Anda di halaman 1dari 126

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruhnya


isi buku ini tanpaizin tertulis dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab
percetakan.
Ketentuan pidana Pasal 72 UU Nomor 19 tahun 2002
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49
ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Keroncong Gadhon
Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
© Antonius Raprika Bangkit, Penerbit AMT

Cetakan Pertama, Juni 2019


Tebal: 126 halaman
Ukuran Buku: 14 x 21 cm

Penulis : Antonius Raprika Bangkit


Editor : Erie Setiawan
Desain Sampul : Erie Setiawan
Foto Sampul : Antonius Raprika Bangkit
Tata Letak : Dwi Pratomo

Diterbitkan oleh:
Penerbit Art Music Today
Dusun Jaranan RT 02, Panggungharjo, Sewon, Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta – 55188

Didukung oleh:
Uwit Art Space
Keroncong Pemuda Kekinian
Kroncongan Agawe Santosa

RAPRIKA BANGKIT, Antonius


Keroncong Gadhon
Yogyakarta, Penerbit AMT
Mengenang
Antonius Raprika Bangkit (1985 - 2019)

Sosok sederhana dan apa adanya yang banyak membe-


rikan pelajaran kemanusiaan.
Apri gemar berkorban, tulus, dan selalu berbuat baik
menyebarkan keuntungan bagi yang bergaul dan dekat de-
ngannya.
Selama hidup Apri aktif dalam berbagai komunitas
seni: antara lain Orkes Keroncong Tjong Young, Komunitas
Kroncongan Agawe Santosa, Sri Redjeki, Sego Gurih, Keron-
cong Pemuda Kekinian, SambiLalu, dan sebagainya.

Antonius Raprika Bangkit v


Ia bersama rekan-rekan juga mendirikan Uwit Art
Space yang bermarkas di Salatiga, kediamannya.

Buku ini adalah persembahan sederhana tentang sisi


kelimuan yang diwariskannya, buah dari usaha kerasnya me-
luluskan diri di etape terakhir Pendidikan Sarjana S1.
Alhamdulillah, dia tidak jadi kena DO.
Terimakasih kepada seluruh rekan-rekan yang men-
dukung terbitnya buku ini.
Semoga bermanfaat.

Erie Setiawan
(Editor, Pimpinan Kroncongan
Agawe Santosa)

Keroncong Gadhon
vi Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
DAFTAR ISI

Mengenang Antonius Raprika Bangkit (1985 - 2019) .................... v

Dadtar Isi ................................................................................... vii

1 INTRODUKSI ............................................................................... 3

2 SEKILAS SEJARAH DAN BENTUK MUSIK KERONCONG ....................... 9

3 FENOMENA KERONCONG GADHON DI SOLO ................................ 53

4 PENUTUP .............................................................................. 115

KEPUSTAKAAN ............................................................................ 115

Antonius Raprika Bangkit vii


KERONCONG GADHON
1
INTRODUKSI

Keroncong adalah salah satu kekayaan seni peninggal-


an nenek moyang dalam cabang seni pertunjukan. Musik ke-
roncong tumbuh, hidup dan berkembang di bumi Nusantara.
Keroncong lahir dan dikenal sekitar abad ke-16, ketika para
pedagang dari Portugis datang ke Indonesia. Jacobus Quico,
pimpinan salah satu keroncong di Tugu Jakarta yang juga ke-
turunan bangsa Portugis, pernah mengatakan bahwa musik
keroncong sudah dirintis oleh bangsa Portugis yang berada
di Betawi pada kira-kira tahun 1700-an.1 Semula kedudukan
musik keroncong dikatakan sebagai musik rakyat, maksud-
nya bahwa musik keroncong berasal dari rakyat, diciptakan
oleh rakyat, dan dibawakan pula oleh rakyat.2 Pada mulanya
keroncong dimainkan para pemuda untuk menggoda para
gadis, tetapi dengan berjalannya waktu musik keroncong
terus mengalami perkembangan, baik dari sisi musikologis
maupun sosialnya—yang bisa jadi terlepas dari sejarahnya di
masa silam.

1 Budiman BJ, Mengenal Keroncong Dari Dekat, Perpustakaan Akademi Mu-


sik LPKJ, Jakarta, hal. 76.
2 Agoes Sriwidjajadi, R., Mendayung di Antara Tradisi dan Modernitas, Hang-
gar Kreator, Yogyakarta, hal. 2.

Antonius Raprika Bangkit 3


Saat ini musik keroncong telah digubah oleh banyak
ahli, apresiasinya pun meluas untuk semua kalangan masya-
rakat. Keberadaan musik keroncong saat ini juga didukung
oleh berbagai elemen, baik itu pencipta, pemain, penata
musik dan pengamat musik keroncong. Sehingga musik ke-
roncong bukan lagi disebut sebagai musik rakyat melainkan
sudah menjadi musik yang populer di masyarakat.

Musik keroncong mempunyai ciri khas yang membe-


dakannya dengan musik lain. Kita bisa melihat dari intru-
mentasinya yang khas: biola, flute, gitar, ukulele (cuk), cak,
cello, dan bas. Formasi tersebut dikenal oleh masyarakat de-
ngan istilah formasi asli. Akhirnya formasi ini menjadi for-
masi yang dianggap baku untuk memainkan musik keron-
cong.

Bila dilihat dari repertoarnya, keroncong juga mempu-


nyai bentuk lagu yang berbeda-beda dan menjadi ciri khas
musik tersebut. Banyak pendapat mengenai pengelompok-
an repertoar keroncong. R. Agoes Sri Widjajadi mengatakan
bahwa repertoar musik keroncong dibagi menjadi empat ke-
lompok, yaitu: (1) keroncong asli, (2) stambul, (3) langgam,
dan (4) gaya keroncong (“dikeroncongkan”).

Bila membahas musik keroncong, satu hal lagi yang


tidak bisa dilepaskan adalah keberadaan musik keroncong
di kota Solo, karena Solo merupakan salah satu kota yang
sangat berpengaruh dalam perkembangan musik keroncong.
Sampai saat ini musik keroncong di kota Solo masih menda-

Keroncong Gadhon
4 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
pat apresiasi yang baik sekali dari masyarakatnya. Di sana
musik keroncong dapat kita jumpai pada berbagai acara, mu-
lai dari keroncong yang dimainkan di kampung-kampung
sebagai sarana klangenan (berkumpul dan menghibur hati),
hingga acara keroncong yang bertaraf internasional.

Selain warga Solo memainkan keroncong dalam for-


masi baku, di beberapa tempat juga terdapat pengamen
keroncong yang berkelompok dan setiap kelompok hanya
terdiri dari 3-4 orang saja. Dengan menggunakan instru-
men keroncong yang tidak lengkap mereka menjajakan su-
ara dan kemampuannya dalam bermusik secara berkeliling
dari satu rumah ke rumah lain. Ada juga beberapa warung
makan yang sengaja memberikan tempat untuk mereka me-
mainkan musik keroncong, sehingga para pengunjung dapat
menikmati sajian makanan dengan diiringi lantunan lagu ke-
roncong, pop, dangdut dan lain-lain. Bila dilihat dari jumlah
orang dalam satu kelompok tidak mungkin bisa dimainkan
dengan instrumentasi formasi asli.

Jenis instrumen yang digunakan antara lain hanya bi-


ola, cak dan cello. Ada pula yang menggunakan instrumen
ukulele, cak dan cello. Sangat beragam instrumentasi yang
digunakan pengamen di Solo. Namun dengan instrumentasi
yang sederhana atau instrumentasi yang tidak lengkap terse-
but mereka tetap bisa memainkan musik selayaknya musik
yang dimainkan dengan instrumentasi yang lengkap.

Antonius Raprika Bangkit 5


Fenomena keroncong jalanan ini sangat menarik un-
tuk diamati, dipelajari dan ditulis. Yang menarik perhatian
dan rasa penasaran saya: apa sebenarnya yang menjadi latar
belakang mereka memainkan musik dengan instrumentasi
yang minimalis itu? Bagaimana kemampuan mereka? Perta-
nyaan tersebut mendorong penulis untuk menindaklanjuti
rasa penasaran hingga menjadi sebuah penelitian sederhana
ini. Selama penulis membaca buku mengenai musik keron-
cong belum pernah ada yang membahas mengenai fenome-
na pengamen keroncong dengan menggunakan alat-alat ke-
roncong tidak lengkap ini, atau yang sering disebut dengan
istilah keroncong gadhon.

Kemudian saya mengerucutkan lagi dengan beberapa


pertanyaan penelitian: Bagaimana ragam instrumentasi yang
dipakai para pengamen keroncong gadhon di kota Solo? Apa-
kah teknik permainan instrumen dalam keroncong gadhon
sama seperti teknik permainan pada format asli/baku? Se-
perti apa repertoar, bentuk musik, dan gaya permainan para
pengamen keroncong gadhon di Solo?

Demi mendukung penelitian ini saya merelakan wak-


tu untuk mondar-mandir beberapa kali dari Jogja ke Solo
dan dari Salatiga ke Solo untuk observasi dan kemudian me-
wawancari banyak narasumber yang berkaitan dengan topik.
Saya mendatangi warung-warung, bercakap-cakap dengan
musisi, dan memperoleh data menarik yang di luar dugaan
atau bayangan saya.

Keroncong Gadhon
6 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Beberapa referensi tentang musik keroncong yang te-
lah ada sebelumnya juga sangat membantu penyusunan pe-
nelitian ini. Antara lain buku karangan Harmunah yang ber-
judul Musik Keroncong: Sejarah dan Perkembangannya (1987)
yang mengurai secara ringkas namun padat mengenai seja-
rah, gaya, dan perkembangan musik keroncong. Selain itu
ada buku karangan Agoes Sriwidjadjadi yang berjudul Men-
dayung di Antara Tradisi dan Modernitas (2007). Buku ini
berisikan tentang keberadaan musik keroncong yang berka-
itan dengan fenomena sosial dan manifestasi budaya—mem-
berikan pemahaman lebih lengkap mengenai dinamika pen-
dukung musik keroncong. Tak terkecuali buku babon yang
sering menjadi referensi untuk banyak penelitian mengenai
keroncong, yaitu buku karangan Budiman BJ berjudul Me-
ngenal Keroncong dari Dekat (1979). Buku tersebut lebih de-
tail mengulas inti musik keroncong, meliputi instrumentasi,
teknik bermain musik keroncong, ragam lagu keroncong dan
struktur lagu keroncong. Selain tiga buku tersebut saya juga
menggunakan beberapa referensi mengenai sejarah musik
keroncong yang ditulis antara lain oleh Triyono Bramantyo,
Disseminasi Musik Barat di Timur (2003) dan Victor Ganap,
Keroncong Toegoe (2009).

Tidak banyak yang saya harapkan dari penelitian se-


derhana ini selain semoga mampu memberikan wawasan
mengenai musik keroncong baik bagi para pelaku keroncong
maupun masyarakat umum. Keroncong gadhon adalah sisi

Antonius Raprika Bangkit 7


lain, fenomena menarik yang seharusnya juga mendapat per-
hatian di luar perhatian kita pada keroncong formasi baku.

Keroncong Gadhon
8 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
2
SEKILAS SEJARAH
DAN BENTUK MUSIK KERONCONG

Sekilas Sejarah
Banyak pendapat telah menyatakan dan percaya bah-
wa musik keroncong mulai dikenalkan pada abad ke-16 keti-
ka bangsa Portugis datang ke Nusantara untuk membuka hu-
bungan dagang dan menyebarkan agama. Mereka bertempat
tinggal di beberapa kota daerah pesisir di berbagai pulau, di
antaranya menetap di Jayakarta (sekarang Jakarta).3 Selain
menetap, mereka juga bergaul dengan bangsa pribumi hing-
ga terjadi perkawinan dan menghasilkan keturunan yang di-
namakan mustiza (mestiezen). Kemudian datang pula pera-
nakan Portugis yang lain, di antaranya peranakan India yang
disebut dengan peranakan Gowa. Dari situ terbentuklah
peranakan Indo-Portugis atau disebut juga Portugis Hitam,
yang disebut Merdequas atau Mardjikers, mereka menetap di
daerah Tugu Jakarta. Keroncong mengalami penyebaran ke
beberapa kota di daerah pesisir Nusantara serta membawa

3 R. Agoes Sriwidjajadi, 2007, Mendayung di Antara Tradisi dan Modernitas, Hang-


gar Kreator, Yogyakarta, hal. 12.

Antonius Raprika Bangkit 9


corak khas lokal pada musik keroncong di wilayah penyebar-
annya. Namun masih menjadi suatu anggapan bahwa sampai
sekarang gaya musikal keroncong Tugu Jakarta sebagai awal
mula yang mempengaruhi gaya musikal musik keroncong
pada wilayah lainnya; atau dapat dikatakan bahwa keroncong
Tugu Jakarta merupakan titik tolak keberadaan musik keron-
cong di Indonesia. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perpin-
dahan penduduk dari Jakarta menuju ke Bandung, Yogyakar-
ta, Surakarta, Semarang dan Surabaya.

Di akhir abad ke-19, penyebaran musik keroncong


barulah tampak mendapatkan bentuk suasana perpaduan
komunitas kultur Melayu/Indonesia, Belanda dan Indo-Ero-
pa, yang dikenal dengan suasana mestizo atau Indisch.4 Pen-
cerminan penyebaran dan perkembangan musik keroncong
pada akhir abad ke-19, yaitu pada tahun 1891, tampak dengan
kehadiran hiburan panggung “Komedi Stambul”. “Komedi
Stambul” merupakan kreasi dari August Mahieu, seorang
peranakan Indo-Eropa di Surabaya.5 Hiburan ini mengguna-
kan musik keroncong sebagai latar belakang musikal utama
untuk permainannya. Para seniman yang tergabung dalam
drama stambul yang berasal dari Jawa, Sumatra, Malaka dan
lain-lain memberikan pengaruh serta memasukkan lagu-lagu
daerahnya. Juga Tonil kampung atau Stambul keliling (Jawa:
Stambul ider) dan tidak lupa Orkes Hawaiian-pun ikut juga

4 Ibid. Hal. 16.


5 Ibid. Hal. 16.

Keroncong Gadhon
10 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
membantu perkembangannya.6 Dengan demikian terjadilah
lagu-lagu keroncong campuran yang dinamakan dengan lagu
stambul.

Pada awal abad ke-20 musik keroncong mulai populer


di pulau Jawa seiring dengan digelarnya pertunjukan musik
keroncong di pasar malam. Pada saat itu belum banyak lagu-
lagu keroncong, dan keroncong sendiri belum menemukan
bentuk yang sempurna, sehingga repertoar yang dimainkan
pada waktu itu hanyalah lagu-lagu daerah saja. Terutama di
Jawa Tengah, musik keroncong ini dipengaruhi oleh musik
gamelan (musik pentatonis).7 Dari pengaruh tersebut tim-
bul istilah langgam Jawa keroncong yang dimainkan dengan
instrumen yang ada pada musik keroncong pada umumnya.
Walaupun lagu keroncong belum mendapatkan bentuk yang
sempurna tetapi musik keroncong sudah mendapatkan tem-
pat di hati masyarakat.

Pada saat Indonesia terjadi revolusi antara tahun


1945-1950, lagu-lagu keroncong pernah mendapatkan pe-
ran baru yaitu sebagai keroncong revolusi.8 Lagu keroncong
revolusi mempunyai lirik yang secara umum merefleksikan
nasionalisme sehingga dapat memberikan semangat untuk
para pejuang dalam mengusir penjajah.

6 Budiman B. J., Mengenal Keroncong Dari Dekat, Perpustakaan Akademi Musik


LPKJ, Jakarta, hal. 76.
7 Harmunah S. Mus, 1987, Musik Keroncong. Sejarah dan perkembangannya, Pusat
Musik Liturgi, Yogyakarta, hal. 10.
8 R. Agoes Sri Widjajadi, 2007, op. cit, hal. 23.

Antonius Raprika Bangkit 11


Penyebaran musik keroncong tidak ha-
nya melalui pertunjukan musik saja, tetapi
juga melalui media cetak yang dilakukan
dengan penotasian lagu-lagu keroncong.
Beberapa dokumentasi keroncong melalui
media cetak antara lain adalah: “Tio Tek
Hong Company, Batavia” yang telah men-
cetak dan mempublikasikan lagu-lagu ke-
roncong yang dibuat oleh Paul Seeking dan
Fred Belloni; “Himpunan lagu-lagu djenis
kerontjong”, tjiptaan para pengolah musik
Kerontjong Indonesia, diterbitkan oleh
swasta; Penerbitan “Lagoe-lagoe Kroncong
asli” susunan Andy Muljo, diterbitkan Pe-
nerbit Gunung Agung Djakarta; kemudian
“Rangkaian Melati” oleh Fa. Chien Hsing,
Serang; “Himpunan Lagu Keroncong”, Ja-
karta, 1978; Jantung Hati I, Lagu-lagu Ke-
roncong Indonesia, UP Indonesia, Yogya-
karta, 1978; Kusbini membuat “Lagu-lagu
Keroncong Indonesia I, dan II”, dan “Solo
Gitar Irama Klasik Indonesia I”.9

Keroncong juga berkembang melalui media rekam de-


ngan merekam lagu-lagu keroncong dalam bentuk piringan
hitam dan pita kaset. Bahkan sampai saat ini mengikuti per-

9 Ibid., hal. 18.

Keroncong Gadhon
12 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
kembangan dunia rekam melalui perekaman digital. Lagu-
lagu keroncong selanjutnya populer dengan penyebaran
melalui radio ketika radio mulai mengudara tahun 1925 di
Jawa.10 Kusbini merupakan salah satu tokoh yang berperan
dalam melakukan penyebaran musik keroncong melalui ra-
dio. Beliau melakukan siaran radio di beberapa kota antara
lain pada tahun 1933 sampai 1939 di N. I. R. O. M. (Neder-
landsch Indische Radio Omroep Maatschappy) dan C. I. V. R.
O. (Chineesche Inheemsche Radioluisteraars Vereniging Oost
Java). Kedua stasiun tersebut berada di kota Surabaya. Kemu-
dian pada tahun 1942 sampai 1945 di radio Hosokanrikyoku
dan di Keimin Bunka Sidosho di kota Jakarta. Kusbini bero-
lah musik pula dalam film “Djantung Hati” dan “Air Mata
Ibu” di Malang dan Jakarta pada tahun 1940-1942 dengan
produser Majestic Film Co.11 Hingga sekarang masih banyak
radio yang merekam dan menyiarkan musik keroncong salah
satunya adalah radio Swara Kenanga Yogyakarta.

Musik keroncong juga tersebar melalui lomba keron-


cong. Seperti yang dikatakan Abdullah pimpinan O.K. Lief
Java bahwa sejak tahun 1920-an hingga terakhir di jaman Je-
pang, setiap tahun di Jakarta selalu mengadakan Fandel Con-
cours. Pada saat itu disebut dengan Fandel Concours Pasar
Gambir (sekarang Jakarta Fair). Pada tahun 1950-an setelah
perang selesai dan Jakarta sudah aman, kegiatan keroncong

10 Harmunah, 1987, Op. Cit, hal. 74.


11 Kusbini, 1979, Sejarah Kehidupan-Perkembangan dan Asal-Usul Seni Musik Ke-
roncong Indonesia Dalam Kata (Ceramah), Nada (musik) dan Rupa (Peragaan),
CR, Yogyakarta, hal. 14.

Antonius Raprika Bangkit 13


dialihkan ke RRI dengan nama “Bintang Radio”. Hingga se-
karang “Bintang Radio” masih ada dan berkembang dengan
nama “Bintang Radio dan Televisi”. Tetapi sekitar kurang le-
bih 5 tahunan ini, Bintang radio dan Televisi berganti nama
lagi menjadi Bintang Radio. Pada tahun 1968 di Taman Isma-
il Marzuki diadadakan lomba keroncong sebagai tindak lan-
jut dari Fedel Concours. Setelah itu kegiatan musik keroncong
sempat vakum, sehingga membuat beberapa orang tergerak
untuk membuat wadah organisasi yang bertujuan sosial dan
akan memperhatikan kemajuan keroncong tersebut. Maka
pada tahun 1979 terbentuklah salah satu organisasi yang di-
sebut “HAMKRI” atau Himpunan Artis Musisi Keroncong
Indonesia.12 Hingga sekarang HAMKRI masih aktif dalam
membuat acara untuk memajukan musik keroncong.

Pengertian Musik Keroncong


Cukup sulit untuk menjabarkan istilah keroncong se-
cara pasti. Namun yang pasti musik keroncong merupakan
salah satu bagian dari seni musik yang membedakannya de-
ngan musik gamelan, musik angklung, musik klasik, musik
jazz ataupun bentuk musik yang lainnya. Menarik juga di-
ketahui beberapa pendapat yang menjabarkan istilah keron-
cong.

Dalam buku Musik Keroncong yang di tulis Harmu-


nah, Ernst Heins mengemukakan pendapatnya mengenai is-

12 Budiman BJ, Op. Cit, hal. 88.

Keroncong Gadhon
14 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
tilah keroncong. “Keroncong” berasal dari terjemahan bunyi
alat musik semacam gitar kecil dari Polynesia (ukulele) yang
bertali lima. Di kemudian hari alat keroncong ini dapat di-
buat dan dikembangkan sendiri oleh orang-orang keturunan
Portugis yang berdiam di kampung Tugu dan hanya bertali
empat; dan musik yang diperoleh dari orkes dengan iringan
keroncong inilah yang dinamakan orang Musik Keroncong.
Istilah ini termasuk juga jenis dan gaya lagu yang dipertun-
jukkan oleh musik keroncong ini.13 Dalam buku yang ditulis
oleh R. Agoes Sri Widjajadi juga terdapat beberapa pendapat
untuk menjabarkan istilah keroncong itu sendiri. Pendapat
tersebut di antaranya adalah menurut Judith Becker, yang
mengatakan bahwa krincing yang dikenakan penari Ngremo
(sebuah tarian dari pulau Madura) kemungkinan merupakan
konotasi atau asosiasi untuk kata keroncong. Suatu kata yang
sama dengan kata keroncong adalah aplikasi gitar kecil yang
digunakan untuk iringan nyanyian-nyanyian keroncong.14

Kusbini menyatakan keroncong merupakan kesan


dari bunyi rangkaian beberapa butiran, bentuk kecil, madya,
dan besar yang mengisi sebuah butiran logam bulat, kecil,
sehingga jika digoyah-goyah akan menghasilkan bunyi me-
nurut besar kecilnya butiran tersebut.15

Lumban Tobing berpendapat pula, bahwa nama keron-

13 Harmunah S. Mus, 1987, op. cit., hal. 9.


14 Judith Becker, 1975, “Keroncong Indonesian Popular music”, dalam Asian Music
VII, Volume I. South East Asia Issue, hal 15.
15 Kusbini, 1979, Op. Cit, hal. 14.

Antonius Raprika Bangkit 15


cong bukan berasal dari Eropa, namun merupakan nama asli
terjemahan dari bunyi alat musik itu, yang di dalam sejarah
alat itu senantiasa dipergunakan untuk mengiringi orkes-
orkes saja.16 Nirwani menegaskan bahwa rasquedo (string roll
playing) pada gitar menyuarakan seperti “crong ... crong”,
dan suara ini sebagai modifikasi untuk istilah keroncong.17
Manusama menyatakan bahwa istilah keroncong tidak hanya
dari suara keroncong yang hanya diartikan oleh alat musik
saja, namun juga melodi yang diiringi oleh gitar.18 Menurut
Budiman BJ, yang disebut keroncong sebenarnya adalah alat
musik fugo atau ukulele, karena bila alat musik tersebut di-
mainkan akan berbunyi “krong-cong”.19 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ada tiga pengertian keroncong. Pertama
keroncong berarti alat musik gitar kecil berdawai empat atau
lima. Kedua keroncong berarti irama (langgam) musik yang
ciri khasnya terletak pada permainan alat musik keroncong
yaitu kendang, selo (cello) dan gitar melodi yang dimain-
kan secara beruntun. Ketiga, keroncong adalah sejenis orkes
yang terdiri atas biola, seruling, gitar, ukulele, banyo, cello,
dan bass. Ukulele sendiri dikenal dengan nama keroncong
oleh masyarakat awam.20

Secara instrumentasi musik keroncong memiliki ciri


khas dari musik yang lainnya. Keroncong dimainkan seca-

16 Agoes Sri Widjajadi, 2007, Op. Cit., hal. 10.


17 Ibid., hal. 10.
18 Ibid., hal. 10.
19 Budiman BJ, 1979, op. cit, hal. 3.
20 Anton M. Moelino, 1993, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Keroncong Gadhon
16 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
ra kelompok dan dalam kelompok orang yang memainkan
musik keroncong disebut dengan orkes keroncong. Orkes
keroncong terdiri dari: biola, seruling, gitar, ukulele, banyo,
celo dan bass. Budiman BJ berpendapat bahwa sebagai ke-
tentuan dari orkes keroncong harus terdapat ukulele (biasa
disebut cuk). Apabila ada ansambel yang tidak menggunakan
alat musik keroncong (ukulele), itu bukan orkes keroncong.
Dalam orkes keroncong dapat ditambahkan instrumen lain
seperti saksofon, organ, vibraphone, atau ansambel gesek,
tapi instrumen yang tertulis dalam pengertian keroncong di
atas tidak dihilangkan.21

Selain dilihat dari bentuk formasi instrumennya, mu-


sik keroncong memiliki irama yang khas. Irama ini dihasil-
kan dari perpaduan bunyi iringan instrumen cello, cak (ba-
nyo), dan cuk (ukulele). Cello dimainkan dengan Pizzicato
dan terdengar seperti irama kendang dan kadang disebut
gendangan.22 Cak dimainkan secara rasgueado (bahasa Spa-
nyol) dengan ritme sinkop. Cuk dimainkan sama dengan me-
mainkan cak tetapi dimainkan sesuai dengan ketukan, dan
dalam perkembangannya divariasikan dengan teknik tremo-
lo. Dari ketiga instrumen tersebut dapat memberikan nuansa
yang menjadi ciri khas kuat dari musik keroncong.

21 Budiman BJ, 1979, op. cit, hal. 2.


22 Ibid, hal.19.

Antonius Raprika Bangkit 17


Bentuk Musik Keroncong
Musik keroncong juga mempunyai kekhasan dalam
bentuk repertoarnya. Ciri tersebut tampak jelas dilihat dari
perspektif musikologi dengan menjabarkan kaidah dan nor-
ma yang ada dalam setiap pengelompokan repertoar ter-
sebut. Ada beberapa pendapat mengenai pengelompokan
repertoar musik keroncong.

Menurut Kornhauser seperti dikutip R. Agoes Sriwid-


jajadi, pengelompokan repertoar keroncong dibagi menjadi
lima kelompok, yaitu :

1. Keroncong Asli

2. Stambul

3. Langgam Keroncong

4. Langgam Jawa

5. Keroncong Beat

Menurut Philip Yampolsky pengelompokan repertoar


keroncong dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Keroncong Asli

2. Stambul

3. Langgam

4. Langgam Jawa

Menurut Harmunah pengelompokan repertoar keron-


cong dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :

Keroncong Gadhon
18 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
1. Keroncong Asli

2. Langgam

3. Stambul

4. Lagu Ekstra23

Menurut R. Agoes Sriwidjajadi pengelompokan reper-


toar keroncong dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Keroncong Asli

2. Stambul (terdiri dari stambul I dan stambul II)

3. Langgam

4. Gaya keroncong (“dikeroncongkan”)24

Dari beberapa pendapat di atas penulis lebih setuju de-


ngan pendapat R. Agoes Sriwidjajadi. Bila dilihat dari bentuk
repertoarnya keroncong terdiri dari keroncong asli, stambul
(terdiri dari stambul I dan stambul II), langgam, gaya ke-
roncong. Adapun dasar formulasi stambul I dan stambul II
mempunyai bentuk yang hampir sama. Selanjutnya, reperto-
ar langgam diwarnai rasa dan muatan dari unsur kedaerahan,
sehingga tercipta langgam dengan menggunakan lirik dari
bahasa Jawa yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan
langgam Jawa. Format bentuk langgam Jawa masih sama de-
ngan langgam pada umumnya, namun terdapat kandungan
musikal kedaerahan yang menggunakan tangga nada penta-

23 Harmunah, 1987, Op. Cit., hal. 17.


24 R. Agoes Sri Widjajadi, 2007, op. cit, hal. 41.

Antonius Raprika Bangkit 19


onis serta memiliki suasana yang benar-benar khas.

Secara umum lagu-lagu keroncong bisa dikatakan do-


minan menggunakan sukat 4/4. Tetapi yang membedakan
dari tiap bentuk repertoar musik keroncong adalah pola pro-
gresi akor. Berikut penjabaran dari masing-masing bentuk-
nya:

a. Keroncong Asli
Bentuk lagu keroncong asli menggunakan sukat
4/4 dan terdiri dari 28 birama. Pada bentuk lagu ini
terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian A, bagian B, dan
bagian C. Khusus lagu keroncong asli biasanya dimulai
dengan introduksi yang disebut dengan voorspel. Dalam
musik keroncong, voorspel merupakan permainan solo
biola, flute atau gitar dan dimainkan secara improvisa-
si. Di dalam keroncong asli biasanya voorspel itu dibagi
menjadi 3 bagian. Bagian pertama, improvisasi diakhiri
kemudian langsung disambut oleh rekan-rekan pemain
lainnya dengan bunyi serempak raal panjang dalam akor
tonika. Bagian kedua, improvisasi diakhiri kemudian
disambut oleh rekan-rekan yang lain dengan bunyi se-
rempak dan tegas dalam akor dominan septime. Bagian
ketiga, improvisasi diakhiri kemudian disambut oleh re-
kan-rekan pemain lainnya dalam akor tonika dan masuk
dalam tempo irama keroncong dengan mengambil nada-
nada dari melodi lagu.

Keroncong Gadhon
20 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Konstruksi pola penyajian keroncong
asli secara berkesinambungan diawali
dari introduksi (introduction), bentuk
lagu bagian A disebut pula “angkatan”,
musik tengah disebut pula “middenspel”,
bentuk lagu bagian B disebut “ole-ole”,
bentuk lagu bagian C disebut pula “seng-
gakan”, dan diakhiri oleh koda (coda).25

Bentuk lagu bagian A terdiri dari delapan birama


yang diisi oleh vokal yang kemudian disambut dua bira-
ma yang diisi melodi oleh biola atau flute dengan per-
mainan melodi yang selaras dengan progresi akor (mid-
denspel) yang menjembatani ke bentuk lagu bagian B
sepanjang dua birama dengan akor dominan.

Dua birama ini sering disebut dan dike-


nal sebagai musik tengah, namun sebe-
narnya ini merupakan bentuk interpe-
lasi (berarti durchgang dan weschelnot),
yang dapat disisipkan pada awal atau
akhir dari sebuah bentuk musik sebagai
persiapan atau ancang-ancang (einzug).26

Bentuk lagu bagian B terdiri dari sepuluh birama


yang diisi oleh vokal dan bagian C terdiri dari delapan

25 Ibid, hal. 42.


26 Ibid, hal. 43.

Antonius Raprika Bangkit 21


birama yang diisi oleh vokal juga. Koda dimainkan dalam
bentuk kadens lengkap yaitu progresi akor IV – V yang
diambil dari birama terakhir bentuk lagu bagian C menu-
ju ke akor tonika. Berikut ini adalah bagan bentuk dari
keroncong asli:

Gambar 1
Bagan bentuk lagu keroncong asli, sumber R. Agoes Sri
Widjajadi, 2007, hal. 44

Keroncong Gadhon
22 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
b. Stambul
Stambul dibedakan menjadi dua, yaitu stambul I
dan stambul II. Stambul I dan stambul II memiliki ben-
tuk yang sama, yaitu terdiri dari dua bagian. Yang mem-
bedakan adalah bentuk lagu stambul II memiliki birama
yang lebih banyak daripada stambul I. Stambul I terdiri
dari 16 birama dan memiliki bentuk lagu dua bagian yai-
tu bagian A dan B. Konstruksi pola penyajian untuk lagu
stambul I diawali dengan introduksi, kemudian bagian A
dilanjutkan bagian B dan diakhiri koda. Untuk introduksi
diawali oleh permainan instrumen gitar tetapi terkadang
juga dimainkan oleh instrumen biola atau flute. Bentuk
lagu bagian A terdiri dari delapan birama yang diisi oleh
vokal. Bentuk lagu bagian B sama dengan bentuk lagu ba-
gian A yaitu terdiri dari delapan birama yang diisi oleh
vokal.27 Berikut ini adalah bagan bentuk dari stambul I:

27 Ibid, hal. 45.

Antonius Raprika Bangkit 23


Gambar 2
Bagan bentuk lagu stambul I, sumber R. Agoes Sri
Widjajadi, 2007, hal. 45

Pada repertoar stambul II terdiri dari 32 birama


dan mempunyai bentuk lagu dua bagian yaitu bagian A
dan bagian B. Adapun konstruksi pola penyajian stambul
II diawali dengan introduksi, bentuk lagu bagian A ke-
mudian bentuk lagu bagian B dan diakhiri dengan koda.
Indroduksi diawali oleh permainan melodi bebas oleh
instrumen gitar, tetapi terkadang juga dimainkan oleh
instrumen biola atau flute dan disambut oleh vokal yang
dimainkan secara recitative yang berlandaskan oleh dua
buah akor. Bentuk lagu bagian A terdiri dari 16 birama
yang diisi oleh vokal. Bentuk lagu bagian B merupakan

Keroncong Gadhon
24 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
bentuk pengulangan dari bentuk lagu bagian A dan terdi-
ri dari 16 birama dan diisi oleh vokal. Berikut ini adalah
bagan bentuk dari stambul II:

Gambar 3
Bagan bentuk lagu stambul II, sumber R. Agoes Sri
Widjajadi, 2007, hal. 46

c. Langgam
Bentuk lagu langgam menggunakan sukat 4/4 yang
terdiri dari 32 birama dengan bentuk lagu A – A' – B – A'.
Konstruksi pola penyajiannya hampir sama dengan pola

Antonius Raprika Bangkit 25


penyajian musik populer pada umumnya, diawali dengan
introduksi, bentuk lagu bagian A, bentuk lagu bagian A',
bentuk lagu bagian B, bentuk lagu bagian A', musik te-
ngah (interlude), bentuk lagu bagian B, bentuk lagu ba-
gian A' dan diakhiri dengan koda. Introduksi dimainkan
oleh biola atau flute dengan mengambil tema melodi dari
empat birama terakhir, biasanya bagian A'. Bagian A ter-
diri dari delapan birama dan diisi dengan vokal. Bagian
A' merupakan pengulangan dari bentuk lagu bagian A
yang terdiri dari delapan birama dan diisi dengan vokal,
yang membedakan adalah liriknya. Bagian B terdiri dari
delapan birama dan diisi oleh vokal. Musik tengah terdiri
dari delapan birama dan diisi oleh biola atau flute. Pada
musik tengah ini dimainkan dengan instrumen biola atau
flute. Bentuk lagu bagian B terdiri dari delapan birama
dan diisi oleh vokal. Bentuk lagu bagian A' yang terakhir
terdiri dari delapan birama dan diisi oleh vokal dan dia-
khiri koda yang terdiri dari dua birama yang dimainkan
menggunakan kadens lengkap dengan progresi akor IV-
V-I.

Dalam repertoar langgam berbahasa Jawa


telah dikembangkan lagi melalui pende-
katan bentuk lagu langgam keroncong
atas dasar pengaruh dan dominasi yang
kuat dari unsur musik daerah dan tradisi-
onal, sehingga membentuk suatu bentuk

Keroncong Gadhon
26 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
lagu yang imitatif dengan langgam keron-
cong.28

Dalam repertoar langgam berbahasa Jawa menggu-


nakan tangga nada pentatonis yang mengimitasi tangga
nada pada musik tradisional Jawa (gamelan/karawitan).
Berikut ini adalah bagan bentuk dari langgam :

28 Ibid, hal. 48.

Antonius Raprika Bangkit 27


Gambar 4
Bagan bentuk lagu langgam, sumber R. Agoes Sri
Widjajadi, 2007, hal. 48

Formasi Musik Keroncong


Gaya dan warna suara dalam suatu aliran musik sangat
terlihat dari instrumen yang dipakai serta gaya permainan
instrumen tersebut. Begitu juga dengan keroncong. Bila kita
dengar musik ini sangat identik dengan instrumen cak, cuk

Keroncong Gadhon
28 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
dan cello. Ketiga instrumen tersebut memberikan corak
yang khas sebagai gaya musikal musik keroncong. Tetapi da-
lam formasi asli instrumen yang digunakan tidak hanya tiga
instrumen tersebut di atas. Dalam permainan langgam Jawa
gaya permainan keroncong mengimitasi dari karawitan. Da-
lam hal ini permainan alat-alat keroncong dimainkan seperti
alat-alat gamelan.

Hal ini dapat kita teliti pada alat-alat musik keroncong


dan kita bandingkan dengan alat-alat musik gamelan.29

1. Gitar melodi : Gambang dan siter/


kecapi

2. Cak/ banyo dan Cuk/ukulele : Bonang, Kethuk


dan Kenong

3.
Cello : Kendhang

4.
Bass : Gong

5.
Biola : Rebab

6.
Flute : Seruling

Yang perlu dicermati dalam instrumen bass yang


mengimitasi instrumen gong bukan mengimitasi pola per-
mainannya tetapi lebih pada wilayah nada yang dihasilkan.
Dalam hal ini bass dan gong memiliki wilayah nada yang
sama yaitu tergolong dalam alat musik dengan frekuensi ren-
dah.

29 Budiman BJ, 1979, op. cit, hal. 88.

Antonius Raprika Bangkit 29


Berikut kita lihat bentuk dan pola permainan dari
tiap-tiap instrumen yang dipakai dalam keroncong formasi
asli untuk memainkan musik keroncong.

a. Biola

Gambar 5
Foto biola, koleksi pribadi

Biola merupakan instrumen gesek dan dalam mu-


sik keroncong instrumen ini berfungsi sebagai instumen
melodi. Para pelaku keroncong sering menyebutnya de-
ngan istilah “instrumen depan”. Permainan biola terde-
ngar menonjol saat pembukaan lagu pada bentuk lagu
keroncong asli (voorspel), intro bentuk lagu langgam,

Keroncong Gadhon
30 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
melodi lagu pada saat interlude dan improvisasi di te-
ngah lagu.

Pada umumnya, ciri khas permainan nada


yang berdurasi panjang, pembawaan pada
alat musik biola sengaja mengambil nada
yang sedikit rendah frekuensinya dari la-
ras (tuning) yang berlaku secara univer-
sal, kemudian nada tersebut dikembalikan
atau dinaikkan ke nada yang berfrekuensi
sesuai larasnya dengan teknik permainan
yang disebut glissando.30

Teknik permainan biola meniru beberapa teknik


dan gaya yang sama dengan pembawaan vokal yang men-
jadi ciri khas dalam musik keroncong, yaitu: cengkok, gre-
gel, nggandul, dan embat. Sebagai contoh, berikut adalah
permainan biola pada bagian introduksi (voorspel) pada
bentuk lagu keroncong asli:

Contoh 1 merupakan voorspel bagian pertama

Contoh 2 merupakan introduksi voorspel bagian kedua

30 R. Agoes Sri Widjajadi, 2007, op. cit, hal. 32.

Antonius Raprika Bangkit 31


Contoh 3 merupakan voorspel bagian ketiga

Notasi 1
Notasi Voorspel biola bagian 1, 2 dan 3, umber Budiman
BJ, 1979, hal. 6

b. Flute

Gambar 6
Foto flute, koleksi pribadi

Instumen flute ini memiliki peran yang sama de-


ngan instrumen biola yaitu sebagai instrumen melodi.
Teknik yang menjadi ciri khas keroncong seperti: ceng-
kok, nggandul, gregel dan embat juga menjadi teknik yang
sering terdengar dan menonjol pada instrumen ini. Tek-

Keroncong Gadhon
32 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
nik glissando juga dipakai oleh instrumen ini untuk me-
mainkan lagu keroncong.

Selain teknik glissando, ciri khas yang


dimainkan oleh alat musik flute pada
umumnya memainkan rangkaian melo-
di dengan tekanan nada yang berwilayah
nada (register) bawah dan tekanan nada
yang berwilayah nada atas dimainkan de-
ngan durasi nada pendek (staccato).31

Sebagai contoh, berikut adalah permainan biola


pada bagian introduksi (voorspel) pada bentuk lagu ke-
roncong asli:

Contoh 1 merupakan introduksi voorspel bagian pertama

Contoh 2 merupakan introduksi voorspel bagian kedua

31 Ibid, hal. 33.

Antonius Raprika Bangkit 33


Contoh 3 merupakan Introduksi voorspel bagian ketiga

Notasi 2
Notasi Voorspel flute bagian 1, 2 dan 3, Sumber
Budiman BJ, 1979, hal. 7

c. Ukulele / Cuk

Gambar 7
Foto ukulele, koleksi
pribadi

Ukulele merupakan alat petik yang mempunyai


empat senar dengan stem g”- c”- e”- a” yang disebut de-

Keroncong Gadhon
34 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
ngan ukulele stem A. Tetapi dalam musik keroncong bi-
asanya pemain ukulele menggunakan tiga senar dengan
stem g”- b’- e” yang disebut dengan ukulele stem E. Senar
yang digunakan untuk instrumen ukulele terbuat dari
bahan nilon. Semula permainan alat musik tersebut de-
ngan teknik permainan yang disebut rasquedo dan pola
permainannya bersahaja. Namun di sekitar tahun 1941-
1942, Abdul Razak telah mengembangkan pola perma-
inan alat musik cuk dengan menggunakan teknik yang
disebut thrill.32 Thrill yang dimaksud tersebut di atas, me-
nurut penulis lebih tepat menggunakan teknik tremolo.
Tremolo adalah teknik memainkan satu nada dengan ce-
pat dan berulang-ulang. Untuk lebih jelasnya bagaimana
penggunaan teknik tremolo dalam permainan cuk, di ba-
wah akan diberikan contoh dalam bentuk notasi. Dalam
musik keroncong pemain cuk biasanya mengembangkan
permainannya sendiri terkadang berimprovisasi sesuai
dengan mood yang timbul saat bermain bersama. Beri-
kut adalah contoh pola ritme iringan yang menampakkan
ciri khas musik keroncong dalam permainan instrumen
ukulele:

32 Ibid, hal. 34.

Antonius Raprika Bangkit 35


Contoh 1 merupakan pola dasar permainan ukulele

Contoh 2 merupakan pengembangan dari pola dasar per-


mainan ukulele

Notasi 3
Notasi pola dasar dan perkembangan permainan
ukulele, sumber R. Agoes Sri Widjajadi, 2007, hal. 35

Dalam penulisan teknik tremolo di atas berbeda


dengan teknik memainkannya pada instrumen ukulele.
Berikut ini penulisan pola ritme teknik tremolo bila dite-
rapkan pada permainan instrumen ukulele :

Keroncong Gadhon
36 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Notasi 4
Teknik penulisan dan bunyi yang dihasilkan

d. Cak

Gambar 8
Foto cak, koleksi pribadi

Secara bentuk instrumen ini mirip dengan ukulele,


mirip gitar tetapi kecil berdawai tiga. Hanya saja dawai-
nya terbuat dari bahan logam. Cak juga sering disebut
dengan istilah banyo. Selain nama banyo, instrumen mu-
sik ini juga sering disebut juga dengan gitar negro, gitar

Antonius Raprika Bangkit 37


tenor dan cak tenor.33 Instrumen ini memiliki stem nada
g”- b’- e” atau g’- b’- e” dan biasa disebut dengan banyo
stem E, sedangkan pada musik keroncong yang sering di-
gunakan adalah banyo stem B dengan stem nada d”- fis’-
b’. Pada senar nomor tiga atau senar paling atas biasanya
menggunakan senar dobel dengan stem nada yang sama.
Permainan instrumen ini menggunakan teknik yang di-
sebut dengan rasgqueado dan memainkan ritme sinkop.
Pola ritme sinkop ini adalah pola ritme yang berlawanan
dengan instrumen ukulele sehingga instrumen cuk ini
selalu berpasangan dengan instrumen ukulele. Berikut
adalah contoh pola ritme iringan yang menampakkan ciri
khas musik keroncong dalam permainan instrumen cak:

Contoh 1 merupakan pola dasar permainan cak

Notasi 5
Notasi pola dasar permainan cak, sumber R. Agoes Sri
Widjajadi, 2007, hal. 36

33 Pono Banoe, 1984, Pengantar Pengetahuan Alat Musik, C.V. Baru, Jakarta, hal.
181

Keroncong Gadhon
38 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Contoh 2 merupakan pola permainan irama tunggal /
engkel

Notasi 6
Notasi pola permainan cak irama tunggal /engkel,
sumber berdasarkan mata kuliah praktek keroncong,
dosen Drs. Siswanto M.Hum)

e. Gitar

Gambar 9
Foto gitar, koleksi pribadi

Gitar merupakan salah satu instrumen yang tidak


asing lagi bagi kita karena alat musik ini yang sangat po-
puler di masyarakat. Alat ini merupakan alat musik petik
yang mempunyai enam dawai dengan stem nada E- A-

Antonius Raprika Bangkit 39


d- g- b- e’. Dawai gitar biasanya terbuat dari bahan nilon
tetapi yang dipakai dalam musik keroncong adalah gitar
dengan dawai yang terbuat dari bahan logam. Bila kita
lihat dari fungsinya, dalam musik keroncong gitar ber-
peran sebagai instrumen pengiring dalam kaidah musik
keroncong, bukan seperti iringan pada umumnya.

Langkah-langkah pola permainan alat


musik tersebut merupakan rangkaian me-
lodi yang bergerak ke arah atas dan bawah
sebagai jabaran dari akor yang dimainkan
dengan nilai nada seperdelapanan untuk
irama tunggal (sering disebut dengan ira-
ma engkel) dan seperenambelasan untuk
irama ganda (sering disebut irama rang-
kep atau doble).34

Pada tulisan Budiman BJ tertulis gitar memainkan not


atau nilai nada seperenambelasan untuk irama tunggal
dan sepertigapuluhduaan untuk irama rangkap. Adapun
teknik permainan gitar dalam musik keroncong adalah
memainkan melodi secara chordal atau mengikuti nada-
nada dalam akor yang dimainkan. Selain itu juga diguna-
kan nada-nada kromatis (nada tengahan) untuk memper-
halus rangkaian melodinya.35 Selain menggunakan nilai
nada genap, sinkop dan triol juga sering disisipkan dalam

34 R. Agoes Sri Widjajadi, 2007, op. cit, hal. 36.


35 Budiman BJ, 1979, op. cit, hal. 23.

Keroncong Gadhon
40 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
permainan instrumen gitar pada musik keroncong. Pada
bentuk lagu stambul gitar tidak hanya berperan sebagai
pengiring tetapi turut serta memainkan voorspel dengan
bermain improvisasi melodi seperti biola dan flute se-
belum disambut oleh vokal. Berikut adalah contoh pola
ritme iringan yang menampakkan ciri khas musik keron-
cong dalam permainan instrumen gitar:

Contoh 1 merupakan permainan gitar dalam akor tonika

Notasi 7
Notasi permainan gitar dalam akor tonika, sumber
Budiman BJ, 1979, hal. 23

Contoh 2 merupakan permainan gitar dalam akor sub-


dominan

Notasi 8
Notasi permainan gitar dalam akor sub-dominan,
sumber Budiman BJ, 1979, hal. 25

Antonius Raprika Bangkit 41


Contoh 3 merupakan permainan gitar dalam akor domi-
nan-septime

Notasi 9
Notasi permainan gitar dalam akor dominan-septime,
sumber Budiman BJ, 1979, hal. 24

f. Cello

Gambar 10
Foto cello, koleksi pribadi

Dalam musik keroncong cello berfungsi sebagai


pemegang ritmis dan menggunakan tiga dawai dengan

Keroncong Gadhon
42 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
stem C- G- d, atau ada pula yang menggunakan stem D- G-
d. Sebenarnya cello adalah alat musik gesek, tetapi pada
musik keroncong cello dimainkan dengan cara dipetik
(pizzicato). Cara memetik cello keroncong hanya mema-
kai ibu jari dan jari telunjuk saja sehingga menghasilkan
suara yang pendek (staccato) dan memberikan warna su-
ara yang khas dalam musik keroncong. Nada-nada yang
dipetik juga mengikuti nada-nada dalam akor yang dima-
inkan. Permainan cello petik sebenarnya mementingkan
permainan individu yang kuat, sebab cello dalam irama
keroncong bertugas sebagai gendang.36 Sehingga dalam
langgam Jawa pemain cello terkadang memukul badan
cello untuk memberikan efek seperti permainan kend-
hang. Dawai yang dipakai pada cello keroncong berbeda
dengan cello gesek. Cello gesek menggunakan dawai de-
ngan bahan logam tetapi bila cello keroncong menggu-
nakan dawai dengan bahan nilon. Berikut adalah contoh
pola ritme iringan yang menampakkan ciri khas musik
keroncong dalam permainan instrumen cello:

36 Ibid, hal. 19.

Antonius Raprika Bangkit 43


Contoh pola permainan cello keroncong

Notasi 10
Notasi pola permainan cello, sumber Budiman BJ, 1979,
hal. 20

Notasi 11
Notasi pola permainan cello, sumber berdasarkan mata
kuliah praktek keroncong, dosen Drs. Siswanto M.Hum

g. Bass

Gambar 11
Foto bass, koleksi pribadi

Keroncong Gadhon
44 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Bentuk instrumen bass hampir sama dengan in-
strumen cello, hanya saja bass berukuran lebih besar.
Dari teknik permainan juga hampir sama, bass dimain-
kan dengan cara dipetik. Bass mempunyai empat dawai
yang terbuat dari bahan nilon dan mempunyai stem nada
E- A- D- G, tetapi ada juga yang menggunakan tiga dawai
dengan stem nada A- D- G. Dalam musik keroncong bass
berfungsi memberikan penekanan pada progresi akor
yang dimainkan serta berperan sebagai pembentuk kete-
patan ritme pada kekuatan irama keroncong. Bass dapat
memainkan filler, terutama pada peralihan akor tonika ke
sub dominan (dengan memainkan nada septime), atau ke
dominan. Berikut adalah contoh pola ritme iringan yang
menampakkan ciri khas musik keroncong dalam perma-
inan instrumen bass:

Contoh 1 merupakan pola permainan bass

Notasi 12
Notasi pola permainan bass, sumber Budiman BJ, 1979,
hal. 21-22

Antonius Raprika Bangkit 45


Contoh 2 merupakan pola filler pada permainan bass

Notasi 13
Notasi Pola filler permainan bass, sumber Harmunah,
1996, hal. 28

h. Pembawaan Vokal
Selain pembawaan instrumen, pembawaan vokal
juga mempunyai ciri tersendiri yang menjadikan khas
dalam musik keroncong. Penyanyi keroncong di tuntut
untuk bisa membawakan secara improvisatif dengan co-
rak khas pembawaan vokal keroncong yaitu: cengkok,
gregel, embat dan nggandul seperti halnya dalam kara-
witan, dalam musik barat diistilahkan sebagai nada hias
(ornamentation). Cengkok dalam istilah keroncong mak-
sudnya adalah segala bentuk nada hiasan yang mengem-
bangkan kalimat lagu, artinya mengisi, memperindah
dan menghidupkan kalimat lagu. Gregel merupakan hias-
an nada yang sangat cepat.37 Penyanyi keroncong sering
menyanyikan nada-nada yang tidak tepat pada pukulan,
seperti agak sedikit tertunda. Dalam pembawaan vokal
keroncong, penyanyi dalam menyanyikan nada-nadanya
sering tidak tepat pada pukulan ritmenya. Jadi agak di-
tunda sedikit, yang dalam musik keroncong sering dika-

37 R. Agoes Sri Widjajadi, 2007, op. cit, hal. 39.

Keroncong Gadhon
46 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
takan menggantung maat atau dalam istilah bahasa Jawa
disebut nggandul.

Dalam penulisan notasi pencipta lagu keroncong


biasanya tidak menyertakan tanda-tanda baik ornamen
maupun dinamika seperti yang dituliskan pada lagu-lagu
seriosa. Hal ini dikarenakan karena komponis lagu ke-
roncong pada zaman dahulu kurang memperhatikan
mengenai penulisan lagu-lagu ciptaannya, sehingga pe-
nyanyi sendirilah yang harus mengolah dan menghayati
lagu-lagu tersebut. Hal tersebutlah yang perlu diperhati-
kan bagi seorang penyanyi lagu-lagu keroncong, disam-
ping dari lirik lagu itu sendiri yang menentukan.38 Jadi
dalam hal ini penyanyilah yang menempatkan ornamen
dan dinamika dari lagu-lagu yang dibawakan.

Penulisan cengkok, gregel, embat dan nggandul ti-


dak pernah didapatkan dalam notasi pada buku-buku
cetak untuk lagu-lagu keroncong. Namun dalam budaya
penulisan notasi musik barat (western music) dapat di-
wujudkan dalam bentuk notasi balok (stave notation),
disebut grupetto, mordent, appogiatura dan opmaat. Ilus-
trasi notasi tersebut dapat ditunjukkan dalam beberapa
potongan birama seperti berikut:

38 Budiman BJ, 1979, op. cit, hal. 17.

Antonius Raprika Bangkit 47


Contoh 1 merupakan penggunaan grupetto

Notasi 14
Notasi teknik grupetto dalam vokal keroncong, sumber
R. Agoes Sriwidjajadi, 2007, hal. 40

Contoh 2 merupakan penggunaan appoggiatura dan mor-


dent

Notasi 15
Notasi teknik appoggiatura dan mordent dalam vokal
keroncong, sumber R. Agoes Sriwidjajadi, 2007, hal. 40

Keroncong Gadhon
48 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Notasi 16
Notasi teknik opmaat dalam vokal keroncong

Gaya Keroncong Solo


Bila kita lihat dari sejarahnya, musik keroncong meng-
alami persebaran dari satu daerah ke daerah yang lain. Ke-
roncong Tugu Jakarta merupakan awal mula lahirnya musik
keroncong di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pendapat
Surya Brata salah satu musikolog indonesia yang mengata-
kan Keroncong bukan di Jakarta saja. Keroncong sudah milik
umum. Malah di Filipina ada sejenis keroncong, Kundiman
namanya. Mungkin sekali keroncong bukan asli Jakarta teta-
pi riwayat keroncong di Indonesia bisa jadi dimulai di wila-
yah Jakarta, yaitu di kampung Tugu.39 Dari Jakarta kemudian
musik keroncong mengalami penyebaran ke Bandung, Yog-
yakarta, Surakarta, Semarang dan Surabaya. Di setiap daerah
musik keroncong selalu dipengaruhi oleh gaya musik dari
daerah tersebut.

39 Victor Ganap, 2011, Krontjong Toegoe, Badan Penerbit Institut Seni Indonesia,
Yogyakarta, hal 6.

Antonius Raprika Bangkit 49


Begitu juga keroncong di kota Solo juga memiliki gaya
berbeda yang dipengaruhi oleh musik daerah. Gaya irama
keroncong Solo biasanya disebut irama prolong.40 Prolong
merupakan istilah dalam memainkan ukulele dengan cara
memetik senarnya satu-persatu dan nada yang dipetik meng-
ikuti akor yang dimainkan. Pada ketukan kedua dan keempat
petikan senar dimainkan dengan teknik tremolo. Berikut ini
merupakan contoh pola dasar permainan ukulele gaya Solo:

Notasi 17
Pola dasar permainan ukulele gaya Solo

Dilihat dari contoh pola permainan ukulele gaya Solo


tersebut di atas pada ketukan pertama dimainkan dengan
cara rasquedo tetapi terkadang juga hanya dimainkan satu
nada saja pada senar 3 dalam akor yang sedang dimainkan.
Adapun yang mempopulerkan gaya ini pertama kali adalah
Abdul Razak, beliau seorang pemain keroncong studio RRI
Surakarta pada tahun 1958-an.41 Ukulele yang digunakan da-
lam gaya Solo adalah ukulele stem E.

Instrumen cak pada musik keroncong gaya Solo biasa-


nya menggunakan cak stem B. Dalam keroncong gaya Solo

40 Budiman BJ, op.cit, hal. 47.


41 Ibid, hal 47

Keroncong Gadhon
50 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
permainan cak berlawanan dengan ukulele sehingga dalam
pola permaiananya kedua instrumen ini saling berkaitan.
Pola permainan yang saling berkaitan seperti itu sering dise-
but dengan imbal. Imbal merupakan saling bergantian dalam
menanggapi sesuatu. Rangkap, umpan-mengumpan, saut-
menyaut.42

Pada keroncong gaya Solo gitar berfungsi sebagai in-


strumen pengiring tetapi dimainkan dengan cara memetik
senar satu persatu secara chordal atau mengambil nada-nada
yang terdapat dalam akor yang dimainkan. Konon kabarnya
yang mengawali dan mempopulerkan melodi gitar gaya Solo
ini adalah Bapak Sapari, pemain gitar Radio Orkes Surakarta
pada tahun 1950-an.43

Permainan cello dalam musik keroncong gaya Solo


mendapatkan pengaruh dari musik tradisi karawitan. Di
dalam musik keroncong cello mempunyai pola permainan
seperti kendhang dalam karawitan. Cello juga berfungsi se-
bagai tanda dalam perpindahan irama, biasanya dalam per-
pindahan irama engkel menuju irama dobel tiba-tiba tempo
permainaan cello melambat (suwuk) atau dalam musik barat
disebut dengan ritardando kemudian berjalan dengan irama
dobel dengan kembali ke tempo awal. Dalam stem alat cello
gaya keroncong Solo mempunyai stem C – G – D, berbeda
dengan stem cello gaya Yogyakarta yang menggunakan stem

42 Soeroso, 1999, Kamus Istilah Karawitan Jawa, Yogyakarta, hal. 156.


43 Budiman B. J., Op. Cit., hal 48.

Antonius Raprika Bangkit 51


D – G – D.

Bass dalam musik keroncong gaya Solo permainannya


lebih bebas bervariasi, tidak ada perbedaan dalam memain-
kan irama tunggal (engkel) ataupun rangkap (dobel) namun
tetap menyesuaikan tempo yang dikehendaki oleh pemain
cello.

Sama halnya dengan yang ada di daerah lain, biola dan


flute dalam keroncong gaya Solo berfungsi sebagai instru-
men melodi yang membawa intro dalam lagu dan mengisi
kekosongan pada melodi vokal. Dalam musik barat improvi-
sasi dalam mengisi kekosongan dalam bermain musik dise-
but dengan fill-in.

Dalam penyajiannya, gaya keroncong Solo menggu-


nakan dua irama yaitu: tunggal (engkel) dan rangkap (do-
bel). Dalam memainkan repertoar lagu keroncong biasanya
ada pengulangan bentuk lagu. Bentuk pertama dimainkan
dengan irama tunggal (engkel) kemudian pengulangannya
dimainkan dengan irama rangkap (dobel). Terkadang dalam
irama tunggal (engkel) juga diselipi irama dobel.

Keroncong Gadhon
52 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
3
FENOMENA KERONCONG GADHON DI SOLO

Pada abad 20-an musik keroncong mulai populer dan


berkembang di pulau Jawa. Solo merupakan salah satu kota
yang sangat mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
keroncong di pulau Jawa. Hal ini dapat dilihat dari muncul-
nya tokah keroncong, perkembangan teknik permainan in-
strumen keroncong, formasi keroncong dan banyak sekali
muncul lagu-lagu keroncong dari pengarang lagu yang ber-
mukim di Solo. Jadi sekarang sudah tidak mengherankan bila
musik keroncong sudah sangat lekat dalam kehidupan ma-
syarakat dan menjadi budaya musik khas kota Solo.

Hal ini tidak lepas dari campur tangan pemerintah


kota Solo. Sejak pemerintahan Ir. Joko Widodo dan F.X Hadi
Rudiyatmo sebagai Walikota dan Wakil Walikota sejak ta-
hun 2005 yang lalu, kebudayaan diangkat sebagai citra kota.
Dengan visi “Terwujudnya Kota Sala sebagai kota Budaya
yang bertumpu pada potensi Perdagangan, Jasa, Pariwisata
dan Olahraga” pemerintahan ini sangat menjunjung tinggi
budaya sebagai nilai luhur bangsa khususnya kota Solo yang
sangat kental dengan budaya Jawa. Hal ini dapat dilihat juga
dari slogan pariwisata dengan mengangkat “Solo, The Spirit

Antonius Raprika Bangkit 53


of Java” sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat ke-
budayaan Jawa. 44

Salah satu bentuk dukungan dari pemerintah tersebut


adalah setiap tahun musik keroncong mendapatkan dana
APBD dari pemerintah yang dikelola oleh HAMKRI sebagai
wadah/organisasi keroncong di kota Solo.45 Dana tersebut
dialokasikan untuk menggelar acara keroncong di kota Solo.
Banyak sekali acara yang digelar untuk mengangkat musik
keroncong di kota Solo antara lain di Taman Sriwedari yang
diadakan seminggu sekali, Taman Budaya Surakarta rutin
diadakan pentas musik keroncong setiap bulannya, Solo Ke-
roncong Festival (SKF) diadakan tiap tahun. SKF merupakan
acara keroncong yang bertaraf internasional. Pesertanya ti-
dak hanya dihadiri oleh Orkes Keroncong dari dalam negeri
saja, tetapi juga peserta dari luar negri. Pentas keroncong di-
selenggarakan secara rutin sebagai upaya pelestarian musik
keroncong karena sejak tahun 2007 Solo ditetapkan sebagai
kota keroncong.46

Dalam musik keroncong juga terdapat kelompok ke-


roncong dengan menggunakan instrumentasi yang tidak
lengkap. Kelompok seperti ini sering disebut dengan istilah

44 http//surakarta.go.id/, 7 Mei 2013, pukul 10.34


45 Heri Jumadi (sekertaris HAMKRI cabang Surakarta), wawancara tanggal 10 Mei
2013, Sekertariat HAMKRI Taman Sriwedari Solo pukul 00.13, diijinkan untuk
dikutip.
46 Heri Jumadi (sekertaris HAMKRI cabang Surakarta), wawancara tanggal 10 Mei
2013, Sekertariat HAMKRI Taman Sriwedari Solo pukul 00.13, diijinkan untuk
dikutip.

Keroncong Gadhon
54 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
gadhon. Dalam kamus istilah karawitan gadhon merupakan
makanan jenis lauk-pauk.47 Ibarat makanan, gadhon adalah
nyamil lauk-pauk, bukan makanan pokok seperti nasi tapi
tetap enak bila dirasakan.48

Gadhon juga terdapat dalam istilah karawitan Jawa. Ka-


rena sebenarnya musik keroncong sangat dekat dengan kara-
witan Jawa, begitu juga untuk beberapa istilah yang dipakai.
Dalam karawitan gadhon merupakan format kecil dari game-
lan Agung. Gadhon dalam karawitan terdiri dari ricikan/alat
kenong, kempul, kendhang ciblon dan gong kemodhong.49

Begitupun pengertian istilah gadhon dalam keroncong,


gadhon merupakan formasi dalam musik keroncong dengan
instrumentasi tidak lengkap. Banyak sekali ragam instru-
mentasi yang dipakai dalam gadhon tetapi biasanya terdiri
dari cuk, cak dan cello.50 Cello merupakan instrumen pokok
dalam formasi gadhon karena instrumen ini yang membuat
ritme keroncong. 51

Formasi gadhon ini sangat populer di kota Solo. Ham-


pir di setiap kampung di kota Solo akan kita jumpai musik

47 Soeroso, 1999, Op.Cit, hal 97.


48 Wartono (Wakil HAMKRI cabang Surakarta), wawancara tanggal 9 Mei 2013, Se-
kertariat HAMKRI Taman Sriwedari Solo pukul 00.29, diijinkan untuk dikutip.
49 Rahayu Supanggah, 2002, Bothekan Karawitan, Masyarakat Seni Pertunjukan In-
donesia, Jakarta, hal. 62
50 Iril Vi (pelaku gadhon), wawancara tanggal 10 Mei 2013, Sekertariat HAMKRI
Taman Sriwedari Solo pukul 12.27, diijinkan untuk dikutip.
51 Pak Jentot (Ketua Bidang Musik RRI Solo), wawancara tanggal 29 April 2013,
RRI Solo pukul 12.07, diijinkan untuk dikutip.

Antonius Raprika Bangkit 55


keroncong dengan formasi gadhon. Format seperti ini biasa-
nya dimainkan hanya untuk sekedar mengisi waktu luang/
berkumpul bersama teman-teman saja. Terkadang ada yang
kurang kalau belum berkumpul bersama teman-teman dan
memainkan musik keroncong atau istilahnya tabuhan.52 De-
ngan beberapa orang yang ada akhirnya mereka memainkan
musik keroncong dengan alat yang ada juga. Begitu popu-
lernya formasi gadhon ini hingga pernah diadakan lomba
keroncong untuk formasi gadhon yang dibawahi oleh HAM-
KRI. Tidak hanya itu saja, formasi gadhon ini juga pernah
dibawa untuk diperkenalkan dalam acara kebudayaan musik
Portugis di Denmark.

Menurut pengalaman beberapa orang, formasi gadhon


ini sudah ada sejak lama. Salah satunya adalah menurut Ba-
pak Kaswadi, beliau adalah seorang pemain keroncong dan
pencipta lagu-lagu langgam Jawa. Pada saat penelitian ini di-
tulis beliau sudah berumur 85 tahun. Menurut pengalaman
beliau dahulu keroncong itu hanya terdiri dari instrumen
cak, cuk dan gitar. Pada saat itu cak hanya mempunyai 1 se-
nar saja. Instrumen gitar berfungsi memainkan peran cello
sebagai kendhang-an.53 Menurut Bapak Kaswadi formasi dan
fungsi instrumen seperti ini sudah ada sejak dia masih kecil.

Selain sebagai sarana berkumpul, formasi gadhon juga

52 Adhi Jalugeni (Pelaku keroncong), wawancara tanggal 12 Mei 2013, Sekertariat


HAMKRI Taman Sriwedari, pukul 18.15, diijinkan untuk dikutip.
53 Kaswadi (Pelaku keroncong), wawancara tanggal 10 Mei 2013, Sekertariat HAM-
KRI Taman Sriwedari, pukul 20.51, diijinkan untuk dikutip.

Keroncong Gadhon
56 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
sering dipakai untuk ngamen. Kegiatan seperti ini sudah dila-
kukan cukup lama. Menurut pengakuan Bapak Tukiyo salah
seorang pelaku gadhon untuk ngamen, beliau sudah melaku-
kan ngamen dengan format gadhon sejak tahun 1961. Pada
saat itu instrumen yang dipakai hanya gitar dan cuk.54 Ng-
amen ini dilakukan dengan cara berkeliling dari rumah ke
rumah.

Saat ini ngamen dengan format gadhon ini banyak


sekali kita jumpai di warung-warung makan, antara lain di
Warung Soto Nusukan, Soto Sawah, Sate Guk-guk daerah pa-
sar Komplang, Timlo Sastro daerah Pasar Gedhe, Es Masuk,
Dapur Solo, Bakso Kadipolo dan masih banyak lagi tempat
lainnya. Kegiatan ini sudah tidak dilakukan keliling lagi te-
tapi mereka menetap di warung-warung saja. Hal ini tidak
lepas dari peran pemerintah yang menghimbau agar para
pengamen yang punya kelompok dan musik mereka bisa di-
dengarkan agar bisa masuk ke warung-warung makan dan
ngamen secara menetap di sana.55 Persoalan pengamen ini
sudah lama sekali digagas oleh pemerintah kota Solo. Hal ini
dapat dilihat dari wawancara FX Rudyatmo oleh suara mer-
deka dalam acara festival musik jalanan tahun 2006, beliau
mengatakan “Persoalan para pengamen jalanan semestinya
memang harus dipikirkan. Apakah sekedar dibiarkan saat
melihat mereka di jalanan untuk mencukupi kebutuhan hi-

54 Tukiyo (Pelaku keroncong), wawancara tanggal 11 Mei 2013, Sekertariat HAM-


KRI Taman Sriwedari, pukul 06.00, diijinkan untuk dikutip.
55 Purwanto (Pelaku keroncong), wawancara tanggal 29 April 2013, Warung makan
bakso Kadipolo, pukul 03.40, diijinkan untuk dikutip.

Antonius Raprika Bangkit 57


dup. Nah, menyangkut persoalan ini, kami saat ini sebenar-
nya juga sedang mencari solusinya.”56

Tidak seperti Orkes Keroncong yang berada di Solo,


kelompok pengamen tersebut tidak dikelola oleh HAMKRI.
Bahkan banyak dari para pengamen ini tidak masuk dalam
keanggotaan HAMKRI. Hanya beberapa orang saja yang ter-
daftar sebagai anggota HAMKRI. Hal tersebut dikarenakan
mereka tidak mau terikat dalam organisasi dan tidak berpro-
fesi sebagai pemain keroncong. Sebagian dari mereka men-
jadikan gadhon untuk ngamen ini sebagai mata pencaharian
juga. Dari sini dapat dilihat terdapat perbedaan antara for-
masi gadhon dan formasi keroncong asli yang akan dibahas
pada bab selanjutnya.

Beberapa pendapat juga mengatakan bahwa kelom-


pok-kelompok pengamen gadhon ini tumbuh dengan sen-
dirinya tanpa ada campur tangan pemerintah. Seperti yang
dikatakan Iril Vi salah seorang pelaku gadhon untuk ngamen,
biasanya kelompok gadhon diminta oleh warung makan dan
hotel untuk mengisi musik keroncong dengan formasi gad-
hon secara live bahkan ada juga yang mengikuti audisi yang
diadakan oleh tempat-tempat tersebut agar dapat mengisi di
tempat-tempat tersebut secara reguler.57

Dalam ngamen ini mereka hanya mengandalkan we-


las asih dari para pengunjung warung dalam mendapatkan

56 http://www.suaramerdeka.com/harian/0603/nas12.htm, 6 Mei 2013, pukul 10.13


57 Iril Vi (pelaku gadhon), wawancara tanggal 10 Mei 2013, Sekertariat HAMKRI
Taman Sriwedari Solo pukul 12.27, diijinkan untuk dikutip.

Keroncong Gadhon
58 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
nafkah yang rata-rata hanya mendapatkan hasil antara Rp.
20.000,- sampai Rp. 30.000,- per-orang setiap harinya. De-
ngan meletakkan sebuah kotak atau yang biasa disebut de-
ngan lodong sebagai tempat para pengunjung memberikan
sebagian uangnya untuk mereka. Tetapi berbeda dengan
Warung Timlo Sastro yang terletak di daerah pasar Gede
Solo. Di sini para pengamen ini dikelola dengan baik. Setiap
hari kami harus menabung Rp. 5000,- yang nantinya akan
dibagikan saat bulan puasa karena pada saat bulan tersebut
warung ini pasti pengunjungnya tidak sebanyak pada bulan-
bulan biasanya.58

Keroncong Formasi Asli dan Gadhon


Ada beberapa pendapat mengenai formasi instrumen
yang dipakai dalam musik keroncong antara lain Richard
Nidel yang mengatakan “The typical ensemble includes violin,
guitar, flute, cavaquinhos (ukulele), cello and bass.”59 Menurut
Budiman BJ: “Mereka bergabung menjadi satu kelompok un-
tuk memainkan alat-alat musik antara lain: kroncong (uku-
lele), keroncong cak (banyo), cello, gitar, bass flute dan bio-
la.60 Hingga sekarang formasi tersebut yang menjadi formasi
standar dalam memainkan musik keroncong.

58 Budi Wiranto (pelaku gadhon), wawancara tanggal 10 Mei 2013, warung makan
Timlo Solo pukul 02.30, diijinkan untuk dikutip.
59 Richard Nidel, 2005, World Music: The Basic, Taylor and Francis Group, New
York, hal. 230
60 Budiman B. J., Op. Cit., hal. 1

Antonius Raprika Bangkit 59


Tetapi ada juga yang memainkan dengan formasi yang
sederhana. Dalam formasi sederhana biasanya alat yang di-
pakai tidak lengkap, hanya diambil dari beberapa alat yang
dipakai dalam format asli. Formasi ini disebut dengan keron-
cong gadhon. Pada saat ini formasi ini sering dipakai untuk
ngamen atau dijajakan untuk menghibur baik berkeliling
atau menetap di tempat-tempat tertentu. Kita bisa lihat for-
mat asli dan berbagai macam format gadhon yang dipakai
untuk memainkan musik keroncong dalam tabel di bawah
ini:

Formasi Asli Keroncong Formasi Keroncong Gadhon

1. Vokal 1. Cuk + Vokal

2. Biola 2. Cak

3. Flute 3. Cello

4. Ukulele/ Cuk
1. Biola + Vokal
5. Cak
2. Cak
6. Gitar
3. Cello
7. Cello

8. Bass

Keroncong Gadhon
60 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
1. Vokal

2. Cuk

3. Cak

4. Cello

5. Biola

1. Cak + Vokal

2. Cello

1. Cuk

2. Cak

3. Ketipung

Tabel 1
Tabel perbandingan keroncong formasi asli dan gadhon

Dalam kelompok keroncong gadhon biasanya semua


memainkan alat musik. Jadi untuk penyanyinya biasanya di-
rangkap oleh para pemain instumen itu sendiri. Terkadang
mereka menyanyi secara bergantian. Tetapi tidak menutup
kemungkinan dalam formasi gadhon juga terdapat seorang
penyanyi.

Antonius Raprika Bangkit 61


Format dan Fungsi
Seperti telah disebutkan dalam ragam instrumentasi
gadhon di atas, berikut ini merupakan ragam instrumentasi
yang dipakai dalam gadhon dan fungsi dari masing-masing
instrumen yang dipakai:

a. Formasi Cuk, Cak, Cello


Formasi gadhon dengan instrumentasi seperti ini
merupakan formasi yang paling banyak dijumpai di kota
Solo. Instrumentasi seperti ini terdapat pada kelompok
pengamen yang berada di Warung Soto Sawah Solo dan
Warung Bestik di daerah Sumber Solo. Berikut ini me-
rupakan tabel perbandingan fungsi instrumen dalam ke-
roncong formasi asli dan formasi gadhon:

1. Cuk

Keroncong formasi Keroncong formasi


asli gadhon

• Pengiring • Pengiring

• Menggantikan fungsi
biola atau flute sebagai
instrumen melodi da-
lam membawakan intro
dan interlude/musik te-
ngah

Keroncong Gadhon
62 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
• Dalam bentuk lagu ke-
roncong asli cuk meng-
gantikan fungsi biola
atau flute dalam mem-
bawakan melodi tengah
sebelum bagian ole-ole.

Tabel 2
Tabel perbandingan fungsi instrumen cuk
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi cuk, cak, cello

2. Cak

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Pengiring • Pengiring

• Dalam bentuk lagu • Dalam bentuk lagu


langgam Jawa ber- langgam Jawa berfung-
fungsi sebagai peng- si sebagai pengganti si-
ganti siter ter

Tabel 3
Tabel perbandingan fungsi instrumen cak
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi cuk, cak, cello

Antonius Raprika Bangkit 63


3. Cello
Dalam keroncong Dalam keroncong
formasi asli formasi gadhon
• Pengiring • Pengiring

• Pemegang ritmis • Pemegang ritmis

• Dalam memainkan
lagu dangdut
menggantikan fungsi
kendhang/ ketipung
dangdut

• Merangkap fungsi
instrumen bass

• Memberikan tanda
untuk mengawali
intro

Tabel 4
Tabel perbandingan fungsi instrumen cello
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi cuk, cak, cello

b. Formasi Biola, Cak, Cello


Keroncong Gadhon dengan formasi seperti ini ter-
dapat pada kelompok yang pengamen yang berada di
Warung Soto Nusukan Solo. Berikut ini merupakan tabel

Keroncong Gadhon
64 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
untuk perbandingan fungsi instrumen dalam keroncong
formasi asli dan formasi gadhon:

1. Biola

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Instrumen melodi • Instrumen melodi

• Memainkan intro • memainkan intro


maupun interlude maupun interlude

• Mengisi improvisasi • Mengisi improvisasi


dalam lagu dalam lagu

• Memainkan voorspel • Memainkan voorspel

• Dalam bentuk lagu • Dalam bentuk lagu


keroncong asli keroncong asli
mengisi pada bagian mengisi melodi
ole-ole tengah sebelum
bagian ole-ole

Tabel 5
Tabel perbandingan fungsi instrumen biola
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi biola, cak, cello

Antonius Raprika Bangkit 65


2. Cak

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Pengiring • Pengiring

• Dalam bentuk • Dalam bentuk lagu


lagu langgam Jawa langgam Jawa ber-
berfungsi sebagai fungsi sebagai siter
pengganti siter

Tabel 6
Tabel perbandingan fungsi instrumen cak
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi biola, cak, cello

3. Cello

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Pengiring • Pengiring

• Pemegang ritmis • Pemegang ritmis

• Merangkap fungsi
instrumen bass

Tabel 7
Tabel perbandingan fungsi instrumen cello

Keroncong Gadhon
66 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi biola, cak, cello

c. Formasi Biola, Cuk, Cak, Cello


Keroncong Gadhon dengan formasi seperti ini ter-
dapat pada kelompok pengamen yang berada di Warung
Bakso Kadipolo Solo, Warung Dapur Solo dan Warung
Timlo Sastro Solo. Berikut ini merupakan tabel untuk
perbandingan fungsi instrumen dalam keroncong forma-
si asli dan formasi gadhon:

1. Biola

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Instumen melodi • Instrumen melodi

• Memainkan intro • Memainkan intro


maupun interlude maupun interlude

• Mengisi improvisasi • Mengisi improvisasi


dalam lagu dalam lagu

• Memainkan • Memainkan voorspel


voorspel

Antonius Raprika Bangkit 67


• Dalam bentuk lagu • Dalam bentuk lagu
keroncong asli keroncong asli
mengisi melodi mengisi melodi
tengah pada bagian tengah sebelum
ole-ole bagian ole-ole

Tabel 8
Tabel perbandingan fungsi instrumen biola
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi biola, cuk, cak, cello

2. Cuk

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Pengiring • Pengiring

Tabel 9
Tabel perbandingan fungsi instrumen cuk
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi biola, cuk, cak, cello

3. Cak

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

Keroncong Gadhon
68 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
• Pengiring • Pengiring

• Dalam bentuk • Dalam bentuk lagu


lagu langgam Jawa keroncong asli
berfungsi sebagai berfungsi sebagai
pengganti siter siter

Tabel 10
Tabel perbandingan fungsi instrumen cak
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi biola, cuk, cak, cello

4. Cello

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Pengiring • Pengiring

• Pemegang ritmis • Pemegang ritmis

• Merangkap fungsi
instrumen bass

Tabel 11
Tabel perbandingan fungsi instrumen cello
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi biola, cuk, cak, cello

Antonius Raprika Bangkit 69


d. Formasi Cak, Cello
Keroncong Gadhon dengan formasi seperti ini ter-
dapat pada kelompok pengamen yang berada di Warung
Es Masuk Gajahan Solo. Berikut ini merupakan tabel un-
tuk perbandingan fungsi instrumen dalam keroncong
formasi asli dan formasi gadhon:

1. Cak

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Pengiring • Pengiring

Tabel 12
Tabel perbandingan fungsi instrumen cak
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi cak, cello

2. Cello

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Pengiring • Pengiring

• Pemegang ritmis • Pemegang ritmis

Keroncong Gadhon
70 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
• Dalam memainkan
lagu dangdut meng-
gantikan fungsi
kendhang/ ketipung
dangdut

• Merangkap fungsi
instrumen bass

• Memberikan tanda
untuk mengawali
intro

Tabel 13
Tabel perbandingan fungsi instrumen cello
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi cak, cello

e. Formasi Cuk, Cak, Ketipung


Keroncong Gadhon dengan formasi seperti ini ter-
dapat pada kelompok pengamen yang berada di Warung
Harjo Bestik Solo. Berikut ini merupakan tabel untuk
perbandingan fungsi instrumen dalam keroncong forma-
si asli dan formasi gadhon:

Antonius Raprika Bangkit 71


1. Cuk

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Pengiring • Pengiring

Tabel 14
Tabel perbandingan fungsi instrumen cuk
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi cuk, cak, ketipung

2. Cak

Dalam keroncong Dalam keroncong


formasi asli formasi gadhon

• Pengiring • Pengiring

• Memberikan tanda
untuk mengawali intro

Tabel 15
Tabel perbandingan fungsi instrumen cak
dalam keroncong format asli dan gadhon dengan
instrumentasi cuk, cak, ketipung

3. Ketipung
Dalam formasi ini instrumen ketipung hanya
sebagai instrumen tambahan. Dalam beberapa jenis

Keroncong Gadhon
72 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
lagu instrumen ketipung menggantikan fungsi in-
strumen cello. Pola permainannya mengimitasi pola
permainan cello keroncong. Instrumen ketipung/
kendang juga merangkap fungsi dari instrumen bass
seperti kita lihat di atas dalam formasi gadhon instru-
men cello juga merangkap fungsi instrumen bass. Da-
lam jenis lagu tertentu ketipung ini berfungsi sebagai
perkusi yang dipakai dalam jenis lagu tersebut misal-
nya dalam jenis lagu bossanova ketipung ini berfung-
si sebagai conga layaknya dalam jenis lagu bossanova
atau dalam jenis lagu dangdut instrumen ketipung ini
berfungsi sebagai kendhang/ ketipung dangdut.

Dari perbandingan fungsi instrumen tersebut


dapat dilihat bahwa meskipun formasi gadhon hanya
memakai beberapa instrumen dalam keroncong for-
masi asli tetapi fungsi dari instrumen yang tidak di-
pakai digantikan dengan cara dirangkap oleh instru-
men yang ada. Seperti dalam instrumen cello selalu
merangkap fungsi dari instrumen bass. Pada kelom-
pok yang tidak menggunakan instumen melodi fung-
sinya digantikan oleh instumen cuk atau instrumen
yang ada. Hal ini dilakukan agar dalam memainkan
lagu tidak terasa kosong pada bagian yang sering dii-

Antonius Raprika Bangkit 73


si oleh biola ataupun flute.61 Dengan demikian ritme
dan nuansa keroncong masih tetap terjaga meskipun
dimainkan dengan formasi gadhon.

Teknik Memainkan Instrumen


Terdapat beberapa perbedaan teknik memainkan in-
strumen keroncong dalam format gadhon yang dipakai para
pengamen gadhon di Solo bila dibandingkan dengan teknik
yang dipakai dalam keroncong dalam formasi asli. Bila ditin-
jau dari sisi musikologis ada 3 hal yang perlu diperhatikan
yaitu: posisi duduk, penjarian/fingering, dan pola permain-
an. Berikut ini akan dijabarkan teknik memainkan musik ke-
roncong dengan formasi gadhon pada kelompok pengamen
gadhon di kota Solo:

a. Posisi duduk
Banyak elemen yang membentuk keindahan mu-
sik, salah satunya adalah keseimbangan (balance) suara.
Posisi duduk dalam bermain musik ansambel adalah sa-
lah satu elemen dalam pembentukan keseimbangan sua-
ra. Posisi duduk ini ditentukan berdasarkan warna suara
yang dihasilkan instrumen. Karena warna suara tersebut
yang nantinya akan memberikan kesan simbolik yang di-
sampaikan suara itu sendiri kepada pendengarnya.62 Be-

61 Iril Vi (pelaku gadhon), wawancara tanggal 10 Mei 2013, Sekertariat HAMKRI


Taman Sriwedari Solo pukul 12.27, diijinkan untuk dikutip.
62 Suka Hardjana, 1983, Estetika Musik, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Keroncong Gadhon
74 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
gitu juga dengan musik keroncong. Sebagai musik yang
dimainkan secara ansambel, keroncong sangat memper-
hatikan posisi duduk agar menghasilkan kualitas suara
yang seimbang antar instrumen. Hal ini juga sangat di-
butuhkan oleh para pemain musik karena dalam bermain
ansambel komunikasi antar pemain menjadi hal yang pa-
ling penting. Komunikasi tersebut dapat berjalan dengan
baik apabila keseimbangan suara sudah terbentuk.

Sebenarnya musik keroncong tidak mempunyai


aturan yang baku dalam menentukan posisi duduk. Ha-
nya saja posisi duduk yang dipakai dalam format keron-
cong asli ini sudah dianggap sebagai posisi yang paling
sempurna dan menjadi kebiasaan yang dipakai hingga se-
karang. Berikut ini merupakan bagan posisi duduk yang
sering dipakai dalam keroncong dengan formasi asli:

Gambar 12
Posisi duduk keroncong formasi asli, koleksi pribadi

Jakarta

Antonius Raprika Bangkit 75


Dapat kita lihat dalam posisi duduk instrumen
cuk, cak dan cello dalam keroncong formasi asli di atas
adalah berjajar menjadi satu kelompok, karena dalam
ansambel ini cuk, cak dan cello merupakan instrumen
yang penting dalam membentuk ritme dan nuansa musik
keroncong. Dengan posisi duduk yang berdekatan terse-
but sudah pasti tercipta keseimbangan suara yang sangat
dibutuhkan oleh para pemain itu sendiri agar dapat ber-
koordinasi dengan baik, sehingga para pemain tersebut
dapat menciptakan harmonisasi yang indah dari kolabo-
rasi ketiga instrumen tersebut. Seperti yang sudah dipa-
parkan di atas, dalam memainkan instrumen keroncong
ini “improvisasi” merupakan aspek penting, sehingga an-
tara pemain satu dan yang lainnya hanya mengandalkan
suara dari pola permainan lawan mainnya saja. Flute dan
biola sebagai instrumen melodi juga dijajarkan menjadi
satu agar kedua pemain instrumen ini dapat saling berko-
ordinasi dalam berimprovisasi pada lagu. Instrumen bass
diletakkan paling ujung dari semua instrumen, karena
dibandingkan instrumen yang lain, bass mempunyai wi-
layah suara paling rendah. Sehingga walaupun diletakkan
paling ujung suaranya masih bisa terjangkau oleh pemain
lainnya.

Berbeda dengan bermain ansambel dalam keron-


cong formasi gadhon, di sini tidak ada aturan dalam me-
nentukan posisi duduk seperti pada keroncong dengan
formasi asli. Apalagi dalam gadhon yang dipakai untuk

Keroncong Gadhon
76 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
ngamen. Posisi duduk para pengamen ini tergantung dari
luas area yang diberikan kepada mereka (pengelola wa-
rung) untuk ngamen.63

Tetapi secara tidak langsung dalam memainkan


keroncong formasi gadhon ini masih terpengaruh oleh
posisi duduk dalam keroncong formasi asli. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa contoh bagan posisi duduk yang di-
pakai para pengamen gadhon di Solo:

Gambar 13
Posisi duduk keroncong formasi gadhon, koleksi pribadi

Posisi duduk di atas merupakan posisi duduk yang


dipakai oleh kelompok pengamen gadhon di Warung
Soto Sawah dan Warung Bestik Sumber. Posisi duduk da-
lam formasi ini sama dengan posisi duduk yang dipakai
dalam keroncong formasi asli.

63 Purwanto (Pelaku keroncong), wawancara tanggal 29 April 2013, Warung makan


bakso Kadipolo, pukul 03.40, diijinkan untuk dikutip.

Antonius Raprika Bangkit 77


Gambar 14
Posisi duduk keroncong formasi gadhon, koleksi pribadi

Posisi duduk tersebut di atas merupakan posisi


duduk yang dipakai oleh kelompok pengamen gadhon di
Warung Soto Nusukan. Dalam formasi ini instrumen cuk
tidak dipakai tetapi ada instrumen biola sebagai melodi
yang diletakkan sebelum instrumen pengiring. Posisi du-
duk yang dipakai dalam formasi ini sama dengan posisi
duduk pada keroncong formasi asli.

Keroncong Gadhon
78 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Gambar 15
Posisi duduk keroncong formasi gadhon, koleksi pribadi

Posisi duduk tersebut di atas merupakan posisi


duduk yang dipakai oleh kelompok pengamen gadhon di
Warung Es Masuk Gajahan. Dalam formasi ini instrumen
cuk tidak dipakai tetapi posisi duduk kelompok ini sama
dengan posisi duduk yang dipakai dalam keroncong for-
masi asli.

Antonius Raprika Bangkit 79


Gambar 16
Posisi duduk keroncong formasi gadhon, koleksi pribadi

Posisi duduk tersebut di atas merupakan posisi


duduk yang dipakai oleh kelompok pengamen gadhon di
Warung Bakso Kadipolo dan Warung Dapur Solo. Posisi
duduk dalam formasi ini berbeda dengan posisi duduk
dalam keroncong formasi asli. Intrumen cuk, cak dan
cello tetap berjajar, hanya saja posisi duduknya terbalik,
sedangkan biola sebagai instrumen melodi berada di de-
pan didampingi penyanyi. Hal ini dikarenakan menyesu-
aikan tempat yang disediakan warung tersebut.

Keroncong Gadhon
80 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Gambar 17
Posisi duduk keroncong formasi gadhon, koleksi pribadi

Posisi duduk di atas merupakan posisi duduk yang


dipakai oleh kelompok pengamen gadhon di Warung
Harjo Bestik. Posisi duduk dalam formasi ini berbeda de-
ngan posisi duduk yang dipakai dalam keroncong forma-
si asli. Kendhang/ketipung sebagai pengganti cello ber-
ada berbalikan dengan posisi duduk yang dipakai dalam
keroncong formasi asli. Hal tersebut dikarenakan lokasi
mereka memainkan musik dekat dengan pintu masuk se-
hingga posisi duduk kendhang/ketipung menyesuaikan
tempat agar suaranya tidak mengganggu pengunjung.64

64 Suwarno (Pelaku keroncong), wawancara tanggal 12 Mei 2013, Warung Makan


Harjo Bestik, pukul 21.30, diijinkan untuk dikutip.

Antonius Raprika Bangkit 81


Gambar 18
Posisi duduk keroncong formasi gadhon, koleksi pribadi

Posisi duduk tersebut di atas merupakan posisi


duduk yang dipakai oleh kelompok pengamen gadhon
di Warung Timlo Sastro. Posisi duduk dalam formasi ini
sama dengan posisi duduk yang dipakai dalam keron-
cong formasi asli.

b. Penjarian
Untuk mengetahui cara memainkan instrumen
yang dipakai dalam keroncong formasi gadhon dapat di-
lihat dari penjarian masing-masing alat. Di sini akan di-
bahas mengenai penjarian instrumen yang dipakai dalam
keroncong gadhon di Solo. Dalam hal ini hanya instrumen
yang ditemui penulis saat penelitian saja. Dalam penja-

Keroncong Gadhon
82 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
baran ini penjarian akan dibagi menjadi 2 yaitu: penja-
rian tangan kiri dan tangan kanan. Berikut pembahasan
mengenai penjarian dalam masing-masing alat tersebut:

1. Cuk
Cuk merupakan instrumen berdawai dan dibu-
nyikan dengan cara dipetik seperti pada instrumen
gitar. Cara memegang instrumen cuk yang diguna-
kan para pengamen ini dengan cara meletakkan bodi
cuk tersebut pada paha pemain sebelah kanan, dan
tangan kiri memegang bagian neck. Berikut adalah
contoh gambar cara memegang cuk yang dilakukan
para pengamen gadhon di Solo:

Antonius Raprika Bangkit 83


Gambar 19
Posisi memegang instrumen cuk, koleksi pribadi

Instrumen cuk dibunyikan dengan cara dipetik


menggunakan alat yang mereka sebut dengan istilah
tokolan atau bila dalam istilah musik sering disebut
pick. Dalam permainan gitar elektrik bermain meng-
gunakan pick sering disebut dengan istilah picking.

Keroncong Gadhon
84 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Tokolan ini terbuat dari bahan mika yang lentur dan
biasanya mereka membuatnya sendiri. Alat ini ber-
fungsi untuk mempermudah mereka dalam memain-
kan instrumen cuk dan menghasilkan bunyi prolong.
Berikut ini adalah contoh gambar tokolan:

Gambar 20
Tokolan/pick, koleksi pribadi

Tokolan ini dipegang menggunakan ibu jari dan


jari telunjuk. Berikut contoh gambar memegang toko-
lan yang dipakai oleh para pengamen:

Antonius Raprika Bangkit 85


Gambar 21
Cara memegang Tokolan/pick, koleksi pribadi

Tangan kiri berfungsi memainkan akor dengan


menekan senar pada fingerboard menggunakan jari.
Biasanya jari yang digunakan adalah jari telunjuk,
jari tengah dan jari manis. Sedangkan jari kelingking
memainkan kembangan atau nada penghias dalam
akor. Berikut ini merupakan contoh posisi penjarian
tangan kiri dalam instrumen cuk yang dipakai para
pengamen gadhon di Solo:

Keroncong Gadhon
86 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Gambar 22
Posisi penjarian tangan kiri instrumen cuk, koleksi
pribadi

2. Cak
Cak merupakan instrumen berdawai yang
sama seperti instrumen cuk. Yang membedakan in-
strumen cuk dan cak selain jumlah dan bahan senar
seperti telah disebutkan di atas juga pada tuning alat.
Bila cuk merupakan instrumen dengan mengguna-
kan tuning C tetapi cak adalah instrumen dengan
menggunakan tuning G. Cara memegang instrumen
cak juga sama dengan cara memegang instrumen cuk
dengan cara meletakkan bodi cak pada paha kanan
pemain dan tangan kiri memegang bagian neck. Ber-
ikut adalah contoh gambar cara memegang cak yang
dilakukan para pengamen gadhon di Solo:

Antonius Raprika Bangkit 87


Gambar 23
Posisi memegang instrumen cak, koleksi pribadi

Cak dibunyikan dengan cara dipetik dengan


menggunakan tokolan/pick seperti pada instrumen
cuk. Cara memegang tokolan/pick pun juga sama
persis dengan cara memegang tokolan/ pick dalam
instrumen cuk.

Fungsi tangan kiri dalam memainkan instru-


men cak juga sama dengan fungsi tangan kiri dalam
memainkan instrumen cuk. Tetapi terkadang untuk
menyesuaikan dengan posisi cuk sebagai instrumen

Keroncong Gadhon
88 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
dengan menggunakan tuning C maka posisi permain-
an cak dimainkan pada posisi V atau pada fret V. Ber-
ikut ini merupakan contoh gambar penjarian tangan
kiri dalam instrumen cak yang dipakai pada penga-
men gadhon:

Gambar 24
Posisi penjarian tangan kiri instrumen cak, koleksi
pribadi

3. Cello
Posisi memainkan instrumen cello dalam mu-
sik keroncong formasi gadhon berbeda dengan posisi
memainkan cello dalam keroncong formasi asli. Bila
dalam keroncong formasi asli cello dimainkan berdi-
ri seperti posisi memainkan cello gesek dalam musik
klasik, tetapi bila cello dalam formasi gadhon dimain-
kan dengan cara dipangku, atau bodi cello diletakkan

Antonius Raprika Bangkit 89


pada paha kanan pemain. Berikut ini contoh posisi
memainkan instrumen cello dalam keroncong for-
masi asli dan keroncong formasi gadhon:

Gambar 25
Posisi memegang instrumen cello dalam formasi
asli, koleksi pribadi

Keroncong Gadhon
90 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Gambar 26
Posisi memegang instrumen cello dalam formasi
gadhon, koleksi pribadi

Tangan kanan dalam memainkan instrumen


cello berfungsi untuk memetik senar dan memukul
bodi cello. Untuk memetik senar cello para penga-
men ini menggunakan jempol dan jari telunjuk saja,
sedangkan jari tengah dan jari manis berfungsi untuk
memukul bodi cello.

Tangan kiri dalam memainkan instrumen cello


berfungsi memainkan akor tetapi tidak seperti pada

Antonius Raprika Bangkit 91


cuk dan cak. Fungsi tangan kiri pada instrumen cello
sama dengan fungsi tangan kiri pada instrumen gi-
tar, hanya bermain secara chordal saja dengan cara
menggunakan jari untuk menekan senar pada finger
board. Jari yang digunakan adalah jari telunjuk dan
kelingking. Terkadang dalam menekan senar juga ti-
dak terlalu keras atau dalam bahasa Jawa ngambang
sehingga dapat memunculkan warna suara lain. Pada
posisi tertentu terkadang jempol juga membantu un-
tuk menekan senar. Berikut ini merupakan contoh
gambar penjarian tangan kiri dalam memainkan in-
strumen cello yang dipakai oleh para pengamen gad-
hon di Solo:

Gambar 27
Penjarian tangan kiri pada instrumen cello, koleksi
pribadi

Keroncong Gadhon
92 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
4. Biola
Posisi memainkan biola pengamen gadhon di
Solo ini tidak seperti posisi dalam memainkan biola
dalam musik klasik. Karena tidak ada latar belakang
pendidikan musik secara formal, maka posisi meme-
gang biola pada pengamen ini adalah posisi paling
yang nyaman menurut mereka. Berikut ini meru-
pakan contoh gambar posisi memegang biola pada
pengamen gadhon di Solo:

Gambar 28
Posisi memegang instrumen cello dalam formasi
gadhon, koleksi pribadi

Antonius Raprika Bangkit 93


Tangan kanan berfungsi untuk memegang
bow/alat penggesek senar. Dalam teknik memegang
bow biola dalam musik klasik jempol berada di anta-
ra kayu dan senar bow, tetapi beberapa pengamen ti-
dak menggunakan teknik ini. Berikut contoh gambar
memegang bow pada pengamen gadhon di Solo:

Gambar 29
Penjarian tangan kanan biola dalam formasi gadhon,
koleksi pribadi

Tangan kiri dalam memainkan biola berfungsi


untuk memainkan nada dengan cara menekan senar
pada fingerboard. Dalam pengamen gadhon selain
tangan kiri berfungsi memainkan nada juga sebagai
sandaran bodi biola. Berikut merupakan contoh gam-
bar penjarian tangan kiri biola pada pengamen gad-
hon di Solo:

Keroncong Gadhon
94 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Gambar 30
Penjarian tangan kiri biola dalam formasi gadhon,
koleksi pribadi

5. Kendhang/Ketipung
Kendhang/ ketipung ini terbuat dari bahan pa-
ralon plastik. Ketipung ini tidak memakai membran
sebagai media suaranya tetapi mempran tersebut di-
ganti dengan ban motor bagian dalam. Cara meme-
gang instrumen ini adalah dengan cara mencepitkan
instrumen tersebut pada kedua kaki. Berikut ini me-
rupakan contoh gambar cara memegang kendhang/
ketipung pada pengamen gadhon di Solo:

Antonius Raprika Bangkit 95


Gambar 31
Posisi memainkan kendhang/ ketipung, koleksi
pribadi

Tangan kanan dan kiri pada pemain kendhang/


ketipung ini berfungsi memukul membran ketipung.
Dalam satu rangkaiaan alat ketipung ini terdapat 2
ketipung utama yang dipukul. Diameter ketipung
sebelah kiri lebih kecil dari sebelah kanan, jadi ke-
tipung sebelah kiri suaranya lebih tinggi dibanding
yang kanan. Pada bagian depan ditambah beberapa
buah ketipung dengan diameter kecil, sehingga sua-
ra yang dihasilkan juga tinggi. Ketipung ini berfungi
penghias dalam pola-pola yang dimainkan instrumen
ini.

Keroncong Gadhon
96 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
6. Gitar
Sebenarnya tidak ada formasi yang menggu-
nakan instrumen gitar tetapi dalam penelitian ini
saya bertemu dengan pemain gitar keroncong yang
dulunya juga pernah menjadi pengamen gadhon. Se-
hingga tidak ada salahnya bila dalam pembahasan ini
ditambahkan instrumen gitar.

Cara memegang gitar keroncong sama dengan


cara memegang gitar pada umumnya. Dengan mele-
takkan bodi gitar pada paha kiri pemain dan tangan
kanan memegang neck gitar. Berikut ini merupakan
posisi memegang gitar keroncong:

Gambar 32
Posisi memainkan gitar keroncong, koleksi pribadi

Antonius Raprika Bangkit 97


Tangan kanan berfungsi untuk memetik senar
dengan menggunakan tokolan/ pick sama. Tokolan
yang dipakai untuk memainkan gitar sama dengan
yang digunakan untuk memainkan instrumen cak/
cuk. Begitu juga untuk cara memegangnya juga sama
dengan cara memegang tokolan dalam instrumen cuk
dan cak. Tetapi bila gitar ini berfungsi sebagai ken-
dhang-an, tangan kanan tidak menggunakan tokolan
karena dalam memainkan kendangan membutuhkan
jempol, jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Ber-
ikut merupakan contoh gambar penjarian tangan ka-
nan gitar keroncong:

Gambar 33
Penjarian tangan kanan pada gitar keroncong,
koleksi pribadi

Dalam memainkan gitar untuk kendhang-an ta-


ngan kiri berfungsi untuk memainkan akor dengan

Keroncong Gadhon
98 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
cara menekan senar dengan jari telunjuk, jari tengah
dan jari manis sedangkan jari kelingking memainkan
kendhangan/pola-pola cello keroncong. Berikut ini
merupakan contoh gambar penjarian tangan kiri pada
instrumen gitar yang berfungsi sebagai kendhang-an:

Gambar 34
Penjarian tangan kiri pada gitar keroncong, koleksi
pribadi

c. Pola Permainan
Pola permainan yang dipakai para pengamen gad-
hon ini pada dasarnya sama dengan pola permainan yang
dipakai dalam keroncong formasi asli. Tapi ada beberapa
pola yang dimainkan berbeda dengan pola permainan
pada keroncong formasi asli. Pola-pola yang tidak lazim

Antonius Raprika Bangkit 99


dimainkan dalam keroncong formasi asli ini terkadang
juga dipadukan dengan pola-pola yang lazim dipakai da-
lam formasi keroncong asli. Sehingga perpaduan ini bila
didengarkan menjadi unik tetapi nuansa keroncong ma-
sih tetap ada. Berikut ini akan dijabarkan pola permainan
pengamen gadhon di Solo:

1. Cuk
Pola permainan engkel dan dobel cuk juga di-
pakai para pengamen untuk memainkan cuk dalam
formasi gadhon. Berikut ini merupakan pola-pola
permainan cuk pengamen gadhon di Solo :

Notasi 18
Pola cuk dobel dalam pengamen gadhon

Pola ini sering dipakai dalam memainkan lagu-


lagu keroncong dan pop. Pada pola ini cak memain-
kan imbal dan sinkop dengan pola dobel juga. Instru-
men cello juga memainkan pola dobel.

Notasi 19
Pola cuk dalam pengamen gadhon

Keroncong Gadhon
100 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Pola ini mirip dengan pola permainan cuk gaya
Jakarta (keroncong Tugu). Tetapi dalam pengamen
gadhon pola ini biasanya dipakai untuk memainkan
jenis lagu dangdut. Dalam pola ini cak bermain de-
ngan ritmis yang sama juga. Jadi untuk pola ini cuk
dan cak tidak bermain secara imbal.

2. Cak
Engkel dan dobel dalam keroncong formasi
asli juga dipakai untuk memainkan gadhon oleh para
pengamen di Solo. Tetapi dalam jenis lagu tertentu,
atau pada formasi tanpa menggunakan cuk sebagai la-
wan main cak, instrumen ini sering membentuk pola
baru. Pola ini dipakai agar ritmisnya terdengar padat.
Berikut ini merupakan pola-pola permainan cak yang
dipakai oleh pengamen gadhon di Solo:

Notasi 20
Pola cak engkel dalam pengamen gadhon

Pola ini dipakai dalam kelompok gadhon di


Warung Soto Nusukan untuk memainkan irama eng-
kel. Dalam keroncong asli biasanya dimainkan de-
ngan teknik staccato, tetapi dalam kelompok gadhon

Antonius Raprika Bangkit 101


ini tidak memainkan pola ini secara staccato karena
dalam kelompok ini instrumen pengiringnya hanya
cak dan cello saja. Jadi walaupun tidak dimainkan se-
cara staccato tidak akan mengganggu pola permainan
instrumen lainnya.

Notasi 21
Pola cak dobel dalam pengamen gadhon

Pola dobel dalam instrumen cak ini dipakai da-


lam memainkan lagu-lagu keroncong dan pop. Pola
ini dimainkan secara imbal dengan instrumen cuk.

Notasi 22
Pola cak dobel dalam pengamen gadhon

Pola ini dimainkan oleh kelompok gadhon di


Warung Harjo Bestik. Pola ini diimbangi oleh perma-
inan cuk dengan irama dobel. Dalam kelompok ini
ritmis dipegang instrumen kendhang/ketipung de-
ngan mengimitasi permainan cello keroncong.

Keroncong Gadhon
102 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
Notasi 23
Pola cak kemprung dalam pengamen gadhon

Pola ini dimainkan oleh kelompok pengamen


gadhon di Warung Es Masuk Gajahan. Dalam perma-
inan cak kelompok gadhon Es Masuk Gajahan tidak
dimainkan secara sinkop karena instrumentasi yang
dipakai hanya cak dan cello. Jadi pola permainan cak
harus mengisi pola permainan instrumen cuk seba-
gai pengiring. Pola ini dimainkan dalam jenis musik
dangdut koplo dan pola ini dimainkan sebagai peng-
antar sebelum masuk pola dangdut koplo.

Notasi 24
Pola cak dobel dalam pengamen gadhon

Pola ini sering dimainkan dalam jenis lagu


dangdut oleh para pengamen gadhon di Solo. Pola ini
dimainkan sama dengan pola yang dimainkan instru-
men cak. Jadi dalam pola permainan ini tidak meng-

Antonius Raprika Bangkit 103


gunakan teknik imbal yang sering dilakukan instru-
men cuk dan cak.

Notasi 25
Pola cak dobel dalam pengamen gadhon

Pola dobel dalam instrumen cak ini hampir


sama dengan pola permainan cak dobel sebelumnya.
Hanya saja pada ketukan pertama dan ketiga tidak is-
tirahat karena pola ini dimainkan dengan instrumen-
tasi cak dan cello saja. Jadi cak harus mengisi pola
permainan cuk juga. Pola permainan ini dimainkan
dalam jenis musik dangdut oleh kelompok pengamen
gadhon di Es Masuk Gajahan.

3. Cello
Pola engkel dan dobel dalam keroncong formasi
asli juga dipakai para pengamen gadhon dalam me-
mainkan musik mereka. Dalam jenis lagu tertentu
yang mereka mainkan pola permainan cello ini se-
ring mengimitasi pola permainan bass dan perku-
si yang dimainkan pada jenis lagu tersebut. Sebagai
contoh dalam musik dangdut, pola permainan cello
mengimitasi pola permainan bass dan kendhang/

Keroncong Gadhon
104 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
ketipung dalam musik dangdut tersebut. Berikut ini
merupakan pola permainan cello pada pengamen
gadhon di Solo:

Notasi 26
Pola cello engkel dalam pengamen gadhon

Pola ini dipakai dalam memainkan jenis lagu


keroncong dan pop.

Notasi 27
Pola cello dobel dalam pengamen gadhon

Pola ini dipakai dalam memainkan jenis lagu


keroncong dan pop.

Notasi 28
Pola cello kothek dalam pengamen gadhon

Simbol “t” yang tertulis di dalam notasi pola ini


adalah teknik memukul bodi cello. Pola ini dimain-

Antonius Raprika Bangkit 105


kan oleh kelompok gadhon di Es Masuk Gajahan. Pola
ini dipakai untuk memainkan jenis lagu dangdut kop-
lo tetapi biasanya dimainkan sebelum masuk irama
dangdut koplo, hanya sebagai pengantar saja.

Notasi 29
Pola cello dangdut dalam pengamen gadhon

Simbol “t” yang tertulis di dalam notasi pola ini


adalah teknik memukul bodi cello. Pola ini dimain-
kan dalam jenis lagu dangdut dan mengimitasi pola
permainan bass dan kendhang/ketipung dangdut.

4. Biola
Biola dalam formasi gadhon menggunakan
pola-pola yang sama dalam keroncong formasi asli.
Dalam formasi gadhon ini instrumen biola juga me-
mainkan voorspel, intro dan interlude. Karena pola
yang dimainkan oleh pemain gadhon sama dengan
pola yang dimainkan pada keroncong formasi asli
maka pola permainan biola ini dapat dilihat pada bab
II.

Keroncong Gadhon
106 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
5. Kendhang/ketipung
Kendhang/ketipung ini menggantikan fungsi
dari cello sehingga pola-pola permainannya hampir
mirip instrumen cello. Berikut ini merupakan pola
kendhang/ketipung yang dimainkan oleh pengamen
gadhon di Solo:

Notasi 30
Pola ketipung imitasi pola cello dalam pengamen
gadhon

Pola permainan ini dimainkan oleh kelompok


gadhon Warung Harjo Bestik. Pola seperti ini biasa-
nya dimainkan dalam jenis lagu pop dan keroncong.
Pola ini merupakan imitasi dari pola engkel dalam in-
strumen cello.

Notasi 31
Pola ketipung dangdut dalam pengamen gadhon

Pola ini dimainkan oleh kelompok pengamen


Warung Harjo Bestik untuk memainkan jenis lagu
dangdut.

Antonius Raprika Bangkit 107


6. Gitar
Dahulu gitar juga dipakai untuk ngamen tung-
gal atau dengan ditambah instrumen cuk dan cak. Di
sini gitar memainkan pola permainan kendhang-an
dengan merangkap fungsi dari instrumen cello. Ber-
ikut merupakan notasi pola kendhang-an yang dima-
inkan pengamen gitar:

Notasi 31
Pola permainan kendhang-an gitar dalam pengamen
gadhon

Sekarang sudah jarang ditemui pengamen gitar


tunggal atau kelomok pengamen gadhon yang meng-
gunakan instrumen gitar.

Struktur Lagu Dalam Formasi Gadhon


Berdasarkan penelitian, para pengamen gadhon di
Solo selain memainkan jenis lagu keroncong mereka juga
memainkan jenis lagu pop dan dangdut. Bila dilihat dari ilmu
musik jenis lagu tersebut masuk ke dalam bentuk lagu dua
bagian dan tiga bagian. Berikut ini merupakan penjelasan
mengenai bentuk lagu dua bagian dan tiga bagian.

Keroncong Gadhon
108 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
1. Bentuk lagu dua bagian
Bentuk lagu dua bagian adalah lagu dengan dua
kalimat/periode yang berlainan.65 Ada berbagai macam
kemungkinan urutan kalimat untuk bentuk lagu 2 bagi-
an antara lain : A B ; AA B ; AA’ B ; A BB’ ; A BB ; AA
BB’. Struktur penyajian pengamen gadhon di Solo biasa-
nya memainkan urutan kalimat AA B dan dimainkan 2
kali. Diawali intro kemudian masuk bentuk lagu bagian
A, bentuk lagu bagian A’, bentuk lagu bagian B, musik te-
ngah/interlude (pada beberapa kelompok tidak menggu-
nakan interlude), setelah itu pengulangan urutan kalimat
dan diakhiri dengan koda.

Beberapa kelompok memainkan intro mengguna-


kan instrumen biola. Berbeda dengan pengamen gadhon
di soto sawah, karena tidak memakai instrumen melo-
di biasanya intro hanya iringan saja atau instrumen cuk
yang menggantikan fungsi melodi dengan menggunakan
teknik tremolo. Berikut merupakan contoh melodi intro
cuk menggunakan teknik tremolo:

65 Karl-Edmund Prier, 2004, Ilmu Bentuk Musik, Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta,
hal. 7.

Antonius Raprika Bangkit 109


Notasi 32
Intro menggunakan instrumen cuk dalam pengamen
gadhon

Bentuk lagu bagian A dimainkan oleh vokal. Vokal


dalam pengamen gadhon bukan seorang penyanyi tetapi
para pemain instrumen itu sendiri. Bentuk lagu bagian A
ini diulang dua kali, biasanya dengan lirik yang berbeda.
Kemudian dilanjutkan bentuk lagu bagian B yang dima-
inkan oleh vokal juga.

Musik tengah/interlude biasanya dimainkan de-


ngan biola, tetapi bila dalam kelompok tersebut tidak
menggunakan instrumen biola terkadang hanya iringan
saja atau digantikan oleh instrumen yang ada. Seperti
pada pengamen gadhon soto sawah menggunakan in-
strumen cuk dalam memainkan melodi tengah/interlu-
de. Berbeda lagi pada pengamen gadhon di Warung Es
Masuk Gajahan karena hanya menggunakan instrumen
cak dan cello, musik tengah/ interlude dimainkan dengan
siulan salah seorang pemain instrumen. Kemudian peng-
ulangan urutan kalimat dan diakhiri dengan koda.

Keroncong Gadhon
110 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
2. Bentuk lagu tiga bagian
Bentuk lagu tiga bagian adalah lagu dengan tiga
kalimat/periode yang berlainan.66 Bentuk lagu tiga bagi-
an yang sering dimainkan pengamen gadhon adalah lagu
keroncong asli. Struktur keroncong asli yang disajian
pengamen gadhon di Solo sama dengan struktur bentuk
lagu keroncong asli pada umumnya dan dimainkan 2 kali.
Diawali Voorspel sebelum intro kemudian masuk bentuk
lagu bagian A, musik tengah, bentuk lagu bagian B, ben-
tuk lagu bagian C, interlude (pada beberapa kelompok
tidak menggunakan interlude), setelah itu pengulangan
urutan kalimat keroncong asli dan diakhiri dengan koda.

Dalam pengamen gadhon di soto Nusukan mema-


inkan voorspel menggunakan instrumen biola tetapi tidak
utuh, hanya satu bagian saja (bagian terakhir) dan disam-
but pemain lain dalam irama keroncong. Kemudian biola
memainkan melodi intro yang mengambil melodi bagian
C sedangkan cak dan cello bermain dengan irama eng-
kel. Kemudian masuk bagian A yang dimainkan vokal. Di
sini vokal adalah pemain instrumen itu sendiri. Melodi
tengah dimainkan instrumen biola diiringi cak dan cuk
yang memainkan irama dobel. Setelah itu masuk bagian
B yang dimainkan oleh vokal, bagian C dimainkan vokal,
interlude dimainkan instrumen biola. Kemudian pengu-
langan bagian A, musik tengah, bagian B, bagian C dan

66 Ibid, hal. 7.

Antonius Raprika Bangkit 111


ditutup dengan koda menggunakan kadens lengkap de-
ngan progresi akor IV – V – I.

Berbeda dengan pengamen di soto sawah, karena


tidak menggunakan instrumen melodi jadi dalam mema-
inkan bentuk lagu ini tidak menggunakan voorspel, hanya
diawali cello sebelum masuk intro. Berikut ini merupa-
kan contoh cello dalam mengawali intro:

Notasi 33
Cello mengawali sebelum intro dalam pengamen gadhon

Kemudian intro hanya dimainkan iringan saja tan-


pa melodi dan masuk bagian A yang dinyanyikan oleh
vokal. Penyanyi adalah para pemain itu sendiri. Setelah
itu masuk musik tengah yang dimainkan instrumen cuk
dan kemudian bagian B, bagian C. Kelompok ini tidak
memakai interlude dalam memainkan bentuk lagu ini,
jadi langsung masuk pengulangan bagian A, bagian B,
bagian C dan diakhiri dengan koda. Koda merupakan ka-
dens lengkap dengan progresi akor IV – V – I. Pada ke-

Keroncong Gadhon
112 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
lompok ini tidak memainkan irama engkel, jadi dari awal
hingga akhir hanya memainkan irama dobel.

Antonius Raprika Bangkit 113


Keroncong Gadhon
114 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
4
PENUTUP

Begitulah sekadar gambaran sederhana mengenai di-


namika musik keroncong gadhon yang ada di Solo. Dari pe-
nelitian ini dapat disimpulkan bahwa keroncong gadhon di
Solo secara sosial memiliki posisi dan pendukung tersendi-
ri. Eksistensinya, yang pada faktanya memang hidup di wa-
rung-warung, memang berbeda dengan keroncong formasi
standar/baku pada umumnya. Keroncong gadhon dapat ber-
tahan karena dukungan para penggemar kuliner Solo yang
mampir ke warung-warung itu. Mereka menikmati makanan
khas Solo sembari menikmati lagu-lagu yang dikemas seder-
hana dalam olahan keroncong gadhon.

Ditemukan pula banyak persamaan maupun perbe-


daan antara formasi keroncong asli dan gadhon. Dapat di-
katakan bahwa keroncong gadhon adalah siasat kreatif agar
“musik keroncong” tetap ada dan mampu menjangkau apre-
siasi masyarakat lebih luas lagi. Harap diketahui pula bahwa
penggemar kuliner yang mampir di warung-warung yang
ada di Solo tersebut tidak sepenuhnya warga Solo, melainkan
berdatangan pula dari berbagai kota lain di sekitar, bahkan
hingga wisatawan domestik yang datang dari luar Jawa. Fak-

Antonius Raprika Bangkit 115


ta ini menarik sebagai sebuah upaya sederhana mengenalkan
Solo melalui dinamika musik keroncong gadhon.

Penelitian sederhana ini semoga menambah wawas-


an kita mengenai musik keroncong dan siasat kreatif pen-
dukungnya, tentu saja dengan harapan-harapan yang terus
membaik di masa depan.

Keroncong Gadhon
116 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong
KEPUSTAKAAN

B. J., Budiman, Mengenal Keroncong Dari Dekat, Perpustaka-


an Akademi Musik LPKJ, Jakarta.

Becker, Judith, 1975, “Keroncong Indonesian Popular


music”, dalam Asian Music VII, Volume I. South East
Asia Issue.

Banoe, Pono, 1984, Pengantar Pengetahuan Alat Musik, C.V.


Baru, Jakarta.

Ganap, Victor, 2011, Krontjong Toegoe, Badan Penerbit


Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

Harmunah, 1987, Musik Keroncong: Sejarah dan Perkem-


bangannya, Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta.

Hardjana, Suka. 1983, Estetika Musik, Departemen Pendi-


dikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Kusbini, 1979, Sejarah Kehidupan-Perkembangan dan Asal-


Usul Seni Musik Keroncong Indonesia Dalam Kata
(Ceramah), Nada (musik) dan Rupa (Peragaan), CR,
Yogyakarta.

Moelino, Anton M., 1993, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Balai Pustaka, Jakarta.

Antonius Raprika Bangkit 117


Soeroso, 1999, Kamus Istilah Karawitan Jawa, Yogyakarta.

Sriwidjajadi, R. Agoes, 2007, Mendayung di Antara Tradisi


dan Modernitas, Hanggar Kreator, Yogyakarta.

Supanggah, Rahayu, 2002, Bothekan Karawitan, Masyarakat


Seni Pertunjukan Indonesia, Jakarta.

Keroncong Gadhon
118 Sebuah Alternatif Formasi Ansambel Keroncong

Anda mungkin juga menyukai