Anda di halaman 1dari 5

Angklung Landung, Kesenian Khas Kecamatan Manonjaya

Kabupaten Tasikmalaya Yang Hampir Punah


Oleh:
Rachmawati Sugiatno Putri
Sendratasik
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
ama.gege20@gmail.com

ABSTRAK
Kesenian Angklung Landung di Kecamatan Manonjaya Kabupateng Tasikmalaya merupakan
sebuah kesenian tradisional yang mengandung banyak makna. Penelitian ini mengkaji
mengenai analisis perkembangan seni Angklung Landung yang ada di Kecamatan Manonjaya
Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk menderskripsikan kesenian Angklung
Landung, dan mendeskripsikan upaya pelestarian kesenian Angklung Landung di Kampung
Kalapadua Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Untuk
membatasi ruang lingkup penelitian dibuat dua permasalahan utama yaitu bagaimana bentuk
kesenian Angklung Landung dan bagaimana upaya pelestarian Angklung Landung di
Kampung Kalapadua Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
Pemilihan kesenian Angklung Landung sebagai objek penelitian didasari oleh ketertarikan
penulis terhadap kesenian Angklung Landung yang merupakan kesenian tradisional tetapi
masih eksis ditengah-tengah maraknya budaya asing yang lebih modern masuk ke Indonesia.
Guna mengurai permasalahan tersebut penulis menetili dengan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analisis yang terdiri dari empat langkah yaitu observasi, wawancara,
teknik pengumpulan data dan analisis data. Berdasarkan hasil penelitian yaitu pertama,
mengenai latar belakang munculnya kesenian Angklung Landung yang pada awalnya
digunakan sebagai informasi akan adanya musuh atau datangnya penjajah yang menyerang
pada desa tersebut. Dengan adanya Angklung Landung yang berukuran tinggi dapat terlihat
ketika angklung bergoyang dan terdengar bunyi maka adanya penjajah yang menyerang
kepada warga sekitrar. Kedua, mengenai pelestarian kesenian Angklung Landung di
Kampung Kalapadua Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya yang
didorong oleh masyarakat yang masih melestarikan pewarisan kesenian Angklung Landung
pada perkembangan budaya modern. Upaya pelestarian ini dilakukan melalui masuknya
kesenian angklung yang dijadikan kegiatan pembelajaran ekstrakulikuler di sekolah-sekolah,
disanggar dan lingkung seni dan juga dalam upaya pelesatrian Angklung Landung tersebut
melibatkan pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Kampung Kalapadua dan masayarakat.
Kata kunci : Angklung Landung, Kesenian, Tradisional
PENDAHULUAN permainan angklung, ada unsur kerja sama
Angklung merupakan salah satu alat musik dan saling menghormati di antara pemain,
tradisional yang berasal dari Jawa Barat, karena tidak semua dapat berbarengan
yang awal kehadirannya berfungsi sebagai membunyikan angklung yang mereka
sarana upacara ritual berhubungan dengan pegang, melainkan mereka membunyikan
panen padi (Wiramihardja, 2010). Tetapi alat sesuai dengan partitur lagu, secara
dalam perkembangannya, sekarang bergantian untuk membentuk
angklung berfungsi sebagai sarana hiburan keharmonisan suara yang dihasilkannya.
bahkan untuk pendidikan sebagai Adanya kekompakan satu sama lain di
pembentuk karakter bangsa. Alat musik antara para pemainnya akan terjalin rasa
angklung dibuat dari bahan bambu pilihan persatuan dan saling memperhatikan.
berjenis bambu hitam atau bambu wulung. Sama seperti apa yang dikatakan oleh
Bentuk angklung terdiri dari dua hingga Somawijaya (1995) yang mengatakan
empat buah tabung bambu dengan ukuran karena sifat kolaboratif musik angklung,
tertentu dan berbeda yang disesuaikan maka dalam memainkan alat musik ini
dengan nada yang dibutuhkan, dirangkai perlu kerja sama, rasa saling menghormati
menjadi sebuah kesatuan, dan diikat di antara para pemain, bersama dalam
dengan rotan. Suara yang unik timbul dari disiplin, tanggung jawab, konsentrasi,
getaran tabung akibat digoyangkan oleh pengembangan imajinasi, dan kolaborasi
para pemain, sehingga musik angklung untuk bermain melodi.
banyak digemari dan dalam perkembangan Wiramihardja mengatakan bahwa pada
sekarang di setiap daerah di Indonesia awalnya angklung merupakan salah satu
banyak yang mengapresiasi. alat bunyi-bunyian yang digunakan untuk
Indonesia sebagai salah satu negara yang upacara-upacara yang berhubungan
mendapat perhatian UNESCO berkenaan dengan padi. Angklung tidak digunakan
dengan pelestarian budaya angklung yang sebagai kesenian murni, melainkan sebagai
sudah dikenal keberadaannya, baik di kesenian yang berfungsi dalam kegiatan
Indonesia bahkan ke mancanegara. kepercayaan (Wiramihardja, 2010).
Sebagai negara yang sudah meratifikasi Kesenian angklung dipertahankan karena
Konvensi 2003 tersebut, Indonesia membuat masyarakat kohesif dan
memiliki kewajiban untuk melindungi kondusif, merasa senasib sepenanggungan,
semua warisan budaya takbenda di menumbuhkan ikatan emosional dan
Indonesia melalui indentifikasi, perasaan primordial, dan membuat solid
inventarisasi (pencatatan warisan budaya hubungan di dalamnya (Azhari, 2007).
takbenda), penelitian, preservasi (menjaga Pada kacamata para seniman, memandang
dan memelihara), memajukan asal tidak angklung itu mampu mengikuti
tercerabut dari akar budayanya, perkembangan zaman dan bahkan diakui
mentransmisikan budaya melalui di berbagai negara sebagai alat musik yang
pendidikan usia dini (keluarga, kelompok berkelas dan mempunyai nilai seni yang
bermain), pendidikan luar sekolah tinggi (Raharjo, 2014). Walaupun
(sanggar, perkumpulan, kursus-kursus), keberadaan seni angklung sekarang ini
dan pendidikan formal (pendidikan dasar masih berkembang terus, baik secara
sampai perguruan tinggi), serta melibatkan fungsi, bahan, teknik permainan, bentuk
komunitas, kelompok sosial, dan pertunjukannya, tetapi kita tidak boleh
perseorangan. Kesadaran untuk lengah. Tantangan dalam upaya
melestarikannya melalui transmisi budaya pelestarian, khususnya kesenian tradisional
dari generasi ke generasi, karena salah satu angklung semakin berat, karena
fungsi dari angklung adalah sebagai perkembangan zaman serta adanya arus
wahana pembentuk karakter bangsa globalisasi. Semakin majunya arus
(Hermawan, 2013). Artinya dengan globalisasi, rasa cinta terhadap kesenian
sendiri semakin berkurang dan ini sangat generasi muda dan masyarakat serta
berdampak kurang baik untuk masyarakat mengajak untuk tetap melestarikannya.
Indonesia. Maka dari itu, perlu adanya KEBERADAAN ANGKLUNG
suatu konsep pelestarian dan pengelolaan LANDUNG
yang berkelanjutan dan perhatian, baik dari Angklung landung sudah ada pada tahun
masyarakat, pemerintah daerah, maupun 1930 di Desa Margaluyu Kecamatan
pemerintah pusat. Diperlukan manajemen Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Ada
untuk dapat mengelola angklung yang ada dua jenis kesenian pada tahun itu, yakni
di berbagai daerah di Indonesia. angklung badud dan angklung landung,
Adapun angklung yang terdapat di daerah kedua jenis kesenian tersebut hanya
Jawa Barat banyak sekali ragam jenis yang bertahan sampai tahun 1940 dan kemudian
terdapat dibeberapa daerah diantaranya perlahan mulai hilang, karena
kesenian angklung yang ada di Kabupaten berkecambuknya perang melawan penjajah
Tasikmalaya Kecamatan Manonjaya yaitu Belanda dan Jepang. Pada tahun 1950,
Angklung Landung. Angklung landung ini angklung badud mulai muncul lagi
sangat berbeda dari angklung-angklung sedangkan angklung landung tidak. Karena
sebelumnya. Dalam bahasa sunda kata hilangnya angklung disebabkan oleh
“landung” ini berarti lebih dari ukuran meninggalnya para pemain dan juga
biasanya. Angklung Landung ini dikenal rusaknya alat musik angklung landung.
pada tahun 1930. Yang pada awalnya sehingga sampai tahun 1970 di Desa
angklung ini bermula dari Angklung Margaluyu kesenian yang masih hadir
Badud yang kegunaannya untuk upacara hanya kesenian angklung badud yang
ritual yang ditujukan kepada Dewi Sri, namanya sepakat diganti pada tahun itu
yang dipercaya oleh masyarakat sunda menjadi angklung buncis, karena pada saat
sebagai dewi kesuburan. Kemudian itu angklung badud sudah tersebar luas dan
dikemas dan mengalami perubahan banyak sekali kelompok-kelompok
menjadi angklung landung guna untuk kesenian angklung badud di Kabupaten
sarana hiburan seperti upacara khinatan Tasikmalaya.
dan lain-lain. Angklung Landung ini terdapat perubahan
Namun pada tahun 2000, kesenian bentuk, dapat dilihat dari batang
angklung landung pamornya semakin penyangganya tinggi/panjang (bentuk
memudar karena beberapa kendala yang Angklung Landung) sekarang batang pada
menjadi sebuah hambatan besar dari Angklung Landung seimbang
hilangnya kesenian angklung landung disimetriskan dengan tabung yang
tersebut, terutama para seniman yang mengeluarkan suara. Adapula perubahan
sudah sepuh dan tidak dapat yang awalnya berfungsi sebagai sarana
melestarikannya apa lagi untuk merunkan ritual ataupun sebagai sumber infomarsi
kepada generasi muda dengan keterbatasan datangnya penyerangan penjajah, namun
usia dan tidak sedikit dari seniman itu pula seiring perkembangan jaman, angklung
sudah banyak yang meninggal, sehingga landung ini termasuk ke dalam rumpun
seniman setempat tergugah rasa tekad seni pertujukan jenis helaran/arak-arakan,
untuk melestarikan serta pawai, atau karnaval.
mengembangkannya dan dibuat kembali
alat musik angklung landung karena alat UPAYA MANAJEMEN
yang lama telah rusak dan hilang. PELESTARIAN ANGKLUNG
Tujuannya semata hanyalah untuk Secara luas, manajemen dalam tulisan ini
menghidupkan kembali seni angklung ditujukan pada bagaimana upaya
landung yang telah hilang, sekaligus pemerintah kita dalam mengatur,
memperkenalkannya kembali pada mempertahankan, dan mengembangkan
angklung untuk tetap terus bertahan
keberadaannya, sehingga tidak akan Adapun hasil analisis tentang bagaimana
tergerus oleh arus perkembangan zaman. pengelolaan Angklung Landung dalam
Karena banyak juga seni musik yang ada upaya pelestarian angklung diantaranya :
di Indonesia lambat laun menghilang dan - Tetap dipertahankan pembuatan
tidak dikenal oleh generasi muda angklung secara manual
selanjutnya. Di sini pemerintah perlu - Pembuatan souvenir angklung
berusaha melestarikan angklung sebagai dalam hal kerajinan tangan untuk
bentuk konkrit untuk melindungi seluruh cenderamata pada setiap acara yang
aset kekayaan budaya Indonesia dan berkaitan dengan Dinas Pariwisata dan
menjadi upaya melestarikan serta menjaga Kebudayaan
kekayaan budaya Indonesia. - Siap sedia untuk tampil ketika
Dari hasil pengamatan penulis, dan juga acara-acara besar yang diselenggarakan
hasil studi literatur, ada beberapa usaha oleh dinas terkait
masyarakat dan pemerintah Indonesia
dalam mengatur keberlangsungan KESIMPULAN
angklung tetap lestari, di antaranya: Angklung yang ada di Indonesia sampai
- Dikembangkan dan dibangunnya sekarang masih terus dilestarikan oleh
rumah angklung oleh Pemerintah Daerah semua lapisan masyarakat. Upaya
Jawa Barat sebagai sentra kegiatan pemerintah Indonesia untuk terus berusaha
pelestarian angklung yang bertempat di melestarikan angklung, merupakan bentuk
Saung Udjo. konkrit untuk melindungi seluruh aset
- Menggalakkan cinta angklung, kekayaan budaya Indonesia dan menjadi
dengan rutinitasnya digelar pertunjukan upaya melestarikan serta menjaga
angklung di berbagai daerah. kekayaan budaya Indonesia.
- Dimasukkannya angklung pada Hasil pengamatan selama ini baik melalui
kurikulum sekolah sebagai bagian dari observasi secara langsung maupun melalui
pelajaran mulok (khusus di Jawa Barat). data terdahulu, beberapa usaha
- Mendukungnya angklung masyarakat, stakeholder, pemerintah pusat
dikenalkan pada dunia pendidikan sebagai dan daerah dalam melestarikan angklung,
pelajaran ektrakurikuler. yaitu dengan cara pendukungan angklung
- Promosi dalam bentuk ‘House of dikenal pada dunia pendidikan sebagai
Angklung’ diselenggarakan di Amerika. pelajaran ekstrakulikuler, pembuatan
Untuk upaya-upaya tersebut senantiasa angklung secara manual, pembuatan
tetap dipertahankan untuk menjaga kerajinan tangan secara manual, siap
eksistensi dari pelestarian angklung dan ini tampil dibeberapa acara, promosi
juga merupakan bentuk apresiasi kita Angklung Landung tersebut melalui media
kepada budaya lokal yang sudah diakui sosial.
oleh dunia untuk dapat kita lestarikan dan Bentuk kepedulian dan pengelolaan
pertahankan. Ini tidak menutup pemerintah lainnya terhadap keberadaan
kemungkinan kalau kita tidak aktif maka, angklung ini juga dapat dibuktikan dengan
piagam UNESCO ini bisa proses pembelajaran angklung yang
dipertimbangkan kembali, masyarakat dan diadakan secara formal dan nonformal;
pemerintah tidak lagi menaruh perhatian seperti yang bersifat formal di sekolah
pada “Angklung sebagai salah satu mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak
identitas budaya nasional”. Artinya di sini sampai Perguruan Tinggi. Adapun yang
bahwa seni angklung atau lebih tepatnya bersifat nonformal dalam pengelolaannya
disebut musik angklung, sudah menjadi pemerintah setempat sering mengadakan
ciri khas dari bangsa kita yang sekarang kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan
banyak dipelajari di berbagai daerah di untuk sanggar-sanggar seni maupun
Indonesia maupun di mancanegara. kelompok/organisasi atau instansi lainnya.
Indonesia memiliki kewajiban untuk http://encyclopedia.jakarta-
melindungi semua warisan budaya tourism.go.id/
takbenda di Indonesia melalui identifikasi, Hasibuan, Malayu, S. P. (2002).
inventarisasi (pencatatan warisan budaya Manajemen Sumber Daya
takbenda), penelitian, preservasi (menjaga Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
dan memelihara), memajukan asal tidak Hermawan, D. dkk. (2013). Angklung
tercerabut dari akar budayanya, Sunda Sebagai Wahana Industri
mentransmisikan budaya melalui Kreatif dan Pembentukan Karakter
pendidikan usia dini (keluarga, kelompok Bangsa. Jurnal Seni & Budaya
bermain), pendidikan luar sekolah Panggung, Volume 23, No. 2.
(sanggar, perkumpulan, kursus-kursus), Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia
dan pendidikan formal (pendidikan dasar (JPPI). (2003). Indonesia Charter
sampai perguruan tinggi), serta melibatkan for Heritage Conservation Jakarta
komunitas, kelompok sosial, dan Indonesia.
perseorangan. Kesadaran untuk Mashuri. (2011). Konsep Pelestarian
melestarikannya melalui transmisi budaya Pusaka Saujana di Kawasan
dari generasi ke generasi, untuk terus Lembah Bada.
berjuang agar angklung ini tetap lestari. https://doi.org/Teliti.com
Pentingnya mencintai warisan budaya Masunah, Juju, dkk. (2003). Angklung di
sendiri dan generasi muda khususnya, Jawa Barat: Sebuah Perbandingan
disadarkan untuk lebih bangga dan cinta Buku 2. Bandung: Pusat Penelitian
pada budaya bangsa Indonesia. dan Pengembangan Pendidikan
Semua pemangku kepentingan, yakni Seni.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, R.Terry, G. (2013). Prinsip-prinsip
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Manajemen. Jakarta: PT Bumi
masyarakat Indonesia perlu berupaya Aksara.
melakukan langkah-langkah penyelamatan Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.
pusaka alam dan budaya yang terancam (2005). Kamus Besar Bahasa
punah; menyiapkan masukan untuk Indonesia. Balai Pustaka.
kebijakan dan strategi pemerintah; serta Wiramihardja, O. A. (2010). Panduan
memperkuat mekanisme pelestarian. Bermain Angklung. Pusat
Perjuangan Indonesia untuk mendapatkan Penelitian dan Pengembangan
pengakuan dari UNESCO juga tidak Kebudayaan Badan Pengembangan
sebatas menghindari adanya klaim dari Sumber Daya Kebudayaan dan
bangsa lain, melainkan juga menghindari Pariwisata Kementerian
adanya protes bangsa lain terhadap apa Kebudayaan dan Pariwisata.
yang dimiliki Indonesia.
INFORMAN/NARASUMBER
KEPUSTAKAAN Apep Suherlan (53)
Astuti, D. (2020). Sejarah Angklung, Alat https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id
Musik yang diakui Dunia. https://media.neliti.com/media/publicati
www.goadnewsfromindonesia.id
Ashworth, G. (1991). Heritage Planning:
Conservation as management of
change. Netherlands: Geo Press.
Azhari, A. (2007). Jago Main Angklung.
Jakarta: Laskar Aksara.
Ensiklopedia Jakarta. (2019). Angklung
Paglak Seni Musik.

Anda mungkin juga menyukai