Anda di halaman 1dari 8

Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (1) (2015): 72-79

ANTHROPOS:
Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos

Perubahan Sosial Pada Masyarakat Karo Yang Bermigrasi


Ke Kota Duri

Sulian Ekomila dan Karmila Br Sembiring *

Program Studi Pendidikan Antropologi


Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

Diterima Februari 2015; Disetujui April 2015; Dipublikasikan Juni 2015

Abstrak
Penelitian ini mengenai faktor pendorong dan faktor penarik masyarakat Karo melakukan migrasi serta perubahan sosial yang
terjadi pada masyarakat Karo. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor penarik dan faktor-faktor pendorong masyara-
kat Karo melakukan migrasi serta perubahan sosial akibat migrasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yang didasarkan pada penelitian lapangan, mengamati subjek dan objek
penelitian dan mengikuti kegiatan mereka untuk mendapatkan data yang akurat dan faktual. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, peneliti mendapatkan bahwa faktor-faktor pendorong masyarakat Karo melakukan migrasi adalah atas kemauan
sendiri tanpa adanya campur tangan dari pihak lain ataupun pemerintah. Selain itu ada juga faktor ekonomi, faktor sosial dan
faktor adanya tuntutan pekerjaan yang mewajibkan berpindah tempat. Sedangkan faktor penarik masyarakat Karo melakukan
migrasi ke Kota Duri adalah karena tersedianya lapangan pekerjaan, faktor ekonomi mencari pendapatan yang lebih tinggi, dan
faktor kelengkapan sarana dan prasarana. Sedangkan perubahan sosial terjadi dengan sendirinya dimana proses adaptasi yang
dilakukan masyarakat Karo memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut serta dalam pemerintahan dan berbagai instansi
yang lainnya sehingga diterima oleh penduduk setempat.
Kata Kunci: Faktor Pendorong, Faktor Penarik, Migrasi, Perubahan Sosial, Masyarakat Karo

Abstract
This research deals with push and pull factors in migrating of ethnic Karo people, and social change as an impact which is
accompanied the migration. It aims at understanding push factors and pull factors in Karo people migration and social change as its
impact following the migration. It uses qualitative method in describing deeply the social phenomena based on field works, parti-
cipative observation on the object of daily activities for reaching data of social reality accurately. Based on fact findings, I found that
push factors of Karo people migration such their willing without intervention of government or the other parties. Beside that,
economic, social, and working demand also push them for migrating to the new region. Whereas the pull factors of migration such as
availabi-lity of work vacation, chance for seeking a better works in elevating their income, and availability of infrastructure and
public facili-ties in the City of Duri as the new region. Then, social change take place follows the adaptation processes, as partici-
pation of Karo imigrant in the community for socializing to people and other social institution as an effort to accepted by community.

Keywords: push Factor, Pull Factor, Migration, Social Change, Karo People
How to Cite: Ekomila, S. dan Karmila, B.S. (2015). Perubahan Sosial Pada Masyarakat Karo Yang Bermigrasi Ke
Kota Duri, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 1 (1): 72-79
.

*Corresponding author: p-ISSN 2460-4585


E-mail: karmilaborusembiring@yahoo.co.id

72
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (1) (2015): 72-79

PENDAHULUAN asal mereka dan hidup berdampingan dengan


Masyarakat Karo merupakan salah satu suku bangsa yang lain seperti Kota Duri Kec.
suku bagian dari Batak selain Toba, Mandau Kab. Bengkalis Riau. Bukan hanya suku
Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. atau etnik yang berbeda namun agama, dan
Masyarakat tersebut pada umumya menempati budaya yang mereka miliki sangat jauh berbeda
wilayah Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli dengan masyarakat setempat.
Hulu, Serdang Hulu dan sebagian Dairi Hal lain yang menarik adalah daerah
.(Koentjaraningrat,2007:94) tujuan mereka sebagai tempat migrasi adalah
Masyarakat Karo pada umumnya daerah yang sangat berbanding terbalik dengan
berrmata pencaharian sebagai petani, daerah asal mereka. Jika di tempat asal mereka,
pedagang, pegawai negeri sipil dan swasta. masyarakat Karo pada umumnya
Garis keturunan berdasarkan ayah atau sering bermatapencarian sebagai petani namun di
disebut dengan istilah patrilineal. Sistem Duri lahan yang tersedia tidak cocok jika
perkawinan berdasarkan eksogami atau dijadikan sebagai lahan pertanian.
mengambil istri atau suami dari luar marga Faktor-faktor yang menyebabkan
atau klannya masing–masing. Logat yang masyarakat Karo melakukan migrasi
digunakan adalah logat Karo yang jika kebanyakan karena kondisi tanah yang semakin
dibandingkan sangat jauh perbedaannya sempit akibat dari pertambahan jumlah
dengan logat Batak Toba. penduduk yang sangat pesat. Selain itu adanya
Keadaan geografis yang baik sehingga konflik dalam keluarga kedudukan dalam
menjadikan Tanah Karo subur dan dapat keluarga itu semakin penting sebagai pemicu
ditumbuhi oleh berbagai macam buah dan masayarakat Karo melakukan migrasi.
sayuran menyebabkan masyarakat Karo Masyarakat Karo yang bermigrasi ke
cenderung tidak menyukai pergi dari Kota Duri mengubah matapencaharian mereka
daerahnya atau kata yang sering disebut adalah menjadi karyawan di perusahaan-perusahaan
merantau. Hal ini menyebabkan masyarakat yang ada disana. Selain menjadi karyawan di
Karo kebanyakan tetap tinggal di kampung perusahaan sebagian mereka juga menanam
halamannya masing – masing karena merasa sawit sebagai pekerjaan sampingan. Hal yang
seluruh kebutuhan mereka terpenuhi dan sangat jauh berbeda dengan di tempat asal
mereka dapat bertahan hidup dari hasil mereka. Perbedaan letak geografis telah banyak
pertanian saja. Selain itu sarana dan prasarana mengubah pola prilaku masyarakat Karo
sangat memadai hingga ke daerah – daerah sehingga menjadi berbeda dengan tempat asal
pelosok membuat masyarakat Karo sangat mereka.
mudah memperoleh kebutuhan hidup mereka Perubahan sosial dapat dilihat dari cara
sehari – hari. mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan
Kecenderungan masyarakat Karo yang mereka yang berbeda dengan lingkungan
tidak suka merantau seperti halnya Batak Toba mereka di tempat asal mereka. Selain pola
diakibatkan oleh perbedaan geografis tempat interaksi dengan masyarakat lain perubahan
asal kedua suku tersebut dimana masyarakat yang sosial yang terjadi adalah adanya
Karo tinggal di daerah yang subur sedangkan penurunan rasa kekeluargaan antara anggota
suku Batak Toba tinggal di daerah yang tandus. masyarakat sebagai akibat dari terjadinya arus
Hal ini menyebabkan mereka harus mencari urbanisasi dan modernisasi.
tempat yang baru sebagai lahan pertanian atau Perubahan budaya juga dapat dillihat
pekerjaan yang lain supaya mereka dapat dari perubahan mata pencaharian mereka yaitu
memenuhi kebutuhan hidup mereka. dari petani menjadi karyawan di perusahaan.
Namun pada kenyataannya saat ini Perubahan mata pencaharian ini juga
adalah banyak orang Karo yang telah mempengaruhi pola pikir masyarakat Karo
bermigrasi ke tempat yang jauh dari daerah dalam berorganisasi dan sistem kekerabatan

73
Sulian Ekomila dan Karmila Br Sembiring, Perubahan Sosial Pada Masyarakat Karo Yang Bermigrasi Ke

yang mereka anut selama ini berubah seiring Kecamatan Mandau terlihat bahwa faktor-
dengan berjalannya waktu. faktor yang melatarbelakangi masyarakat Karo
Migrasi tersebut juga menimbulkan masuk dan menetap di Kota Duri Kecamatan
adanya sebuah proses adaptasi atau Mandau berbeda-beda. Namun faktor
penyesuaian kebudayaan antara masyarakat pendorong yang paling umum bagi masyarakat
Karo sebagai pendatang dengan masyarakat Karo untuk melakukan Migrasi adalah karena:
lokal atau yang biasa disebut enkulturasi. Hal Pertama, yaitu diakibatkan oleh faktor
inilah yang mendasari pola interaksi di antara ekonomi sebagai pendorong masyarakat Karo
kedua suku yang berbeda tersebut baik dalam meninggalkan daerah asalnya antara lain:
bidang agama, budaya, mata pencaharian dan pendapatan yang rendah, ketidak mampuan
lain sebagainya. individu dalam memenuhi kebutuhannya dan
Berdasarkan hal – hal tersebut peneliti kesulitan untuk menngembangkan usaha
tertarik untuk melakukan penelitian tentang mereka di daerah asal.
Perubahan Sosial Budaya pada Masyarakat Yang kedua, yaitu di akibatkan oleh
Karo yang Bermigrasi ke Kota Duri Kec. Mandau faktor sosial sebagai pendorong masyarakat
Kab. Bengkalis Riau. Karo untuk bermigrasi antara lain: semakin
Berdasarkan rumusan masalah di atas bertambahnya jumlah penduduk, sehingga
maka tujuan penelitian dapat ditarik sebagai lahan pertanian sebagai lapangan pekerjaan
berikut; Untuk mengetahui faktor pendorong telah menyempit. Selain itu adanya pernikahan
masyarakat Karo bermigrasi ke Kota Duri; antara masyarakat Karo yang bermigrasi ke
Untuk mengetahui faktor penarik masyarakat Kota Duri dengan masyarakat lokal dan
Karo yang bermigrasi ke Kota Duri. memutuskan untuk bergabung dengan kerabat
mereka. Adanya konflik dalam keluarga di
METODOLOGI PENELITIAN daerah asal, misalnya masalah pembagian harta
Jenis Penelitian ini menggunakan jenis warisan peninggalan orangtua mereka sehingga
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif masyarakat Karo memutuskan untuk
mengenai “Perubahan Sosial Pada Masyarakat bermigrasi. Adanya tuntutan pekerjaan oleh
Karo Yang Bermigrasi Ke Kota Duri Kec. lembaga yang terkait juga sebagai pendorong
Mandau Kab. Bengkalis Riau”. Menurut Bogdan masyarakat Karo untuk melakukan migrasi,
dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2012:4) misalnya Pendeta yang dipindahkan oleh
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai lembaga gereja setiap 5 tahun sekali.
prosedur penelitian yang menghasilkan data Yang ketiga, faktor penarik informan
deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan datang ke kota duri. berdasarkan hasil
dari orang – orang dan prilaku yang dapat penelitian yang dilakukan di Kota Duri
diamati. Kecamatan Mandau terlihat bahwa faktor-
faktor yang melatarbelakangi masyarakat Karo
HASIL DAN PEMBAHASAN yang bermigrasi menetap di Kota Duri
Penelitian ini di laksanakan di kota Duri Kecamatan Mandau juga berbeda-beda. Namun
yang merupakan Ibu kota Kecamatan Mandau. kebanyakan faktor penarik masyarakat Karo
Duri berada di jalur Jalan Raya Lintas Sumatera yang bermigrasi menetap di Kota Duri
dengan batas – batas sebagai berikut: Sebelah Kecamatan Mandau adalah:
Utara berbatasan dengan Dumai. Sebelah Pertama, tersedianya lapangan pekerjaan
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pinggir di Kota Duri. Kota Duri Kecamatan Mandau
Sebelah Barat Berbatasan dengan Rantau merupakan daerah yang mengalami kemajuan
Kopar. yang sangat pesat baik dalam bidang
Faktor pendorong informan perdagangan, perindustrian dan perusahaan
meninggalkan daerah asal yaitu; berdasarkan barang dan jasa. Hal ini menyebabkan
hasil penelitian yang dihasilkan di Kota Duri terbukanya lapangan pekerjaan yang cukup

74
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (1) (2015): 72-79

luas bagi para migran yang datang dari berbagai kultur. Budaya tidak diwariskan melalui gen
daerah. atau hubungan darah, akan tetapi melalui
Yang kedua, Mencari pendapatan yang proses belajar dari keluarga dan lingkungan.
lebih baik. Masyarakat Karo menganggap di Penggunaan istilah enkulturasi disini lebih
daerah asal pendapan sangat kurang sehingga bersifat penekanan istilah saja.
mereka tidak mampu untuk memenuhi Sebagai makhluk sosial yang bersifat
kebutuhan hidup mereka. Hal inilah yang dinamis manusia senantiasa mampu
memicu masyarakat Karo untuk melalukan beradaptasi dengan lingkungannya. Manusia
migrasi dengan tujuan memperoleh pendapatan selalu mempelajari keadaan lingkungan dimana
lebih sehingga mereka mampu untuk dia berada dan apa yang dikerjakannya.
memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian juga halnya dengan masyarakat Karo
Keadaan tersebut terjadi seiring dengan yang bermigrasi ke Kota Duri Kecamatan
perkembangan Kota Duri Kecamatan Mandau Mandau mereka mempelajari lingkungan
yang banyak membuka lapangan pekerjaan tempat tinggal mereka supaya mereka bisa
sehingga mereka mencoba untuk bekerja dan bertahan hidup dan memiliki hubungan sosial
hidup di sana. Pada akhirnya karena merasa yang erat dengan orang lain misalnya dengan
kehidupan mereka lebih baik di Kota Duri mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
Kecamatan Mandau mereka memutuskan untuk masyarakat tempat tinggal mereka.
menetap dan tidak kembali lagi ke daerah asal Terciptanya hubungan kekerabatan
mereka. antara penduduk asli dengan masyarakat Karo
Yang ketiga, faktor kelengkapan sarana sebagai pendatang terlihat dari adanya saling
dan prasarana di kota Duri Kecamatan Mandau menghargai dan saling tolong menolong antara
menjadi faktor penarik yang lain bagi mereka. Hal ini juga terllihat pada
masyarakat Karo yang bermigrasi dari daerah keikutsertaan masyarakat Karo sebagai
asal mereka ke Kota tersebut seperti: akses pendatang dalam mengikuti kegiatan di masing
perhubungan atau jalan yang mudah dilalui dan – masing tempat tinggalnya misalnya acara
maksimalnya jasa transportasi memudahkan pengajian, acara 17 Agustus, dan ronda malam.
masyarakat untuk melakukan kegiatan dari satu Semua itu dapat dilakukan melalui
tempat ke tempat lain, sarana pendidikan yang proses enkulturasi atau pembelajaran
lengkap hingga ke jenjang Sekolah Menengah kebudayaan oleh masyarakat Karo terhadap
Atas menjadi nilai penting bagi daerah tujuan kebudayaan masyarakat Melayu, Minang atau
migrasi penduduk, sarana kesehatan yang Sakai yang ada di sekitar tempat tinggal
mudah ditemukan sehingga masyarakat tidak mereka. Proses belajar tersebut mereka jalani
merasa terganggu jika ada keperluan mendadak ketika mereka memutuskan untuk menetap di
serta sarana peribadatan yang lengkap mulai daerah yang dihuni oleh penduduk asli
dari mesjid, gereja, vihara yang mudah tersebut.
ditemukan sehingga menempatkan posisi Masyarakat Karo mempelajari pola pikir,
masyarakat yang bermigrasi ke Kota Duri adat istiadat, serta kebiasaan-kebiasaan
Kecamatan Mandau menjadi lebih nyaman. penduduk asli agar mereka dapat diterima di
Dalam proses enkulturasi budaya lingkungan tempat tinggal penduduk asli
masyarakat Karo yang bermigrasi ke Kota Duri tersebut. Bukan hanya sekedar mengetahui
kecamatan mandau. Sebagaimana yang telah akan tetapi lebih ke perasaan ingin diterima
dijelaskan sebelumnya bahwa tidak ada oleh penduduk asli sehingga mereka dapat
perbedaan yang spesifik yang signifikan antara hidup secara berdampingan walaupun adat,
akulturasi, sosialisasi dan enkulturasi kecuali budaya, kebiasaan serta agama mereka berbeda
pemakaian istilah sesuai konteksnya saja. satu dengan yang lainnya.
Ketiga istilah ini memiliki pengertian yang sama Hal ini sesuai dengan apa yang
yaitu tentang proses pewasiran budaya atau diungkapkan oleh Peter Poole dalam Purba

75
Sulian Ekomila dan Karmila Br Sembiring, Perubahan Sosial Pada Masyarakat Karo Yang Bermigrasi Ke

(2004) mengatakan bahwa enkulturasi adalah komposisi penduduk, ideologi maupun karena
suatu proses sosial melalui mana manusia adanya difusi ataupun penemuan – penemuan
sebagai makhluk yang bernalar, punya daya baru dalam masyarakat.
refleksi dan inteligensia, belajar memahami dan Meluasnyanya sistem kekerabatan di
mengadaptasi pola pikir, pengetahuan, dan kalangan masyarakat Karo yang bermigrasi ke
kebudayaan sekelompok manusia lain. Kota Duri sangat jelas terlihat. Hal ini dapat
Dalam perubahan matapencaharian diperhatikan ketika masyarakat Karo membuat
hidup, pada umumnya masyarakat Karo yang acara, mereka yang datang bukan hanya
bermigrasi ke Kota Duri sebelum melakukan keluarga yang memiliki hubungan darah saja
migrasi bermatapencaharian sebagai petani. akan tetapi mereka yang berhubungan dekat
Akan tetapi kondisi geografis Kota Duri tidak tanpa memiliki hubungan darah. Padahal di
cocok sebagai lahan pertanian maka mereka tempat asal mereka hubungan kekerabatan
beradaptasi dan mencoba jenis pekerjaan yang mereka hanya berdasarkan hubungan darah
baru. Beberapa diantaranya menjadi wirausaha yang bersifat patrilineal. Hal ini dapat
dan yang lainnya kebanyakan bekerja sebagai memperlihatkan bahwa perubahan yang
karyawan di perusahaan-perusahaan di Kota mereka alami sebagai akibat dari jauhnya
Duri. Keadaan ini dapat membantu mereka dari tempat asal sehingga mereka
meningkatkan pendapatan masyarakat Karo mencari orang-orang yang sesuku dengan
yakni di atas upah minimum Kecamatan mereka dan menganggap mereka sebagai
Mandau (2.250.000/bulan). keluarga sendiri.
Selain karena perbedaan kondisi Sebagai contoh ketika orang karo yang
geografis, adanya penemuan baru dalam bidang melakukan migrasi ke Kota Duri bertemu
pertambangan minyak bumi, letak yang dengan masyarakat Karo yang lain akan terjalin
strategis sehingga lapangan kerja terbuka luas hubungan kekeluargaan yang dibentuk
bagi mereka. Peluang kerja yang dimaksud berdasarkan marga atau br seseorang. Mereka
bukan hanya sebagai karyawan di lokasi akan membentuk hubungan kekeluargaan
industri, akan tetapi juga membuka peluang tanpa adanya hubungan darah, misalnya
mereka menjadi pedagang dan wiraswasta. Hal dengan membuat orangtua angkat di tempat
ini menyebabkan terjadinya diferensiasi mata yang baru. Hal ini bertuujuan agar ketika
pencaharian atau perubahan mata pencaharian mereka mempunyai masalah membuat sebuah
hidup masyarakat Karo yang bermigrasi ke acara adat mereka sudah memiliki wakil
Kota Duri. orangtua ataupun wakil kalimbubu dalam
Selain perubahan mata pencaharian upacara adat tersebut. Sehingga semua
hidup, pengambilan keputusan di dalam kalimbubu yang ada di kampung halamannya
keluarga juga berubah. Ketika di kampung tidak harus datang ke tempat diadakannya
halaman pengambilan keputusan didominasi upacara adat tersebut atau dalam hal ini di Kota
oleh laki-laki. Akan tetapi ketika masyarakat Duri.
Karo sudah melakukan migrasi dan menetap di Perubahan sosial seiring dengan
tempat yang baru, pengambilan keputusan perubahan dalam bidang pesta budaya yang
lebih didasarkan pada kesepakatan suami dan terjadi pada masyarakat Karo yaitu salah satu
istri di dalam rumah tangga. kebiasaan pada masyarakat Karo adalah adanya
Hal ini sejalan dengan apa yang pesta budaya yang diadakan setiap satu tahun
dikatakan oleh Gillin dan Gillin (1957: 279) sekali. Pesta budaya yang paling umum
(dalam Soekanto, 1982: 263) mengatakan dilaksnakan adalah pesta tahunan. Perayaan ini
perubahan – perubahan sosial sebagai suatu berbeda waktunya di tiap daerah. Misalnya di
variasi dari cara – cara hidup yang telah Kec. Simp. Empat pada bulan Oktober, Kec.
diterima baik karena perubahan – perubahan Tigabinanga pada bulan Juni, dan lain-lain.
kondisi geografis, kebudayaan materil,

76
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (1) (2015): 72-79

E.P. Gintings (1999) mengatakan bahwa tidak perlu melaksanakan kerja tahun di tempat
kerja tahun/pesta tahunan di tengah-tengah mereka menetap saat ini.
masyarakat Karo merupakan suatu alat perekat Selain sebagai akibat dari perubahan
atau ensesitas hidup orang Karo dalam sistem matapencaharian tersebut mereka sudah
kekerabatan karena setiap tahun orang Karo merubah pola pikir mereka mengenai
datang ke kampung bersangkutan yang kerjasama ataupun gotong royong. Jika di
melakukan kerja tahun. Kerja tahun merupakan kampung gotong royong dilaksanakan secara
kesempatan bagi orang yang di perantauan dan sukarela tanpa ada imbalan maka di tempat
di desa atau kota untuk pulang ke kampung, mereka menetap saat ini kerjasama antara
karena kekerabatan seperti itu membuat orang mereka lebih berdasarkan kepentingan semata.
lebih dekat hubungannya dengan kerabatnnya. Selain itu, mereka menganggap bahwa jumlah
Selanjutnya E. P. Gintings juga mereka untuk melakukan acara pesta tahunan
menambahkan bahwa pada mulanya perayaan- juga terlalu sedikit bahkan ada yang mengaku
perayaan tadi mengandung paham magis-mistis tidak punya waktu untuk melaksanakan
(animistis) karena pada zaman dahulu orang upacara tersebut. Hal ini terjadi karena
belum berpikir secara ontologism dan tuntutan pekerjaan mereka yang tidak
funngsional sepert9i pada zaman modern. oleh memungkinkan untuk melaksanakannya di
karena itu adat “bicara dan kiniteken tempat mereka menetap saait ini.
(kepercayaan)” masih saling terpaut dan belum Adakalanya mereka mengadakan acara
mampu memisahkannya. misalnya banyak sejenis guro-guro aron di tempat mereka. Akan
upacara kerja tahun ini yang terkait dengan fase tetapi mereka mengadakannya bukan oleh
tertentu dengan musim menanam padi dari masyarakat Karo secara keseluruhan akan
sejak penanaman (benih, mulai bunting, panen, tetapi berdasarkan kelompok-kelompok
sesudah panen dsb). oraganisasi yang mereka bentuk. Kelompok
Selain itu, perayaan ini sering disebut organisasi biasanya dibentuk berdasarkan
sebagai acara guro-guro aron, nimpa bunga marga, sesama anggota gereja atau sesama
benih, merdang merdem dan sebagainya. Pada anggota pengajian tertentu.
dasarnya acara ini adalah perayaan pasca Pelaksanaan guro-guro aron yang mereka
panen dan perayaan setelah selesai menanam adakan juga jauh berbeda dengan acara yang
padi di sawah atau di ladang. Perayaan pesta diadakan di kampung halaman mereka. Hal ini
tahunan tersebut disebut juga sebagai tempat terlihat dari segi waktu yang mereka gunakan
atau wahana bagi para muda-mudi untuk untuk melaksanakan acara tersebut. Jika di
mencari jodoh. Hal ini dikarenakan mereka kampung halaman mereka kerja tahun
wajib mengikuti acara pesta tersebut sampai diadakan selama 3 hari maka di tempat mereka
selesai dan merekalah yang berperan aktif yang baru hanya diadakan satu hari saja.
dalam acara tersebut sehingga kemungkinan Perayaan kerja tahun di kampung diadakan
untuk bertemu jodoh menjadi sangat besar. dengan menggunakan pakaian-pakaian adat
Pada masyarakat Karo yang bermigrasi sedangkan di tempat yang baru mereka tidak
ke Kota Duri sudah tidak melaksanakan menggunakannya lagi. Demikian juga dengan
perayaan kerja tahun/ pesta tahunan tersebut. muda-mudinya sudah tidak berperan aktif
Hal ini terjadi karena kembali kepada esensi dalam pelaksanaan acara tersebut bahkan yang
kerja tahun yang sesungguhnya adalah untuk aktif disana untuk melaksanakannya adalah
merayakan musim menanam padi atau panen para orangtua mereka. Sehingga sudah tidak
padi di sawah maupun di ladang. Sedangkan tepat lagi jika disebut sebagai tempat untuk
masayarakat Karo yang bermigrasi ke Kota Duri mencari jodoh.
telah merubah matapencaharian mereka dari Selain itu persaingan antara kelompok
bertani menjadi karyawan maupun wiraswasta organisasi sangat terlihat jelas di dalam
sehingga mereka sudah menganggap bahwa pelaksanaan acara tersebut. Persaingan yang

77
Sulian Ekomila dan Karmila Br Sembiring, Perubahan Sosial Pada Masyarakat Karo Yang Bermigrasi Ke

dimaksud adalah mereka berlomba untuk Hal ini sesuai dengan apa yang
mengdakan acara yang paling mewah antar diungkapkan oleh Soekanto, (1982:55) bahwa
kelompok. Misalnya jika minggu ini Persadaan interaksi sosial yang disebut juga proses sosial
merga Tarigan mengadakan acara gendang adalah hubungan sosial yang dinamis yang
guro-guro aron, mereka akan mengundang menyangkut hubungan antara orang-orang-
persadaan merga Karo-karo untuk turut hadir perorangan, antara kelompok-kelompok
dalam acara tersebut. Sebagai tamu anggota manusia maupun antara orang perorangan
kelompok persadaan Karo-karo tersebut akan dengan kelompok manusia.
memperhatikan proses pelaksaan acara Setiap makhluk hidup harus mampu
tersebut. Baik itu dari segi makanan, minuman, beradaptasi dengan lingkungannya agar
perkolong-kolong (sebutan untuk penari Karo) makhluk hidup tersebut dapat
yang diundang, musik yang mereka gunakan mempertahankan kehidupannya tersebut. Hal
dan lain-lain. Selanjutnya ketika mereka ini juga berlaku terhadap masyarakat Karo yang
mengadakan acara yang serupa mereka akan bermigrasi ke Kota Duri Kecamatan Mandau.
berusaha melaksanakan acara yang lebih megah Sebagai pendatang mau tidak mau mereka
dan lebih meriah lagi. Maka dalam hal ini harus mampu beradaptasi dengan lingkungan
terlihat bahwa dengan mereka mengadakan dan masyarakat setempat agar mereka bisa
acara-acara seperti itu ada persaingan laten bertahan hidup.
atau tersembunyi di antara mereka. Persaingan Selain daripada itu mereka juga harus
tersebut tidak pernah mereka ungkapkan hanya membuka diri terhadap lingkungan yang baru,
mereka tidak mau jika mereka terlihat lebih mereka juga harus membuka diri dengan
rendah daripada anggota kelompok yang lain. masyarakat yang sangat jauh berbeda adat dan
Dalam interaksi dengan masyarakat budayanya, matapencahariannya, maupun
lokal, sebagai halnya masyarakat pendatang agamanya sehingga mereka mampu untuk
yang harus menyesuaikan diri dengan memenuhi kebutuhan hidup mereka juga agar
lingkungan dan masyarakat lokal/penduduk mereka mampu untuk mengatasi kesulitan-
asli tempat yang didatangi maka masyarakat kesulitan yang mereka hadapi dalam hidup
Karo yang bermigrasi ke Kota Duri juga mereka.
melakukan hal sama. Jika ketika mereka di Perbedan yang besar antara iklim,
tempat asal mereka lebih bersifat homogen kondisi geografis bukan menjadi faktor
maka ketika berada di tempat yang baru penghalang bagi mereka untuk menetap di Kota
mereka menjadi lebih terbuka sehingga lebih Duri Kecamatan Mandau. perbedaan iklim dan
bersifat heterogen. Hal ini dilakukan agar kondisi geografis juga mengubah
mereka dapat diterima di masyarakat dan dapat matapencaharian hidup mereka, yang awalnya
memperoleh kesempatan kerja yang lebih luas bekerja sebagai petani berubah menjadi
sehingga tujuan mereka bernigrasi dapat karyawan atau wiraswasta. Hal ini
tercapai. menyebabkan adanya peluang terjadinya
Pada tahapan selanjutnya masyarakat diferensiasi dalam struktur sosial. Maksudnya
Karo yang bermigrasi ke Kota Duri Kecamatan adalah adanya perubahan jenis pekerjaan yang
Mandau harus melakukan interaksi dengan dikerjakan oleh masyarakat untuk memenuhi
masyarakat setempat misalnya Melayu, Minang, kebutuhannya sesuai dengan peran maupun
dan Sakai. Mereka berinteraksi antara orang statusnya di dalam kelompok masyarakatnya.
perorangan maupun kelompok, selain Masyarakat Karo melaksanakan tugasnya
melakukan interaksi mereka juga membuat sebagai anggota masyarakat misalnya dengan
kerjasama, baik secara ekonomi, sosial dan mengikuti pengajian, berperan serta dalam
budaya sehingga tercapai kerukunan antar ronda malam dan mengikuti acara yanng
warga walaupun mereka berbeda suku dan diadakan di daerah tempat tinggalnya.
agama.

78
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (1) (2015): 72-79

KESIMPULAN Ginting, J S. 2006. Merdang Merdem Sebagai Suatu


Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Tradisi Pada Masyarakat Karo Di Kecamatan
ditarik kesimpulan sebagai berikut; Faktor- Tiga Binanga (Kajian Perubahan Sosial
Budaya). Tesis. Medan. Universitas Negeri
faktor pendorong masyarakat Karo bermigrasi
Medan.
dari daerah asal menuju ke Kota Duri
Jelita, D D. 2013. Analisis Migrasi Penduduk Di
Kecamatan Mandau terutama disebabkan oleh Kelurahan Takengon Timur Kecamatan Lut
faktor ekonomi pendapatan yang rendah, faktor Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Skripsi.
sosial karena adanya maslah sosial seperti Medan. Jurusan Pendidikan Geografi FIS-
perkawinan antara masyarakat Karo sebagai Unimed.
pendatang dengan penduduk asli, Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi.
menyempitnya lahan pertanian sebagai Jakarta: Rineka Cipta.
lapangan kerja juga diakibatkan oleh konflik _______________. 2007. Sejarah Teori Antropologi II.
Jakarta: UI Press.
dalam keluarga mereka di daerah asal dan
_______________. 2007.Manusia Dan Kebudayaan Di
faktor adanya tuntutan pekerjaan yang
Indonesia. Jakarta: Djambatan.
mewajibkan berpindah tempat. _______________.2003.Kamus Istilah Antropologi.
Faktor –faktor penarik masyarakat Karo Jakarta: Progress.
melakukan migrasi dan menetap di Kota Duri Mantra, I B. 2009. Demografi Umum. Yogyakarta:
Kecamatan Mandau sangat bervariasi, pada Pustaka Pelajar.
umumnya karena tersedianya lapangan Martono, N. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial.
pekerjaan, faktor ekonomi mencari pendapatan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
yanng lebih tinggi, dan faktor kelengkapan Moleong, J L. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Rosda.
sarana dan prasarana.
Pandapotan, S. 2006.Proses Adaptasi Etnis Jawa Asal
Perubahan sosial dan proses enkulturasi
Solo Di Kota Medan. Tesis. Medan. Universitas
pada masyarakat Karo terjadi dengan Negeri Medan.
sendirinya seiring dengan keinginan mereka Purba, J A. 2004. Enkulturasi Dalam Keluarga Dan
untuk mempertahankan kehupan mereka. Pola Implikasinya Terhadap Pembentukan
interaksi yang di bangun dengan masyarakat Kepribadian Dan Organisasi Orang Karo Jahe
lokal membangun hubungan kerjasama yang Di Kecamatan Medan Sunggal Sumatera
baik. Selain itu dengan mempelajari segala Utara. Skripsi. Medan. FISIP-USU
macam kebudayaan, adat istiadat, norma- Purba, O.H.S. & Elvis F P. 2007. Migrasi Spontan
Batak Toba (Marserak). Medan: Monora.
norma serta kebiasaan masyarakat lokal dapat
. 1998. Migran Batak Toba Di Luar
memberikan tempat bagi mereka karena
Tapanuli Utara: Suatu Deskripsi. Medan:
kemampuan mereka yang mengubah diri Monora.
menjadi sama dengan masyarakat lokal. Hal ini Sibarani, L H. 2011. Migrasi Dan Adaptasi Etnis Cina
mengakibatkan mereka tidak mengalami Di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan
kesulitan dalam menjalani aktivitas kehidupan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu
mereka sehingga mereka mampu bertahan di Utara. Skripsi. Medan. Universitas Negeri
tempat yang sangat berbeda dengan daerah asal Medan.
mereka masing-masing. Hal tersebut juga Soekanto, S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
membuat mereka dapat menduduki jabatan-
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
jabatan di pemerintahan dan di berbagai
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
tempat lainnya dan berbaur dengan masyarakat Sumber lain:
yang lainnya. http://rahmanpl06.blogspot.com/ (diakses Senin, 3
Maret 2014,15:21 wib)
DAFTAR PUSTAKA http://iguh-
Gintings,E.P.1999.Religi Karo. Kabanjahe: Abdi Karya. meister.blogspot.com/2012/01/enkulturasi.h
. .1995. Adat Istiadat Karo; Kinata Berita tml (diakses Senin,03 Maret 2014, 16:14 wib)
Simeriah Ibas Masyarakat Karo. Kabanjahe: http://id.wikipedia.org/wiki/enkulturasi (diakses
Abdi Karya. Senin, 03 Maret 2014, 16 15 wib)
79

Anda mungkin juga menyukai