Anda di halaman 1dari 6

TINGKILAN: EKSPRESI MASYARAKAT KUTAI DI TENGGARONG,

KALIMANTAN TIMUR SEBUAH KAJIAN SENI WISATA

Meita Satyawati
Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada
E-mail: meita_satya@yahoo.co.id

Abstrak

Tingkilan merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional di Tenggarong, Kalimantan
Timur. Seiring dengan perkembangannya, Tingkilan menjadi dua jenis yaitu tradisional dan
modern. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keberlangsungan dan fungsi seni pertunjukan
Tingkilan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnomusikologi, dan
dibantu dengan ilmu antropologi musik dan sejarah. Data penelitian dianalisis secara tekstual dan
kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa perubahan yang terjadi dalam musik Tingkilan
dapat dilihat pada bentuk penyajiannya dari bentuk sederhana menjadi lebih variatif. Dalam
masyarakat musik Tingkilan memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai hiburan, pemelihara
solidaritas serta sebagai iringan tari. Campur tangan pemerintah daerah serta peran masyarakat
membuat musik Tingkilan dapat bertahan sampai sekarang.

Kata kunci: Tingkilan, fungsi, perubahan, seni wisata

TINGKILAN: EXPRESSION OF KUTAI SOCIETY IN TENGGARONG,


EAST BORNEO, A STUDY OF TOURISM ART

Abstract

Tingkilan is one of traditional performance arts in Tenggarong, East Kalimantan. It is also


one of the local heritages which is still exist untill today. Nowadays, Tingkilan is divided into two
types: traditional and modern one. The purpose of this study is to reveal the continuity and the
function of Tingkilan. This study employs qualitative research using ethnomusicology approach,
and antropology of music and culture. These approach helps in analizyng the data through textual
and contextual data analisys. Moreover, theory of touristic arts is used to analize the change of
Tingkilan music. The change can be found in the performances which are formed from simple one
to more various one. In music society, Tingkilan is served as entertainment, solidarity maintenance
and dance music. The local government and socety play an important role in maintaning Tangkilan
music.

Keywords: Tingkilan, function, change, art of tourism

PENDAHULUAN saling meningkah atau bersahut-sahutan.


Tingkilan adalah salah satu kesenian Biasanya dimainkan oleh dua orang atau lebih
tradisional yang masih hidup dan berkembang (wawancara Muhammad Arifin, Tenggarong
di Kutai Kertanegara terutama di kabupaten pada tanggal 30 Maret 2010. ) Pada awalnya
Tenggarong. Ada istilah musik melayu tetapi Tingkilan adalah pengisi waktu senggang setelah
bagi masyarakat Kutai Tenggarong kesenian lelah bekerja seharian, dan sebagai rangkaian
ini diberi nama Tingkilan. Secara etimologi kegembiraan.
Tingkilan berasal dari kata Tingkil yang berarti

120
Tingkilan: Ekspresi Masyarakat Kutai di Tenggarong, ... (Meita Setyawati) 121

Seiring berjalannya waktu, kesenian sejauh mana perkembangan musik Tingkilan


Tingkilan mengalami perkembangan dan yang berubah dari seni tradisional atau bisa
melahirkan dua bentuk penyajian yaitu bentuk disebut art by destination yakni seni yang
tradisional atau bisa disebut sebagai art by telah ada merupakan produk masyarakat yag
destination dan modern atau bisa disebut hasilnya dipergunakan dengan seiring waktu
sebagai art by metamorphosis. Perubahan dan karena mengikuti perkembangan dan adanya
perkembangan bentuk kesenian dalam suatu industri pariwisata berubah menjadi art by
masyarakat merupakan sesuatu yang wajar. methamorphosis/tourist art.
Perkembangan bentuk dan pola penyajian Mengungkap aspek tekstual atau analisis
musik Tingkilan makin terlihat seiring dengan musik Tingkilan penulis menggunakan dasar
bergulirnya era industri pariwisata yang ditandai analisis musik yang dikemukakan. Untuk
dengan perencanaan program pariwisata oleh mengungkap bagaimana unsur-unsur musik
pemerintah Tenggarong. dalam pertunjukan Tingkilan digunakan teori
Hadirnya pariwisata telah melahirkan seni dari Bruno Nettl, bahwa dua hal yang harus
pertunjukan yang telah mengalami perubahan diperhatikan dalam bentuk musik yaitu: (1)
bentuk kemasan yang semula bersifat tradisional mengenali unsur-unsur musik yang menjadi tema
menjadi kemasan pariwisata sebagai daya tarik sebuah komposisi; (2) mengenali keterkaitan
untuk wisatawan. Hal ini menjadi salah satu hal dan hubungan antara bagian-bagian, frase-frase
yang menarik perhatian untuk mengetahui lebih dan motif-motif dalam sebuah komposisi (Nettl,
lanjut tentang bagaimana perkembangan musik 1964: 146). Penulis berharap dengan teori yang
Tingkilan di Tenggarong, Kalimantan timur. dikemukakan Bruno Nettl sedikit banyak bisa
Pertunjukan musik Tingkilan merupakan mempermudah dalam menganalisis musik
perpaduan antara beberapa aspek penting Tingkilan.
yang menunjang seperti pemain, iringan, Teori yang tidak kalah pentingnya untuk
busana, tempat pentas, bahkan penonton, dijadikan sebagai landasan berfikir adalah
maka analisis teks dan konteksnya dari sebuah teori fungsi Alam P. Merriam menyatakan
pertunjukan harus menggunakan pendekatan bahwa etnomusikologi merupakan disiplin
multidisiplin. Penelitian ini dilatar belakangi ilmu yang mempelajari musik yang bukan saja
oleh disiplin ilmu etnomusikologi dan dibantu menganalisis musik secara struktural, melainkan
dengan beberapa disiplin ilmu yang lain dalam juga melihat fungsi musik dalam situasi
berbagai kebutuhan penelitian, metode, teori, sosial. Selanjutnya dikatakan dalam bukunya
konsep, sistem, dan sebagainya. agar mampu The Antropology of Music bahwa fungsi
menjawab masalah pokok dalam penelitian musik terdiri dari: (1) fungsi musik sebagai
diperlukan beberapa pendekatan bidang ilmu kenikmatan estetis; (2) fungsi musik sebagai
lain seperti antropologi musik, fungsi seni iringan; (3) fungsi musik sebagai komunikasi;
pertunjukan, sejarah, sosiologi, arkeologi seni. (4) fungsi sebagai menggambarkan simbolik;
Oleh karena itu, landasan teori yang digunakan (5) fungsi musik sebagai respon fisik; (6) fungsi
mencerminkan apa yang disebut sebagai musik sebagai penyelenggaraan kesesuaian
pendekatan multidisiplin. dengan norma-norma sosial; (7) fungsi musik
Pada perkembangannya musik Tingkilan sebagai pengesahan lembaga sosial dan ritual
mempunyai dua bentuk yaitu bentuk tradisional religius; (8) fungsi musik sebagai penopang
dan modern atau menurut J. Maquet dalam tulisan kesinambungan dan stabilitas kebudayaan;
Soedarsono yang berjudul “Industri Pariwisata dan (9) fungsi musik untuk penopang integrasi
Sebuah Tantangan dan Harapan bagi Negara sosial; (10) pengungkapan emosional.
Berkembang (1993)” yang mengutarakan bahwa Fungsi musik Tingkilan mengalami
hadirnya masyarakat wisata disebuah daerah, prekembangan dari bentuk yang sederhana
maka akan lahir bentuk lain selain yang sudah menjadi lebih variatif. Musik Tingkilan
ada. Teori ini digunakan untuk menganalisis yang muncul di Tenggarong dapat dianalisis
122 , Vol. 15, No. 1, April 2017: 121 - 126

dengan menggunakan ciri-ciri seni wisata yang nasehat. Pada mulanya musik Tingkilan
dikemukakan oleh R.M. Soedarsono, yang dimainkan untuk mengisi suasana sepi. Baru
disebutkan memiliki ciri-ciri: (1) tiruan dari kemudian menjadi tontonan yang kadang kala
aslinya; (2) singkat dan padat; (3) penuh variasi; dipertunjukkan untuk mendapat hiburan dalam
(4) ditanggalkan nilai-nilai sakral, magis, serta segala kesumpekan yang terjadi pada para
simbolnya; (5) murah harganya/terjangkau individu dan masyarakat.
kantong wisatawan (Soedarsono, 1999:3). Bagi masyarakat Kutai musik Tingkilan
merupakan penggambaran hidup mereka dan
METODE merupakan kesenian yang harus dilestarikan.
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian Dalam setiap kesempatan mereka memainkan
kualitatif dengan mengunakan metode penulisan musik Tingkilan sebagai hiburan. Lagu yang
secara deskriftif analitis dan menggunakan biasa dibawakan berupa pantun yang biasanya
pendekatan etnomusikologi. Oleh karena secara spontan atau berdasarkan kondisi dan
itu untuk mewujudkan obyek yang dipilih sifat acara tersebut. Musik ini pun masih ada
ke dalam bentuk tulisan deksriftif analisis. sampai sekarang dan masih sering dimainkan
Lokasi penelitian yaitu di kota Tenggarong disetiap ada kesempatan. Bagi masyarakat
kutai Kertanegara. Informan yang dipilih Kutai musik Tingkilan begitu dikagumi oleh
dalam penelitian ini adalah tokoh seniman di masyarakat hingga ketika ada pentas musik
tenggarong, pemusik, penari, pegawai dinas Tingkilan, orang-orang tua akan datang untuk
pariwisata dan masyarakat tenggarong. menontonnya. Disitulah pentas musik Tingkilan
Metode pengumpulan data yang digunakan kemudian menjadi sebuah media komunikasi
dalam penelitian ini bermacam-macam masyarakat yang bisa mempertemukan antara
bentuknya, mulai dari pengumpulan materi personal dengan personal lainnya. Masyarakat
yang berwujud tulisan tentang Tingkilan, bahasa tentu saja bisa menjadikan manusia yang
atau kata-kata dan tidakan merupakan sumber berintegrasi dengan manusia yang lain, sehingga
data yang utama yang bersifat pengamatan bisa terhindar dari konflik sosial yang tidak
dan wawancara. Sumber data ini dapat dicatat diinginkan.
melalui catatan tulisan, pengambilan foto, Musik Tingkilan dalam fungsi sosial
pengambilan video, dan pengambilan audio misalnya, daya tarik seni tradisi terletak pada
pada saat latihan dan pementasan. Dan beberapa kemampuannya sebagai pembangun dan
sumber data kualitatif yang digunakan yaitu: pemelihara solidaritas kelompok. Dari berbagai
penelitian lapangan, wawancara, studi pustaka pertunjukannya, masyarakat dapat memahami
dan dokumentasi. kembali nilai-nilai dan pola perilaku yang
berlaku dalam lingkungan sosialnya. Dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN kiprahnya, musik Tingkilan pun memiliki peran
Tingkilan menurut masyarakat pemiliknya tersebut. Hal itu terlihat dalam setiap penyajian
memiliki beberapa pengertian salah satunya lagu-lagu yang dibawakan, selalu menggunakan
adalah Tingkilan berasal dari kata Tingkil yang kata-kata sindiran atau kritik atas fenomena
berarti saling meningkah atau bersahut-sahutan. yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Musik Tingkilan biasanya dapat dibawakan Musik Tingkilan juga berfungsi sebagai iringan
sendiri maupun berkelompok. (wawancara tari, suatu pertunjukan tari tanpa musik maka
Muhammad Arifin, Tenggarong pada tanggal 30 pertunjukan tidak akan berjalan. musik tingkilan
Maret 2014). Dan ada pula yang menyebutkan sebagai iringan tari jepen berperan sebagai
bahwa Tingkilan berasal dari dua kata Tingkil pengiring gerak tari yang ditampilkan. Saat ini
yang berarti sindir. Penggunaan akhiran bentuk pertunjukan musik Tingkilan mengalami
–an berarti sindiran. Musik Tingkilan yang sebuah perkembangan. Perkembangan tersebut
dibawakan sendiri biasanya hanya membawakan pada perubahan bentuk pertunjukannya:
cerita tentang legenda, keindahan alam, dan
Tingkilan: Ekspresi Masyarakat Kutai di Tenggarong, ... (Meita Setyawati) 123

Tabel 1. Perbandingan musik Tingkilan tradisional dan modern


Aspek yang
Musik Tingkilan Tradisional Musik Tingkilan Modern
dibandingkan
Berbalas pantun, dan menggunakan bahasa Tidak ada berbalas patun, yang
Bentuk Penyajian kutai. Isi pantun diutamakan dan musik dibawakan sudah berbentuk
sebagai pengiring lagu. Musik lebih diutamakan
Vokal Cempreng (tipis) Tebal
Gambus, Cello, Bas, Ukulele,
Alat musik Gambus dan Rebana
keybord
Tidak terpatok waktu hanya berdasarkan
Durasi Durasi sebuah lagu 3-4 menit
kebutuhan
Penonton Berinteraksi dengan pemusik Hanya sebagai penonton
Pakaian melayu, laki-laki menggunakan baju
lengan panjang, celana panjang, sarung diikat Baju taqwo untuk perempuan,
Busana dan rias
di pinggang. Perempuan baju kurung. Dan baju miskat untuk laki-laki
sanggul cepol
Tempat Dirumah, halaman, lapangan atau rumah
Gedung, lapangan, hotel
Pementasan pejabat

Musik Tingkilan merupakan salah satu yang melingkupinya, sehingga perkembangan


jenis kesenian tradisional masyarakat Kutai musik tersebut tidak merubah esensi nilai
telah dipersiapkan menjadi sebuah kemasan yang dikandungnya dan tidak merubah ciri
yang diperuntukan bagi hiburan pariwisata. khas daerah dimana musik tersebut lahir dan
Penyesuaian yang dilakukan untuk jenis hiburan berkembang.Inilah yang dimaksud dengan
tersebut sudah dilakukan oleh para senimannya tiruan dari bentuk aslinya, yaitu musik Tingkilan
baik dalam segi instrumentasinya maupun lagu- berkembang dengan bentuknya yang baru dalam
lagunya yang dinyanyikan. Inovasi dalam setiap kemasan seni wisata sebagai transformasi nilai-
grup musik Tingkilan memberikan nuansa yang nilai luhur budaya pemiliknya.
baru bagi perkembangannya. Seperti yang telah
dirumuskan oleh Tomars bahwa kemasan seni Singkat dan Padat
wisata memiliki ciri-ciri, yaitu (1) tiruan dari Sebelum musik Tingkilan dikemas menjadi
aslinya; (2) singkat dan padat; (3) penuh variasi; sebuah kemasan seni wisata, atau ditampilkan
(4) ditanggalkan nilai-nilai sakral, magis, serta sebagai kemasan seni tradisi, musik tersebut
simbolnya; (5) murah harganya/terjangkau mempunyai durasi yang panjang. Solusi dari
kantong wisatawan (Soedarsono, 1999:3). permasalahan ini dilalui dengan memendekkan
durasi pertunjukan musik atau mempersingkat
Tiruan dari Bentuk Aslinya waktu pementasannya dengan cara mengurangi
Bentuk Tingkilan yang baru dalam kemasan syair-syair yang panjang, membuat lagu baru
seni wisata tentunya berbeda dengan bentuk yang lebih pendek dari bentuk aslinya, dan
aslinya.Kenyataan ini memang suatu yang tidak memadatkan bentuk garapan atau menonjolkan
mudah untuk dihindari. Pada sisi lain bentuk aransemen musik tersebut. Perbandingan antara
ini akan sangat berguna bagi perkembangan sebuah pertunjukan yang dilakukan selama
musik tradisi di Kalimatan Timur, terutama beberapa jam dipersingkat menjadi beberapa
musik Tingkilan. Suatu hal yang penting untuk menit untuk lebih mengefesienkan waktu yang
diperhatikan, jangan sampai bentuk baru ini digunakan. Musik Tingkilan tidak lagi dinikmati
menghilangkan ciri khas tradisi dan budaya sebagai sebuah guyonan atau cerita dalam
124 , Vol. 15, No. 1, April 2017: 121 - 126

pergaulan masyarakat remaja Kalimantan Timur, pertunjukan itu dapat dilihat oleh siapa saja,
tetapi dinikmati sebagai wahana atau sajian seni dalam arti pertunjukan kesenian Tingkilan
yang mengandung nilai estetis tinggi. sebagai hiburan dapat dijangkau oleh kocek
semua orang, sehingga nantinya kesenian ini
Variatif tidak saja dapat dinikmati sebagai hiburan
Penyajian musik Tingkilan tidak seperti dulu seni wisata oleh wisatawan, tetapi juga oleh
lagi yang bersifat monoton, sekarang dalam masyarakat pendukungnya sendiri.
penyajiannya sudah ditambahkan dengan alat
musik Barat dan jenis lagu yang kaan sudah KESIMPULAN
bernuansa pop, dangdut, dan keoncong. Akan Bagi masyarakat Kutai musik Tingkilan
tetapi tetap kemasan ini tidak meninggalkan merupakan penggambaran hidup mereka dan
tradisi aslinya, yaitu dengan memainkan merupakan kesenian yang harus dilestarikan.
pantun-pantun yang sudah diaransemen menjadi Dalam setiap kesempatan mereka memainkan
sebuah lagu. Disamping itu bentuknya yang musik Tingkilan sebagai hiburan. Lagu yang
variatif dapat dilihat dari bentuk garap lagu biasa dibawakan berupa pantun yang biasanya
yang ditampilkan. Bentuk musik yang baru secara spontan atau berdasarkan kondisi dan sifat
lebih bernuansa modern dengan menonjolkan acara tersebut. Musik ini pun masih ada sampai
efektifitas pengembangan permainan instrument sekarang dan masih sering dimainkan disetiap
secara tunggal seperti gambus, meskipun ada kesempatan. Fungsi Tingkilan dalam
permainan instrument lain turut diperhatikan masyarakat sebagai hiburan , media komunikasi
dalam pembentukan harmoni yang ditampilkan. masyarakat yang bisa mempertemukan antara
Bersama bentuknya yang baru musik ini lebih personal dengan personal lainnya., kepuasan
terlihat kretif dan hidup. estetis, fungsi sosial dan sebagai iringan tari
Saat ini bentuk pertunjukan musik
Unsur Ritual Sudah Hilang Tingkilan mengalami sebuah perkembangan.
Musik Tingkilan ini pada awalnya hanya Perkembangan tersebut pada perubahan bentuk
sebagai musik hiburan, sehingga walau pertunjukannya. Perubahan bentuk pertunjukan
dapat pengembangan musik tersebut hanya terjadi dalam musik Tingkilan. Dalam penyajian
dipertunjukan untuk tujuan menghibur karena musik Tingkilan tradisional saling berinteraksi
dari awal musik Tingkilan produk lama dan dengan Dalam penyajian musik Tingkilan
baru bersifat hiburan semata. Berbeda dengan modern sudah tidak lagi mengenal berbalas
kesenian yang dimiliki suku pedalaman yang pantun yang ada hanya menampilkan sebuah
masih mengandung unsur ritual masih sangat pertujukan untuk penonton. Bentuknya sudah
kuat dan kental. berubah, dengan penambahan alat, seperti
cello, bass, cak cuk. Rebana tidak digunakan
Murah Harganya lagi digantikan dengan alat musik yang lebih
Pengemasan musik sebagai seni wisata modern untuk mengisi warna suara. Variasi
tidak hanya memperhitungkan perkembangan musik menjadi salah satu daya tarik musik
dari dalam, melainkan juga perkembangan dari Tingkilan modern. Genre musik yang dibawakan
luar, seperti perhitungan dana penggarapan bertambah lagu khas Kutai tapi juga dangdut,
dan dana pementasan bagi setiap penonton. barat, pop tetapi dengan gaya khas Tingkilan.
Perhitungan dana penggarapan akan dipermurah, Upaya pemeliharaan musik tradisi yang
karena tidak menggunakan waktu yang terlalu merupakan warisan leluhur dari nenek moyang
lama. Kemasan kesenian Tingkilan produk merupakan kewajiban generasi penerus yang
lama memerlukan banyak orang, sehingga perlu mendapat prioritas. Jika tidak, maka pada
memerlukan pembiayaan yang mahal. Sedangkan suatu saat akan punah. Dalam mengupayakan
penekanan pembiayaan tiket pertunjukan untuk pemeliharaan tersebut selain peran masyarakat
penonton, memang perlu sekali dilakukan agar pemilik, peran pemerintah juga dibutuhkan.
Tingkilan: Ekspresi Masyarakat Kutai di Tenggarong, ... (Meita Setyawati) 125

Peran pemerintah kota Tenggarong dalam ­­­Idris, Zaelani. 1976. Kumpulan Naskah Kesenian
melestarikan budaya yang ada sangat besar. Tradisional Kalimantan Timur. Samarinda:
Salah satu program dinas pariwisata adalah Taman Budaya Propinsi Kaltim.
memperkenalkan musik Tingkilan kepada Merriam, Alan P. 1964. The Anthropolgy of
masyarakat luas di hotel-hotel sebagai musik Music. Chicago: Nort Westren University
penyambut selamat datang. Dinas pariwisata Press.
membuat jadwal untuk grup-grup yang ada di Prier, Karl Edmund. 2004. Ilmu Bentuk Analisis.
Tenggarong.Setiap minggu grup yang tampil Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
berbeda-beda, setiap kesempatan mereka Rosyadi, Imron M. 2001. Sekilas Adat Budaya
bermain pagi dan sore hari secara bergantian. Kalimantan Timur. Samarinda: Humas
Mengadakan pelatihan-pelatihan dan mengirim Pemprov Kaltim.
kontingen seni kebeberapa even-even nasional Rosyadi, Imron M. 2002. Seni Pertunjukan
maupun internasional untuk dapat lebih Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta:
mengenalkan musik Tingkilan.ini merupakan Gajah Mada University Press.
salah satu dari cara dinas Pariwisata Tenggarong Soedarsono, R. M. 1999. Seni Pertunjukan
untuk memajukan budaya dan pariwisata. Indonesia dan Pariwisata. Bandung: MSPI
dan Arti.
DAFTAR PUSTAKA Soedarsono, R. M. 2002. Seni Pertunjukan
Aini, Mohd dkk. 1979. Naskah Seni Budaya Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta:
dan Latar Belakang Sejarahnya daerah Gajah Mada University Press.
Kabupaten Kutai. Samarinda: Departemen Syahbandi dkk. 1992. Dampak Pengembangan
Pendidikan dan Kebudayaan. Pariwisata terhadap Kehidupan Budaya
Asrani. 1993. Tingkilan Musik Tradisional daerah di Kalimantan Timur. Samarinda:
Kaltim. Samarinda: Taman Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kalimanatan Timur. Kaltim.
Azmidi. 2010. “Erau” Tradisi dan Ritual
Kesultanan Kutai Kertanegara. Tenggarong:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Idris, Zaelani. 1999. Obyek Perkembangan
Kesenian Tradisional di Kalimantan
Timur. Tenggarong: Humas Setwilda Tk.
II Kutai.

Anda mungkin juga menyukai