLJĂŶƟ͕μκλξͿ

158
Vol. 15 No. 2, Desember 2014

selanjutnya adegan demi adegan sampai legaran Komposisi, fungsi, nilai, dan karakteristik
terakhir. Antara tokoh yang satu dengan yang syair musik tradisi suatu masyarakat sangatlah
lain bergantian menyampaikan dialog sesuai khas sehingga tidak mudah untuk dinikmati
dengan naskah lakon. atau diterima sebagai bagian dari kebudayaan
7. Kadang-kadang dalam pertunjukan, pada waktu masyarakat lain. Oleh karena itu, musik tradisi
anak randai duduk melepoh (istirahat), tidak di- cenderung kurang dapat berkembang sehingga
tampilkan tokoh cerita tetapi diselingi dengan musik ini sering disebut sebagai musik tradisional.
tarian perintang (variasi hiburan), seperti tari pi- Analisis fungsi musik di dalam masyarakat
ring, pencak silat atau saluang dendang. Dengan merupakan sebuah pengkajian terhadap sebab-
selingan ini, perlu adanya variasi acara, sehingga sebab mengapa musik tersebut digunakan, sehingga
akan lebih menggairahkan para penonton dari dampak dari penyelenggaraan musik itu mencapai
kejenuhan. tujuannya yang paling utama. Dengan kata lain,
Syair dendang menggunakan bahasa daerah apa yang diberikan musik untuk manusia, itulah
Minangkabau, begitu juga musik tradisional fungsi musik bagi manusia. Pandangan tentang
menggunakan alunan melodi dan irama yang fungsi musik bagi masyarakat dikemukakan
menunjukkan ciri khas keminangannya. Misalnya, Soedarsono (2002), yang membagi fungsi musik
syair dendang lagu alunan melodinya menggunakan pada masyarakat ada tiga macam, yaitu : 1) sebagai
sarana upacara, 2) sebagai sarana hiburan pribadi,
nada-nada dari tangga nada yang tersusun atas
dan 3) sebagai sarana penyajian estetis. Berdasarkan
tangga-tangga nada diatonis. Musik tradisional
pendapat tersebut, fungsi musik talempong
merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang
kreasi di dalam masyarakat pendukungnya
berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Oleh dapat dianalisis disesuaikan dengan maksud
karena itu, setiap kebudayaan dengan masyarakat dan tujuan penyajiannya di tengah masyarakat.
sebagai pendukung kebudayaan yang disangganya Talempong kreasi biasanya disajikan pada upacara
pasti sudah melekat erat di dalam sanubarinya. penyambutan tamu, upacara batagak panghulu dan
Musik daerah merupakan salah satu bentuk upacara pesta perkawinan. Dari upacara-upacara
gambaran kebudayaan suatu daerah, selain tarian, yang diselenggarakan tersebut, musik talempong
pakaian, dan adat kebiasaan lainnya. kreasi memiliki makna dan fungsi tersendiri
Melalui musik daerah dapat dikenali daerah baik oleh pihak penyelenggara upacara maupun
asal musik itu dan ciri budaya masyarakatnya. pihak yang menyaksikan upacara, dalam hal ini
Misalnya: ketika mendengarkan permainan undangan, tamu, dan unsur masyarakat lainnya.
talempong pacik langsung diketahui kalau itu adalah
musik daerah Minang, atau bunyi gamelan itu dari Fungsi Musik Randai dalam Masyarakat
Jawa Tengah, bukan dari Kalimantan. Maka dapat Minang
dikenalinya lewat karakter permainan talempong
atau gamelan terutama lewat suara, irama, dan Fungsi ekspresi emosional lahir secara spontan
lagunya. Karakter inilah yang menggambarkan dari dalam diri pemain Randai. Setiap manusia
identitas dan ciri khas suatu daerah. Salah satu mempunyai ekspresi emosional yang berbeda-beda
contohnya adalah irama musik gamelan Jawa tergantung pada interpretasi terhadap sesuatu yang
yang umumnya terdengar melantun halus dan dilihatnya, untuk mengungkapkan rasa suka, duka,
lembut. Hal ini menunjukkan budaya orang Jawa senang atau tidak senang, terharu, sedih, riang, dan
yang menekankan tutur kata yang halus, ramah, gembira saat menyaksikan sajian kesenian Randai.
dan sopan. Dari pengertian dan ciri-ciri musik Dengan diperdengarkannya baik musik internal
tradisional tersebut, dapat diambil kesimpulan maupun musik eksternal pengiring Randai, maka
bahwa musik tradisi cenderung bersifat eksklusif. secara langsung atau pun tidak langsung akan
Artinya, musik ini tidak dapat dinikmati secara menimbulkan atau membangkitkan emosional
luas oleh masyarakat di  luar  kebudayaan yang saat menyaksikan pertunjukan tersebut. Misalnya,
melahirkan musik tersebut. saat dendang yang dibawakan dengan iringan

159
Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian Randai

musik ini bernuansa atau bertema parasaian, Reaksi tersebut dapat dalam berbagai bentuk, seperti
kegagalan, kekecewaan dan seterusnya, apabila reaksi dari sisi orang yang menyajikan pertunjukan
secara spontan membawa dampak pada masyarakat Randai, yaitu jasmaninya ikut bergerak mengikuti
untuk mengekspresikan emosionalnya, seperti: tempo musik untuk mengekspresikan emosional
meneteskan air mata (sedih) dan terharu, maka dirinya memainkan musiknya. Selain dari itu,
dikatakan bahwa sajian dendang yang ditampilkan penonton yang banyak akan membuat para pemain
tersebut mempunyai fungsi ekspresi emosional. Hal musik akan tampil lebih bersemangat, sehingga
ini sesuai dengan penjelasan bahwa musik dapat kepuasan maksimum dapat tercapai, baik oleh
memenuhi fungsi yang pertama dari 10 fungsi orang yang menyajikan maupun yang menyaksikan
musik bagi masyarakat (Merriam, 1987). pertunjukan Randai tersebut. Adapun reaksi orang
Fungsi komunikasi merupakan bagian ter- yang menyaksikan penyajian Randai tersebut,
penting dalam berinteraksi antar penonton dan dapat dilihat seperti ikut bergerak, menari atau
tontonan Randai. Bentuknya disesuaikan dengan bergoyang menyesuaikan gerak dengan irama yang
lingkungan dan peradaban setiap manusia. Ko- didengarnya baik disadari ataupun tidak disadari.
munikasi memberikan beberapa keuntungan, di Fungsi musik keenam dari Merriam (1987) pun
antaranya dapat memperoleh ilmu dan informasi. telah dipenuhi oleh musik tersebut.
Dengan demikian, komunikasi dapat dikatakan Fungsi hiburan. Secara umum musik
sebagai suatu proses pertukaran informasi antar in- internal dan musik eksternal pengiring Randai
dividu melalui sistem lambang, tanda, dan tingkah dalam pertunjukannya berfungsi sebagai media
laku. Pada pertunjukan musik Randai, tanda yang hiburan bagi masyarakat. Demikian pula halnya
dapat ditangkap oleh masyarakat ialah bunyi-bu- dengan musik saluang, bansi, canang, gandang, dan
nyian. Bunyi-bunyian dimaksud ialah bunyi ins- rabab. Talempong kreasi adalah musik tradisional
trumen musik yang diperdengarkan oleh musik Minangkabau yang telah dimodifikasi baik dari
eksternal. Tanda ini memberikan informasi kepada sisi sistem tangga nada, maupun bentuk penyajian
masyarakat, bahwa telah ada sebuah upacara adat maupun alat-alat musik yang digunakan, walaupun
yang melibatkan musik tradisional Minangkabau instrumen musik pendukung utamanya tetap
(Bahar, 2009: 252), misalnya: upacara pesta perka- instrumen musik tradisi. Dalam penyajian musik
winan dan upacara penyambutan tamu. Masyarakat pengiring Randai saat ini, beberapa alat musik
akan memberikan respon dengan berkunjung baik tradisi sering dikombinasikan dengan musik yang
untuk meramaikan dan menyaksikan upacara yang sudah diprogram, yang dikenal dengan nama orgen
dilangsungkan oleh penyelenggara upacara mau- tunggal. Musik orgen tunggal ini menggunakan
pun hanya untuk menyaksikan pertunjukan musik keyboard tunggal sebagai alat musiknya, di mana
talempong kreasi. Di sini dapat diamati bahwa pada telah tersedia bermacam-macam musik yang telah
satu sisi penyelenggara upacara telah menggunakan diprogram untuk kebutuhan pertunjukan musik
musik misalnya talempong pacik sebagai media ko- secara umum dan bebas. Musik dalam sajian seperti
munikasi dengan masyarakat tentang upacara yang inilah yang lebih banyak atau sering ditampilkan
sedang dilangsungkan, yang berarti pula bahwa untuk berbagai bentuk kesenian Randai atau
talempong pacik telah memenuhi fungsi keempat upacara keadatan yang diselenggarakan masyarakat.
dari fungsi musik (Merriam, 1987). Begitu pula, dengan musik talempong kreasi dapat
Fungsi reaksi jasmani ditimbulkan karena menyajikan lebih banyak pilihan lagu dan pilihan
adanya aksi yang diterima oleh penonton Randai. aliran musik, tentunya dalam bentuk yang telah
Aksi di sini ialah sajian musik internal dan music termodifikasi. Hal ini menyebabkan semakin
eksternal dalam mengiringan gerak galombang banyak musik pengiring Randai yang berkembang
randai. Dengan penyajian musik ini, baik secara sesuai dengan selera masyarakat yang mampu atau
langsung maupun tidak langsung akan merangsang dapat ditampilkan dengan iringan musik internal
atau memancing masyarakat atau orang yang dan eksternal. Bagi orang yang menikmati musik
menyaksikan pertunjukan Randai untuk bereaksi. tersebut akan timbul dorongan dari dalam dirinya

160
Vol. 15 No. 2, Desember 2014

untuk ikut berekspresi atau bereaksi. Di sini merupakan stilasi yang halus, tetapi tetap berciri
dapat dikatakan bahwa orang yang menyaksikan pencak silat. Hal ini kemungkinan merupakan
pertunjukan Randai tersebut telah terhibur oleh salah satu ciri untuk membedakan gerak dalam
penyajian musik internal dan musik eksternal yang Randai yang mempunyai kesan kekuatan (cepat,
telah disajikan. Tingkat keterhiburan masyarakat gesit, dan tangkas) dengan gerak dalam tari yang
menyaksikan pertunjukan musik memberikan menimbulkan keindahan (lembut, halus, dan
signal bahwa musik tersebut telah berfungsi sebagai ringan). Dendang dalam Randai mempunyai fungsi
media hiburan bagi masyarakat, sesuai fungsi ketiga sebagai irama pengatur gerak. Randai itu selalu
dari fungsi musik bagi masyarakat (Merriam,1987). diawali dengan Dendang Dayang Daini sebagai
pembukaan dan Dendang Simarantang sebagai
Penutup pengatur gerak galombang pada adegan pertama,
sedangkan Dendang Palayaran untuk mengiringi
Dapat dikatakan bahwa Randai merupakan gerak galombang pada adegan terakhir. Adapun
salah satu bentuk kesenian Minangkabau didukung adegan kedua dan selanjutnya bebas menentukan
oleh penari yang menghasilkan musik internal yang jenis dendang. Selain dendang sebagai pengatur
dibangun oleh penari itu sendiri, seperti tapuak gerak juga berfungsi untuk menyampaikan kaba
galembong, suara “hep ta” atau “ais ta”, tapuak (cerita).
paha, petik jari, tapuak tangan, hentakan kaki,
dan sebagainya. Pertunjukan Randai mempunyai Kepustakaan
ciri-ciri sebagai berikut: 1) para penari bergerak
dalam lingkaran besar; 2) sumber gerak penari Bahar, Mahdi. 2009. Musik Perunggu Nusantara.
galombang bersumber dari pencak silat; 3) karakter Perkembangan Budayanya di Minangkabau.
tokoh diungkapkan melalui akting dan dialog; 4) Bandung: Sunan Ambu STSI Press.
cerita disampaikan dalam adegan demi adegan; 5) Batubara, Junita. 2013. “Overture dalam Opera
dendang sebagai pembatas antara suatu adegan ke Kehidupan Dua Zaman-Hikayat Siboru
adegan berikutnya. Randai didukung oleh jumlah Deakparujar: Penggabungan Elemen Opera
pemain antara 15 sampai 25 orang. Para pemain Barat dan Opera Batak” dalam Resital Jurnal
itu merupakan satu kesatuan kelompok pemain Seni Pertunjukan, Vol 14 No.2 Desember
galombang yang menghasilkan irama bunyi tapuak 2013: 93-103
galembong yang sangat atraktif dalam ceritera Boas, Franz. 1955. Primitive Art. New York: Dover
Randai. Akan tetapi, kesatuan kelompok itu tidak Publication.
mengikat setiap individu (pemain yang lain), Daruni. 2013. “Limbuk Cangik sebagai Inspirasi
karena pemain bebas dalam mengikuti lingkaran Perancangan Koreografi Duet Sih Biyung”
galombang. Bahkan kadang-kadang seorang dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol.
pemain dapat keluar dari lingkaran galombang 14 No.2 Desember 2013: 162-171.
sebelum berakhir. Ketiadaan pemain tersebut tidak Dewi, Maria Octavia Rosiana. 2013. ”Konsep
mengganggu jalannya Randai yang memang tidak Minimax Slamet Abdul Sjukur dalam Musik
ada ketetapan jumlah pemain. “Uwek-Uwek” dalam Resital Jurnal Seni
Ceritera yang digunakan biasanya diangkat dari Pertunjukan, Vol. 14 No.2 Desember 2013:
kaba (cerita) yang terdapat di Minangkabau. Dalam 104-121.
sebuah naskah Randai terdapat dialog, suasana, Hanefi, dkk. 2004.Talempong Minangkabau.
tempat, adegan, dan peristiwa. Penyampaian kaba Bandung: P4ST UPI.
(cerita) melalui akting, dialog, dan lagu yang diiringi Julius, Dt. Malako Nan Putiah. 2007. Mambang-
dengan alat-alat musik tradisional Minangkabau. kik Batang Tarandam: Dalam Upaya Mewa-
Galombang untuk mengalihkan suasana dari satu riskan dan Melestarikan Adat Minangkabau
adegan ke adegan berikutnya menggunakan tari, Menghadapi Modernisasi Kehidupan Bangsa.
pencak, dan silat. Pengolahan gerak galombang Jakarta: Citra Umbara.

161
Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian Randai

Kartomi, Margaret J. 1990. “Minangkabau Musical Gadjah Mada.


Culture: The Contemporary Scene and Recent Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam
Attemps at Its Modernization”, dalam Glovia Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Lkis.
Davis (ed). What is Modern Indonesia Culture. Martamin, Marjani. 1988. “Dendang Minangka-
Ohio: Ohio University Press. bau” [Laporan Penelitian]. Padang Panjang:
___________. 1990. On Concepts and Classifications ASKI.
of Musical Instruments. Chicago: University of Merriam, Allan P. 1987. The Anthropology of Music.
Chicago Press. Chicago: North Western University Press.
Kostka, Stefan. 2006. Material and Techniques of Suseno, Franz Magnis. 1999. Etika Jawa Sebuah
Twentieth-Century Music. New York: Oxford Analisis Falsafati tentang Kebijaksanaan Hidup
University Press. Jawa. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Waridi. 2003. “Gending Dalam Pandangan Orang
Jakarta: Rineka Cipta. Jawa: Makna Fungsi Sosial, dan Hubungan
___________. 1982. Sejarah Teori Antropologi. Seni” dalam A.M. Hermien Kusmayati (ed).
Jakarta: UI Press. Kembang Setaman, Persembahan Untuk
Lee, Evert S. 1992. Teori Migrasi. Yogyakarta: Sang Maha Guru. Yogyakarta : BP ISI
Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Yogyakarta.

162

Anda mungkin juga menyukai