Anda di halaman 1dari 7

TRADISI SAMBATAN MEMBANGUN RUMAH DALAM KEHIDUPAN

MASYARAKAT JAWA

ABSTRAK

Sulistyo, Ela. 2013. Tradisi Sambatan Membangun Rumah dalam Kehidupan Masyarakat
Jawa. Makalah. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Semarang

Kata Kunci: Tradisi, Sambatan, Gotong royong

Masyarakat Indonesia dikenal dengan masyarakat yang menekankan menolong secara


kolektivitas. Namun dengan modernisasi yang terjadi nampaknya kolektivitas tersebut makin
memudar. Salah satunya nampak pada budaya/tradisi sambatan. Sambatan merupakan sistem
gotong royong yang dilakukan antar warga dengan cara menggerakkan tenaga kerja secara
masal yang berasal dari warga kampung itu sendiri untuk membantu keluarga yang sedang
tertimpa musibah atau sedang mengerjakan sesuatu, seperti membangun rumah. Sambatan
dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan sukarela tanpa mengharapkan upah atas
pekerjaaannya.

Sambatan merupakan sebuah tradisi yang mengandung banyak makna dan manfaat dalm
kehidupan masyarakat. Namun pada kenyataannya, sistem gotong royong ini telah
mengalami perubahan. Tidak semua bentuk sambatan ada dalam kehidupan masyararakat
sekarang. Keterlibatan warga makin berkurang karena faktor modernisasi, kepraktisan dan
kesibukan sehingga dimungkinkan terjadi pudarnya kekerabatan di dalam diri warga. Oleh
karena itu, diperlukan kesadaran yang tinggi masyarakat dalam hal gotong royong untuk
memupuk rasa solidaritas.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tradisi adalah kebiasaan sosial yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya
melalui proses sosialisasi. Tradisi menentukan nilai-nilai dan moral masyarakat, karena
tradisi merupakan aturan-aturan tentang hal apa yang benar dan hal apa yang salah menurut
masyarakat. Konsep tradisi ini meliputi pandangan dunia (world-view) yang mencakup
kepercayaan tentang masalah kehidupan dan kematian serta peristiwa alam dan makhluknya,
atau konsep tradisi itu berkaitan dengan sistem kepercayaan nilai-nilai dan cara serta pola
pikir masyarakat (Garna dalam Farros, 2010).

Dalam masyarakat Jawa dikenal adanya tradisi tolong menolong secara kolektif atau budaya
membantu (gotong royong) yang disebut dengan sambatan atau sambat sinambat. Sambatan
merupakan suatu sistem gotong royong dengan cara menggerakkan tenaga kerja secara masal
yang berasal dari warga kampung itu sendiri untuk membantu keluarga yang sedang tertimpa
musibah atau sedang mengerjakan sesuatu, seperti membangun rumah.

Sambatan ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa terutama yang tinggal di daerah
pedesaan yang dilakukan secara turun temurun sampai sekarang. Kegiatan ini telah berhasil
membentuk hubungan solidaritas sosial yang kuat dan mengikat bagi para anggotanya.
Bahkan tradisi sambatan sudah menjadi pranata sosial masyarakat Jawa yang tidak boleh
dilanggar, karena bagi yang melanggarnya akan mendapat sanksi sosial.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pelaksanaan tradisi sambatan di masyarakat Jawa?

1.2.2 Apa dampak positif dan negatif dari tradisi sambatan yang berkembang di
masyarakat Jawa?

1.2.3 Apa faktor yang menyebabkan tradisi sambatan semakin memudar?

1.2.4 Bagaimana solusi untuk melestarikan tradisi sambatan?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pelaksanaan tradisi sambatan di masyarakat Jawa.

1.3.2 Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari tradisi sambatan yang
berkembang di masyarakat Jawa.

1.3.3 Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan tradisi sambatan semakin memudar.

1.3.4 Untuk mengetahui solusi untuk melestarikan tradisi sambatan.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makali ini adalah metode kepustakaan.
Penulis mencari data dan informasi dari media internet.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pelaksanaan Tradisi Sambatan di Masyarakat Jawa

Sambatan dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan sukarela tanpa mengharapkan upah atas
pekerjaaannya. Hal itu didasari oleh asas principle of reciprocity, yaitu siapa yang membantu
tetangganya yang membutuhkan maka suatu saat pasti ia akan dibantu ketika sedang
membutuhkan. Selain itu sambatan juga dilandasi oleh falsafah hidup sapa nandur
kabecikan, mesti bakal ngunduh (siapa menanam kebaikan pasti akan memetik hasilnya).
Jauh hari sebelum acara sambatan dilaksanakan, yang punya gawe atau orang yang akan
membangun rumah harus sudah mempersiapkan seluruh bahan bangunan yang akan
dipasang. Kemudian, sambatan biasanya dilakukan pada awal pembuatan pondasi rumah
karena untuk penyelesaiannya (finishing) biasanya dilakukan oleh tukang. Dalam hal ini,
sambatan dilakukan oleh kaum laki-laki. Sedangkan kaum perempuan biasanya datang ke
yang punya acara untuk memberikan sesuatu seperti buah, jajanan, dan lain-lain yang bisa
dimanfaatkan untuk menjamu para sambatan dan tukang. Para tetangga dan saudara setelah
melakukan sambatan tidak mendapat upah, tetapi sekedar mendapatkan makanan.

2.2 Dampak Positif dan Negatif dari Tradisi Sambatan

2.2.1 Dampak Positif

Segala sesuatu yang diciptakan senantiasa ada kebermanfaatan yang menyertainya. Terkait
hal tersebut, bukan hal berlebihan apabila dengan tradisi sambatan yang dilakukan akan
didapatkan beberapa hal yang bermanfaat sebagai berikut:

1. Pekerjaan pembangunan rumah yang dilakukan selesai dengan cepat karena dibantu
oleh banyak orang.

2. Rasa persaudaraan dan kebersamaan sesama warga semakin erat.

3. Keamanan lingkungan semakin terjamin karena secara secara tidak langsung dengan
rasa persaudaraan dan kebersamaan serta saling kenal diantara warga tentunya jika
ada pendatang baru ataupun ada tamu asing yang mencurigakan tentu warga akan
cepat mengetahuinya.

4. Tercipta suasana ketentraman dan kedamaian apabila antar sesama warga saling
peduli dan saling membantu dengan sesama warga lainya.

5. Dengan adanya sambatan, warga yang kurang mampu tentu akan sangat terbantu
dalam hal biaya ketika membangun rumah.

2.2.2 Dampak Negatif

Selain memberikan banyak manfaat, sambatan juga memberikan dampak yang buruk karena
walaupun tradisi sambatan adalah bersifat sosial, tapi ia mengikat orang-orang yang ada di
lingkungan setempat, dan pada perkembangannya kemudian mengarah pada tindakan yang
bersifat saling membalas. Seseorang memberi apa dan dalam jumlah berapa, maka ketika
punya gawe (hajat), dia harus mendapat sepadan dengan yang telah diberikannya.

2.3 Faktor yang Menyebabkan Tradisi Sambatan Semakin Memudar

Membuat sesuatu yang baik dan melestarikan hal tersebut bukan sesuatu yang mudah untuk
dilaksanakan, salah satunya membuat semangat untuk melestarikan perilaku atau semangat
kegotongroyongan di tengah masyarakat. Berikut ini akan disajikan sejumlah kendala yang
dihadapi terkait dengan perilaku gotong royong yang ada di tengah masyarakat:
1. Kurangnya pemahaman pihak masyarakat bahwa saat ini tidak relevan ketika harus
menggunakan prinsip gotong royong, sehingga pemahaman seperti ini akan dianggap
sama dan tidak ada kesalahan di dalamnya.

2. Mulai memudarnya rasa sosial yang tertanam di masyarakat, baik wilayah di pedesaan
maupun di perkotaan. Kalau diperkotaan sudah bisa kita maklumi, karena tantangan
hidup sangat berat, tanpa uang bisa mati kelaparan. Sedangkan di desa masih punya
kemudahan untuk bertahan hidup.

3. Arus globalisasi yang kian lama kian merasuk dalam sendi-sendi kebudayaan
menjadikan individu yang konsumtif dan hedonisme, sehingga individu sekarang ini
sangat mengandalkan uang yang mereka miliki untuk memenuhi segala kebutuhan
mereka.

4. Pekerajaan yang terikat waktu, seperti pengusaha, pegawai kantoran, Guru, dan lain-
lain sehingga ketika ada tetangga mereka yang akan membangun rumah, mereka tidak
bisa hadir untuk mengikuti sambatan.

2.4 Solusi untuk Melestarikan Tradisi Sambatan

Dari dampak negatif dan faktor yang menyebabkan semakin memudarnya tradisi sambatan,
ada solusi untuk melestarikan tradisi sambatan. Solusi tersebut, antara lain dengan cara:

1. Meminimalisir atau bahkan menghilangkan anggapan yang menyatakan bahwa


perilaku gotong royong tidak penting . Dengan cara seperti ini maka dapat
dimungkinkan akan terbangun motivasi internal pada masyarakat lapisan bawah untuk
menanamkan semangat melestarikan perilaku kegotongroyongan.

2. Meminimalisir jarak yang jauh antar lapisan masyarakat. Dengan cara ini maka
dimungkinkan apabila ada gotong royong yang dilakukan tidak semakin canggung
dilakukan.

3. Diberlakukannya peraturan dalam masyarakat bahwa masyarakat diwajibkan untuk


mengikuti gotong royong dan apabila ada masyrakat yang melanggarnya maka
diberikan sanksi sosial, seperti teguran dan denda.

4. Apabila memilik pekerjaan yang mengikat waktu, maka tetaplah datang ke yang
punya acara kemudian memintalah maaf karena tidak bisa ikut membantu. Selain itu
juga bisa dilakukan dengan cara memberikan bantuan berupa financial seperti jajanan,
gula, teh, dan lain-lain. Barang-barang tersebut tentu sangat membantu orang yang
sedang punya acara sambatan tersebut.

5. Tidak memanfaatkan berbagai macam kasus tertentu (RAS) sebagai upaya untuk
menunggangi dengan perilaku gotongroyong. Aapabila hal ini dilakukan akan
menciderai nilai dari gotong royong tersebut.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas, makan dapat disimpulkan bahwa:

3.1.1 Sambatan merupakan wujud dari gotong royong yang sudah menjadi pranata yang
berkembang dalam masyarakat Jawa.

3.1.2 Sambatan dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan sukarela tanpa mengharapkan
upah atas pekerjaaannya

3.1.3 Banyak dampak positif yang dihasilkan dari tradisi sambatan, salah satunya yaitu
membangun rasa solidaritas masyarakat.

3.1.4 Tradisi sambatan semakin memudar karena pengaruh globalisasi yang membuat
pola pikir masyarakat berubah dan menganggap bahwa gotong royong merupakan suatu hal
yang tidak penting.

3.1.5 Tradisi sambatan dapat dilestarikan dengan cara merubah pola pikir masyarakat
yang menganggap gotong royong tidak penting dan memberikan sanksi sosial untuk
masyarakat yang tidak ikut gotong royong.

3.2 Saran

Sambatan adalah sesuatu yang penting dalam kehidapan kita, maka masyarakat diharapkan
dapat meningkat kesadarannya dalam kegiatan gotong royong dan dapat melestarikan tradisi
sambatan.

DAFTAR PUSTAKA

Lamijan, S.Sos, M.Si. 2013. Prihatin Terhadap Budaya Gotong Royong yang Semakin
Memudar. http://desajatilor.grobogan.go.id/info-desa/artikel/97-prihatin-terhadap-budaya-
gotong-royong-yang-semakin-memudar.html. Diakses pada 18 Desember 2013

A. Farros. 2013. Sambatan Gawe Umah: Studi Tentang Solidaritas Masyarakat Perdesaan di
Banyumas. http://ahmadtohari.com/sambatan-gawe-umah-studi-tentang-solidaritas-
masyarakat-perdesaan-di-banyumas.html. Diakses pada 18 Desember 2013

Setyonugroho, Ali. 2013. Gotong-royong Ciri Khas Budaya Bangsa.


http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/09/gotong-royong-ciri-khas-budaya-bangsa-
609110.html. Diakses pada 18 Desember 2013

Purnomo, Jusuf Tjahjo. 2013. Sambatan. http://jusuf-


psikologi.blogspot.com/2010/12/sambatan.html. diakses pada 18 Desember 2013
Siapa yang tidak kenal istilah ‘sambatan’ mungkin sebagian besar sedulur Anrakk sudah tidak
asing lg dg istilah sambatan.
Sambatan merupakan suatu sistem gotong royong yg kebanyakan di praktekkan di kampung-
kampung. dengan cara menggerakkan tenaga kerja secara masal yang berasal dari warga
kampung itu sendiri untuk membantu keluarga yang sedang tertimpa musibah atau sedang
mengerjakan sesuatu, seperti membangun rumah, menanam atau memanen padi
menyelenggarakan pesta pernikahan khitanan dll. Tujuan garis besr di adakanya sambatan
yaitu meringankan pekerjaan seseorang secara bahu membahau atas asas kekeluargaan dan
kebersamaan..Contoh lainya misal, ada salah seorang warga yang mau membangun rumah,
menurunkan genteng,melepas kerangka rumah, dan memasangnya kembali dikerjakan secara
suka rela.

Saat istirahat tengah hari mereka makan siang beramai-ramai menyantap hidangan sederhana
yang sudah disiapakan. Disinilah rasa kebersamaan terlihat sangat kental sekali, Menu yang
sering dijumpai yakni nasi ‘brokohan’ istilahnya. dengan lauk tempe tahu atau sejenis opor.
Setelah berhenti sejenak pekerjaan kembali ditunaikan dengan gembira dan tertawa. Wah,
pokoknya semua terlihat guyub rukun, ayem tentrem kerto raharjo. Begitulah gambaran
kehidupan di desa yg damai nan asri jauh dari hingar bingar perkotaan.
Undangan sambatan pun melalui sistem dari mulut ke mulut. Tidak perlu rapat ataupun
panitia. Tuan rumah tinggal minta tolong seseorang, dan orang inilah sebagai duta yang
menyampaikan informasi sambatan ke tetanga lainnya.
Dalam perkembangan sekarang ini,terdapat pergeseran sistem gotong royong dengan
sambatan menjadi sistem upah. Dalam bidang pertanian nampak jelas terjadi pergeseran itu.
Sekarang ini warga masyarakat yang terlibat dalam tandur dan derep diberi upah oleh pemilik
atau petani penggarap sawah.Pergeseran sistem sambatan dalam pertanian tidak terlepas dari
tuntutan hidup di zaman moderen ini, di mana lapangan kerja semakin sempit dan kebutuhan
hidup makin tinggi.
Warga masyarakat yang dulunya murni bergotong royong menggarap sawah kini menjadikan
sawah sebagai lapangan pekerjaan. Warga yang terlibat dalam menggarap sawah itu disebut
dengan buruh tani.Akibatnya lambat laun, tradisi sambatan pun memudar.
Apalagi di zaman yg katanya serba modern ini, susah sekali menemukan budaya sambatan di
sekitar kita apa lagi hidup di perantauan jarang sekali di temukan budaya sambatan. Menurut
anggapan penulis Memudarnya tradisi sambatan ini bisa jadi karena: pertama, adanya
sebagian warga yang tidak memiliki ketersediaan waktu untuk sambatan karena kesibukan
kerja.
Kedua, sebagian warga merasa tidak memerlukan sambatan karena lebih mempercayakan
kepada orang yang profesional atau ahlinya.
Ketiga, kurangnya rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar sesama.
Namun begitu, di jaman yang serba “lu-lu, gue-gue” esensi sambatan perlu terus dipupuk dan
dilestarikan. Siapa yg kudu melestarikan tradisi jawa yg hampir tergilas peradaban zaman
ini???
Percayalah, sambatan dilakukan oleh warga kampung dengan sukarela tanpa mengharapkan
upah atas pekerjaaannya itu karena didasari oleh asas principle ofreciprocity, yaitu siapa yang
membantu tetangganya yang membutuhkan maka suatu saat pasti ia akan dibantu ketika
sedang membutuhkan. Bukankah istilah jawa ”sapa nandur kabecikan, mesti bakal
ngunduh…?’

Anda mungkin juga menyukai