Anda di halaman 1dari 8

POLA TABUHAN TUMA’ DALAM RITUAL BASUAYAK SUKU DAYAK

KANAYATN DI DESA CAPKALA KECAMATAN CAPKALA KABUPATEN


BENGKAYANG

Arbilianto, Imam Ghozali, Chiristianly Yery Silaban


Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak
Email:arbiliantobilly@gmail.com

Abstract
The background of this research is the decrease of youth generation’s interest to
the traditional art as ancestors’ heritage so that appear the effort to conserve the
traditional musical where one of them is almost extincted and unknown by their
society. The purpose of this research is to describe the pattern of Tuma’ percussion
in Basuayak tradition to Dayak Kanayatn tribe in Capkala village, Capkala
district, Bengkayang regency. The method of this research is Descriptive method
in qualitative form through Ethnomusicology Approach. The research data is (1)
the performance of percussion pattern in Basuayak tradition. (2) The instrument of
Dau We’, Dau Anak dan Tuma’. (3) The musical structure of Basuayak theme,
motive, musical measure, tone, tempo, dynamics and phrase. The result of this
research is (1) there are two musical instruments used into Pulo Pinang art, they
are eight Dau and Gong with three pattern of Tuma’ percussion, Bawakng pattern,
Jubata pattern, batu berapi pattern. (2) The notation of Bawakng percussion,
Jubata percussion, and batu berapi percussion uses musical score in Bar notation
form.

Keywords: Pulo Pinang, Music Structure

PENDAHULUAN menggunakankurang lebih 30 motif tabuhan,


Ritual Basuayak adalah ritual adat namun susunan motif tabuhan yang
masyarakat Dayak Kanayatn yang digunakan bersifat tidak paten, artinya
dilaksanakan pada saat upacara kematian. penggunaan tabuhan tersebut sesuai
Menurut Sirin Banding (65 tahun)selaku keinginan dan permintaan dari dukun yang
tokoh adat di Desa Capkala Kecamatan disampaikan kepada Panade’
Capkala Kabupaten Bengkayang, ritual (Asisten/pembantu pelaksanaan), kemudian
Basuayak merupakan sebuah kegiatan untuk Panade’ tersebut menyampaikannya kepada
memanggil arwah yang telah meninggal pemusik, terkecuali motif tabuhan pembuka
dengan maksud memberitahukan kepada yang terdiri dari tabuhan musik Jubata dan
arwah tersebut,bahwa ia bukan lagi manusia musik Bawakng serta pola tabuhan penutup
dan harus kembali Ka Subayatn(kembali yaitu tabuhan musik Batu Barapi yang
pada sang pencipta). Ritual Basuayak bersifat paten digunakan pada awal dan akhir
dilakukan pada malam hari hingga pagi hari, dilaksanakannya upacara Basuayak.
biasanya dilaksanakan pada hari ke 7 Musik dalam ritual Basuayak terdapat
meninggalnya arwah tersebut. pada alat musik yang digunakan. Semua alat
Proses Ritual Basuayak ini diiringi musik yang digunakan merupakan klasifikasi
oleh musik tradisional yang terdiri dari alat musik pukul yang menggunakan Tuma’
berbagai macam motif pola tabuhan pada dan dau. Alat musik tersebut dimainkan
musik tradisi Dayak Kanayatn. Motif tabuhan untuk mengiringi dukundan Panade’saat
musik pada ritual Basuayak melantunkan syair-syair yang berisikan doa

1
kepada leluhur secara bersahut- sendiri sebagai instrumen kunci. (2)
sahutan.Panade’ berkomunikasi dengan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. (3)
dukun yang telah dirasuki arwah leluhur dan dalam penelitian kualitatif, proses lebih
menyatakan maksud pemanggilannya. dipentingkan dari pada hasil. (4) analisis
Proses ritual Basuayak tidak akan dalam penelitian kualitatif cenderung
dapat dilaksanakan tanpa adanya musik. dilakukan secara induktif. (5) makna
Musik tradisi yang digunakan merupakan hal yang esensial dalam
merupakan satu-kesatuan yang tidak penelitian kualitatif. Peneliti memilih
dapat dihilangkan. Di dalam ritual menggunakan bentuk penelitian kualitatif
Basuayak, musik selalu mengiringi adalah untuk mendapatkan pemahaman yang
setiap proses dari awal dilaksanakannya lebih luas dan mendalam tentang kajian
sampai akhir proses ritual. musikologi setiap ragam pola tabuhan Tuma’
pada dalam Ritual Basuayak suku Dayak
METODE PENELITIAN Kanayatn di Desa Capkala Kecamatan
Metode yang akan digunakan Capkala Kabupaten Bengkayang.
peneliti dalam penelitian ini adalah Pendekatan penelitian yang akan
metode penelitian deskriptif. Penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif merupakan penelitian yang pendekatan etnomusikologi. Etnomusikologi
bermaksud mengungkapkan, berasal dari kata ethnos, mousike, dan logos.
Ethnos berarti bangsa, mousike berarti musik
menggambarkan, dan memaparkan dan logos adalah ilmu. Secara harafiah
mengenai situasi-situasi atau kejadian- diartikan sebagai ilmu tentang musik bangsa-
kejadian. Dalam penelitian ini, peneliti bangsa. Di amerika disebut anthropology of
akan menggunakan metode deskriptif music, dimana musik dianggap bagian dari
karena ingin mengungkapkan dan kebudayaan dan diteliti dalam konteks
memaparkan pola tabuhan Tuma’ dalam kebudayaan. Ilmu ini dipopulerkan oleh Alan
ritual Basuayak suku Dayak Kanayatn di P. Meriam, Brunno Nettle, dan Mantle Hood
Desa Capkala Kecamatan Capkala dan hingga saat ini etnomusikologi masih
Kabupaten Bengkayang. sering disebut antropologi musik.
Peneliti menggunakan metode Antropologi memfokuskan ilmunya
deskriptif untuk mendeskripsikan tiga jenis pada others dan difference, yaitu pemahaman
pola tabuhan Tuma’ dalam ritual Basuayak perbedaan termasuk dalam hal etnisitas,
Suku Dayak Kanayatn di Desa Capkala artinya dalam antropologi musik esensinya
Kecamatan Capkala Kabupaten Bengkayang. adalah bagaimana kita menghargai,
Metode deskriptif juga digunakan untuk memahami, dan mengerti perbedaan dalam
menjelaskan notasi, menjelaskan ketiga jenis musik. Ada dua pendekatan dalam
pola tabuhan tuma’ secara keseluruhan, dan memepelajari perbedaan itu, yaitu pertama
menjelaskan teknik bermain tuma’. musik dipelajari sebagai sebuah teks, dan
Penelitian ini menggunakan bentuk kedua teks itu dipelajari didalam konteks.
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif Sehingga dapat dikatakan antropologi musik
digunakan karena penelitian ini bersifat merupakan ilmu yang memepelajari musik
deskriptif dan peneliti sendiri adalah sebagai didalam konteksnya, seperti yang
instrumen kunci dan sumber data langsung dirumuskan Alan P. Merriam (1964:7) bahwa
dari penelitian tersebut. Hal ini sesuai dengan Etnomusikologi adalah ilmu yang
pernyataan dari Bogdan dan Biklen (dalam mempelajari musik didalam kebudayaan.
Syukri, 2012:1) yang menjelaskan bahwa Alan P.Merriam membuat syarat
penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus tentang tugas etnomusikolog yaitu
sebagai berikut: (1) penelitian kualitatif mengamati, mencari data, menyiapkan
menggunakan latar alami (natural setting) perangkat analisis, membuat analisis tentang
sebagai sumber data langsung dan peneliti musik sasarannya, melakukan penelitian dan

2
pencarian pengetahuan dan teori tentang jarak tempuh terjauh dari ibu kota kecamatan
musik tersebut. Etnomusikologi harus berada ke ibu kota kabupaten di Kabupaten
di lapangan dan bekerja dengan para Bengkayang, Kecamatan Siding adalah
narasumber, melihat pertunjukan musik, bila kecamatan dengan jarak tempuh terjauh,
perlu ikut memainkan musik tersebut, yaitu sekitar 103,68 km disusul Kecamatan
menanyakan isu-isu yang relevan dengan Jagoi Babang dan Kecamatan Sungai Raya.
penelitiannya, serta berpartisipasi dengan Kecamatan Capkala merupakan
kegiatan yang ada dalam masyarakat. wilayah yang berdekatan dengan daerah
Kajian etnomusikologi meliputi pesisir pantai yang dibatasi dengan daerah
seniman, masyarakat, transmisi, organologi, yang masih kuat memegang adat istiadat.
kekayaan musik sendiri serta fungsi dan Keadaan ini berpengaruh pada daerah yang
makna musik bagi masyarakat pemiliknya. ada disekitarnya. Secara otomatis kehidupan
Alasan peneliti menggunakan pendekatan masyarakat di Kecamatan Capkala
etnomusikologi ini adalah agar peneliti dapat terpengaruh pada wilayah yang
mengungkapkan tiga jenis pola tabuhan membatasinya, sehingga banyak ritual dan
Tuma’dalam ritual Basuayak suku Dayak kesenian yang berhubungan dengan adat
Kanayatn di Desa Capkala Kecamatan tersebut masih dijalankan sampai sekarang.
Capkala Kabupaten Bengkayang. Dari sini dapat diketahui bahwa keadaan
geografis suatu wilayah dapat menjadi
HASIL PENELITIAN DAN pendukung eksistensi kesenian tradisi
PEMBAHASAN termasuk music Dayak Kanayatn yang ada di
Kabupaten Bengkayang merupakan Kecamatan Capkala.
salah satu kabupaten yang terletak di sebelah setempat melakukan wawancara
utara Provinsi Kalimantan Barat. Secara pertama dengan Roja’ yang kebetulan
geografis, Kabupaten Bengkayang terletak di berdekatan dengan rumah kediaman peneliti.
0°33'00" Lintang Utara sampai 1°030'00" Wawancara pertama ini berkisar tentang pola
Lintang Utara dan 108°039'00" Bujur Timur tabuhan musik Jubata,Bawakng dan Batu
sampai 110°010'00" Bujur Timur. Secara Barapi yang terdapat dalam ritual Basuayak
keseluruhan, luas wilayah Kabupaten Dayak Kanayatn.
Bengkayang adalah sebesar 5.396,30 km2 Wawancara kedua lebih difokuskan
atau sekitar 3,68 persen dari total luas bahasan pola tabuhan Jubata, Bawakng, dan
wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Hal ini Batu Barapi dalam ritual Basuayak Suku
menjadikan Kabupaten Bengkayang sebagai Dayak Kanayatn di desa Capkala,maksud
kabupaten dengan cakupan wilayah terkecil dari wawancara ini hanya lebih terfokus pada
di Kalimantan Barat. pola tabuhan Tuma’ Jubata, Bawakng dan
Pada tahun 2008, daerah pemerintahan Batu Barapi dan teknik permainan.
Kabupaten Bengkayang dibagi menjadi 17 Selain itu data yang didapat dari
kecamatan. Dari sejumlah kecamatan yang tambahan keterangan dari narasumber ke dua
ada, Kabupaten Bengkayang dibagi lagi oktavianus harry, dan ketiga anes selaku
menjadi 2 kelurahan dan 122 desa definitif. pemusik dalam ritual Basuayak berkisar
Dilihat dari luas masing-masing kecamatan, mengenai peranan music dalam pelaksanaan
Jagoi Babang merupakan kecamatan yang ritual Basuayak Dayak Kanayatn mereka
paling luas di Kabupaten Bengkayang beranggapan bahwa music dalam ritual
dengan cakupan wilayah sebesar 655 km2 Basuayak mempunyai kesakralan dan dapat
atau sekitar 12,14 persen dari luas Kabupaten mendatangkan kekuatan gaib sehingga
Bengkayang keseluruhan dan kecamatan mereka sangat menghormati music dalam
dengan wilayah terkecil adalah Kecamatan upacara ritual apapun.
Capkala dengan luas wilayah sebesar 46,35
km2 atau hanya sekitar 0,86 persen dari total
luas Kabupaten Bengkayang. Dilihat dari

3
Tuma’ (gendang) kedua kaki di tekuk.3. Posisi telapak tangan
Kalimantan Barat memiliki berbagai agak ketengah dengan telapak tangan agak
macam alat music tradisional yang menjadi cembung menggunakan empat jari tangan
ciri khasnya salah satunya alat music Tuma’. untuk pembentukan warna bunyi “Tung”.4.
Tuma’ termasuk jenis instrument Posisi telapak tangan agak ketepi dengan
membranophone, yaitu golongan alat music telapak tangan agak datar menggunakan
yang sumber bunyinya berasal dari kulit atau empat jari tangan untuk pembentukan warna
selaput tipis yang direnggangkan, alat music bunyi “Tak”. Dari kedua warna bunyi yang
ini terbuat dari bahan dasar kayu yang ada pada Tuma’ warna bunyi “Tak” yang
berdiameter kira-kira 20 cm dengan panjang sulit untuk di hasilkan dikarenkan teknik
100 cm sebagai rangkanya dan kulit sebagai untuk memukul warna bunyi “Tak” harus
membrannya. Kulit yang digunakan biasanya benar, jika posisi jari dan telapak tangan tidak
adalah kulit kambing dan kulit kijang muda sesuai teknik maka hasil warna bunyi yang
agar suara yang dihasilkan nyaring. dihasilkan tidak akan sempurna. Seperti yang
Instrumen ini mempunyai karakter dituturkan oleh narasumber pertama bapak
agung,sehingga cocok digunakan dalam Roja’ pada tanggal 29 – 07 – 2019.
upacara ritual atau pengiring tari.
Fungsinya sebagai pemangku irama Pentranskripsi Pola Tabuhan Tuma’
atau memberi ketukan pada lagu yang Dalam Ritual Basuayak Suku Dayak
dimainkan.Tradisi musik Dayak Kanayatn Kanayatn Di Desa Capkala Kecamatan
mempunyai beberapa instrumen gendang. Capkala Kabupaten Bengkayang ke
Penggunaannya menyesuaikan konteks Dalam Notasi Balok.
dimana musik tersebut dimainkan, apakah Tuma’ merupakan alat musik yang
dalam kesenian Jonggan atau dalam beberapa dimiliki oleh suku Dayak yang digunakan
upacara ritual salah satunya ritual Basuayak. sebagai pengiring tarian maupun acara ritual
Kebanyakan upacara besar menggunakan dan musik lainnya khususnya untuk
tuma’ sebagai gendang, hanya upacara memberikan beat sehingga pola tabuhan
Notokng yang menggunakan kubeh (gendang tersebut menjadi pola tabuhan tradisional
besar) agar kalau gendang tersebut dipukul Dayak. Terdapat beberapa Ragam pola
suaranya dapat terdengar sampai jauh sebagai tabuhan pada Tuma’ yang masing-masing
tanda bahwa upacara Notokng sedang memiliki ciri khas dan nama tersendiri.
dilaksanakan. Ragam adalah jenis-jenis nama pola
tabuhan pada Tuma’. Hasil penelitian kepada
Pendeskripsian Teknik Memainkan bapak Roja’ sebagai narasumber pertama
Tuma’ memberikan informasi data tentang ragam
Tuma’ merupakan alat musik pukul pola tabuhan pada beruas diantaranya adalah
yang menggunakan tangan, butuh teknik dan pola tabuhan jubata, bawakng dan batu
ketekunan untuk dapat memainkan Tuma’. berapi. Tuma’ merupakan alat musik perkusi
Tuma’ memiliki 2 warna bunyi, masing- yang dimainkan dengan cara ditabuh ataupun
masing bunyi memiliki teknik tersendiri. dipukul dengan tangan. Tuma’ terdiri dari
Inilah hasil penelitian tentang teknik dua warna bunyi yaitu tung, tak.
memainkan Tuma’: Di dalam pentraskripsian ragam pola
1. Sikap tubuh dalam bermain Tuma’ tabuhan tuma’ kedalam notasi balok peneliti
Di dalam penelitian ini terdapat dua menggunakan tiga garis paranada karna
1.sikap posisi duduk bermain Tuma’ dengan Tuma’ memiliki dua warna bunyi yaitu warna
benar, 2.Posisi salah satu kaki condong bunyi “Tung” dan “Tak”(warna bunyi
kedepan. Tali yang terdapat di alat musik tersebut tidak memiliki durasi yang bisa di p
Tuma’ dikaitkan ke jempol kaki yang anjang pendekan, penggunaan notasi yang
berfungsi sebagai penyanggah Tuma’ dengan bernilai 1, 1/2, 1/4, 1/16, dan 1/32 untuk
mempermudah membaca ritmik pada notasi
No Penjelasan Warn
. Posisi Not a Bunyi
1. “Tung 4

2.
”Tak”
tersebut.), Berikut tabel keterangan posisi
not untuk setiap warna bunyi pada Tuma’:

Pola Tabuhan Jubata

Pola tabuhan jubata adalah salah satu


pola tabuhan yang terdapat dalam pola
tabuhan Tuma’. Pola tabuhan ini dilakukan
pada awal ritual Basuayak yang berfungsi
sebagai muka’ buis (tanda dimulainya ritual)
di mulai.Tempo yang digunakan pada pola
tabuhan Jubata adalah moderato berkisar dari
100-110 bpm dan birama yang digunakan Pola Tabuhan Batu Barapi
adalah 4/4, berikut ini adalah keseluruhan
notasi pola tabuhan Jubata. Pola tabuhan Batu Barapi adalah salah
satu pola tabuhan yang terdapat dalam pola
tabuhan Tuma’. Pola tabuhan ini dilakukan
pada akhir ritual dilaksanakan yang berfungsi
muang buis (tanda berakhir nya ritual dengan
membakar semua benda yang dimiliki oleh
orang yang meninggal). Tempo yang
digunakan pada pola tabuhan Batu Barapi
adalah moderato berkisar dari 100-110 bpm
dan birama yang digunakan adalah 4/4,
berikut ini adalah keseluruhan notasi pola
tabuhan Batu barapi.

Pola Tabuhan Bawankng

Pola tabuhan bawakng adalah salah


satu pola tabuhan yang terdapat dalam pola
tabuhan Tuma’. Pola tabuhan ini dilakukan
pada awal ritual basuayak di mulai setelah
pola pukulan Jubata yang berfungsi muka’
buis (pemanggilan arwah yang telah
meninggal). Tempo yang digunakan pada
pola tabuhan Ka Bawakng adalah moderato
berkisar dari 100-110 bpm dan birama yang
digunakan adalah 4/4, berikut ini adalah
keseluruhan notasi pola tabuhan bawakng.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Tuma’adalah jenis instrumen
membranophone, yaitu golongan alat musik
yang sumber bunyinya berasal dari kulit sapi,
kulit kambing, dan kulit rusa muda atau

5
selaput tipis yang diregangkan. Bagian 3. Bagi Universitas Tanjungpura Pontianak,
tengah instrumen diberi lubang untuk agar dapat menambah perbendaharaan dan
sirkulasi udara dan resonansi bunyi. Tuma’ pendokumentasian tulisan yang berkaitan
ditabuh dengan dua tangan sambil dipeluk di dengan Pola Tabuhan Tuma’ DalamRitual
samping kiri atau kanan pemainnya. Basuayak Suku Dayak Kanayatn Di Desa
Fungsinya sebagai pemangku irama atau Capkala Kecamatan Capkala Kabupaten
memberi ketukan pada lagu yang dimainkan. Bengkayang.
4. Bagi Sanggar, agar dapat terus ikut
Teknik memainkan Tuma’ melestarikan kesenian musik tradisi Dayak
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa yang ada di Kalimantan Barat.
Tuma’ memiliki tiga warna bunyi yaitu 5. Bagi calon peneliti yang tertarik dengan alat
“Tung” dan “Tak”. Untuk menghasilkan musik Tuma’, agar dapat menjadikan
warna bunyi yang sempurna mempunyai penelitian ini sebagai sumber referensi dalam
teknik-teknik didalam memainkan Tuma’. penelitian selanjutnya.
Untuk menghasilkan warna bunyi yang
sempurna juga dibutuhkan waktu dan proses DAFTAR RUJUKAN
latihan yang tekun karna tangan yang Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen
digunakan untuk memukul butuh Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
beradaptasi. Asmara, U. Husna, Dkk. 1986. Peralatan
Hiburan dan Kesenian Tradisional
Transkripsi pola tabuhan Tuma’ Jubata, Daerah Kalimantan Barat. Pontianak:
Bawakng dan Batu Barapi di desa Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya.
Capkala Kecamatan Capkala Kabupaten Hood, Mantle. 1957. "Training and Research
Bengkayang ke dalam notasi balok Methods in Ethnomusicology".
McDermott, Vincent. 2013. Imagi-nation
SIMPULAN DAN SARAN Membuat Musik Biasa Menjadi Luar
Simpulan Biasa. Yogyakarta: Art Music Today.
Bedasarkan hasil penelitian diatas pola Mudjilah, Hanna Sri. 2010. Teori Musik.
tabuhan Tuma’ memiliki tiga pola tabuhan Yogyakarta: Universitas Negeri
yaitu pola tabuhan Jubata, pola tabuhan Yogyakarta.
Bawakng, dan pola tabuhan Batu Berapi. Muttaqin, Moh Dan Kustap. (2008). Seni
Masing-masing pola tabuhan tersebut Musik Klasik. Jakarta: Direktorat
memiliki pola yang digunakan untuk Pembinaan Sekolah Menengah
mengawali dan mengakhiri permainan Tuma’ Kejuruan.
dalam ritual Basuayak. Nettl, Bruno. 2012. Teori dan metode dalam
etnomusikologi. Jayapura: Jayapura
Saran center of music.
Berdasarkan hasil analisis data dan Padmono. 2012. Seni Musik. Surakarta:
kesimpulan yang dipaparkan tersebut, Cakrawala Media.
diharapkan penelitian ini dapat menjadi saran Prier SJ, Karl Edmund. 2009. Kamus Musik.
bagi beberapa pihak. Adapun saran yang Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
peneliti maksud adalah sebagai berikut. _________________ 2011. Ilmu Bentuk
1. Bagi lembaga kesenian daerah, agar dapat Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
terus melestarikan dan mempertahankan aset Purnomo, Wahyu, dan Fasih Subagyo. 2010.
kesenian sebagai kekayaan budaya sehingga Terampil Bermusik. Jakarta:
tidak mengalami kepunahan. Kementrian Pendidikan Nasional.
2. Bagi mahasiswa, agar dapat menambah Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa
referensi dan dapat mempelajari setiap ragam Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
pola tabuhan beruas serta terus Pustaka Utama Jakarta.
melestarikannya.

6
Siagian, Rizaldi. 1992. Etnomusikologi (Makalah). Pontianak: Fakultas
Keguruan
Definisi dan Perkembangannya. dan Ilmu Pendidikan
Surakarta: Yayasan Masyarakat Universitas Tanjungpura Pontianak.
Musikologi Indonesia. Zuldafrial, dan Muhammad Lahir. 2012.
Sukohardi, Al. 2001. Teori Musik Umum. Penelitian Kualitatif. Surakarta:
Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi Yuma Pustaka.
Syukri, M. 2012. Memahami Strategi dan
Jenis Penelitian Kualitatif,

7
8

Anda mungkin juga menyukai