Anda di halaman 1dari 6

NAMA : I KADEK WAHYU PRACIPTA

NIM : 201802059

PRODI : SENI KARAWITAN IV B

1. Jurnal : Nusa
Judul : Kesenian Tradisional Sebagai Sarana Strategi Kebudayaan di Tengah
Determinasi Teknologi Komunikasi
Volume : 12
No :1
Seni tradisional dalam makalah ini dipandang sebagai identitas budaya untuk komunitas
yang didukungnya, yang memiliki peran spesifik secara sosial dan ritual. Komunitas yang
didukung, di samping itu, percaya bahwa seni tradisional ini tidak hanya bertindak sebagai
hiburan, tetapi juga fasilitator untuk harapan dan doa mereka. Meskipun beberapa perubahan
telah mempengaruhi perbedaan gaya dan variasi dalam seni pertunjukan, namun perubahan
itu sendiri adalah manifestasi dari strategi adaptif yang dimiliki oleh komunitas yang
didukung untuk melestarikan dan melestarikan seni tradisional. Penentuan teknologi
komunikasi atau pemaparan teknologi komunikasi hadir di tengah-tengah masyarakat dan
mempengaruhi pandangan dunia dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari pada era
globalisasi yang sudah semakin modern.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/nusa/article/view/15640
2. Jurnal : Seni Budaya
Judul : Gelar
Volume : 13
No :2
Artikel ini adalah hasil penelitian yang dilakukan atas fenomena perkembangan fungsi pada
seni pertunjukanYakso Jati di Desa Sukabumi Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali.
Penjelasan mengenai faktor-faktoryang mempengaruhi terjadinya perkembangan fungsi
maupun dampaknya merupakan capaian yang diharapkanuntuk dipaparkan dalam artikel ini.
Penelitian ini berjenis kualitatif dengan menggunakan metode deskriptifanalisis yang
ditunjang dengan teori dan konsep mengenai perkembangan fungsi.Analisis mengenai
terjadinyaperkembangan fungsi pada Yakso Jati berusaha untuk menguak sebuah produk
budaya yang secara fleksibelmenyesuaikan diri untuk menjaga eksistensinya agar selalu
tetap terjaga dan bertahan dalam era globalisasisekarang ini. Terjadinya perkembangan
fungsi tersebut akan berdampak pada perubahan bentuk serta masyarakat pendukungnya.,
untuk memunculkan kesan positif dari orang lain dengan tujuan meningkatkan
minatmasyarakat serta nilai jual seni pertunjukan tersebut.
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/894287
3. Jurnal : Humanika
Judul : Mengemas Kesenian tradisional dalam Bentuk Industri Kreatif
Volume : 22
No :2
Seni tradisional di zaman postmodern ini sering dianggap tidak sejalan dengan perubahan
waktu. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, perlu upaya untuk merekonstruksi, merenovasi,
merevitalisasi dan menciptakan kembali seni tradisional yang sejalan dengan perkembangan
peradaban serta permintaan industri kreatif. Melalui studi kasus Seni Jathilan di Kabupaten
Magelang-Jawa Tengah, penelitian ini mencoba melakukan inventarisasi dan
mengidentifikasi masalah. Dari hasil inventarisasi dan identifikasi masalah, studi ini juga
akan melakukan kegiatan rekonstruksi, renovasi, revitalisasi dan rekreasi seni tradisional.
Tujuan penelitian ini akan menghasilkan perancangan produksi, pengemasan produksi, dan
pemasaran produksi seni tradisional yang sejalan dengan perkembangan industri kreatif.
Hasil desain produksi, kemasan produksi, dan pemasaran produksi seni tradisional akan
membuat program acara televisi sesuai dengan permintaan audiensnya
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/11740
4. Jurnal : Seni Pertunjukan
Judul : Peran Partisipan sebagai Bagian Infrastruktur Seni di Sumatera Barat:
Perkembangan Seni Musik Talempong Kreasi
Volume : 16
No :1
Perkembangan seni tidak lepas dari peran pelaku seni atau seniman musik. Namun peran
itubukan hanya terletak pada seniman, tetapi juga berbagai unsur yang terlibat dalam
kesenian dalammasyarakat atau partisipan seni, yang terlihat dalam infrastruktur seni.
Penelitian ini menggunakanpendekatan deskriptif analisis, dengan maksud memberikan
gambaran partisipan seni sebagai bagiandari infrastruktur seni dalam konteks kesenian
Talempong Kreasi. Penelitian ini dilakukan untukmenjawab pertanyaan siapa yang berperan
dan apa yang dilakukan mereka dalam musik talempongtradisi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa talempong tradisi berhasil dikembangkan olehtokoh partisipan
akademik. Pengembangan ini terlihat dari konsep harmoni dalam komposisi musikdan
penggabungan alat musik baru dan tradisi sehingga lahirlah Talempong Kreasi. Genre
musikini dapat berfungsi untuk pembentuk imaji dan identitas Minangkabau di masyarakat.
http://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/1271
5. Jurnal : Candrasangkala
Judul : Mempertahankan Tradisi Melestarikan Budaya ( Kejadian Historis dan Nilai
Budaya Lokal Kesenian Terebang Gede di Kota Semarang
Volume : 3
No :1
Pada awal kemunculannya, kesenian Terebang Gede berfungsi sebagai media penyebaran
Islam. Setelah dikolaborasikan dengan seni marawis, terjadi perubahan dari bentuk
pertunjukan,lagu, dan penambahan waditra. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat, saat ini seni Terebang Gede kemudian berkembang
sebagai seni pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan dengan lagu-lagu yang bernafaskan
Islam. Walaupun demikian, di tengah-tengah arus globalisasi dan semakin maraknya seni
budaya modern kesenian Terebang Gede masih dapat eksis dan bertahan sebagai salah satu
warisan budaya leluhur yang mengandung nilai-nilai budaya lokal yang harus terus
dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat setempat sebagai bagian dari sebuah seni
pertunjukan yang tetap dilestarikan.
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Candrasangkala/article/view/2882
6. Jurnal : Agastya
Judul : Kesenian Gembrung di Desa Kaibon Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
( Kajian Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sebagai Pembelajaran Sejarah Lokal)
Volume : 6
No :2
kesenian gembrungan di Desa kaibon ada sekitar tahun 1968. Kesenian ini digunakan untuk
memperingati hari-hari besar islam Upaya untuk melestarikan kesenian gembrungan yaitu
terdapat sebuah perkumpulan yang dinamakan perkumpulan seniman gembrung Desa
Kaibon. Perkumpulan ini bertujuan untuk membahas tentang keberlangsungan kesenian
gembrungan. Yang dibahas dalam upaya melestarikannya adalah untuk perawatan alatalat
musiknya, apakah terdapat kerusakan yang perlu diganti atau tidak. Jika terdapat kerusakan
yang cukup serius, bersama-sama mencari solusi yang tepat untuk menggantinya. kesenian
ini masuk dalam kategori materi ajar yang membahas tentang masa Hindu-Budha dan Islam.
Dengan kompetensi dasar (KD) yaitu, mendeskripsikan perkembangan masyarakat,
kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia serta peninggalan-
peninggalannya.
file:///C:/Users/HP/AppData/Local/Temp/1043-1929-1-SM.pdf
7. Jurnal : Penelitian Seni Budaya
Judul : Garap Kabar Dalam Karawitan Jawa
Volume : 7
No :2

Garap kebar adalah salah satu perawatan pada persembahan musikal musik Jawa dengan
menggunakan pola drum kebar yang disajikan tanggung jawab irama tanggung dan dados
untuk memenuhi ekspresi musik dengan mempertimbangkan berbagai kebutuhan.
Munculnya garap kebar pada persembahan musik disebabkan oleh berbagai faktor, di
antaranya adalah interpretasi perlakuan, kreativitas seniman, dan fungsi penyajian. Ada
beberapa pilihan pola drum kebar yang masing-masing memiliki karakter berbeda, yaitu
kebar gambyong, kebar golek, kebar matut, dan kebar gecul. Berbagai aspek pembentukan
indera musikal dalam garap kebar meliputi: instrumen pola musik, irama, tempo atau laya,
dan fungsi penyajian. Gending yang bekerja kebar berisi musik rasa sigrak, berag, prenes,
dan gecul.

https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/acintya/article/view/2019

8. Jurnal : Seni dan Budaya Panggung


Judul : Estetika Karawitan Tradisi Sunda
Volume : 22
No :3

Masalah "estetika" yang terkait tidak hanya dengan "teks" atau diri saya sendiri, tetapi juga
tidak memunculkan pandangan dan cara pandang masyarakat tentang "dunia" dan "hakikat
kehidupan manusia." Di balik bentuk musik itu sendiri, ada letak pola pikir orang Sunda
yang membentuk dasar bagi "teks" karawitan. Makalah ini adalah studi filosofis untuk
menemukan "estetika karawitan tradisional" yang belum terungkap sejauh ini. Untuk
mengungkap masalah ini, penulis menggunakan teori “Antagonistik Dualisme” oleh Jakob
Sumardjo. Berdasarkan analisis terhadap "teks" dan "konteks" karawitan tradisional Sunda,
disimpulkan bahwa "estetika karawitan tradisional Sunda" berasal dari konsep "masagi"
yang secara substansi dapat menghasilkan "pola tiga" (pola tiga) sebagai cerminan budaya
tritangtu, yaitu: tekad, ucap, dan lampah.

file:///C:/Users/HP/AppData/Local/Temp/75-144-1-SM.pdf

9. Jurnal : Bahastra (Bahasa dan Sastra Indonesia)


Judul : Fungsi Kesenian Rakyat Dalam Penataan Sanggar Sebagai Upaya Menjaga
Eksistensi Budaya Lokal
Volume : 3
No :2
Artikel ini membahas permasalahan tentang fungsi kesenian rakyat dalam penataan sanggar
budaya lokal. Upaya tersebut muncul disebabkan oleh pengaruh budaya asing ke dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang kaya akan nilai-nilai budaya yang berakar dari budaya
daerah/kearifan lokal. Hal tersebut menyebabkan bergesernya bahkan mengikis
kebudayaan/kearifan lokal yang menjadi kebanggan segenap warga negara Indonesia. Oleh
sebab itu, perlu adanya upaya dalam menyikapi permasalahan tersebut. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah mendirikan sanggar budaya lokal sehingga dapat memberikan
penyadaran kepada masyarakat, khususnya generasi muda tentang arti penting menjaga dan
merawat kebudayaan. Adapun langkah-lankah dalam mendiri sanggar budaya lokal adalah
(1) wadah yang khas, (2) wadah yang efisien dan fleksibel, dan (3) wadah yang permanen
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/Bahastra/article/view/1259

10. Jurnal : Kajian Bali


Judul : The Legend of Balinese Goddesses : Komodifikasi Seni Pertunjukan Hibrid dalam
Pariwisata Bali
Volume : 8
No :1
Artikel ini membahas komodifikasi seni pertunjukan hibrida di pariwisata Bali, khususnya
"Bali Agung - Legenda Dewi Bali" yang dilakukan secara teratur di Bali Safari and Marine
Park, Gianyar. Seni pertunjukan pariwisata hibrida yang dihasilkan dapat bersifat komunal
dan institusional dalam kepemilikan. Seni pertunjukan pariwisata hybrid bersifat komunal
karena ia dibuat tanpa hak cipta sehingga menjadi milik masyarakat Bali, sedangkan seni
pertunjukan hybrid bersifat institusional karena ia dibuat dengan hak cipta sehingga
kepemilikan dan keuntungan hanya dinikmati oleh industri yang diciptakan kembali. dan
menampilkannya. Meskipun berbeda, seni pertunjukan pariwisata hibrid komunal dan
institusional telah mampu menjadi seni yang memberi warna baru bagi beragam seni dan
budaya Bali
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kajianbali/article/view/39297

Anda mungkin juga menyukai