Anda di halaman 1dari 7

p-ISSN: 1411-8912

e-ISSN: 2714-6251
http://journals.ums.ac.id/index.php/sinektika

PERANAN PUSAT SENI DAN BUDAYA


SEBAGAI BENTUK UPAYA PELESTARIAN BUDAYA LOKAL
Nur Atin Amalia ABSTRAK
UPN “Veteran” Jawa Timur Tingginya arus globalisasi membawa pengaruh besar terhadap masyarakat
nuratinamalia09@gmail.com Indonesia terutama di kalangan anak muda. Mulai dari gaya hidup yang
berbeda hingga lunturnya rasa cinta seni dan budaya nusantara. Perlu adanya
Dyan Agustin solusi untuk menjaga kelestarian seni dan budaya nusantara agar tidak
UPN “Veteran” Jawa Timur musnah. Pusat Seni dan Budaya merupakan modal awal yang diterapkan
dyanagustin.ar@upnjatim.ac.id sebagai solusi ditengah tingginya pengaruh globalisasi terhadap masyarakat
untuk melestarikan seni dan budaya Nusantara. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis “Peranan Pusat Seni dan Budaya dari Segi Arsitektur
dalam Melestarikan Seni dan Budaya di Nusantara”, berawal dari budaya
lokal yang ada di setiap wilayah Indonesia. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus yang
diambil meliputi 2 objek yaitu Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya
Yogyakarta. Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa Pusat seni dan budaya
adalah fasilitas yang dibutuhkan di setiap wilayah Indonesia sebagai wadah
seni dan budaya lokal yang terbukti memberikan pengaruh besar terhadap
kalangan anak muda dan seniman untuk mencintai seni dan budaya, sebagai
fasilitas edukasi dan tempat berkumpulnya para seniman untuk melestarikan
seni dan budaya. Selain itu bentuk arsitektural yang diterapkan merupakan
bentuk pelestarian yang besar dan memberikan pengaruh yang tinggi
terhadap masyarakat dalam mengenal seni dan budaya lokal di Nusantara.

KATA KUNCI: pelestarian, pusat seni dan budaya, seni dan budaya

PENDAHULUAN Indonesia sudah memiliki wadah seni dan Budaya atau


Pusat seni dan budaya sebagai upaya pelestarian seni
Seni dan budaya adalah kekayaan dan warisan leluhur dan budaya lokal di Nusantara. Dalam penelitian ini
di Indonesia yang wajib dilestarikan. Seni adalah studi kasus yang diambil adalah Taman Budaya Jawa
sebuah keahlian dalam membuat karya yang bermutu Timur dan Taman Budaya Yogyakarta yang mewakili
yang bisa menimbulkan rasa indah bagi orang yang pusat seni dan budaya di Nusantara.
melihat, mendengar dan merasakannya Perkembangan zaman dan arus globalisasi yang
(Poerwadarminta, W.J.S : 2003) sedangkan cepat menjadi tantangan dalam pelestarian seni dan
Kebudayaan atau Culture adalah sebuah pemikiran budaya. Dampak globalisasi membawa perubahan
yang menghasilkan sebuah karya yang tidak berakar terhadap masyarakat Indonesia terutama di kalangan
dari nurani namun melalui proses belajar yang hanya anak muda. Pengaruh tersebut berupa berubahnya
bisa dicetuskan oleh manusia (Koentjaraningrat, gaya hidup masyarakat hingga lunturnya rasa cinta
2015). Sehingga dapat disimpulkan seni dan budaya seni dan budaya Nusantara. Seni dan budaya lokal di
adalah karya yang memiliki nilai keindahan yang di Nusantara adalah peninggalan sejarah leluhur yang
cetuskan oleh manusia. wajib dijaga dan dilestarikan. Dalam UUD 1945 pasal
Kini, tingginya arus globalisasi menggerus seni 32 ayat 1 menjelaskan bahwa “Negara memajukan
dan budaya di hati masyarakat Indonesia terutama di kebudayaan Nasional Indonesia ditengah peradaban
kalangan anak muda. Pelestarian seni dan budaya dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
sangat diperlukan dan harus dilakukan terus menerus memelihara dan mengembangkan nilai-nila
untuk mempertahankan nilai-nilai seni dan budaya, budayanya”. Sehingga disimpulkan dari pernyataan di
seni tradisional, serta menyesuaikan dalam kondisi atas bahwa pelestarian seni dan budaya adalah
yang semakin berkembang. Pusat Seni dan Budaya tanggung jawab bersama. Generasi muda memiliki
adalah solusi yang memiliki peranan penting dalam peran yang besar dalam hal tersebut, hal ini tertuang
melestarikan seni dan budaya bersanding dengan dalam Kongres kebudayaan 2013 bahwa Generasi
tingginya arus globalisasi. Beberapa wilayah di muda sebagai pemangku kebudayaan di masa depan

34 | SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022


Nur Atin Amalia, Dyan Agustin

dituntut untuk memiliki kemampuan memanfaatkan segi Arsitektur sebagai upaya pelestarian seni dan
sumber daya kebudayaan untuk pembentukan ke- budaya lokal. Masalah yang diidentifikasi adalah jika
Indonesiaan. Sehingga perlu adanya pelestarian Seni ditinjau dari segi arsitektur, bagaimana Pusat Seni dan
dan Budaya. Budaya bisa meningkatkan minat masyarakat dalam
Seni dan Budaya merupakan warisan dari nenek melestarikan seni dan budaya lokal di nusantara.
moyang yang wajib dilestarikan. Indonesia adalah Adapun batasan masalah yang diangkat adalah hanya
negara yang memiliki ragam seni dan budaya yang menganalisis bagaimana peranan pusat seni dan
tersebar di setiap wilayahnya. Seni dan budaya adalah budaya dari segi arsitektur. Penelitian ini bertujuan
sebuah sistem koheren yang digunakan untuk untuk mengetahui bagaimana peranan pusat seni dan
berkomunikasi dengan efektif melalui satu bagian seni budaya dalam upaya pelestarian seni dan budaya
saja yang sudah menggambarkan keseluruhan Nusantara. Objek penelitian yang diambil adalah
(Kartodirdjo, 1993). Selain itu seni dan budaya adalah Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Jawa
jelmaan rasa seni dalam sebuah budaya yang bisa Barat. Pemilihan kedua objek tersebut karena
dirasakan dan dinikmati oleh semua orang dalam membawa karakteristik bangunan yang berbeda. Pada
perjalanan sejarah peradaban manusia (Thoyibi, Taman Budaya Jawa Timur dengan karakteristik rumah
2009). Dari beberapa pengertian di atas dapat joglo dan pada Taman Budaya Yogyakarta dengan
disimpulkan bahwa seni dan budaya adalah jelmaan karakteristik bangunan kolonial, namun dengan fungsi
sebuah rasa yang digunakan sebagai metode tempat yang sama yaitu sebagai pelestarian budaya
komunikasi yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh lokal.
semua orang sepanjang sejarah peradaban manusia.
Namun seiring perkembangan zaman yang pesat METODE
membuat seni dan budaya menjadi luntur di kalangan
masyarakat, sehingga perlu adanya upaya pelestarian Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif-
seni dan budaya. kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian
Menurut Kementerian dan Pariwisata dalam deskriptif kualitatif adalah penelitian yang
(Triwardani dan Rochayanti, 2014), pelestarian adalah menggambarkan atau menghasilkan keadaan sesuai
aktivitas atau kegiatan menjaga, melindungi, dengan fakta dan apa adanya (Nawawi dan Martini,
mengembangkan dan upaya aktif dan sadar terhadap 1996 : 73) dan berusaha menjelaskan keadaan sesuai
benda-benda, aktivitas berpola serta ide-ide. Menurut saat penelitian dilaksanakan (Mukhtar, 2013 : 28).
Nia Kurmasih Pontoh dalam (Butar, 2015) mengatakan Metode kualitatif lebih mempertimbangkan
bahwa pelestarian sama dengan konservasi yaitu pancaindra untuk melihat kebudayaan yang ada
upaya menjaga dan melindungi serta memanfaatkan (Suwardi, 2003 : 16).
sebagai fungsi baru tanpa menghilangkan makna Pemilihan pendekatan deskriptif kualitatif
kehidupan budaya (1992 : 36). Menurut Eko Budiharjo, dengan metode studi kasus berdasarkan tujuan untuk
preservasi memiliki arti mempertahankan peninggalan memperoleh deskripsi secara utuh dan realistis
jaman dahulu dan arsitektur seperti semula (1994 : tentang peranan Taman Budaya Jawa Timur dan
22). Hakikat melestarikan bukan sekedar Taman Budaya Sentul dari segi arsitektur. Sumber data
mengembangkan namun sebuah gerakan yang digunakan adalah data primer dan data
mengukuhkan kebudayaan, sejarah dan identitas sekunder. Lokasi penelitian adalah untuk Taman
(Lewis, 1983 : 4) dan penumbuh rasa peduli dan rasa Budaya Jawa timur berada di Jl. Genteng Kali 5
memiliki masa lalau sesama anggota komunitas Surabaya, dan Taman Budaya Yogyakarta yang berada
(Smith, 1996 : 68). Tantangan dalam hal ini sangat di Jl. Sri Wedani No.1 Yogyakarta. Fokus penelitian
berat karena harus berhadapan dengan arus terarah pada bagaimana pusat seni dan budaya
globalisasi yang semakin cepat yang berpengaruh memiliki peranan penting dalam upaya pelestarian
terhadap seni dan budaya lokal Nusantara. seni dan budaya lokal.
Penerapan bentuk arsitektural terhadap desain
juga menjadi upaya pelestarian Seni dan Budaya HASIL PENELITIAN
Nusantara. Seni dan budaya yang diterapkan dalam
desain memberikan pengetahuan kepada masyarakat. 1. Taman Budaya Jawa Timur
Bentuk arsitektural memberikan penjelasan kepada Jawa Timur memiliki banyak seni dan budaya
masyarakat tentang nilai seni dan budaya yang yang khas yaitu Ludruk, Reog, Tari Remo, dan lain-lain.
diterapkan seperti yang dijelaskan oleh Sejarawan Hampir setiap daerah di Jawa Timur mempunyai
Sartono K di atas. ragam seni dan budaya yang membuat pemerintah
Sehingga berdasarkan latar belakang di atas bergerak untuk membangun Taman Budaya. Taman
maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Budaya Jawa Timur (Gambar 1) adalah wadah bagi
untuk mengetahui peranan Pusat Seni dan Budaya dari masyarakat dalam mengembangkan dan

SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 | 35


Peranan Pusat Seni dan Budaya sebagai Bentuk Upaya Pelestarian Budaya Lokal

mengapresiasi seni dan budaya Jawa Timur. Kegiatan budaya. Hal ini merupakan pengaruh utama yang
yang dilakukan adalah dengan menampilkan kegiatan- menjadi tolak ukur masyarakat dalam menanamkan
kegiatan tradisional sebagai upaya melestarikan dan rasa cinta tanah air adalah estetika visual dari sebuah
mengembangkan seni dan Budaya Jawa Timur sebagai bangunan tersebut.
identitas bangsa Indonesia (Resmawati, 2014 : 2).
Taman Budaya ini bentuk dari upaya pembinaan dan PEMBAHASAN
pelestarian yang di bangun pemerintah sebagai wadah
pertemuan apresiasi seni di Jawa Timur yang berada di Analisis Peranan Pusat Seni dan Budaya
Jl. Genteng kali 85 Surabaya.
Tabel 1. Analisis Kegiatan dan Fasilitas Pusat Seni dan
Budaya
Taman Budaya Jawa Taman Budaya
Timur Yogyakarta
Kegiatan • Pagelaran seni • Pagelaran /
• Pameran konser
• Workshop, • Seminar
• Tempat pelaksanaan • Workshop
lomba • Pameran
• Tempat presentasi • Pusat Edukasi
• Seminar • Lokakarya
Gambar 1. Gedung Cak Durasim/Taman Budaya JATIM • Lokakarya
(Sumber: situs resmi Cak Durasim, 2020) • sarasehan, dll.
Fasilitas • Pendopo Jayengrana • Concert Hall
2. Taman Budaya Yogyakarta • R. Sawunggaling • Gedung
• R. Sawung Rana Kesenian
• Galeri Seni & Kerajinan Societet
• Teater Terbuka Militair
• Wisma Seni Dewi • Amphiteater
Sangkrah • Panggung
• R. Gamelan Terbuka
Sawungsari • Ruang
• Perpustakaan dan Seminar
Dokumentasi • Kantin Taman
• Musala Budaya
• Arena terbuka Yogyakarta
Gambar 2. Taman Budaya Yogyakarta • Kantin • Ruang
(Sumber: google, 2020) • Galeri Prabangkara Pameran
(Sumber: situs resmi cak durasim, 2020 & situs resmi
Taman Budaya Yogyakarta (Gambar 2) berdiri tby.jogjaprov, 2020)
pada tahun 1978 yang didasarkan pada surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ditinjau dari segi umum, Taman Budaya Jawa
Taman Budaya ini memiliki tugas sebagai wadah Timur dan Taman Budaya Yogyakarta memiliki fungsi
pengembangan kebudayaan daerah provinsi dan peranan yang sama yaitu sebagai wadah seni dan
Yogyakarta. Berdasarkan Peraturan daerah No.7 fasilitas pengembangan serta pelestarian seni dan
tahun 2002 dan keputusan Gubernur DIY Nomor budaya lokal. Peranan tersebut bisa ditinjau dari
181/Tahun 2002 tanggal 04 November 2002, Taman fasilitas dan kegiatan dalam Pusat Seni dan Budaya
Budaya Yogyakarta berada di bawah naungan Dinas pada tabel 1.
Kebudayaan Provinsi DIY. Taman Budaya ini berada
pada lokasi yang strategis di Jl. Sriwedani, No.1
Tabel 2. Seni yang Ditampilkan di Taman Budaya Jawa
Yogyakarta, berada di kawasan Yogyakarta kilometer
Timur
nol dan berbatasan dengan cagar budaya Benteng
No. Tahun Jenis Seni
Vredeburg.
Lomba Tari Jawa Timuran, Gaya Solo-
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui 1. 1979
Jogja, Gaya Bali, dan Kreasi Baru.
peranan penting Taman Budaya dalam upaya Seni Tari Tradisional, Seni Musik
pelestarian seni dan budaya lokal di Nusantara. 2. 1982
Tradisional
Analisis yang dilakukan ditinjau dari segi umum dan Lomba Musik Kolintang, Lawakan Ludruk,
segi arsitektur. Dunia arsitektur juga memiliki peran 3. 1984 Seni Kentrung & Jemblung, Musik Rakyat
yang penting dalam upaya pelestarian seni dan dan Paduan Suara, Tari Remo

36 | SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022


Nur Atin Amalia, Dyan Agustin

4. 1985
Pagelaran Musik Kolintang, Lomba Vokal pengaruh terhadap masyarakat, salah satunya sebagai
Keroncong sarana edukasi dan sebagai tempat berekspresi dalam
Seni Paduan Suara, Seni Kolintang, Seni menuangkan karya.
5. 1986
Musik Karawitan, Tari Barongan
Sasaran utama dari sarana edukasi adalah anak-
6. 1987 Festival Tari Jawa Timur
anak dan anak muda. Mengimbangi maraknya sarana
Seni Baca Macapat, Pameran dan Seni hiburan, taman budaya adalah sarana yang tepat bagi
7. 1982
Rupa
kalangan tersebut. Rekreasi bukan hanya sekedar cuci
8. 1983 Pagelaran Wayang Beber mata, namun jika diimbangi dengan edukasi yang
Diskusi Kebudayaan, Pasar Seni, Pameran didapatkan maka akan menciptakan generasi penerus
9. 1984 Patung, Lomba Dalang, Wayang Sabda, bangsa yang mengenal lebih dalam serta tumbuh rasa
Pagelaran Wayang Kulit
cinta seni dan budaya nusantara. Selain itu, sering
10. 1986 Wayang Kulit, wayang Golek, Dalang dibangunnya Taman Budaya, dengan
11. 1987 Pagelaran Wayang Kulit terselenggaranya event perlombaan seni dan budaya
(Sumber: Resmawati, 2014) berupa Seni Baca Macapat, Lomba Tari, Lomba Dalang,
Diskusi Kebudayaan, dan lain-lain (Resmawati :
Tabel 3. Seni yang Ditampilkan di Taman Budaya 299.2014) bisa meningkatkan minat dan semangat
Yogyakarta anak-anak muda dalam belajar seni dan budaya.
No. Tahun Jenis Seni Apalagi Taman Budaya adalah tempat berkumpulnya
Konser Afectio Harmony, Pentas Teater, para seniman dalam berdiskusi budaya. Hal ini
Gelar Seni Tahunan, Pameran Seni Rupa, memberikan peluang besar terhadap anak-anak muda
1. 2017 Pentas Teater, Karawitan, Gelar Seni dalam belajar langsung dengan para seniman lokal
Tradisi, Pameran, Kethoprak, Gelar Karya
maupun nusantara di Indonesia.
Maestro, Temu Seniman.
Mini Konser Orkestra, Pentas Teater, Kegiatan yang dilakukan di dalam Taman Budaya
Jogja Music Season, Pentas Keroncong, tersebut (Tabel 1) adalah bentuk upaya pelestarian
Karawitan, Gelar Seni Tahunan, Gelar Seni seni dan budaya kepada masyarakat. Kegiatan yang
Tradisi, Pentas Kethoprak, Wayang Kulit * dilakukan mempunyai mutu dan dampak yang positif
2. 2018 Wayang Wong, Teater, Pertunjukkan dalam upaya pelestarian seni dan budaya. Secara tidak
Musik, Gelar Tari Kontemporer, Gala langsung masyarakat akan terhasut dan ikut andil
Orkestra, Pameran Karya, Pameran Seni
dalam kegiatan yang di selenggarakan oleh Taman
Rupa, Festival Film Dokumenter, Pentas
Budaya. Sehingga akan lebih banyak seniman yang
Drama, Temu Seniman.
Pentas Teater, Parade Film, Gelar Seni bergabung dalam program Depdikbud dalam bidan
Tahunan, Konser Musik, Pagelaran seni dan budaya (Resmawati : 301.2014) dan semakin
3. 2019 Teater, Pagelaran Tari, Pentas Teater, banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam acara
Pameran Seni Rupa, Temu Seniman, Gelar yang diselenggarakan. Selain itu diharapkan dengan
Seni Tradisi, Pagelaran Budaya. adanya Taman Budaya pada masing-masing daerah
Pameran, Kethoprak, Orkestra, menghasilkan sumber daya manusia yang mendukung
Karawitan, Pentas Budaya, Gelar Seni dalam upaya pelestarian seni dan budaya lokal di
4. 2020
Tradisi, Temu Karya Taman Budaya, Gelar Nusantara.
Karya Maestro.
(Sumber: tby.jogjaprov, 2020)
Analisis Peranan Pusat Seni dan Budaya dari Segi
Peranan pusat Seni dan Budaya sebagai upaya Arsitektur
pelestarian seni dan budaya ditunjukkan dengan Peranan penting Pusat Seni dan Budaya tidak hanya
berbagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan pada ditinjau dari segi umum saja, tinjauan dari segi
Pusat Seni dan Budaya. Hal ini telah dijelaskan (Tabel arsitektur juga memiliki pengaruh besar terhadap
2 dan 3) bahwa serangkaian kegiatan yang dilakukan pelestarian Seni dan Budaya dalam bentuk desain.
mendorong terpenuhinya fasilitas sebagai penunjang Representasi nilai kebudayaan bisa berwujud dalam
setiap proses kegiatan seni. Tersedianya tempat dalam berbagai hal, bisa dalam wujud fisik maupun ruang.
kegiatan yang mengandung unsur seni dan budaya Dalam bentuk fisik, representasi nilai kebudayaan bisa
menjadi fasilitas yang besar bagi masyarakat dan berupa bentuk bangunan dan fasad bangunan. Bentuk
menjadi rumah kedua bagi kreator seni budaya dalam dapat dihubungkan dengan struktur internal dan
mengapresiasikan karya-karyanya (Handono, 2019). eksternal yang menghasilkan kesatuan antara
Pada tabel 2 dan 3 banyaknya aktivitas seni yang keduanya (F.D.K. Ching, 2007). Pada studi Kasus
terselenggara pada Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya, ruang luar merupakan ruang
Taman Budaya Yogyakarta menjelaskan bahwa adanya pendukung dari Taman budaya. Ruang utama di dalam
sebuah wadah seni dan budaya sangat memberikan Taman Budaya adalah ruang dalam atau Interior.

SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 | 37


Peranan Pusat Seni dan Budaya sebagai Bentuk Upaya Pelestarian Budaya Lokal

Dari aspek ruang luar berupa fasad dan bentuk,


ruang luar pada umumnya merupakan representasi
dari latar belakang seni dan budaya di daerah Taman
Budaya berada. Pada setiap daerah memiliki ciri khas
seni dan budaya serta keunikan tersendiri.
Pengaplikasian ciri khas seni dan budaya pada desain Gambar 7. Taman Gambar 12. Tampak
merupakan bentuk upaya pelestarian secara visual. Budaya Jawa Depan Taman
Penerapan desain pada fisik bangunan memiliki tujuan Timur Budaya Yogyakarta
agar selaras dengan fungsi yang sesungguhnya dengan
fungsi filosofis yang menghasilkan suasana visual
maupun non visual. Selain itu penerapan fasad
bangunan sesuai dengan ciri khas seni dan budaya
daerah bertujuan untuk memperkuat nuansa
tradisional pada daerah tersebut.
Tabel 4. Analisis Bangunan Pusat Seni dan Budaya Gambar 8. Tampak Gambar 13.
Depan Taman Tampak Depan
Taman Budaya Jawa Taman Budaya Budaya Jawa Taman Budaya
Timur Yogyakarta Timur Yogyakarta

Desain Desain depan


bangunan Taman bangunan disambut
Budaya Jawa Timur dengan gedung
tidak lepas dari besar dan
bentuk Rumah Joglo. bernuansa megah.
Gambar 3. Bentuk Mulai dari pendopo Fasad tampilan
bangunan Taman Budaya Gambar 6. Bentuk (Gambar 7) hingga depan dihiasi
JATIM bangunan lawas bangunan Gedung Cak dengan 4 pilar besar
Taman Budaya
Durasim (Gambar 1). yang membuat
Yogyakarta
Pada ekterior Taman bangunan Taman
Analisis Budaya Jatim Budaya Yogyakarta
Bangunan
Desain bernuansa tradisional terlihat gagah
dengan langgam
dengan warna kalem (Gambar 7).
kolonial belanda
seperti warna kayu Desain pintu
Gambar 4. Pendopo tersebut
Taman Budaya JATIM pada umumnya yang terdapat gawai
memberikan
memberikan kesan melengkung di atas
sejarah bagi
sederhana pada yang menyimbolkan
Yogyakarta
Taman Budaya JATIM arsitektur kolonial
(Gambar 6). Taman
(Gambar 8 dan 9). belanda masih
Budaya Yogyakarta
Analisis Konsep sederhana terjaga. Selain itu
dulunya adalah
Bentuk meberikan arti bahwa bentuk lengkung
gedung militer
meski bangunan terapat pada fasad
belanda yang
Gambar 5. Rumah Joglo tersebut nampak samping bangunan
difungsikan sebagai
sederhana, namun dan pada interior
Bentuk bangunan sarana rekreasi.
bukan berarti fungsi yang ditata secara
Taman Budaya JATIM Beragam
bangunan tersebut berulang (Gambar
adalah serapan dari pertunjukan digelar
juga sederhana. 13 dan 14).
bentuk ‘Joglo’ yaitu dalam gedung ini.
rumah adat Jawa Sehingga gedung
(Gambar 3, 4 dan 5). tersebut tetap
Bentuk bangunan dikelola sesuai
Taman Budaya awa fungsi dan bentuk
Timur tidak jauh beda seperti dahulu, Gambar 14.
bahkan sama persis guna Interior lorong
dengan rumah Joglo. mencerminkan Taman Budaya
Hal ini adalah salah pelestarian seni Gambar 9. Tampak
satu bentuk upaya dan budaya Depan Taman Budaya
pelestarian seni dan Yogyakarta dan Jawa Timur
budaya yang dikembangkan
diterapkan pada menjadi taman
konsep bentuk Budaya Yogyakarta
bangunan seperti (Gambar 2).
pada gambar 3 dan 4.

38 | SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022


Nur Atin Amalia, Dyan Agustin

nama daerah bisa tersebar luas dan menjadi destinasi


wisata bagi masyarakat di luar daerah. Namun, pada
Taman Budaya Yogyakarta bangunan yang digunakan
adalah bekas militer belanda, sehingga bangunan
bergaya kolonial yang tersimpan di Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala DIY. Fungsi utama bangunan
Gambar 10. Gambar 15.
Interior ruang
tersebut dulunya adalah sebagai sarana pelaksanaan
Interior gedung
ruang pertunjukan pertunjukan tugas pengembangan dan pengolahan seni budaya
provinsi, kemudian pada tahun 1996 seusai dipugar
beralih nama menjadi Taman Budaya Yogyakarta
namun masih dengan fungsi yang sama yaitu sebagai
pusat laboratorium pengembangan dan pengolahan
seni, dokumentasi dan informasi seni budaya, serta
meningkatkan kompetensi dan kemampuan
masyarakat dalam mengapresiasi seni budaya lokal.
Gambar 16. Interior Gambar 11. Interior
ruang Taman Pendopo Taman Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa masing-masing
Budaya Yogyakarta
Budaya JATIM daerah memiliki seni dan budaya serta sejarah masing-
masing. Filosofi tersebut yang nantinya diangkat dan
Penerapan nuansa Selain itu desain dikembangkan seiring perkembangan zaman.
arsitektur tradisional interior pada Taman Pelestarian seni dan budaya tidak hanya berupa
tidak hanya pada Budaya Yogyakarta kegiatan atau tulisan, namun penerapan dalam
ekterior saja. Namun, merupakan
tampilan merupakan bentuk upaya Pelestarian seni
pada interior Taman pengaplikasian
Budaya JATIM juga arsitektur kolonial
dan budaya lokal di Nusantara. Hal tersebut ditinjau
mengaplikasikan belanda yang masih dari eksterior dan interior pada bangunan Taman
bentuk rumah Joglo. terjaga seninya. Budaya yang dijelaskan di atas (Tabel 2). Peranan dari
Inteiror atau fasad Terlihat pada kedua hal tersebut memberikan dampak positif yang
dalam pendopo interior ruangan besar terhadap masyarakat yang berkunjung. Desain
didesain dengan pertunjukkan yang diterapkan menghasilkan tampilan yang
ruang terbuka dan terdapat frame dinikmati pengunjung atau masyarakat sehingga
pada langit-langit panggung masyarakat tidak asing dengan bentuk bangunan dan
terdapat ornamen- melengkung dan
bisa mengenal seni dan budaya lokal melalui peranan
ornamen tradisional interior pada ruang
khas dari rumah Joglo lain merupakan
desain bangunan.
(Gambar 10). Selain bentuk simetris
itu pada interior pada yang merupakan ciri KESIMPULAN
salah satu ruang arsitektur kolonial
pagelaran, nuansa belanda (Gambar 15 Seni dan budaya memiliki sifat yang dinamis.
interior didesain dan 16).
Implikasinya Taman Budaya menjadi wadah seni serta
dengan suasana
tradisional mulai dari fasilitas edukasi bagi masyarakat setempat untuk
fasad, lighting, warna menjaga, mengamankan, melestarikan dan
dan bentuk panggung mengembangkan seni dan budaya yang diwariskan
(Gambar 11). oleh leluhur. Namun, penguatan Pusat Seni dan
Budaya perlu dikembangkan dalam bersaing dan
Setiap daerah memiliki seni dan budaya masing- berhadapan dengan globalisasi untuk pelestarian seni
masing sebagai ciri khas. Seperti studi kasus yang dan budaya lokal di Nusantara, apalagi di tengah
diangkat di atas yaitu Taman Budaya Jawa Timur dan tingginya arus globalisasi yang masuk. Tinjauan dari
Taman Budaya Yogyakarta. Masing-masing segi umum menjelaskan bahwa Pusat Seni dan Budaya
mempunyai seni dan budaya yang diangkat dalam memiliki peranan penting, namun dari segi arsitektur
desain tampilan Taman Budaya. Taman Budaya Jawa Pusat Seni dan Budaya juga memiliki peranan yang
Timur menerapkan konsep Rumah Joglo dan Taman penting dalam pelestarian Seni dan Budaya. Desain
Budaya Yogyakarta dengan Konsep kolonial belanda. menjelaskan makna tersirat dari tujuan Pusat Seni dan
Peranan penting Taman budaya juga perlu ditinjau dari Budaya. Meski pada Taman Budaya Yogyakarta
segi Arsitektur. Tampilan visual yang didapatkan memiliki langgam kolonial yang tercatat dalam Suaka
menjadi daya tarik utama terhadap masyarakat. Selain Sejarah, namun fungsi utama dari gedung adalah
itu penerapan desain arsitektur lokal atau tradisional sebagai sarana pelestarian seni budaya lokal.
terhadap Taman Budaya yang ada bisa menjadi
identitas bagi wilayah tersebut. Melalui identitas inilah

SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022 | 39


Peranan Pusat Seni dan Budaya sebagai Bentuk Upaya Pelestarian Budaya Lokal

DAFTAR PUSTAKA Poerwadarminta, W. J. S. (2003). Kamus Umum


Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Budiharjo, E. (1994). Arsitektur Pembangunan dan Pontoh, N. K. (1992). Preservasi dan Konservasi Suatu
Konservasi. eds 1994. Jakarta: Djambatan. Tinjauan Teori Perancangan Kota. Jurnal PWK, 34-
Butar, M. (2015). Pelestarian Benda Cagar Budaya di 39
Objek Wisata Museum Sang Nila utama Provinsi Resmawati W. I. (2014). Fungsi Gedung Taman Budaya
Riau. Jom FISIP, vol. 2, 5. Jawa Timur sebagai Wadah Aktifitas Seni
D.K. Ching, F. (1993). Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan Tradisional Jawa Timur tahun 1978-1988, e-
Susunannya, eds 1. Jakarta: Erlangga. Journal Pendidikan Sejarah, 292-301.
Handono, M, N., Suprobo, F, P., & Andarini, R. (2019). Smith, L. (1996). Significance Concepts in Australian
Perencanaan dan Perancangan Taman Wisata Management Archaeology (dalam L. Smith dan A.
Budaya di Surabaya. Artikel Seminar Ilmu Terapan Clarke), eds Issue in Management Archaeology,
(SNITER) 2019. Universitas Widya Kartika Tempus, Vol 5.
Kartodirdjo, S. (1993). Pembangunan Bangsa. Suwardi, Endraswara. (2003). Metode Penelitian
Yogyakarta: Aditya Media. Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Press.
Jakarta: Rineka Cipta. Thoyibi, M. (1994). Filsafat Ilmu dan
Lewis, M. (1983). Conservation: A Regional Point of Perkembangannya (ed. 1994). Surakarta:
View (dalam M. Bourke, M. Miles dan B. Saini), eds Muhammadiyah Univ press.
Protecting the Past for the Future. Canberra Triwardani, R., Rochayanti, C. (2014). Implementasi
Australian: Government Publishing Service. Kebijakan Desa Budaya dalam Upaya Pelestarian
Mukhtar. (2013). Metode Penelitian Deskriptif Budaya Lokal. Jurnal Reformasi. 102-104.
Kualitatif. Jakarta: GP Press Group.
Nawawi, H. H & Martini, H. M. (1996). Penelitian
Terapan (II ed.). Yogyakarta: UGM Press.

40 | SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 19 No. 1, Januari 2022

Anda mungkin juga menyukai