PROPOSAL
OLEH
NIM : 1520190302015
AMBON
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Kasih
dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini dengan
MODEREN PADA GEREJA ORANGE DUSUN PIA” dengan baik. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyusunan proposal penelitian ini. Dalam penulisan proposal ini,
penulis banyak memiliki kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Musik merupakan serangkaian nada-nada dan suara yang biasa digunakan untuk
irama, lagu dan keharmonisan suara. Saat ini, seiring berkembangnya zaman, telah lahir
beragam jenis musik diantaranya adalah blues, jazz, classic, pop, dan musik rock. Menururt
(Jamalus 1988,1) Berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam
bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya
melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan
ekspresi sebagai satu kesatuan. Pada zaman purbakala Sejarah musik sudah dimulai dari
zaman purbakala. Meski tidak ada informasi yang cukup dan jelas, musik primitif ini tidak
memiliki tujuan tersendiri. Fungsinya hanyalah sebagai alat atau bahan dalam ritual
penyembahan dan upacara adat kepercayaan mereka. Sedangkan pada zaman Modern Era
musik ini dimulai sejak tahun 1900 sampai sekarang. Musik pada zaman ini tidak
menggunakan hukum – hukum atau peraturan. Pada masa ini orang – orang dapat
ke Nusantara pada abad ketiga kedua SM, Musik-musik suku tradisional Indonesia
Maluku alat musik trandisional yang digunakan terbuat dari bambu, kulit hewan dan juga
hasil alam lainnya Contohnya, Suling, Tifa dan Kulit Kerang (Fu). Perkembangan musik
trandisional sejak zaman dulu di Maluku sering digunakan untuk keperluan adat dan juga
iringan jemaat untuk peribadatan. Tetapi, seiring perkembangan zaman iringan musik
tradisional dalam peribadatan tersebut diganti menggunakan alat musik modern, akan tetapi
tidak semua jemaat memahami akan penggunaan alat musik modern tersebut. Sehingga
beberapa desa yang telah memiliki alat musik modern tersebut tidak digunakan melainkan
mereka tetap menggunakan alat musik tradisional tersebut untuk pengiringan jemaat dalam
peribadatan.
1.3 Tujuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada jemaat mengenai
Tinjauan Pustaka
2.1 Musik
Musik adalah bentuk suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi
musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik
yaitu irama melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan
menurut (Jamalus, 1988:1-2). Menurut Banoe (2003: 288) musik adalah cabang seni yang
membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola–pola yang dapat dimengerti dan
dipahami manusia. Musik adalah ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari
nada–nada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai
ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional Bahari (2008:
55). Pada saat ini musik juga sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi manusia. Bagi pencipta
musik, musik menjadi suatu luapan emosi jiwa, dimana perasaan yang ada di pencipta musik
tersampaikan. Bagi penikmat musik, dengan mendengar musik yang sesuai dengan suasana
hati maka harapannya agar bisa merasa lebih relaks dan lebih baik.
Musik yang merupakan kombinasi dari ritme, harmonik dan melodi sejak dahulu
menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis untuk meningkatkan,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional dan spiritual. Terapi
musik merupakan suatu proses multidisipliner yang harus dikuasai oleh seorang terapis,
namun elemen dasarnya adalah musik itu sendiri. Seorang terapis diwajibkan menguasai
setidaknya satu alat musik pokok dan satu pilihan lainnya Djohan . Musik tidak hanya
berfungsi dalam bidang pendidikan saja melainkan musik juga berfungsi untuk sebagai
hiburan. Musik dapat digunakan sebagai musik latar, seperti digunakan di dalam suatu
kegiatan, atau sebagai musik latar disuatu tempat seperti klinik kecantikan, rumah sakit,
tempat terapi dan lain-lain. Digunakan ntuk memberi variasi, memberi tekanan, memberikan
Musik dapat didefinisikan sebagai sebuah cetusan ekspresi atau pikiran yang
dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Asal kata musik berasal dari bahasa Yunani
yaitu mousike yang diambil dari nama dewa dalam mitologi Yunani kuno yaitu Mousa yakni
yang memimpin seni dan ilmu (Ensiklopedi National Indonesia, 1990: 413). Tradisional
berasa dari kata Traditio (Latin) yang berarti kebiasaan yang sifatnya turun temurun. Kata
tradisional itu sendiri adalah sifat yang berarti berpegang teguh terhadap kebiasaan yang
turun temurun (Salim dan Salim, 1991: 1636). Tradisi berasal dari kata tradisi yang berarti
sesuatu yang turun temurun (adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran) dari nenek moyang.
Dengan kata lain, tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya secara turun temurun. Dipertegas lagi oleh Esten (1993 : 11) bahwa tradisi adalah
mendefinisikan tradisi sebagai kebiasaan yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi
berikutnya secara turun temurun, Kebiasaan yang diwariskan mencakup berbagai nilai
budaya, meliputi adat istiadat, sistem kemasyarakatan, sisstem pengetahuan, bahasa, kesenian
dan sistem kepercayan. Menurut Sedyawati (1992 : 23) musik tradisional adalah musik yang
digunakan sebagai perwujudan dan nilai budaya yang sesuai dengan tradisi. Musik tradisional
menurut Tumbijo (1977 : 13) adalah seni budaya yang sejak lama turun temurun telah hidup
dan berkembang pada daerah tertentu. Maka dapat dijelaskan bahwa musik tradisional adalah
musik masyarakat yang diwariskan secara turun –temurun dan berkelanjutan pada masyarakat
suatu daerah. Kesenian tradisional pada umumnya juga tidak dapat diketahui secara pasti
kapan dan siapa penciptanya. Hal ini dikarenakan kesenian tradisional atau kesenian rakyat
bukan merupakan hasil kreatifitas individu, tetapi tercipta secara anonim bersama kreatifitas
Menurut Purba (2007:2), musik tradisional tidak berarti bahwa suatu musik dan
berbagai unsur-unsur di dalamnya bersifat kolot, kuno atau ketinggalan zaman. Namun,
musik tradisional adalah musik yang bersifat khas dan mencerminkan kebudayaan suatu etnis
atau masyarakat. Musik tradisional, baik itu kumpulan komposisi, struktur, idiom dan
melodi, modus atau tangga nada, tidak diambil dari repertoire atau sistem musikal yang
berasal dari luar kebudayaan suatu masyarakat pemilik musik yang dimaksud. Musik
tradisional adalah musik yang berakar pada tradisi masyarakat tertentu, maka
keberlangsungannya dalam konteks masa kini merupakan upaya pewarisan secara turun
adalah suatu struktur kreativitas yang sudah ada sebelumnya. Dalam tradisi ini juga
mengandung arti keberadaan suatu kebudayaan yang tidak terpisahkan dengan masa lalu.
Tradisi adalah sesuatu yang menghadirkan masa lalu pada era sekarang. Sehingga
kebudayaan suatu masyarakat dalam konsepsi tradisi merupakan kontinuitas masa lalu bagi
masa kini dan akan datang (Purba, 2007:2). Suatu musik tradisional di dalamnya terdapat
gambaran mentalitas, prinsip-prinsip ekspresif, dan nilai-nilai estetik suatu jenis masyarakat.
2.1.2 Musik Modern
Musik modern adalah musik yang muncul setelah akhir masa musik klasik sampai
masa sekarang ini. Beberapa kriteria musik modern antara lain menggunakan tangga nada
diatonis dan menggunakan alat musik akustik dan elektronik. Perkembangan teknologi juga
turut mempengaruhi dunia musik, pembentukan suara-suara buatan yang dilakukan oleh alat
menjadi bagian dari musik modern. Sejauh ini memang musik modern memang sulit dibatasi
oleh defenisi tertentu. Musik modern dapat dikatakan sebagai suatu bentuk musik yang terus
megikuti perkembangan zaman. Musik ini akan selalu disesuaikan dengan selera
penggemarnya. Dengan demikian musik modern yang telah ada selalu mampu bertahan
hingga saat ini. Musik modern juga menggunakan alat-alat musik dalam permainannya, alat
musik yang biasa digunakan dalam musik modern kebanyakan merupakan alat musik Barat.
Hal ini disebabkan oleh karena modern memang berorientasi pada musik Barat. Dengan
demikian alat musik yang digunakannya pun kurang lebih sama dengan alat-alat musik Barat
Musik pada zaman ini tidak mengakui adanya hukum-hukum dan peraturan-peraturan,
karena adanya kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat. Misalnya pnemuan di
bidang teknik, seperti film, radio, televisi, dan komputer, sehingga kegiatan musik dapat
dimiliki oleh orang tanpa meninggalkan rumah. Pada masa ini orang ingin mengungkapkan
sesuatu dengan bebas dan orang mulai berpikir bahwa musik sebagai barang dagangan.
2.2 PENGGUNAAN ALAT MUSIK TRADISIONAL DI GEREJA
Ibadah adalah sebuah perayaan umat. Perayaan ini adalah respons manusia atas apa
yang diyakini dan diharapkan. Ibadah Kristen secara kongkrit merayakan kehadiran Allah
Tritunggal, Allah yang turun ke dunia menyatu dalam kemanusiaan Yesus Kristus. Melalui
inkarnasi Allah tidak lagi dipandang jauh, tak terjamah, melainkan justru sangat dekat,
menjadi sama seperti manusia. Konsep inkarnasi ini sering disalahpahami, untuk itu Robert
Webber membuat refleksi teologisnya terhadap apa yang disebut dengan inkarnasi: “Allah
mengerjakan bagi kita apa yang kita tidak mampu kerjakan” (Webber, 2008, p. 35).
Penggunaan musik tradisional dalam iringan jemaat tersebut punya efek samping yang baik
karna kebanyakan jemaat di desa kecil masih belum paham akan penggunaan music modern
itu. Musik tradisional juga membantu gereja menjadi lebih autentik dalam ibadah mereka.
Mazmur 86: 9 mengatakan, "Semua bangsa yang telah kau buat akan datang dan menyembah
dimuliakan ketika Dia menerima respons umat dari keberadaannya yang sejati dan terdalam.
Ibadah yang demikian tidak mungkin disebut sesat, pasalnya justru di dalam ibadah tersebut
kita dapat merasakan kesucian dan keindahan Allah yang sejati. Inilah yang disebut sebagai
cita rasa multikultural surgawi yang suatu hari akan kita rasakan (Fortunato, 2006, p. 170).
digunakan oleh desa desa tertentu, Adapun alat music yang digunakan dalam iringan
peribadatan tersebut adalah, suling, tifa dan fu. Sedangkan seiiring perkembangan zaman
penggunaan alat music tradisional tersebut mulai jarang digunakan. Alat musik yang telah
disediakan untuk mengiring jemaat dalam peribadatan tersebut adalah alat music modern,
sedangkan jemaat belum memahami akan penggunaan alat music modern tersebut untuk
iringan dalam peribadatan. Perubahan alat music dalam gereja telah dilakukan sejak lama dan
PERIBADATAN
2.3.1 Suling/Seruling
Seruling bambu yang juga kita kenal dengan nama suling bambu merupakan alat
musik tradisional yang dibuat dari bambu. Pengertian alat musik seruling bambu tersebut
juga dipaparkan dalam buku berjudul Ensiklopedia Pelajar dan Umum yang ditulis oleh
Gamal Komandoko (2010: 148) yang memaparkan bahwa suling adalah alat musik tiup yang
terbuat dari bambu. Alat musik seruling ini rupanya termasuk ke dalam salah satu jenis alat
musik tradisional. Seperti yang kita ketahui, seruling termasuk alat musik yang dimainkan
dengan cara ditiup. Seruling termasuk instrumen musik aerophone yang berarti suara yang
Selain itu, agar bunyi yang dihasilkan menjadi merdu, kita perlu memahami
bagaimana teknik meniup yang baik agar suara yang dihasilkan suling merdu dan tidak
sumbang. Teknik meniup tersebut dapat dilakukan dengan menghembuskan nafas dengan
cukup, tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil. Kita juga perlu meniupnya dengan
hembusan yang stabil agar suara yang dihasilkan dapat terdengar dengan merdu.
2.3.2 Tifa
Tifa mirip dengan alat musik gendang yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat
musik ini terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu
sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan
untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Bentuknyapun biasanya dibuat dengan
ukiran. Setiap suku di Maluku dan Papua memiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing.
Tifa merupakan alat musik tradisional khas Indonesia Timur serta biasa ditemukan di Maluku
dan Papua. Menurut Margaret J. Kartomi dalam “Is Maluku Still Musicological terra
Southeast Asian Studies, Vol. 25 No. 1 Maret 1994, di Maluku, tifa punya sebutan lain
seperti tihato dan tihal di Maluku Tengah, tibal (Fordate dan Tanimbar), dan titir (Aru).
Bentuknya berbeda-beda sesuai daerah asal. Tapi umumnya berbentuk bulat. Badan
kerangkanya terbuat dari kayu yang dilapisi rotan sebagai pengikat dan bidang pukul dari
Tifa dimainkan dengan tongkat pemukul dari gaba-gaba (pelepah dahan sagu) dan
juga tangan. Valentijn melaporkan bahwa tifa digunakan sebagai alat musik dan sarana
komunikasi penduduk Maluku. Ia digantung di pintu rumah atau masjid untuk memanggil
orang berkumpul di baileo (rumah adat Maluku) atau disebut tifa marinyo atau mengabarkan
berita kematian (tifa orang mati). Selain itu tifa digunakan untuk mengiringi nyanyian dalam
2.3.3 Fu (Tahuri)
Alat musik Fu dibuat dari kerang dengan diberi lubang tiup. Sebenarnya, tadinya kulit
bia atau kerang ini cuma dimanfaatkan untuk pembikinan hadiah atau cinderamata. Tapi
jadi suatu alat musik berbunyi indah. Salah satu jenis alat musik Fu adalah alat musik Fu
Tahuri, diambil dari salah satu nama desa yakni desa Tahuri, tempat pelestarian alat musik
Fu. Keistimewaan Fu tahuri, dibuat dari bahan yang diambil dari alam yaitu kerang atau kulit
bia. Sayangnya alat musik Fu kini mulai jarang dimainkan. Bahkan banyak dimuseumkan.
Diketahui, sampai sekarang mungkin hanya beberapa tempat saja yang masih melestarikan
alat musik Fu, seperti misalnya di dua desa. Yaitu desa Hutumuri dan desa Sirisori. Disana
pelajar juga diajari cara memainkan fu. Selain dua desa tadi, sebenarnya upaya melestarikan
alat musik Fu juga dilakukan di Ambon, ini bisa dilakukan lewat sekolah dimana anak anak
Dulu fungsi alat musik Fu untuk media komunikasi antara raja dan rakyat sebagai
contoh, saat raja akan mengumumkan sesuatu, maka pesuruh raja meniup alat musik Fu.
Fungsi Fu di masa lalu cukup vital. Upacara adat di masa lalu selalu menggunakan Fu
sebagai tanda mulai dan penutup acara itu. Saat ini alat musik Fu dipakai untuk suatu benda
arkeologi dan cenderamata kalau mengunjungi Maluku. Selain itu Fu juga digunakan dalam
PERIBADATAN
2.4.1 Keyboard
lain selain piano. Alat musik Keyboard mendapatkan suaranya dari manipulasi kunci-kunci.
Ada yang ditekan (menggunakan jari tangan), dan ada juga yang dipijak (menggunakan kaki).
Susunan Keyboard arahnya mengikuti logika, dari kiri nada-nada rendah, ke kanan nada-nada
tinggi. Susunan kiri-kanan bass ke treble juga berlaku demikian. Pada saat ini Keyboard
Terompet adalah alat musik tiup modern yang terbuat dari logam. Pada alat musik ini
terdapat tiga tombol yang fungsinya berbeda-beda, tetapi sama-sama untuk mengatur nada.
Suara yang masuk ke dalam terompet diatur dengan menekan tombol-tombol tersebut secara
benar dan tidak asal-asalan, agar udara yang ditiupkan dapat menghasilkan nada sesuai yang
diinginkan. Udara yang diperoleh dari hembusan atau tiupan memang menjadi sumber suara
alat musik ini, sehingga terompet digolongkan ke dalam aerophone. Dalam sebuah komposisi
musik, terompet termasuk alat musik melodis yang fungsinya untuk menghasilkan sebuah
Cikal bakal alat musik terompet diduga sudah ada sejak 3000 tahun lalu, berupa
tulang burung yang digunakan sebagai musik pengiring ketika akan berperang, atau ritual
pada masa itu. Terompet dari gading mamut (mammuthus primigenius) ditemukan oleh
arkeolog Jerman, di gua Geißenklösterle, di gunung dekat Ulm di daerah selatan Jerman.
Seluruhnya berjumlah 31 buah dan diperkirkan berusia ± 43.400 tahun. Terompet berukuran
18,7 cm tersebut memiliki tiga lubang jari, yang dapat membantu mengatur nada untuk
menghasilkan berbagai macam melodi. Untuk membuat satu alat musik terompet, sebuah
lekukan gading mamut dibelah kemudian dibuat lubang pada bagian tersebut. Ada tiga
lubang untuk jari, satu lubang lainnya diikat dan ditempel dengan sebuah lapisan kedap
udara.
Modal utama untuk dapat memainkan terompet dengan baik adalah memiliki nafas
yang panjang dan kuat. Latihan pernafasan sangat mutlak bagi seorang pemain terompet
profesional, terlebih untuk jangka waktu yang sangat panjang. Rokok merupakan pantangan
mutlak karena umumnya perokok mempunyai nafas yang lebih pendek dibandingkan bukan
perokok. Olah raga sangat disarankan terutama yang menunjang latihan pernapasan seperti
joging dan renang. Cara meniup alat musik terompet tidak sama seperti meniup terompet
tahun baru, atau alat musik tiup lainnya. Salah satu tekniknya adalah dengan menempelkan
bibir pada mouthpiece dengan posisi seperti mengucap huruf M, lalu terompet ditiup dengan
menirukan suara yang berbunyi “pret pret pret”. Teknik lainnya adalah dengan meniup
menggunakan lidah atau biasa disebut tonguing, yaitu dengan cara menempelkan bibir pada
mouthpiece dimana posisi lidah berada di antara bibir atas dan bawah. Setelah itu terompet
ditiup dengan gerakan seperti mengucap kata “taa”. Jadi, selain memiliki nafas yang panjang
dan kuat, posisi bibir saat meniup terompet, yang dikenal dengan istilah embouchure atau
“ambasir” dalam bahasa Indonesia, juga ikut menentukan kualitas suara serta jenis nada yang
dihasilkan. Saat ini terompet sering digunakan untuk mengiring jemaat dalam peribadatan.
BAB III
Metode Penelitian
mengenai penggunaan alat music tradisional dan modern. Metode yang dipakai survey dan
teknik pengambilan datanya adalah kuesioner secara langsung maupun pun online melalui
google form. Survey ini dilakukan pada desa desa terpencil yang masih menggunakan alat
music tradisional dan belum terlalu memahami akan penggunaan alat musik modern
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer pada prinsipnya
Wawancara digunakan untuk membangun hubungan dan pengertian dengan para responden
sehingga dapat berfokus pada pemahaman mereka akan penggunaan alat-alat music tersebut
Hasilnya dalam bentuk pemaparan deskriptif baik dalam bentuk penjelasan, tabel
ataupun grafik. Hasil yang diperoleh selanjutnya ditafsirkan berbasis pengetahuan atau
konsep mengenai perilaku pemilih dalam basis teori yang dipakai. Sedangkan penelitian
kualitatif dipakai untuk menggali lebih dalam pertanyaan mengapa atau apa alasan sosial dan
kultural dalam penggunaan alat-alat music tersebut. Penelitian ini juga menggunakan FGD
sekelompok informan (berjumlah lima sampai tujuh orang), dimana para informan tersebut
diberi kesempatan untuk memberikan masukan mereka atas permasalahan terfokus yang
perspektif, yang mencakup (1) peran pengamat sebagai pemerhati (spectator); (2)
pengamatan sendiri dan berkelompok; dan (3) observasi tertutup (covert) terhadap objek
berbagai aktivitas. Data direkam dalam bentuk jurnal harian (field note) yang diisi oleh
peneliti setiap kali melakukan observasi. Data sekunder digali dari berbagai sumber,
termasuk dokumen, laporan, publikasi akademis, majalah, dan surat kabar cetak dan online.
Data sekunder tersebut dikumpulkan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
pertanyaan (Patton, 2002). Teknik wawancara akan dilakukan secara snowball untuk
memperoleh data sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selanjutnya data
akan dianalisis dan diinterpretasi secara kualitatif berdasarkan teori yang disebutkan dibagian
kerangka teori.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiyah. 2012. Media Audio dalam Media Pembelajaran. Diakses tanggal 15 Mei
Patton, M.Q (2002). Qualitative Research and Evaluation Metthods (3nd Ed).