Anda di halaman 1dari 12

WALASUJI Volume 10, No.

1, Juni 2019:

DRUMBLEK, KESENIAN BARANG BEKAS


DARI SALATIGA UNTUK DUNIA
DRUMBLEK, SECOND HAND ART FROM SALATIGA INTO WORLD

Fandy Aprianto Rohman


Prodi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta
Jalan Colombo No. 1, Karangmalang, Caturtunggal, Depok, Sleman
Pos-el: racaukacau@gmail.com
Handphone: 083861818180
Diterima: 4 Februari; Direvisi: 5 April; Disetujui: 31 Mei 2019

ABSTRACT
Drumblek art is a traditional marching band from Salatiga City. This art was pioneered by an artist named
Didik Subiantoro Masruri due to the limited cost of buying a musical instrument of marching band in order
to enlighten the event of Independence Day of the Republic of Indonesia in 1986. Nowadays, drumblek is
accepted well by the people of Salatiga, even more is very popular and routinely displayes in various art
festival events in Salatiga City. In this article, it is explained about the development of drumblek art in the
city of Salatiga and its form of presentation. Furthermore, the results of this study are expected to be used
as material for study of traditional arts for the community, particularly in Salatiga.
Keywords: art, drumblek, Salatiga.

ABSTRAK
Kesenian drumblek merupakan marching band tradisional yang berasal dari Kota Salatiga. Kesenian ini
dipelopori oleh seorang seniman bernama Didik Subiantoro Masruri akibat keterbatasan biaya untuk membeli
alat musik marching band dalam rangka memeriahkan acara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia pada
tahun 1986. Saat ini, drumblek diterima dengan baik oleh masyarakat Salatiga, bahkan semakin populer
dan rutin ditampilkan dalam berbagai acara festival kesenian di Kota Salatiga. Dalam artikel ini dipaparkan
mengenai perkembangan kesenian drumblek di Kota Salatiga hingga bentuk penyajiannya. Selanjutnya,
hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian mengenai kesenian tradisional bagi
masyarakat, khususnya di Salatiga.
Kata kunci: kesenian, drumblek, Salatiga.

PENDAHULUAN
melodi, irama, dan harmoni dengan unsur
Kesenian merupakan salah satu unsur dari pendukung berupa bentuk gagasan, sifat, dan
kebudayaan yang universal (Sujarwa, 2005:10). warna bunyi.
Kesenian menjadi bagian dari budaya dan Salah satu seni musik yang digolongkan
sarana yang digunakan untuk mengekspresikan pada musik kontemporer yang lahir dari rakyat,
rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. dikembangkan oleh rakyat, dan dikonsumsi
Menurut Elly Setiadi (2007:40), seni atau oleh rakyat adalah kesenian drumblek. Bagi
kesenian adalah hasil atau proses kerja dan banyak orang yang tinggal di luar Kota
gagasan manusia yang melibatkan kemampuan Salatiga masih asing apabila mendengar kata
terampil dan kreatif untuk menghasilkan suatu “drumblek”, karena kata ini memang tidak
karya yang memiliki kesan indah, selaras, dan ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
bernilai seni. Seni terdiri dari berbagai macam (KBBI), namun drumblek sangat dikenal oleh
jenis, yang salah satunya adalah seni musik. masyarakat yang tinggal di Kota Salatiga dan
Seni musik adalah seni pengungkapan gagasan perbatasan Kota Salatiga yang masuk ke dalam
melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa wilayah Kabupaten Semarang.

11
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 11—22
Drumblek tidak lagi menjadi sebuah kesenian drumblek hingga ragam lagu dan
kesenian yang terdengar asing di telinga kostum dalam kesenian drumblek.
masyarakat Salatiga. Namun, sudah menjadi Terkait pustaka, Eddy Supangkat
kebutuhan bagi mereka. Hal ini dapat (2014) dalam bukunya berjudul Drumblek
dibuktikan dari banyaknya acara yang selalu Seni Budaya Asli Salatiga yang diterbitkan
melibatkan drumblek. Meskipun drumblek oleh Kantor Perpustakaan Arsip Daerah Kota
terbilang sebagai musik yang bergemuruh atau Salatiga menyebutkan bahwa peralatan yang
berisik di telinga. digunakan pada drumblek lebih sederhana
Sebagai salah satu satu aset kesenian, apabila dibandingkan dengan marching band,
drumblek sering dijumpai dalam pertunjukan- yaitu menggunakan barang-barang bekas.
pertunjukan dan festival-festival Kota Salatiga. Buku yang diterbitkan oleh Kampoeng
Pada setiap pertunjukannya, drumblek selalu Salatiga (2013) berjudul Drumblek dari
membuat semua kalangan ingin melihat Salatiga untuk Dunia. Salatiga: Kampoeng
kehebohan, keunikan, dan kemeriahannya. Salatiga turut memaparkan bahwa drumblek
Kehadiran drumblek mampu membawa animo telah ada sejak tahun 1984. Namun kesenian
tersendiri bagi masyarakat. Antusiasme yang drumblek pertama kali ditampilkan di depan
besar dari masyarakat memang terasa nyata publik pada tahun 1986 oleh Didik Subiantoro
sejak awal kemunculannya (Susanto, 2016:75). Masruri dalam rangka memeriahkan acara HUT
Barangkali tidak ada yang mengira bahwa Kemerdekaan Republik Indonesia.
drumblek akhirnya bisa berkembang secara Tulisan Sutantyo (2013) berjudul Drumblek
fenomenal seperti sekarang ini, dimana “virus dari Salatiga Untuk Dunia yang diterbitkan
drumblek” yang cikal bakalnya berasal dari Desa oleh Penerbit Buksuling mengupas komposisi
Pancuran bisa menyebar ke kampung-kampung para pemain drumblek. Jumlah standar pemain
lain di Kota Salatiga, bahkan ke kabupaten dan drumblek dalam sebuah kelompok biasanya
kota-kota lain (Supangkat, 2014:20). diikuti oleh sekitar 50-60 orang.
Pembahasan mengenai drumblek sebagai
kesenian asli yang berasal dari Kota Salatiga METODE
ini menarik untuk dikaji lebih dalam. Hal ini Secara metodologis, penelitian ini
disebabkan karena sejarah keberadaan drumblek dilakukan melalui berbagai tahapan, yaitu:
tidak dapat dilepaskan dari peranan Didik yang heuristik, kritik internal dan eksternal,
mengalami keterbatasan biaya untuk membeli interpretasi, dan historiografi. (Kuntowijoyo,
alat musik marching band. Faktor tersebut 1995:89). Pada tahap heuristik atau
membuat dirinya berinovasi memakai barang- pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu
barang bekas sebagai penggantinya. menentukan topik yang akan dibahas, yaitu
Berdasarkan uraian tersebut, maka kesenian drumblek. Adapun pengumpulan
peneliti merumuskan beberapa permasalahan, data berupa studi kepustakaan dilakukan di
yaitu: 1) Bagaimana cikal bakal kemunculan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kota Salatiga,
drumblek dan perkembangannya di Kota Kantor Perpustakaan Kota Salatiga, dan
Salatiga? 2) Bagaimana bentuk penyajian Perpustakaan Pusat Universitas Kristen Satya
kesenian drumblek? 3) Apa sajakah tantangan Wacana (UKSW).
dari kelompok kesenian drumblek? Tahap selanjutnya adalah kritik internal
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat dan eksternal untuk melihat keaslian dan
dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan reliabilitas sumber yang didapatkan. Kritik
kajian mengenai pertunjukan kesenian tersebut. eksternal yang dilakukan oleh peneliti dilakukan
Adapun beberapa hal penting lain yang akan dengan melihat latar belakang dari penulis,
dikupas di sini, yaitu: fungsi paguyuban kertas yang digunakan, jenis huruf, bahasa,

12
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019:
Drumblek, Kesenian Barang Bekas... Fandy Aprianto Rohman

ejaan, dan penerbit dari sumber buku. Kritik tergolong sebagai budaya lokal, yang sudah
internal dilakukan dengan melihat isi dari buku lama ada (khususnya dalam masyarakat Jawa).
tersebut, apakah isinya relevan dengan fakta Apabila kehadiran drumblek dikatakan sebagai
sejarah dan sesuai dengan topik yang akan “penyempurnaan” dari budaya klothekan yang
dibahas. sudah diturunkan dari generasi ke generasi,
Setelah melakukan kritik internal dan maka drumblek dapat digolongkan sebagai seni
kritik eksternal, tahap selanjutnya adalah budaya di Salatiga (Supangkat, 2014:20).
interpretasi. Interpretasi dilakukan berdasarkan Kesenian drumblek muncul pertama
fakta dan juga data yang diperoleh sehingga kali pada tahun 1986 di Desa Pancuran,
tidak hanya sekedar imajinasi semata. Untuk Kutowinangun, Tingkir, Kota Salatiga dengan
itulah peneliti mencantumkan sumber data pencetusnya bernama Didik Subiantoro
yang digunakan. Pada tahap interpretasi Masruri atau lebih akrab dipanggil dengan
sumber-sumber primer yang telah didapatkan Didik Ompong. Ide kreatif Didik muncul ketika
dibandingkan dengan sumber-sumber lain, baik Desa Pancuran diminta untuk berpartisipasi
sekunder maupun tersier. Hal ini dilakukan mengikuti karnaval Hari Ulang Tahun Republik
agar tidak ada kesalahan pemaknaan. Pada Indonesia (HUT RI) yang ke-41. Pada saat
tahap ini peneliti berupaya untuk mengaitkan itu, acara-acara kesenian memang banyak
antara fakta yang satu dengan fakta lainnya, diselenggarakan di Kota Salatiga. Acara-acara
sehingga diperoleh sebuah gambaran peristiwa yang dimaksud adalah karnaval, pawai, dan
secara utuh dan kronologis serta saling festival budaya.
berkaitan. Tahap terakhir adalah historiografi, Didik awalnya memiliki keinginan
yaitu penulisan sejarah. Penulisan sejarah membentuk marching band agar dapat
disusun secara kronologis. Historiografi juga berpartisipasi dalam acara tersebut, namun
merupakan tahap akhir dalam penelitian sejarah terbentur oleh keterbatasan dana. Setelah
yang bertujuan untuk menciptakan keutuhan memutar otaknya, Didik yang merupakan
rangkaian peristiwa sejarah yang sesungguhnya. seorang seniman akhirnya melontarkan
Penelitian ini menggunakan teknik analisa gagasan unik. Dia tetap membentuk marching
kualitatif, yaitu analisa yang didasarkan pada band dengan memanfaatkan barang-barang
hubungan sebab-akibat dari fenomena historis bekas yang masih layak pakai sebagai alat
pada cakupan waktu dan tempat. Dari analisa musik pendukungnya, seperti bambu, drum,
tersebut dihasilkan tulisan deskriptif-analitis. dan jerigen (Supangkat, 2014:31).
Sejarah analitis merupakan sejarah yang Gayung bersambut, ide Didik disambut
berpusat pada pokok-pokok permasalahan. antusias oleh kawan-kawan dan remaja Desa
Permasalahan-permasalahan tersebut lantas Pancuran. Kemudian mereka mulai bekerjasama
diuraikan secara sistematis. Dengan titik berat mengumpulkan berbagai drum bekas, jerigen
pada permasalahan inilah, maka sejarah analitis minyak, ember, hingga potongan bambu.
membutuhkan bantuan ilmu-ilmu sosial dalam Setelah semuanya terkumpul, mereka terus
kajiannya. berlatih agar mampu tampil di ajang HUT RI
ke-41 (Sutantyo, 2013:31). Dikarenakan semua
PEMBAHASAN peralatan yang dipakai menggunakan barang
1. Cikal Bakal Munculnya Drumblek di bekas, maka awal latihannya suara drumblek
Salatiga jauh lebih berisik dibandingkan merdunya
ketika ditabuh, bahkan belum membentuk
Menurut Supangkat, drumblek memang irama lagu.
bisa dikatakan sebagai salah satu jenis kesenian
baru, namun cikal bakal dari kesenian drumblek
sebenarnya adalah klothekan yang sudah

13
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 11—22

Gambar 1. Drumblek Gempar ketika tampil di


ajang HUT RI ke-69.
Sumber: Arsip Foto Paguyuban Drumblek
Salatiga. Gambar 2. Barisan theklek Drumblek Gempar
Pada perkembangan selanjutnya, nama ketika tampil dalam festival kesenian Kota
“drumblek” akhirnya disepakati bersama untuk Salatiga tahun 1900-an.
menyebut temuan kesenian tersebut mengingat Sumber:http://www.kotasalatiga.com/sejarah-
alat yang digunakan mayoritas berasal dari baru-drumblek-salatiga/
drum bekas berbahan seng (bahasa Jawa: blek) Dengan mengenakan kostum ala
(Isdaryanto, 2014:3), sedangkan wadah bagi kadarnya dan theklek (bahasa Jawa: sandal
kesenian drumblek Desa Pancuran pada awal yang berasal dari kayu), Drumblek Tinggal
berdirinya diberi nama Drumband Tinggal Kandas mengusung tema yang berbau politik,
Kandas, yang kemudian berganti nama menjadi namun dikemas tidak terlalu vulgar, yaitu:
Generasi Muda Pancuran (Gempar) (Kampoeng “Jika tak dapatku sumbangkan bunga pada
Salatiga, 2013:32). bangsa, maka sebutir pasir pun jadi”. Ciri yang
Keseriusan latihan dari warga Pancuran terakhir ini telah mengantarkan mereka meraih
membuahkan hasil ketika tampil dalam acara penghargaan dari Museum Rekor Indonesia
HUT RI ke-41. Drumblek dari Desa Pancuran (MURI) untuk kategori pawai menggunakan
sangat memikat perhatian para penonton, theklek dengan peserta terbanyak (Supangkat,
bahkan sampai sekarang drumblek Pancuran 2014:16). Desa Pancuran di kemudian hari tidak
menjadi peserta yang dinanti-nanti oleh hanya dikenal sebagai pencetus drumblek saja,
masyarakat setiap diadakan berbagai acara- namun juga dikenal sebagai barisan theklek
acara di Kota Salatiga. Saat itu, drumblek hadir sebagai ciri khasnya.
untuk pertama kalinya sebagai wujud apresiasi Ide kreatif dari Didik perlahan turut diikuti
terhadap kesenian rakyat. Didik dan warga Desa oleh kampung-kampung lain yang ada di Kota
Pancuran ingin menciptakan sebuah inovasi Salatiga. Grup-grup kesenian drumblek semakin
baru, sekaligus memperkenalkan budaya Kota banyak bermunculan di tiap-tiap kampung yang
Salatiga melalui drumblek. ada di Kota Salatiga. Dengan irama musik yang
semakin kreatif dan dandanan pemain yang
lebih menarik, drumblek mendapatkan ruang,
sehingga tontonan yang menarik. Drumblek
tidak hanya ditampilkan dalam acara karnaval
saja, tetapi juga dijadikan acara seremonial
Pemerintah Kota Salatiga dan hajatan.

14
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019:
Drumblek, Kesenian Barang Bekas... Fandy Aprianto Rohman

Kesenian drumblek berkembang pesat peningkatan jumlah grup-grup drumblek melalui


dalam 10 tahun terakhir ini, yang ditandai kegiatan orientasi mahasiswa baru ataupun
dengan munculnya grup-grup drumblek baru ekstrakurikuler (Perwira, 2017:3-4).
di daerah-daerah perbatasan Kota Salatiga dan Supangkat (2014:20) mengemukakan
Kabupaten Semarang. Salah satu faktor yang pendapat lain terkait perkembangan kesenian
menyebabkan pesatnya pertumbuhan grup-grup drumblek. Menurutnya, terdapat tiga proses
drumblek adalah dukungan yang diberikan oleh drumblek dapat menyebar dengan cepat, yaitu:
kepala desa masing-masing di tiap daerah. 1. Ada pemain drumblek dari Desa Pancuran
yang pindah domisili ke kampung
2. Perkembangan Drumblek di Kota lain. Di kampung tempat tinggalnya
Salatiga yang baru orang tersebut melatih dan
Perkembangan mengandung konotasi mengembangkan drumblek sendiri, se-
perubahan, yaitu suatu penciptaan atau perubahan hingga kampungnya yang baru memiliki
yang tercipta melalui proses kreatifitas tanpa kelompok drumblek.
meninggalkan nilai-nilai tradisi yang telah 2. Ada warga Desa Pancuran yang diminta
ada (Soedarsono, 1992:25). Perkembangan menjadi pelatih di tempat lain.
juga dapat diartikan sebagai perubahan yang 3. Pada masa-masa awal kampus UKSW
sistematis, progresif, serta berkesinambungan, mengenal drumblek, pihak kampus
yang melibatkan semua nilai-nilai sosial dan mendatangkan pelatih drumblek dari
kebudayaan secara integratif. Desa Pancuran. Selain itu, ada beberapa
orang mahasiswa yang ikut berlatih di
Desa Pancuran. Hal inilah yang membuat
proses alih keterampilan dapat berjalan
dengan lancar (Supangkat, 2014:20).

Gambar 3. Drumblek sebagai orientasi


mahasiswa baru Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga.
Sumber:http://www.uksw.edu. Gambar 4. Muhammad Edi Kurniawan (empat
dari kanan) dalam deklarasi pembentukan
Eksistensi drumblek sendiri tak luput dari
Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS).
perkembangan yang semakin meningkat dari
hari ke hari. Kesenian yang awalnya berasal dari Sumber:http://www.kotasalatiga.com/sejarah-
Desa Pancuran itu kini telah berkembang hingga baru-drumblek-salatiga/
di seluruh wilayah Kota Salatiga, bahkan hampir Seiring menjamurnya grup-grup
setiap Rukun Tetangga (RT) memiliki grup drumblek yang ada di Salatiga dan sekitarnya,
tersendiri. Selain itu, institusi pendidikan seperti maka dibentuk Paguyuban Drumblek Salatiga
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) (PDS) pada 25 Februari 2016 yang diketuai
dan SMPN 2 Salatiga juga ikut andil dalam oleh Muhammad Edi Kurniawan. Pada masa

15
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 11—22
awal pembentukannya, baru setengah dari mempersatukannya sebagai ikon Kota Salatiga.
keseluruhan grup drumblek yang mendaftar Dalam wadah PDS sendiri, pengurusnya
secara resmi di PDS, namun dengan adanya memiliki slogan unik, yaitu: “Dari Salatiga
acara Deklarasi Paguyuban Drumblek pada 30 untuk dunia”. Mereka berharap suatu saat
Oktober 2016 di Lapangan Noborejo, jumlah nanti drumblek mampu melanglangbuana ke
grup drumblek yang ikut bergabung meningkat berbagai negara.
pesat menjadi + 120 grup (Perwira, 2017:3). Hal Adapun tujuan dari pembentukan PDS
ini menunjukkan bahwa grup-grup drumblek di menurut Anggaran Dasar Paguyuban Drumblek
Salatiga ingin menunjukkan eksistensinya. Salatiga (pasal 6), yaitu:
Perlu diketahui, terbentuknya PDS 1. Menjadi wadah untuk bersilahturahmi,
dikarenakan adanya berbagai problematika yang bertukar pengetahuan, dan pengalaman
berasal dari berbagai grup drumblek yang ada di bagi seluruh pelaku seni drumblek.
Salatiga, terutama dari Drumblek Gempar. Salah 2. Meningkatkan perkembangan kehidupan
satu permasalahan tersebut adalah banyaknya kesenian drumblek sejalan dengan
festival atau lomba musik drumblek dengan kebutuhan masyarakat.
sistem penilaian yang kurang efektif. 3. Mendorong dan mengembangkan
karya seni drumblek sejalan dengan
meningkatnya apresiasi masyarakat
terhadap kesenian.
4. Meningkatkan, mengembangkan, dan
menampung peran serta masyarakat di
bidang pembangunan kesenian drumblek.
5. Meningkatkan pembinaan dan
pengembangan kesenian sebagai upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan
pelaku seni drumblek.
Selain itu, dalam pasal 9 dalam Anggaran
Dasar Paguyuban Drumblek Salatiga tentang
Gambar 5. Logo Paguyuban Drumblek
Fungsi dan Tugas Paguyuban Drumblek
Salatiga (PDS).
Salatiga, disebutkan fungsi PDS antara lain:
Sumber: Arsip Foto Paguyuban Drumblek
Salatiga 1. Sebagai wadah pemersatu grup-grup
kesenian drumblek di Kota Salatiga
Menurut Muhammad Edi Kurniawan, khususnya dan di kabupaten atau kota
PDS hadir sebagai penengah sekaligus lainnya.
memberikan solusi kepada penyelenggara 2. Sebagai pemikir dan konseptor kebijakan
terkait perlombaan dan sistem penilaian yang dalam pembinaan dan pengembangan
baik (Wawancara: Salatiga, 15 Januari 2019). kesenian drumblek.
Susanto (2016:76-77) menambahkan bahwa 3. Sebagai pelaksana pembinaan dan
PDS dibentuk sebagai wadah yang menaungi pengembangan kesenian untuk membantu
grup-grup drumblek serta tempat berdiskusi pemerintah melalui:
untuk memberikan suatu informasi terkait
a. Peningkatan aktifitas kesenian drumblek.
dengan agenda-agenda dan kegiatan drumblek.
b. Peningkatan kualitas kesenian drumblek.
Paguyuban tersebut diharapkan dapat
c. Peningkatan apresiasi seni masyarakat
mengembangkan musikalitas setiap grup-
drumblek
grup atau kelompok-kelompok drumblek dan

16
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019:
Drumblek, Kesenian Barang Bekas... Fandy Aprianto Rohman

Tugas PDS sendiri disebutkan dalam drumblek lebih difokuskan sebagai musik
pasal 10, antara lain: untuk ruang terbuka, baik tanah lapang ataupun
1. Melakukan pendataan anggota, musik yang dimainkan dengan cara berjalan
mengkoordinasi, serta melakukan seperti marching band (Banu, 2003:181).
pemetaan sesuai dengan kebutuhan Anggota kelompok menjadi poin
masyarakat akan kesenian drumblek. penting dalam kesenian drumblek. Semakin
2. Membantu dan memberikan pertimbangan banyak jumlah anggota pemain drumblek,
kepada Pemerintah Daerah, instansi lain, maka semakin memungkinkan permainan
atau instansi sejenis dalam menyusun drumblek menjadi lebih riuh dan ramai. Hal
program pembinaan dan pengembangan ini dikarenakan inti dari drumblek adalah
kesenian-kesenian drumblek. kemeriahan dari aspek permainan alat musik,
3. Menggali, meningkatkan, dan tarian, dan kostum yang digunakan, sehingga
menumbuhkembangkan potensi dan anggota kelompok drumblek menjadi hal utama
apresiasi kesenian drumblek bersama- yang perlu dikoordinasikan dengan baik agar
sama dengan organisasi atau lembaga memunculkan harmonisasi.
kesenian yang lain. Suatu kelompok drumblek terdiri
4. Menjembatani antara pemerintah daerah, dari beberapa anggota yang bertugas untuk
instansi atau lembaga profit dan non profit, memainkan lagu dengan menggunakan
serta masyarakat dalam hal pengembangan sejumlah kombinasi alat musik, dimana dalam
apresiasi kesenian drumblek. penampilannya dipimpin oleh satu atau dua
orang komandan lapangan. Drumblek biasanya
3. Bentuk Penyajian Drumblek juga diiringi dengan tarian bendera yang
membentuk formasi dengan pola berubah-ubah
Drumblek merupakan bentuk “imitasi” sesuai dengan alur koreografi dari lagu yang
dari drumband, hanya saja alatnya yang “lebih dimainkan (Kampoeng Salatiga, 2013:26).
merakyat”. Drumblek menjadi salah satu inovasi
pada tataran hiburan rakyat, terkhusus bagi a. Peralatan dalam Kesenian Drumblek
masyarakat Kota Salatiga hingga saat ini. Jenis
musik ini memang tidak dikategorikan dalam Buku “Drumblek dari Salatiga untuk
alat musik pada umumnya karena berasal dari Dunia” menjelaskan bahwa terdapat beberapa
barang-barang bekas. Namun melalui inovasi, peralatan yang digunakan dalam permainan
kreasi, dan kreatifitas barang-barang tersebut drumblek. Peralatan yang biasa digunakan
dijadikan alat musik yang unik layaknya alat dalam drumblek akan dijelaskan pada tabel di
musik konvensional. Selain itu, kesenian bawah ini:

Tabel 1. Peralatan dalam Drumblek


No. Gambar Alat Keterangan Fungsi
1.

Tong besar plastik sebagai pengganti dari


bassdrum.

17
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 11—22

2.

Tong kecil plastik sebagai pengganti dari


tenor

3.

Blek (kaleng bekas) sebagai pengganti dari


snaredrum.

4.

Threetom sebagai patokan atau acuan


untuk mengatur ketukan atau tempo dalam
permainan drumblek.

5.

Bambu atau kentongan sebagai pengganti


dari cowbell.

6.

Bellyra atau glockenspiel sebagai melodi.

Sumber: Kampoeng Salatiga, Drumblek dari Salatiga Untuk Dunia,


(Salatiga: Kampoeng Salatiga, 2013), hlm. 28-29.

18
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019:
Drumblek, Kesenian Barang Bekas... Fandy Aprianto Rohman

Komposisi pemain drumblek sebelum


tahun 2000-an lebih banyak menggunakan
penari daripada pemain instrumen musik.
Namun sejak tahun 2005 komposisi pemain
tersebut diubah dengan cara mengurangi penari
dan menambahkan pada pemain instrumen
musik.
Komposisi permain dalam instrumen
drumblek dapat diubah-ubah sesuai keperluan
masing-masing grup drumblek, namun
komposisi standar dalam pementasan drumblek
adalah 50 orang pemain snare, 30 orang pemain Gambar 12. Ragam Kostum Pemain
kentongan, 20 orang pemain tenor, 10-15 orang Drumblek.
pemain bassdrum, dan 5 orang pemain bellyra. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selain itu, juga terdapat pemain pendukung
seperti penari dan mayoret (Kampoeng Salatiga, Seperti galibnya marching band, selain
2013:28). memainkan lagu-lagu yang menghentak, kostum
yang dikenakan dalam kesenian drumblek juga
b. Ragam Lagu dan Kostum dalam serba heboh. Kostum sebagai sarana pendukung
Kesenian Drumblek dalam sebuah pertunjukan drumblek sangat
beragam karena tidak ada standarisasi dalam
Jika dilihat dari penampilan dan ragam penggunaannya, semua dibebaskan berkreasi
kostum yang digunakan, drumblek pada saat ini asalkan masih menjaga kesopanan. Kostum-
sudah jauh berkembang apabila dibandingkan kostum yang digunakan oleh para pemain
dengan awal kemunculannya. Berbagai drumblek sebagian besar terpengaruh dari kostum
macam variasi formasi dan barisan juga telah kesenian topeng ireng. Selain dikarenakan
diaplikasikan seperti layaknya marching kostum topeng ireng terlihat menarik, kostum ini
band profesional. Hal inilah yang menjadikan sudah banyak tersedia di toko-toko.
drumblek sebagai salah satu kesenian musik
yang cukup populer dan bergengsi di Kota
Salatiga pada saat ini.
Lagu-lagu yang dimainkan oleh grup-
grup drumblek juga sangat bervariasi, yaitu
dari lagu-lagu rakyat hingga pop yang telah
diaransemen. Alunan lagu yang dimainkan
kelompok drumblek pada umumnya terdengar
sangat menarik. Permainan musik tersebut
diawali dengan pemilihan lagu, yang kemudian
diteruskan oleh pemegang kontrol musik
(biasanya pemain glockenspiel) untuk mencari
ketukan dan menentukan tempo agar diikuti
oleh pemain yang memegang alat lainnya. Gambar 13. Atribut Kostum Mayoret
Drumblek.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Muhammad Edi Kurniawan mengemuka-
kan bahwa penggunaan kostum pada
pertunjukan drumblek tidak begitu penting,

19
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 11—22
karena yang menjadi pusat perhatian dalam melebihi kemampuannya. Tahap ini terlihat
barisan kelompok drumblek adalah mayoret. dengan jelas ketika warga Desa Pancuran
Hal inilah yang membuat kostum untuk menggunakan barang-barang pengganti
mayoret-mayoret drumblek dibuat sedemikian dari bahan bekas dan mengupayakannya
menarik agar menjadi poin tersendiri bagi agar terus berkembang di berbagai daerah
suatu grup drumblek (Wawancara: Salatiga, 15 Kota Salatiga. Kesenian drumblek memang
Januari 2019). Kostum pemain dalam sebuah semakin berkembang dan banyak diminati oleh
kelompok drumblek biasanya dibedakan atas masyarakat pada saat ini, khususnya Salatiga.
tiga jenis, yaitu: kostum bagi pemain alat Hal ini dikarenakan drumblek menjadi salah
musik atau instrumen drumblek, kostum bagi satu tempat untuk menyalurkan minat dan bakat,
para penari dalam drumblek, dan kostum bagi mengembangkan dan mengasah kreatifitas
mayoret dalam permainan drumblek. dalam bermain musik, serta berfungsi sebagai
pemersatu antarindividu dalam masyarakat.
4. Tantangan Kelompok Kesenian Drumblek Dari sinilah beberapa daerah banyak yang
Peursen (1976:18) menyatakan bahwa berlomba-lomba membuat grup drumblek
terdapat tiga tahap perkembangan kebudayaan, untuk sekedar mengisi waktu luang, ikut dalam
yaitu: mistis, manusia masih berada dalam karnaval atau pawai budaya, hingga mengikuti
kepungan kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya; sebuah perlombaan.
ontologis, manusia terlepas dari kepungan Tingginya minat masyarakat terhadap
kekuatan mistis dan secara bebas ingin meneliti kesenian drumblek di Salatiga menjadi salah
segala hal; serta fungsional, pada tahap ini satu kebudayaan yang dikembangkan secara
manusia modern mulai menjalin relasi-relasi masif, yang diharapkan mampu membangun
baru dengan sesamanya. identitas kota sebagai pencetus kesenian
Pembentukan kesenian drumblek di drumblek. Hal ini tentu menjadi tantangan
Salatiga tentu saja sudah memasuki tahap bagi kelompok-kelompok drumblek untuk
fungsional, perkembangannya diawali dari tetap menjaga ketenangan dan tidak membuat
Desa Pancuran yang akhirnya membentuk permasalahan yang memicu terjadinya konflik
PDS sebagai wadah bagi grup-grup drumblek antarkelompok pemain drumblek, seperti
yang ada di Kota Salatiga. Drumblek masuk perebutan jadwal pertunjukan atau tidak terima
pada tahap fungsional dalam strategi budaya. atas kekalahan dalam lomba.
Masyarakat mulai memperlihatkan relasi Selain itu, tantangan lain bagi kelompok
langsung antara dirinya sendiri dengan dengan kesenian drumblek adalah upaya untuk tetap
dunia sekitar – di sinilah manusia menganggap menjaga atau melestarikan kesenian drumblek
semua benda, peristiwa, dan tata masyarakat agar tidak mendapat pengakuan dari wilayah
memiliki arti. Hal ini terlihat ketika masyarakat lain di luar kota Salatiga atau lenyap karena
Desa Pancuran yang dipelopori oleh Didik budaya asing. Pada dasarnya, usaha pelestarian
Subiantoro Masruri memanfaatkan berbagai warisan budaya yang sangat tinggi nilainya
barang-barang bekas untuk menciptakan tersebut mengandung manfaat yang sangat
harmonisasi suara yang dikenal sebagai berarti bagi kelangsungan hidup seni budaya,
drumblek di kemudian hari. Barang-barang termasuk drumblek itu sendiri (Setiadi,
bekas tersebut dipakai sebagai pengganti alat 2007:40). Para pelaku dan penikmat kesenian
musik drumband yang tidak mampu mereka drumblek juga memiliki tugas untuk membawa
beli untuk memeriahkan HUT RI ke-41. kesenian drumblek ke mata dunia, sehingga
Pada tahap fungsional dijelaskan bahwa kesenian dapat dikenal oleh masyarakat luas
situasi baru dibenarkan apabila keadaan tersebut sebagai kesenian kontemporer dari kota
dapat dihayati oleh manusia, dengan tidak salatiga dengan keunikan dan ciri khas tertentu.

20
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019:
Drumblek, Kesenian Barang Bekas... Fandy Aprianto Rohman

Fenomena munculnya kesenian drumblek ini dalam pentas kesenian drumblek sangat
sangat menarik di Kota Salatiga. Hal ini dapat sederhana, namun saat ini pemakaiannya
menjadi destinasi wisata baru bagi Kota Salatiga sudah bervariasi menurut perkembangan mode.
karena setiap mendekati karnaval-karnaval Aransemen musik dalam drumblek juga turut
lokal maupun nasional hampir di semua daerah mengalami perkembangan dengan adanya
di Salatiga melakukan latihan drumblek dengan penambahan instrumen modern seperti bellyra
membawakan berbagai macam ragam lagu. atau glockenspiel sebagai melodi. Adapun lagu-
Pihak pemerintah Kota Salatiga sendiri melalui lagu yang dahulu lebih sering diusung adalah
Dinas Perhubungan dan Pariwisata terus lagu-lagu nasional, namun saat ini genre dalam
memberikan atensi penuh terhadap keberadaan drumblek sudah sangat beragam, yaitu: pop,
drumblek, bahkan anggaran untuk pengadaan rock, atau dangdut.
peralatannya juga selalu disiapkan guna Pada saat ini, kesenian drumblek
mendukung perkembangan drumblek di kota telah mendapatkan perhatian yang luas dari
ini. Belakangan, agar drumblek tidak diklaim masyarakat Kota Salatiga, bahkan telah
pihak lain, marching band tradisional tersebut menjadi salah satu ikon kesenian Kota Salatiga.
hak patennya sudah diajukan sebagai kesenian Drumblek adalah sebuah kearifan lokal yang
asli Salatiga. layak untuk dipertahankan agar menjadi
budaya lokal asli Salatiga, lebih khususnya
PENUTUP Desa Pancuran, sebagai sebuah kesenian khas
Drumblek merupakan kesenian musik yang berasal dari Salatiga.
dari Kota Salatiga yang memiliki kemiripan Tulisan ini hanyalah sebagian kecil dari
dengan drumband, namun perbedaaannya berbagai peristiwa sejarah kebudayaan yang
terletak pada penggunaan peralatannya. utuh dan menyeluruh. Dari hasil penelitian
Drumblek menggunakan peralatan yang lebih serta pengamatan secara langsung, peneliti
sederhana dibandingkan dengan drumband, selanjutnya juga menyampaikan saran-saran
yaitu menggunakan barang-barang bekas antara lain: penelitian ini dapat dikembangkan
seperti tong, kaleng bekas, dan kentongan. lebih jauh lagi tentang manajemen pementasan
Kesenian drumblek pertama kali dikenalkan kesenian drumblek agar dalam pelaksanaan
di depan publik pada tahun 1986 oleh seorang pementasannya mendapatkan tanggapan yang
warga bernama Didik Subiantoro Masruri yang semakin baik dari masyarakat. Selanjutnya, bagi
berasal dari Desa Pancuran, Kutowinangun, Pemerintah Kota Salatiga untuk mengadakan
Tingkir, Kota Salatiga sebagai upaya ikut serta pembinaan secara terus-menerus terhadap
dalam acara HUT RI. kesenian drumblek dan rutin mengadakan
Sejarah drumblek telah membawa jati diri lomba atau festival kesenian drumblek.
mereka menjadi sebuah keunikan. Drumblek Adapun bagi Paguyuban Drumblek Salatiga
muncul karena kreatifitas sebagai jalan keluar untuk tetap mempertahankan dan melestarikan
ketika biaya menjadi kendala, menggunakan drumblek sesuai dengan fungsinya dan dapat
barang-barang bekas sebagai instrumen musik mengkreasikan gerak koreografi tiap grup-grup
yang harmonis, pemakaian kostum dengan drumblek agar lebih bervariasi.
bahan-bahan seadanya, hingga mengatur
barisan-barisan yang memakai teklek sebagai DAFTAR PUSTAKA
alas kakinya. Banu, Ponoe. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta:
Perkembangan kesenian drumblek Penerbit Kanisius.
meliputi perkembangan kostum atau busana, Handjojo, M.S. 1978. Riwayat Kota Salatiga.
aransemen, dan lagu yang dibawakan. Pada Salatiga: Sechan Press.
awalnya, kostum atau busana yang dipakai Isdaryanto, Arif. 2014. “Kesenian Drumblek di

21
WALASUJI Volume 10, No. 1, Juni 2019: 11—22
Desa Pancuran Salatiga: Kajian Bentuk, Salamun, dkk. 2008. Salatiga dalam Lintasan
Fungsi, dan Perkembangannya Tahun Sejarah. Salatiga: Dinas Pariwisata, Seni,
2005-2012”. (Skripsi). Fakultas Bahasa Budaya, dan Olah Raga Kota Salatiga.
dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Setiadi, Elly. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya
Kabupaten Semarang. Dasar. Bandung: Kencana Prenada
Kampoeng Salatiga. 2013. Drumblek dari Media Group.
Salatiga untuk Dunia. Salatiga: Soedarsono. 1992. Seni Pertunjukan dan
Kampoeng Salatiga. Pariwisata: Rangkuman Esai Tentang
Kartoatmadja. 1995. Hari Jadi Kota Salatiga Seni Pertunjukan Indonesia dan
24 Juli 750. Salatiga: Pemerintah Daerah Pariwisata. Yogyakarta: BP. ISI.
Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga. Sujarwa. 2005. Manusia dan Fenomena
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Budaya: Menuju Perspektif Moralitas
Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniawan, Muhammad Edi (34 tahun). 2019. Supangkat, Eddy. 2007. Salatiga Sketsa Kota
Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga. Lama, Salatiga: Griya Media.
(Wawancara: Salatiga, 15 Januari 2019). ________. 2014. Drumblek Seni Budaya Asli
Mukaddimah Anggaran Dasar Rumah Tangga Salatiga. Salatiga: Kantor Perpustakaan
Paguyuban Drumblek Salatiga. Arsip Daerah Kota Salatiga.
Pemerintah Kota Salatiga. 2016. Barisan Susanto, Ferry. 2016. “Strategi Pengelolaan
Theklek Drumblek Gempar. http://www. Kelompok Musik Perkusi Drumblek
kotasalatiga.com/sejarah-baru-drumblek- Gempar di Salatiga” dalam Jurnal Tata
salatiga. Diakses pada tanggal 26 Februari Kelola Seni, Vol. 2, No. 1, Juni 2016.
2019. Sutantyo. 2013. Drumblek dari Salatiga Untuk
Perwira, Yudha. 2017. “Buku Cerita Bergambar Dunia. Salatiga: Buksuling.
tentang Sejarah dan Keunikan Drumblek Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
sebagai Media Komunikasi Massa”. 2017. Drumblek sebagai Orientasi
(Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Mahasiswa Baru Universitas Kristen
Komunikasi, Universitas Kristen Satya Satya Wacana Salatiga. http://www.
Wacana, Kota Salatiga. uksw.edu/id.php/info/detail/type/fokus/
Peursen, Van. 1976. Strategi Kebudayaan. stamp/1505208867/title/kulonuwun-
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. mahasiswa-baru-uksw-gelar-karnaval.
Diakses pada tanggal 26 Februari 2019.

22

Anda mungkin juga menyukai