ANTHROPOS:
Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos
Abstract
This study aims to find out what types and functions of traditional musical instruments of ethnic Karo, change what happened, and to
know the perception of the public Karo against changes in the ceremonies of death in Sub Kabanjahe Karo. The method used in this
study is a qualitative method that is carried out with an ethnographic approach. The data collection technique was done to obtain
data on observations, interviews and document study. The observations were made by holding direct observation of ceremonies
death on the use of traditional musical instruments. Interviews are used to obtain data on the development of traditional musical
instruments. The results obtained that traditional musical instruments Karo obtained from hereditary consisting of drum ovary,
sarune, drum children, penganak, and gung. In practice, the musical tradition of changing elements of the music player into 4 5
music players. Significant changes occurred in the present that the music used in traditional ceremonies Karo already using modern
music that requires only 1 player in the implementation. Karo traditional musical instruments in a custom ceremony deaths occur
due to changes in economic factors. The high cost of leasing traditional music of the modern music led to the Karo people prefer to
use modern instruments (keyboard).
How to Cite: Ekomila S., dan Gaol, M.R.L., (2016) Perubahan Alat Musik Tradisional Etnis Karo pada Upacara Adat
Kematian, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 2 (1) (2016): 31-45.
31
Sulian Ekomila dan Malthus Rodinasa Lumban Gaol, Perubahan Alat Musik Tradisional Etnis Karo pada
32
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 31-45
tidak lagi murni Gendang Lima Sedalanen, yang adat, dan bagaimana perkembangan alat musik
diantaranya sarune, gendang singanaki, tradisional dari zaman dahulu hingga sekarang.
gendang singindungi, penganak, dan gung. Alat Pada penelitian kualitatif tidak
musik tradisional Etnis Karo ini telah menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
dikawinkan dengan alat musik modern, dan Spradley dinamakan “social situation” atau
karena kemajuan teknologi sejumlah alat musik situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu:
tradisional telah digantikan peranannya oleh tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
musik modern yang dinamakan Keyboard. (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Penggunaan alat musik tradisional tidak lagi Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan
populer, melainkan alat musik modern yang sebagai objek penelitian yang ingin dipahami
lebih disukai oleh masyarakat khususnya secara lebih mendalam “apa yang terjadi”
masyarakat Karo. didalamnya (Sugiyono, 2008 : 297-298).
Peristiwa-peristiwa adat yang Pada penelitian ini yang menjadi subjek
dilaksanakan oleh masyarakat etnis Karo ini penelitian adalah masyarakat etnis Karo di
sudah menjadi suatu kebiasaan, dan Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.
pelaksanaannya menjadi tanggungjawab Sedangkan pada objek penelitian, peneliti
mereka, mulai dari mempersiapkan segala yang menentukan objek penelitian atau informan
diperlukan baik dari segi materi maupun dari dengan menggunakan konsep Spradley (2006 :
segi lainnya. 68) yang prinsipnya menghendaki bahwa
seorang informan itu harus benar-benar paham
METODE PENELITIAN terhadap budaya yang dibutuhkan atau dengan
Penentuan lokasi penelitian dilaksanakan kata lain bahwa informan tersebut harus
di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. memiliki enkulturasi penuh.
Lokasi dipilih sesuai dengan masalah yang ingin Penentuan informan dilakukan dengan
diteliti yakni tentang Perubahan Alat Musik menggunakan teknik purpposive sampling yaitu
Tradisional Etnis Karo Pada Upacara Adat teknik pengambilan sampel sumber data
Kematian Dalam Studi Antropologi di dengan pertimbangan tertentu. Artinya peneliti
Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. menentukan objek penelitian atau informan
Pertimbangan memilih lokasi ini karena di dengan berdasarkan kriteria tertentu yaitu
Kecamatan Kabanjahe merupakan daerah yang orang yang dianggap paling tahu tentang apa
masih kuat budayanya dan mayoritas etnis yang kita harapkan. Karena teknik yang dipakai
Karo, maka dari itu penulis ingin meneliti adalah teknik purpposive sampling maka jumlah
apakah alat musik tradisional etnis Karo masih informan dibatasi, yakni lebih difokuskan pada
terdapat di daerah tersebut. informan yang benar-benar mengerti tentang
Secara umum metode penelitian alat musik tradisional. Seperti pengetua adat
diartikan sebagai cara ilmiah untuk atau orang yang dituakan merupakan orang
mendapatkan data dengan tujuan dan yang tahu tentang perkembangan alat musik,
kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2008 : 3). Pada pemain musik merupakan orang yang mengerti
penelitian ini, peneliti menggunakan metode tentang musik, kepala desa dan orang-orang
kualitatif yang dilaksanakan dengan yang pernah terlibat dalam pelaksanaan
pendekatan etnografi. Artinya penelitian ini upacara adat.
menggunakan tipe deskripsi ilmu sosial. Observasi merupakan sebuah
Menurut Spradley (2006 : 35) tipe deskripsi pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.
ilmu sosial didasarkan pada pengamatan, Untuk melakukan observasi atau pengamatan
wawancara, dan lain sebagainya yang tampak peneliti harus menjalin kerjasama dengan
merefleksikan sudut pandang penduduk asli. informan. Peneliti harus datang ke lokasi
Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana penelitian, mengamati kegiatan yang dilakukan
penggunaan alat musik pada upacara-upacara namun tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
33
Sulian Ekomila dan Malthus Rodinasa Lumban Gaol, Perubahan Alat Musik Tradisional Etnis Karo pada
Peneliti melakukan observasi pada perayaan dikelompokkan sesuai dengan indikator yang
Upacara Kematian untuk mengetahui berkaitan dengan penelitian, yaitu:
bagaimana pelaksanaan alat musik pada Penggunaan alat musik pada masyarakat
upacara tersebut. Setelah data-data penelitian etnis Karo pada upacara-upacara adat.
diperoleh, dilakukan penyaringan data untuk Perubahan pada penggunaan alat musik
mendapatkan informasi-informasi yang pada masyarakat etnis Karo.
diperlukan. Sesuai dengan Respon masyarakat terhadap perubahan
Wawancara adalah sebuah proses yang alat musik tradisional etnis Karo.
dilakukan untuk mendapatkan suatu data.
Wawancara dilakukan dua cara yakni, Menginterpretasi data
wawancara mendalam dan wawancara bebas. Interpertasi data merupakan analisis
Wawancara mendalam dilakukan dengan data yang bertujuan untuk melakukan sintesis
pedoman wawancara atau interview guide yang atas fakta-fakta yang diperoleh dari sumber-
ditujukan kepada pemuka adat atau tokoh adat, sumber beserta teori, kemudian fakta-fakta
pemain musik, masyarakat yang ikut dalam tersebut disusun ke dalam suatu interpretasi
upacara adat dan orang yang pernah melakukan menyeluruh.
upacara adat. Sedangkan wawancara bebas Analisis dan penyajian data dilakukan
dilakukan dengan model wawancara tidak dengan menguraikan masing-masing indikator
terstruktur. Model wawancara ini ditentukan penelitian berdasarkan data dan informasi yang
karena menyesuaikan dengan situasi dan diperoleh dari lapangan baik dari data primer
kondisi dari informan (subjek penelitian) dan maupun sekunder. Setelah menguraikan fakta
ditujukan kepada masyarakat yang mengetahui dalam data primer dan data sekunder, peneliti
tentang alat musik tradisional Karo. membandingkannya dengan teori-teori yang
Data sekunder ini merupakan dokumen- berhubungan dengan indikator tersebut.
dokumen atau data-data yang dikumpulkan Sehingga dapat dilihat bagaimana
melalui kepustakaan berdasarkan pokok perbandingan antara teori dengan kenyataan di
bahasan yang terkait dengan yang diteliti. lapangan.
Seperti buku-buku dan literatur terkait serta Setelah melakukan analisis data, data
hasil-hasil penelitian dan internet. Seperti yang diperoleh kemudian disajikan dalam
pendapat dari arikunto (2006:132) yang bentuk rangkaian kata-kata atau kalimat yang
menyatakan bahwa teknik dokumentasi yaitu berkaitan dengan tujuan penelitian sesuai
mencari data mengenai hal atau variable yang dengan penelitian yang bersifat deskriptif
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, kualitatif.
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan Setelah menggunakan analisis dan
sebagainya. Pada penelitian ini, peneliti interpretasi data maka dibuatlah kesimpulan.
mencoba menggali berbagai data baik dari Sehingga dapat disimpulkan bagaimana
sumber buku (skripsi, tesis) jurnal ilmiah dan sebenarnya penggunaan alat musik pada
berbagai arsip yang berhubungan dengan upacara-upacara adat di Kecamatan Kabanjahe
perubahan alat musik tradisional. Kabupaten Karo, dengan mengacu pada
Analisis data dilakukan untuk indikator-indikator yang digunakan
mendapatkan inti dari tujuan penelitian. Teknik sebelumnya dan kemudian disusun kedalam
analisis data yang digunakan dalam penelitian suatu hasil penelitian.
kualitatif ini terbagi atas beberapa tahapan
penelitian, yaitu: hasil data yang diperoleh HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan cara field research serta literatur atau Masyarakat Karo memiliki organisasi
buku-buku terkait dengan judul penelitian yang sosial atau sistem kekerabatan yang mengatur
diteliti dan dokumentasi. Data yang hubungan antara anggota masyarakat.
dikumpulkan tersebut kemudian Masyarakat Etnis Karo memiliki sistem
34
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 31-45
kekerabatan yang dinamakan dengan merga Hal ini menggambarkan seperti yang
(klan). Adapun merga yang terdapat pada dinyatakan oleh Menurut Horton dan Hunt
masyarakat Karo yaitu: Merga Karo-karo, Merga (1999: 118) peran adalah perilaku yang
Ginting, Merga Tarigan, Merga Sembiring, Merga diharapkan dari seseorang yang mempunyai
Perangin-angin (Sanjani Tarigan 2012:13) suatu status.
Merga merupakan suatu identitas pada Begitu juga dengan Linton (dalam B. A.
masyarakat Karo dalam suatu kedudukan pada Simanjuntak, 2009 : 225) yang menyatakan
upacara-upacara adat yang dilaksanakan. Merga bahwa status ialah posisi orang di dalam
itu sebagai simbol dalam mengikat suatu masyarakat. Status adalah kumpulan hak dan
kelompok pada masyarakat Karo. Pada kewajiban. Status tidak terpisahkan dari peran
pelaksanaan upacara-upacara adat organisasi setiap orang, karena peran adalah wujud
sistem kekerabatan ini sangat diperlukan, dinamis status pada saat hubungan antar peran
karena dalam sistem tersebut setiap berlangsung. Sedangkan Oughburn dan Nimkoff
masyarakat Karo tahu bagaimana dan apa yang (dalam B. A. Simanjuntak, 2009: 225)
harus dilaksanakan dalam suatu posisi tertentu. menyatakan bahwa status ialah posisi dalam
Artinya masyarakat Karo tidak dapat masyarakat dan setiap orang mempunyai
sembarang dalam menetapkan posisinya dalam banyak status sesuai dengan afiliasinya
suatu upacara adat yang terdiri dari anak beru, terhadap kelompok-kelompok.
senina, kalimbubu atau yang dikenal dengan Berdasarkan hal di atas, Pada upacara
sebutan Rakut Sitelu. Untuk hal ini harus dilihat kematian terdapat perbedaan tertentu dalam
dari dasar hubungan kekeluargaan masyarakat pelaksanaannya. Perbedaan upacara kematian
Karo atau yang disebut dengan tutur siwaluh: dalam adat Karo dibagi dalam 3 bagian yaitu
Sembuyak, ialah saudara kandung, satu ayah cawir metua, tabah-tabah galoh, dan Mate
dan satu ibu. Bisa juga berarti bila ayah Nguda. Pada masyarakat Karo penyebab
bersaudara kandung, dan juga bila keturunan kematian dibagi dalam 9 (sembilan) jenis yakni
dari dua ibu satu ayah. Senina, ialah bila (dalam http://silima-
keturunan dari nenek saudara kandung. Senina merga.blogspot.com/2011/01/upacara-
Sipemeren, ialah keturunan dari ibu saudara kematian.html): Mati dalam kandungan, roh
kandung. Senina Siparibanen, ialah istri saudara yang mati tersebut disebut Batara Guru. Mati
kandung. Anak Beru, ialah anak sidiberu yang belum dikenal kelaminnya (prematur), rohnya
artinya bahwa seluruh anak. disebut Guru Batara atau Sabutara. Mati
Anak Beru ialah anak perempuan dari sesudah lahir, roh yang mati tersebut
satu keluarga, tapi pengertiannya dalam istilah disebut Bicara Guru.
adat istiadat ialah akibat hubungan Mati belum tumbuh gigi, anak yang mati
kekeluargaan dari seluruh anak perempuan, ini harus dikubur, dibungkus dengan kain putih
yang diturunkan oleh pihak sembuyak, senina, (dagangen) dikeluarkan dari rumah adat dari
senina siparibanen, senina sipemeren. pintu perik (jendela), seseorang
Anak Beru Menteri, ialah hubungan menjulurkannya dari rumah dan yang lainnya
kekeluargaan dari seluruh anak perempuan menerimanya dari luar, penguburannya harus
dari pihak anak beru sukut, sembuyak, senina, secara rahasia karena takut dicuri orang.
senina sipemeren, senina siparibanen. Menurut kepercayaan orang-orang yang
Kalimbubu, ialah hubungan kekeluargaan percaya pada ilmu gaib mayat bayi yang belum
dari istri sukut, sembuyak, senina, senina tumbuh gigi tersebut dapat dipergunakan untuk
sipemeren, senina siparibanen. kelengkapan ilmu gaib (misalnya Puko = Aji
Puang kalimbubu, ialah hubungan Sirep). Konon Aji Sirep ini digunakan oleh
kekeluargaan dari yang diakibatkan oleh maling-maling atau rampok agar penghuni
kalimbubu kita (pihak istrinya). rumah yang mau dirampoknya dalam keadaan
(Sanjani Tarigan 2012:46) tertidur pulas sehingga dia bebas beraksi.
35
Sulian Ekomila dan Malthus Rodinasa Lumban Gaol, Perubahan Alat Musik Tradisional Etnis Karo pada
Anak-anak mati telah tumbuh gigi. Mati pengangkat) yang diangkat oleh kerabat.
perjaka/gadis, pada kematian yang seperti ini Kemudian dilakukan gendang di halaman
bila dia perjaka, Anak Beru akan memasukkan rumah atau yang sekarang sudah di Jambur.
kemaluan yg meninggal ini pada seruas bambu Gendang Perang-Perang: mPertama hanya
dan bila yang meninggal gadis, maka pada musik saja yang dimainkan, Kemudian Sukut
kemaluannya akan dimasukan tongkol jagung menari, Selanjutnya Senina menari bersama
disertai ucapan: “Enda sekerajangenmu” (ini sukut, Anak Beru bersama sukut, Gendang Adat,
bagianmu). Adapula yang menyebutkan, “Enggo landek : Kemudian Kalimbubu Sierkimbang,
pejabu kami kam, enggo sai utang kami” (anda Selanjutnya Kalimbubu Tua, Kalimbubu Simada
telah kami kawinkan, karena itu kewajiban Dareh, Kalimbubu Siperdemui, Puang
kami telah selesai). Kata-kata enda Kalimbubu, Anak Beru. Setelah selesai, maka
sekerajangenmu (ini bagianmu) oleh sebagian dilanjutkan menari bersama terpuk (kelompok
orang dipercayai agar roh yang meninggal ini tetangga) dan Penghulu (kepala kampung) di
tidak penasaran/ngiler (teran) karena belum kesain (halaman).
merasakan “sorga dunia” (hubungan intim Gendang Suari (Siang Hari), adalah
suami istri). Kemudian kata-kata, “Enggo pejabu gendang yang dilakukan untuk mengiringi
kami kam, enggo sai utang kami” dari Anak Beru jenazah keluar dari rumah menuju jambur,
yang merupakan suatu pernyataan dari Anak setelah sampai di jambur maka dilakukan
Beru yang mengatakan tugasnya sudah selesai gendang perang-perang kembali mengiringi
untuk mengantarkan/mengurus anak jenazah ke jambur. Setelah sampai di jambur
kalimbubunya sampai kejenjang pernikahan. yang sudah ditentukan posisinya, dilanjutkan
Mati melahirkan, (sirang ture), Mati dengan acara meokok atau dalam istilah Karo
kayat-kayaten/mate mupus, (sakit-sakitan). Ngisep Penggual untuk kalimbubu sembari anak
Mate sada wari, (meninggal karena kecelakaan), beru menggelar tikar.
kuburan orang ini dipisahkan dari kuburan Setelah itu dipanggil semua pihak anak
umum dan biasanya dibuat dekat rumah beru yang akan disiapkan simbol pakaian
ditanami galoh (pokok pisang) dan dipuja. berduka (ose) oleh pihak kalimbubu, kemudian
Upacara kematian memiliki unsur-unsur dipanggil pihak kalimbubu untuk memakaikan
didalamnya yaitu seperti unsur tari-tarian dan pakaian berduka itu yang berupa kain ulos
musik sebagai pengiring tari-tarian yang berwarna hitam. Setelah berganti pakaian maka
disebut dengan landek. Musik pada upacara gendang dilaksanakan
adat Kematian berbeda dengan upacara adat Memainkan musik untuk warga yang
lain seperti pernikahan dengan guro-guro aron. berkumpul, semua yang telah diberikan ulos
Pada upacara kematian dalam hubungannya menari. Pihak anak beru yang diberikan ulos
dengan musik tradisi : (Erkata Gendang) tersebut menari berhadapan dengan pihak
Gendang Mentas (lewat) ini dilakukan kalimbubu. Sembari menari, maka pihak sukut
untuk mengurangi biaya. Pada masyarakat Karo menjemput pihak kalimbubu dan dibawa ke
bila seseorang meninggal dunia maka jenazah tempat duduk dipihak sukut.
tidak segera dikubur sebelum sanak family atau Kemudian dilanjutkan dengan musik
yang diundang dari kampung-kampung yang gendang adat: Menari pihak sukut, sembuyak,
jauh hadir. Oleh karena itu jenazah berada di senina, Kemudian sembuyak (yang semarga
rumah selama satu atau dua hari. Terlebih-lebih dengan sukut) untuk menerima kedatangan
bagi keluarga yang terdekat hubungan darah pihak anak beru. Selanjutnya menari senina,
dengan yang meninggal itu. senina sipemeren, senina siparibanen, Menari
Menurut Seruan Sembiring (1983) Acara kepala desa (penghulu), Menari pihak anak beru
umum yang berhubungan dengan adat: Pada Setelah itu acara makan siang. Pada
awalnya jenazah dibawa kelapangan dari umumnya lauk yang digunakan adalah Kerbau
rumah dengan iringan musik (gendang atau Lembu. Kemudian dilanjutkan dengan
36
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 31-45
pihak kalimbubu untuk menyerahkan kebudayaan Etnis karo, oleh karena itu musik
peninggalan-peninggalan yang meninggal tradisional memiliki hubungan dengan adat
seperti pakaian dan peralatan semasa hidupnya istiadat etnis Karo, sistem kepercayaan
(Pisau, dll). Dalam hal ini maka dilakukan tradisional Etnis Karo, sistem mata pencaharian
musyawarah (runggu): Etnis Karo, dan hiburan-hiburan untuk
Pihak kalimbubu mengambil salah satu masyarakat Etnis Karo seniri.
orang dari pihak anak beru sebagai pembicara Dalam upacara kematian musik
yang berasal dari anak beru tua. Kemudian tradisional merupakan sebuah icon dan
musyawarah dilakukan oleh pihak anak beru memiliki peran penting untuk untuk mengiringi
untuk membayar hutang adat seperti pakaian setiap acara dalam upacara adat kematian Etnis
dan peralatan hidup yang meninggal. Karo. Pada jaman dahulu musik dalam upacara
Tujuannya adalah untuk memberikan milik adat terutama upacara kematian memiliki nilai
yang meninggal menjadi kenang-kenangan magis. Alat musik tradisional Etnis Karo dapat
pihak kalimbubu. memanggil roh-roh nenek moyang untuk ikut
Kemudian menari untuk pihak dalam upacara adat.
kalimbubu: kalimbubu taneh, kalimbubu tua, Tetapi seiring dengan perkembangan
kalimbubu simada dareh, kalimbubu jaman dengan masuknya agama pada
sierkimbang, kalimbubu siperdemui, puang masyarakat Karo, alat-alat musik tersebut tidak
kalimbubu dan anak beru sekaligus gendang lagi dipercaya dapat memanggil roh-roh nenek
penutup. Selesai acara, jenazah diberangkatkan moyang. Masyarakat hanya menganggap bahwa
ke kuburan dengan iringan musik sekaligus roh nenek moyang datang hanya karena
menghamburkan beras sedikit demi sedikit ke bertepatan dengan si pemain musik memainkan
petinya agar rezekinya tinggal dirumah. musik, jadi tidak ada hubungan musik dengan
Setelah pulang dari kuburan kembali ke datangnya roh-roh nenek moyang.
jambur. Kemudian dimainkan lagi musik atau Menurut Drs. Sanjani Tarigan, MSP
gendang, maka semua pihak sukut membentuk (2012: 10) Asal mula terbentuknya musik karo
lingkaran ditengah jambur lalu pihak kalimbubu terjadi ketika, hujan lebat dengan tiada
berkeliling menari di depan mereka, setelah itu hentinya, kilat sambung-menyambung, badai,
gendang di hentikan. topan mengamuk dengan dahsyatnya.
Kemudian pulang kerumah dengan Kemudian seorang anak yang dikasihi, seorang
diiringi musik dan sampai didepan rumah putri yang cantik, mendapat kematian. Oleh
dilakukanlah acara mengelilingi rumah sebab itu, permaisuri (kemberahen) sangat
sebanyak 11 kali, supaya semua baik-baik. berduka cita. Ia berkehendak agar ia lebih
Penghormatan diberikan sebagai adatnya dahulu mati daripada anaknya.
terhadap Penggual dan rombongannya Ketika itu bersuaralah: Tungtung, Dua
(Pemulih Penggual) atau pemain musik. Beras 1 Katak, Gaya, Kayat 7 sedahan (sebangsa
tumba (Pukul Gendang), Garam 1 gantang kumbang), dan Burung Ampuk. Kemudian
(Incepen Sarune), Manuk Megara atau ayam seekor dari pada kayat itu, terbang ke mulut
jantan merah bulunya (Pukulan Gendang), Telur salah seorang putri yang bernama Siberu Mbalu.
Ayam 1 biji (Pukulan Gendang), Daging bagian Gelaran siberu mbalu inilah guru sibaso.
paha (kalau pesta itu memotong lembu). Mendengar raung permaisuri, maka berkatalah
Maknanya untuk menghormati jiwa siberu mbalu kepada permaisuri, yaitu untuk
gendang/tumbal kepada gendang (alat musik). mencegah anak yang mati, disuruhnyalah
Masyarakat Karo merupakan masyarakat permaisuri meniru suara: tungtung, suara kayat
yang beradat, jadi setiap acara yang dilakukan 7 sendahan, suara cacing, suara katak dan suara
harus dengan adat istiadat, baik itu perikahan, burung ampuk.
kelahiran, kematian, guro-guro aron dan lain-
lain. Musik tradisional merupakan bagian dari
37
Sulian Ekomila dan Malthus Rodinasa Lumban Gaol, Perubahan Alat Musik Tradisional Etnis Karo pada
38
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 31-45
luarnya konis. ukuran panjang gundal Sarune penganak dipukul setiap2 kali pukul sedangkan
tergantung panjang batang Sarune yaitu 5/9. gung hanya sesekali dipukul
Alat musik ini memiliki bunyi yang persis Gung sama dengan Penganak hanya saja
dengan alat musik India. ukuran gung jauh lebih besar. Ukuran gung
Sarune digunakan dengan cara meniup berdiameter sekitar 68,5 cm, dan terbuat dari
dari ujung (bagian atas) dengan memiliki 8 kuningan juga. Palu-pali gung juga sama dengan
buah lubang yang diantaranya 7 lubang di Penganak, terbuat dari kayu dan dilapisi dengan
bagian depan dan 1 lubang dibagian belakang karet. Alat musik ini jika dipukul mengeluarkan
sarune. Pada permainan sarune ini tidak bunyi yang menggema.
menggunakan tangga nada do, re, mi, fa, sol, la, Kelima jenis alat musik tersebut harus
si ,do seperti pada musik modern. Mereka dimainkan secara bersama dan tidak boleh ada
memainkannya dengan kemampuan naluri yang kurang dari alat musik tersebut. Setiap
serta keahlian tangan dalam pergerakannya alat musik dimainkan dengan satu orang
menutupi dan membuka lubang untuk pemain kecuali Penganak dan gung (gong).
menghasilkan bunyi yang berbeda. Penggual Singindungi untuk pemain Gendang
Gendang Anak (Singanaki) merupakan Indung, Penarune atau Penarino untuk pemain
alat musik pukul, dan memiliki kemiripan Sarune, Penggual Singanaki untuk pemain
dengan Gendang Indung (Singindungi). Bedanya Gendang Anak, Simalu Gung untuk sebutan
terdapat pada pertengahan gendang, ada pemain Penganak dan Gung.
sebuah gendang kecil (mini) diikatkan dengan Bahan dari alat-alat musik tersebut
Gendang Anak yang disebut dengan Gerantung masih tersedia di daerah tersebut, tetapi
(panjangnya sekitar 12 cm). Sedangkangkan pengrajin alat musik tradisional sangat jarang.
panjang Gendang Anak (Singanaki) sama Biasanya pemain musik sendiri yang membuat
dengan Gendang Indung (Singindungi) sekitar alat musik tradisional tersebut. Pada musik
42 cm. Fungsi Gendang Singanaki adalah untuk tradisional tidak mengenal tangga nada seperti
mengatur ritme saja, berbeda dengan Gendang pada musik modern yang memainkan musik
Singindungi yang dapat menghasilkan tinggi berdasarkan tangga nada dan kunci nada yaitu
rendahnya bunyi dengan teknik pukulan c-d-e-f-g-a-b-c. Mereka memainkannya dengan
tertentu. naluri. Begitu juga dengan lagu yang diciptakan,
Alat pemukul gendang (palu-palu tidak menggunakan tangga nada melainkan
gendang) memkiliki panjang yang sama dengan kemampuan si pemain musik dalam berkreasi.
gendang singindungi, tetapi ukuran palu-palu Alat musik yang diatas merupakan alat
gendangnya sama, tidak besar kecil. Cara musik tradisional Etnis Karo. Ada juga dikenal
memainkan gendang ini hampir sama dengan berbagai alat musik yang merupakan alat musik
gendang indung hanya saja pada gendang ini tradisional Etnis Karo seperti Kulcapi, Balobat,
tangan kiri memukul gendang kecil (geratung), Mangkok, Keteng-keteng, Surdam, Merbab, dll.
sedangkan tangan kanan memukul gendang Tetapi alat-alat musik tersebut merupakan alat
anak (singanaki). Alat musik tersebut juga musik tambahan yang dipakai dengan
diletakkan pada kaki sebagai tumpuannya. mengkolaborasikan dengan Telu Sedalanen
Penganak adalah sebuah gong kecil yang Lima Sada Perarih.
berfungsi untuk mengatur tempo. Ukuran Kulcapi merupakan alat musik yang
Penganak berdiameter sekitar 16 cm, dan dimainkan dengan cara dipetik, dan memiliki 2
terbuat dari kuningan. Palu-palu Penganak senar. Alat musik ini dapat dimainkan dalam
terbuat dari kayu, tetapi dilapisi dengan karet ensambel (secara bersamaan dengan alat musik
yang diikat ke kepala dari palu-palu tersebut lainnya) dan dapat juga dimainkan secara
sehingga menghasilkan bunyi yang halus. Cara tunggal (solo).
memainkan penganak sama dengan pemukul Balobat merupakan instrumen solo yang
dan biasanya serentak dengan gung. tetapi digunakan sebagai hiburan pribadi ketika
39
Sulian Ekomila dan Malthus Rodinasa Lumban Gaol, Perubahan Alat Musik Tradisional Etnis Karo pada
40
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 31-45
Sedalanen Lima Sada Perarih, dan terkadang Seperti dalam teori tentang antropologi
menggantikan peran dari salah satu alat musik ekonomi dalam (http://www.google.com):
tradisional Etnis Karo. Bidang ini merupakan cara manusia dalam
Perkembangan alat musik pada mempertahankan dan mengekspresikan diri
masyarakat Etnis Karo terus tejadi hingga melalui penggunaan barang jasa meterial.
masuknya alat musik modern dari eropa yang (Gudeman, 2000: 259). Masyarakat sekarang dan
dinamakan Keyboard. Pada awalnya masuknya masa lampau, termasuk masyarakat nonbarat, yang
alat musik modern ini digunakan bagi kalangan fokusnya terarah pada bentuk dan pengatuan
atas, artinya hanya orang-orang yang memiliki kehidupan ekonomi, dalam kaitannya dengan
ekonomi yang tinggi saja yang dapat menyewa perbedaan gaya kekuasaan dan ideologi. Dengan
alat musik Keyboard, karena pada jaman dahulu demikian ruang-lingkup antropologi ekonomi
musik Keyboard masih jarang dipakai. Mereka tersebut mencakup; riset tentan teknologi,
sangat peka terhadap material sehingga produksi, perdagangan, dan konsumsi, serta
masyarakat Karo mengubah pola pikirnya tinjauan tentang berbagai bentuk pengaturan sosial
dalam pekerjaan, yang seharusnya memainkan dan ideologis manusia untuk mendukung
musik tradisional menjadi pemain musk kehidupan materi manusia.
modern. Alat musik tradisi dalam penyewaanya Dari pendapat ahli di atas menyatakan
menjadi lebih mahal karena keahlian yang bahwa dalam mempertahankan dan
dijual semakin langka, maksudnya peminat mengekspresikan diri masyarakat Karo melakukan
pemain musik tradisi semakin berkurang dan perubahan untuk memperoleh material. Ideologi
atau pola pikir mereka berubah untuk
menjadi langka. Maka dari itu keahlian yang
mempertahankan kehidupanya dalam masyarakat.
langka tersebut menyebabkan nilai ekonomis
Masyarakat Karo beralih dari alat musik
yang tinggi.
tradisional ke alat musik modern karena faktor
Kemudian perkembangan selanjutnya
material, bahwa pemain alat musik tradisional
Keyboard sudah menggantikan peran dari salah
lebih mahal penyewaanya karena langkanya
satu alat musik dari Telu Sedalanen Lima Sada
pemain musik tradisional. Pemain musik
Perarih. Sarune tidak lagi dipergunakan dalam
tradisional ini menjadi langka karena kurangnya
upacara adat karena digantikan oleh alat musik
peminat dan semakin sedikitnya orang yang dapat
Keyboard, begitu juga dengan alat musik lainnya
memainkan alat musik tradisional. Pengrajin alat
seperti Gendang Indung dan Gendang Anak
musik tradisional juga biasanya hanya dibuat oleh
kemudian pada akhirnya Penganak dan Gung
pemain musik tersebut.
juga tidak dipakai dalam upacara adat.
Berbeda dengan alat musik modern yang
Setelah itu alat-alat musik tradisional
mudah didapat ditoko-toko musik. Pemain musik
Etnis Karo sudah sangat jarang digunakan,
modern sangat banyak ditemukan karena banyak
hanya pada upacara adat kematian saja yang tempat-tempat untuk mempelajari alat musik
masih menggunakan alat musik tradisional. modern seperti tempat kursus musik.
Hampir semua acara pada masyarakat Etnis
Karo diiringi dengan Keyboard. Faktor utama
yang memperngaruhi perubahan alat musik
tradisional adalah faktor ekonomi (materi).
Banyak dari masyarakat tidak mampu
menyewa alat musik tradisional karena harga
yang sangat mahal, sehingga mereka lebih
memilih menyewa alat musik Keyboard.
Sebagian dari masyarakat Karo menganggap
bahwa alat musik tradisional monoton dan
tidak ada variasinya.
42
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 31-45
43
Sulian Ekomila dan Malthus Rodinasa Lumban Gaol, Perubahan Alat Musik Tradisional Etnis Karo pada
musik tradisional. Musik keyboard juga lebih terjadi pada alat musik tradisional Karo yaitu
disukai karena musiknya lebih ramai” untuk mempertahankan keseimbangannya
Dari pendapat informan diatas diambil dalam masyarakat dalam bidang ekonomis.
kesimpulan bahwa masyarakat Karo pada Sehingga mereka beralih dari musik tradisional
umumnya menyukai alat musik tradisional, menjadi musik modern.
tetapi mereka menganggap bahwa musik
tradisional hanya begitu-begitu saja dan tidak KESIMPULAN
memiliki variasinya. Mereka menganggap Pegelaran musik tradisional ini pada
bahwa alat musik modernlah yang memiliki upacara adat kematian dinamakan dengan Telu
variasi musik, sehingga menyebabkan alat Sedalanen lima Sada Perarih dan memilliki jenis
musik tradisional menjadi sangat jarang alat musik seperti Gendang Indung, Sarune,
pemakaiannya. Masyarakat Karo juga Genang Anak, Penganak dan Gung. Arti dari Telu
menyatakan bahwa alat musik Keyboard lebih Sedalanen lima Sada Perarih adalah tiga alat
murah dari segi ekonomisnya. Banyak upacara- musik yang dimainkan dengan 5 alat musik
upacara adat yang dilakukan menggunakan lainnya secara bersama-sama. Alat musik ini
Keyboard karena harga Keyboard yang jauh dimainkan lima orang pemain musik dan tiap
lebih murah dibandingkan dengan musik alat musik dimainkan oleh satu pemain musik.
tradisional. Alat musik tradisional ini berfungsi sebagai
Musik tradisional hanya dapat dipelajari pengiring tarian adat atau Landek, berfungsi
oleh keluarga yang ayahnya adalah seorang sebagai hiburan dalam acara syukuran seperti
pemain musik tradisional, jadi tidak setiap upacara guro-guro aron yang merupakan
orang dapat mempelajari musik tradisional. upacara syukuran atas panen padi. Pada
Maka dari itu masyarakat lebih memilih musik upacara adat kematian alat musik tradisional
modern. Musik modern juga sangat praktis dan ini harus dimainkan secara bersama-sama agar
ekonomis dibandingkan musik tradisional yang tercipta musik yang harmonis.
membutuhkan 4 pemain musik. Keyboard hanya Perubahan musik terjadi sejak dahulu
membutuhkan satu pemain musik saja, dengan dimulai dari perubahan unsur musik yang
menggunakan teknologi yang tinggi, Keyboard menyebabkan berubahnya jumlah pemain
dapat menirukan bunyi alat-alat musik lainnya. musik yang seharusnya dimainkan oleh 5 orang,
Seperti yang dinyatakan oleh bapak kini hanya dimainkan oleh 4 orang saja.
Dekeng Sinulaki bahwa, Dahulunya alat musik Penganak dan Gung
“Penyebab kurangnya minat dari sudah ada atau disediakan di setiap kampung
kalangan muda salah satu faktornya musik dan biasanya dimainkan oleh pemuda dari
tradisi hanya dapat dipelajari dari turun kampung tersebut, artinya setiap ada upacara
temurun, sementara musik modern dapat adat pihak yang mengadakan pesta harus
dipelajari dimana saja karena sudah banyak menyediakan Penganak dan Gung sendiri,
kursus musik keyboard. Kemudian dalam berbeda dengan 3 alat musik lain yang harus
pembagian materi, kalau musik tradisi honor disewa dengan pemain musik profesional.
yang di dapat berbagi dengan kelompok musik Karena ketidak harmonisan antara pemain
yang 4 orang. Berbeda dengan keyboard, kalau musik sewaan dengan pemain musik dari pihak
keyboard hanya untuk dirinya sendiri” yang mengadakan pesta adat, terjadi perubahan
yang sekarang menjadi 4 pemain musik saja.
Sama seperti yang dinyatakan oleh Diantaranya alat musik Gendang Indung, Sarune
Kinglsey Davis bahwa perubahan sosial itu dan Gendang Anak dimainkan oleh 3 pemain
terjadi karena adanya perubahan dalam unsur- musik, sedangkan Penganak dan Gung
unsur yang mempertahankan keseimbangan dimainkan oleh satu orang pemain musik yang
masyarakat, seperti unsur geografis, biologis, sekarang sudah disewa. Seiring perkembangan
ekonomis dan kebudayaan. Perubahan yang ke arah yang lebih modern sekarang alat musik
44
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 2 (1) (2016): 31-45
45