Anda di halaman 1dari 14

Analisis Perubahan Sosial Masyarakat Badui

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Masyarakat dan kebudayaan manusia di manapun selalu berada dalam keadaan
berubah. Pada masyarakat-masyarakat dengan kebudayaan primitif, yang hidup
terisolasi jauh dari berbagai jalur hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain di
luar dunianya sendiri, perubahan yang terjadi dalam keadaan lambat. Perubahan yang
terjadi dalam masyarakat berkebudayaan primitif tersebut, biasanya telah terjadi
karena adanya sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan itu
sendiri, yaitu karena perubahan dalam jumlah penduduknya dan karena perubahan
lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Perubahan yang terjadi pada masyarakat baik modern maupun primitif disebut
dengan perubahan sosial dimana perubahan ini tidak terlepas sebagai akibat dari
interaksi sosial masyarakat itu sendiri. Perubahan sosial adalah variasi dari cara-cara
hidup yang diterima yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology, difusi dan penemuan baru
dalam masyarakat.(John Lewis Gillin)
Perubahan sosial terjadi karena bermacam-macam factor yang mempengaruhi dan
terdiri dari berberapa bentuk. Perubahan sosial pada masyarakat primitive termasuk
dalam evolusi, karena merupakan salah satu bentuk perubahan sosial yang
berlangsung lambat. Hal ini terjadi dikarenakan keadaan masyarakat yang berwatak
keras dan sulit menerima kebudayaan baru serta meninggalkan adat daerahnya.

Sehingga, menyebabkan kebudayaan lain sukar masuk dan menyebabkan perubahan


sosial.
Sedangkan ciri dari evolusi itu antara lain, perubahan itu seolah-olah tidak terjadi,
berlangsung secara lambat dan umumnya tidak menyebabkan disintegrasi kehidupan.
Dan ini sesuai dengan perubahan sosial masyarakat primitif masyarakat Badui.

B. Permasalahan
1.

Bagaimanakah perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat badui?

2.

Adakah upaya yang dilakukan masyarakat Badui untuk melakukan perubahan

kebiasaan mereka yang primitif?

C. Tujuan
1.

Menganalisis perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Badui terhadap

teori sosiologi (perubahan sosial) yang sesuai.


2.

Menjelaskan upaya masyarakat Badui dalam melakukan perubahan kebiasaan

mereka yang primitif

PEMBAHASAN
A. Contoh Kasus Perubahan Sosial Fungsi Keluarga dan Perubahan Nilai
Kerja Petani Kakao
Berdasarkan

temuan

dalam

penelitian

ini,

maka

dibahas

tentang

perkembangan tanaman kakao dan interaksi sosial. Perkembangan komunitas


petani di Kecamatam Lilirilau Soppeng dapat dibagi dua tahap, yakni sebelum
tahun 1970-an dengan tanaman jagung, padi, palawija, dan tanaman primadona
tembakau. Sedangkan, sesudah tahun 1970-an, beralih ke tanaman kakao.
Penentuan tahun 1970-an sebagai peralihan ke tanaman kakao didasari oleh
beberapa faktor. Pertama kebijakan pemerintah pada awal - awal Orde Baru
setelah tahun 1970-an yang memberikan perioritas tinggi bagi pengembangan
pertanian sebagai salah satu tulang punggung pembangunan nasional, dimana
komuditas pertanian bernilai ekonomi tinggi antara lain tanaman kakao
dianjurkan untuk dikembangkan oleh masyarakat petani. Kedua, adanya
permintaan pasar ekspor (dunia) yang cukup tinggi terhadap produksi kakao
akibat konsumsi dunia yang semakin meningkat terhadap jenis produksi
perkebunan ini.
Perkembangan tanaman kakao di daerah ini seiring dengan kembalinya
emigran dari Malaysia yang pertama-tama menanam tanaman kakao sebagai
pengalaman selama menjadi petani kakao di Malaysia. Keberhasilan yang telah
dicapai petani migran tersebut mengakibatkan petani lain di sekitar kebunnya ikut
belajar dari pengalaman mereka. Tanaman kakao terbukti lebih menarik perhatian
petani karena pemeliharaannya tidak terlalu sulit, tidak membutuhkan modal yang
banyak, tidak memerlukan lahan baru dan tidak memerlukan keterampilan
khusus, tenaga laki-laki, perempuan, orang tua maupun anak- anak bisa
mengambil bagian dari pengelolaan tanaman kakao, akhirnya secara perlahanlahan masyarakat beralih ke tanaman kakao. Penyebaran tanaman kakao

berlansung begitu cepat, sehingga pada tahun 1980, tanaman kakao sudah
menyebar sampai ke desa-desa dalam wilayah kecamatan Lilirilau Soppeng.
Di samping itu, komunitas petani kakao mengalami perkembangan
kemampuan berusaha tani secara komersial. Hal ini didasari dengan kemampuan
komunikasi petani untuk memperoleh informasi yang berkaitan usaha taninya dan
upaya-upaya bertani kakao yang ditekuninya. Kemampuan berusaha tani pada
ketiga strata komunitas petani kakao di Kecamatan Lilirilau menunjukkan bahwa
proses diferensiasi sosial dengan keberadaan strata-strata kepemilikan tanaman
kakao yang banyak, sedang, dan sedikit. Perkembangan tanaman kakao berjalan
dengan cepat karena kemudahan memperoleh lahan untuk tanaman kakao.
Tanaman kakao tidak harus ditanam pada lahan baru, tetapi pada lahan yang
digunakan pada lahan tanaman jagung, padi, palawija dan tembakau atau yang
digunakan oleh tanaman multy crops.
Tanaman kakao dalam menggunakan tenaga tidak sama dengan tanaman
tembakau, tidak memerlukan tenaga yang banyak dan keterampilan yang khusus
karena pekerjaan yang tidak bias diselesaikan pada suatu saat boleh dilanjutkan
pada waktu yang lain tanpa mengurangi kualitas kakao. Dalam hal penggunaan
tenaga, wanita maupun anak-anak bisa mengambil bagian baik pada proses
pemeliharaan maupun pada proses produksi.
Pola kerja komunitas petani berubah dengan nyata. Dulu, petani menggarap
lahan pertanian dengan tanaman musim seperti jagung, padi, palawija dan
tembakau yang hasilnya satu kali setahun, sehingga di antara musim terjadi
kevakuman petani. Setelah beralih ke kakao sebagai tanaman tahunan maka
petani bisa panen sampai tiga kali sebulan pada musim buah. Hal ini menjadikan
komunitas petani kakao lebih aktif dalam usaha taninya sehingga mereka bisa
bekerja secara maksimal sepanjang tahun. Masyarakat tani di desa yang
mengutamakan kerja sama antara keluarga dan tetangga dalam berinteraksi dalam
bidang pertanian menjadi eksis pada keluarga inti yang menjadikan kurang
komunikasi antara rumah tangga.

Sejalan dengan aktivitas komunitas petani kakao, dibutuhkan saling


ketergantungan antara individu-individu baik secara implisit dan eksplisit. Pada
tingkat antarpribadi, hal ini terlihat bahwa peran-peran individu saling
melengkapi satu sama lain, kurang lebih bersifat harmonis. Saling ketergantungan
secara harmonis ini merupakan hasil dari orientasi nilai yang dianut bersama oleh
pihak-pihak yang berinteraksi, dan dari kenyataan bahwa penyesuaian diri dengan
harapan-harapan petani dengan buruh tani untuk memenuhi kebutuhan masingmasing pihak. Salah satu cara untuk mengarahkan tenaga tambahan untuk
pekerjaan bercocok tanam secara tradisional dalam komunitas petani di pedesaan
adalah sistem saling bantu membantu yang dikenal dengan gotong royong.
Sekarang, cara ini sudah tidak efektif lagi dan cenderung dirasakan merugikan
mereka dilihat dari pemanfaatan waktu kerja. Hal ini menyebabkan dalam proses
bercocok tanam, terjadi proses pergeseran dari cara pengarahan tenaga bantuan di
luar rumah tangga dengan saling bantu membantu ke cara pengarahan tenaga
dengan menyewa buruh.
Dalam proses berinteraksi di masyarakat tidak ada lagi perbedaan yang
mencolok dari segi keturunan. Masyarakat yang memiliki status ekonomi dengan
predikat haji diberi kesempatan lebih banyak pada semua bagian pekerjaan
dibandingkan

dengan

yang

tidak

memiliki

status

ekonomi.

Hal

ini

menggambarkan bahwa masyarakat desa sudah berorientasi kepada status sosial


ekonomi. Status suami sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab
mendeteksi kelangungan hidup dalam keluarga, dan istri mengurus urusan rumah
tangga, memelihara anak dan melayani urusan keluarga, kini mengalami
perubahan. Istri mengurus urusan domestik juga mencari nafkah. Status suami
dengan status isteri setara dalam hal meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Nilai-nilai yang diberikan pada anak yang berlangsung secara terpadu dengan
kegiatan kehidupan sehari-hari dan merupakan proses dalam kehidupan manusia,
meliputi keterampilan, pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan cara hidup pada
umumnya. Sasarannya bukan hanya kategori status sosial tertentu tetapi semua

lapisan masyarakat dan tingkatan usia. Berlangsungnya interaksi dalam keluarga


tidak ditentukan oleh waktu dan tempat, tetapi terjadi pada setiap saat dan semua
tempat pada manusia yang berkomunikasi secara sadar dan bermakna.
Cara membina dilakukan secara informal, yakni pada waktu anak sedang
berhadapan dengan suatu situasi tertentu. Misalnya anak ini lewat di depan
orangtua yang sedang duduk, maka anak disuruh membungkukkan badannya
sambil mengucapkan tabe-tabe (permisi). Anak ingin menghidangkan makanan
dihadapan tamu, maka anak diajarkan tata cara meletakkan hidangan dalam posisi
duduk (dalam rumah panggung). Norma-norma, adat istiadat tidak diperoleh dari
orangtua saja, tetapi juga didapat dari kakek dan nenek, serta saudara-saudara ibu,
saudara-saudara ayah maupun dari tetangga ataupun dari teman-teman
sepergaulan. Dari berbagai pihak, anak-anak belajar mengenai tata cara makan
dan duduk yang sopan, menerima tamu, sikap terhadap orang tua, mempersiapkan
diri memasuki rumah tangga dan lain-lain.
Dengan keadaan seperti sekarang ini, maka hal-hal tersebut mengalami
pergeseran. Peranan keluarga di dalam pendidikan informal anak makin lama
makin kecil. Ini terutama dapat dilihat di dalam bidang-bidang pendidikan moral
dan pengetahuan sosial. Pengikisan dari peranan keluarga terjadi akibat
perkembangan teknologi yang semakin maju dan kehidupan yang semakin
kompleks,
Adapun konsep dasar yang dipakai untuk mengembangkan standar hidup
tergantung pada pendapatan dan pekerjaan. Hasil temuan secara ekplisit
penelitian ini dibuktikan dan dapat di implikasikan untuk menjadikan terjadinya
perubahan sosial komunitas petani kakao di Kecamatan Lilirilau, Soppeng.
Meningkatnya taraf hidup masyarakat petani ditandai dari segi rumah yang
dulunya rata-rata rumah dengan atap nipa, sekarang sudah berubah menjadi atap
seng, bahkan sudah banyak yang memiliki rumah permanen yang terbuat dari
batu. Pemilikan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, dan alat

komunikasi antara lain televisi, handphone sudah tersebar sampai ke pelosokpelosok desa.
Selain itu memberikan temuan pula bahwa peralihan ke tanaman baru
merupakan bagian dari perubahan teknis dan perubahan strategis terhadap sistem
pertanian dalam bentuk ekologis. Tanaman kakao sebagai tanaman berkayu
sebagai penggunaan modal ekologis yang paling efektif untuk meningkatkan
keseimbangan sistem-sistem pertanian dataran tinggi. Perubahan ekologis ini
memberikan kontribusi positif untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir.
Tanaman berkayu salah satu penyebab pada pembabatan hutan, namun ketika
hutan musnah ternyata tanaman kakao sebagai tanaman berkayu dapat tampil
dijadikan alat peremajaan hutan dan menjadi hutan produksi.
B. Faktor Penyebab Perubahan
Dalam perubahan sosial terdapat factor penyebab begitu pula dengan
perubahan sosial komunitas petani kakao di Kelurahan Ujung Kecamatan
Lilirilau, Soppeng. Sebelum terjadi beberapa perubahan pada komunitas petani
kakao di Kelurahan Ujung Kecamatan Lilirilau, Soppeng. Pada saat sekarang ini,
akibat globalisasi terjadi perubahan pada komunitas petani kakao di Kelurahan
Ujung Kecamatan Lilirilau, Soppeng sedikit demi sedikit. Hal tersebut
disebabkan oleh Faktor-Faktor Penyebab Perubahan diantaranya adalah:
1. Perubahan Penduduk
Setiap anggota masyarakat pasti mengalami proses sosial, di antaranya
adalah interaksi sosial dan sosialisasi. Berubahnya pola kerja penduduk dari
petani musiman ke petani kakao yang berupa tanaman tauanan yang bisa
panen sampai tiga kali sebulan pada musim buah membuat para petani lebih
aktif dalam usaha taninya sehingga mereka bisa bekerja secara maksimal
sepanjang tahun. Masyarakat tani di desa yang mengutamakan kerja sama
antara keluarga dan tetangga dalam berinteraksi dalam bidang pertanian

menjadi eksis pada keluarga inti yang menjadikan kurang komunikasi antara
rumah tangga.
2. Mulai Hilangnya Budaya Gotong Royong
Salah satu cara untuk mengarahkan tenaga tambahan untuk pekerjaan
bercocok tanam secara tradisional dalam komunitas di pedesaan adalah sistem
bantu membantu yang dikenal dengan istilah gotong royong. Sekarang cara
ini sudah tidak efektif lagi, karena: (1) sumber daya alam tidak dapat
berkembang secepat pertambahan penduduk, sehingga man land ratio yang
semakin memburuk telah menyebabkan penduduk miskin di pedesaan harus
bekerja keras untuk mencari nafkah hari ini sehingga tidak mungkin
mengorbankan waktunya untuk bergotong royong, (2) peranan pemerintah
dalam pembangunan

pedesaan, khususnya

dalam bentuk

dana-dana

pembangunan, menjadi sangat besar, tetapi justru dianggap lebih rasional


untuk tidak terlalu menggantungkan lagi pada kerja gotong royong dalam
membangun pedesaan, dan (3) pemeliharaan tanaman, khususnya tanaman
kakao, tidak lagi membutuhkan tenaga kerja secara serentak dengan jumlah
yang besar. Hal ini menyebabkan bahwa dalam proses bercocok tanam, terjadi
proses pergeseran dari cara pengarahan tenaga bantuan di luar rumah tangga
dengan gotong royong ke cara dengan menyewa buruh.
3. Keinginan Hidup Lebih Baik
Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Sehingga petani berupaya
memperoleh pendapatan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga dan jika harapannya terpenuhi maka ia akan merasa puas. Hal ini
sesuai dengan kondisi petani kakao yang bermula dari petani tanaman
semusim dan beralih ke tanaman kakao yang mempunyai permintaan pasar
ekspor (dunia) yang cukup tinggi terhadap produksi kakao akibat konsumsi
dunia yang semakin meningkat terhadap jenis produksi perkebunan ini.

C. Dampak Perubahan Sosial Yang Terjadi


1. Perubahan yang paling kentara adalah bergesernya pola pertanian tradisional
menjadi pola pertanian yang (konon dikatakan) modern.
Dampak lain yang mengiringi perubahan ini adalah terjadinya mekanisasi pertanian.
Konsekuensinya, muncul pemilik modal untuk berinvestasi di sektor pertanian. Hal
ini sangat bisa dimaklumi mengingat kegiatan mekanisasi pertanian, selain
menjanjikan keuntungan besar, sektor ini juga memerlukan modal yang besar pula.
Jelas suatu kondisi yang tidak memungkinkan terjangkau oleh kebanyakan petani
kita yang hanya mempunyai permodalan kecil. Sehingga muncullah perkebunanperkebunan baru yang membuka lahan ribuan, bahkan jutaan hektare.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

B.Analisis
Jika kita melihat ulasan di atas, dapat kita analisis bahwa Perubahan sosial yang
terjadi dalam kehidupan warga masyarakat Baduy, diawali dengan tanggapan mereka
terhadap pikukuh sebagai identitas yang telah lama dipegang, adanya hubungan
dengan masyarakat diluar kehidupan Baduy, menyebabkan munculnya beberapa
keinginan yang dapat melanggar pikukuh, sehingga pemuka adat perlu turun tangan
untuk mengatasinya.
Masyarakat Badui dapat digolongkan sebagai masyarakat masyarakat primitif.
Kehidupan masyarakatnya masih memenuhi kebutuhan hidupnya pada kebutuhankebutuhan yang paling dasar atau pokok.
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat baduy termasuk Teori Evolusi
(Evilution Theory), karena teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahanyang
memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa

tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada
bermacam- macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam
beberapa kategori, yaitu ;Unilinear Theories Of Evolution, Universal Theories Of
Evolution dan Multilined Theories Of Evolution.
Dalam masyarakat badui juga terdapat bentuk perubahan sosial yang tidak
berpengaruh seperti perubahan pakaian yang diungkap di atas. Lelaki dari Badui Luar
menggunakan ikat kepala biru bermotif batik. Perempuannya menggunakan kain
batik dan baju biru tua atau hitam. Namun, banyak juga di antara mereka berkaus dan
bercelana jins. Selain itu juga makanan mereka yang biasanya hanya ikan, kini mie
instan juga mulai dikenal.
Dalam perubahan sosial terdapat factor pendorong dan penghambat, begitu pula
dengan perubahan sosial masyarakat Badui. Sebelum terjadi beberapa perubahan
pada masyarakat Badui seperti keterangan harian kompas di atas, masyarakat badui
Pada saat sekarang ini, akibat globalisasi terjadi perubahan pada masyarakat badui
sedikit demi sedikit. Hal tersebut disebabkan oleh Faktor-Faktor Pendorong
Perubahan diantaranya adalah:
v Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain

Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri


dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat Baduy yang tinggal di pedalaman hutan
dan masih terisolir sehingga kebudayaan luar belum masuk. Selain itu, orang Baduy
dalam merupakan yang paling patuh kepada seluruh ketentuan maupun aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh Puun (Kepala Adat). Akan tetapi seiring berjalannya

waktu banyak wisatawan baik dalam maupun luar negri yang datang mengunjungi
suku Badui dengan membawa pengaruh yang bermacam-macam yang jelas berbeda
dengan adat Baduy.
Walaupun demikian perubahan dapat terjadi tanpa melanggar pikukuh, karena
memang perbuatan tersebut dikehendaki atau keadaan yang memaksa sehingga
perubahan terjadi diluar kehendak mereka, sehingga muncul toleransi dari pemuka
adat terhadap hal itu.
v Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Masyarakat Badui saat ini jauh lebih terbuka dan lebih bisa di ajak bergaul ketimbang
masyarakat Badui yang terdahulu, sehingga memudahkan mereka menerima
kebudayaan baru walaupun hal itu sangat di larang keras oleh tetua/puun mereka.
Seperti yang diungkap pada kisah di atas selain berbahasa Indonesia, beberapa orang
Baduy Dalam bisa pula menggunakan kata-kata berdialek Betawi, bahkan
mengeluarkan kosakata bahasa Inggris. Temen saya yang tinggal di Pondok Indah,
Jakarta, punya istri orang Australia. Saya sering denger mereka ngomong bahasa
Inggris, ujar Jakri salah satu Badui Dalam menjelaskan dari mana ia mendapatkan
pengetahuan tentang bahasa Inggris. Selain itu berteman akrab dengan orang Baduy
Dalam tidak sulit karena orang-orang Baduy bersikap terbuka terhadap orang asing.
v Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Pergaulan dengan dunia luar membuat masyarakat Baduy bersentuhan dengan
teknologi modern yang selama ratusan tahun dilarang oleh adat. Seperti masyarakat
lain, mereka saat ini menonton televisi, menggunakan jam tangan, dan bahkan
memiliki radio. Sehingga mau tidak mau mereka berfikir untuk bisa mengikuti tren
saat ini dan menunjukkan bahwa mereka juga merasa kurang puas dengan
tekhnologi yang mereka punya selama ini. Mereka ingin memiliki pengetahuan yang
lebih dengan menonton tv atau mendengarkan radio.

III. PENUTUP
A.

Kesimpulan
Suku Baduy sering disebut urang Kanekes. Mereka tinggal di Desa Kanekes,

Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Desa ini berada sekitar 38 km


dari ibu kota Kabupaten Lebak, Rangkasbitung, atau sekitar 120 km dari Jakarta.
Desa Kanekes memiliki 56 kampung Baduy.
Masyarakat Badui dapat digolongkan sebagai masyarakat masyarakat primitif.
Kehidupan masyarakatnya masih memenuhi kebutuhan hidupnya pada kebutuhankebutuhan yang paling dasar atau pokok.
Pergaulan dengan dunia luar membuat masyarakat Baduy bersentuhan
dengan teknologi modern yang selama ratusan tahun dilarang oleh adat.
Seperti

masyarakat

lain,

mereka

menonton

televisi,

menggunakan

jam

tangan, dan bahkan memiliki radio. Inilah yang menjadi salah satu perubahan sosial
masyarakat badui.
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat baduy termasuk Teori Evolusi
(Evilution Theory), karena teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahanyang
memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada
bermacam- macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam
beberapa kategori, yaitu ;Unilinear Theories Of Evolution, Universal Theories Of
Evolution dan Multilined Theories Of Evolution.
B.

Saran

Sangatlah penting bagi kita sebagai mahasiswa ilmu sejarah untuk mengetahui
perubahan kebudayaan masyarakat badui yang memiliki sejarah dan kebudayaan unik

di Negara kita.Karena dengan mengetahuinya kita bisa menilai mana perubahan yang
negative dan positif, sehingga kita dapat melestarikan kebudayaan masyarakat badui
yang harusnya terjaga akan tetap utuh.
IV. DAFTAR PUSTAKA

1. Faktor Intern
Faktor intern atau yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang menyebabkan
terjadinya perubahan sosial adalah perubahan penduduk, penemuan baru, konflik, dan
pemberontakan.

Dengan keadaan seperti sekarang ini, maka hal-hal tersebut mengalami pergeseran.
Peranan keluarga di dalam pendidikan informal anak makin lama makin kecil. Ini
terutama dapat dilihat di dalam bidang-bidang pendidikan moral dan pengetahuan
sosial. Pengikisan dari peranan keluarga terjadi akibat perkembangan teknologi yang
semakin maju dan kehidupan yang semakin kompleks

Anda mungkin juga menyukai