Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS

OLEH:
KELOMPOK 3
3A
MUHAMMAD HIDAYAT
TIARA ASISA
NITA ULFAYANTI
NURAZIZAH PEBERIANTI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehidarat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Pemberdayaan Komunitas” tepat pada

waktunya. Banyak rintangann dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini.

Namun berkat bimbingan dari dosen pembimbing, kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan

dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapakn banyak

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa. Tidak lupa

pula kami mengaharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini, mengingat banyaknya

kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Watampone, 11desember 2022gd

penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1

B. Rumusan masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pendekatan dalam pemberdayaan komunitas 3


B. Tujuan pemberdayaan komunitas 3
C. Konsep dan ruang lingkup pemberdayaan komunitas 5
D. Peran Serta Komunitas 11
E. Upaya Pemberdayaan Bersumber Daya komunitas ( UKBM ) 14

BAB III PETUNUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemberdayaan komunitas adalah sebagai subjek sekaligus objek dari system kesehatan.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh komunitas
(dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) umtuk memperbaiki kondisi lingkungan,
sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam
kesehatan komunitas.
Dalam tujuan pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs),
terdapat delapan tujuan (goal) yang hendak dicapai sampai tahun 2015 oleh Negara-negara di
dunia termasuk Indonesia, dengan tujuan pertama adalah mengatasi dan atau memberantas
kemiskinan dan kelaparan. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah Indonesia telah
membuat komitmen nasional untuk memberantas kemiskinan dalam rangka pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan. Pemerintah dan semua perangkatnya dalam semua level, baik
pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota bersama-sama dengan berbagai unsur komunitas
memikul tanggung jawab utama untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan
sekaligus memberantas kemiskinan yang terjadi di Indonesia paling lambat tahun 2015.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia adalah
dengan melaksanakan program pemberdayaan komunitas. Konsep pemberdayaan komunitas
sejatinya lahir sekitar 1960-an. Pemberdayaan komunitas yang disebut Community
Development adalah sebuah proses pembangunan jejaring interaksi dalam rangka
meningkatkan kapasitas dari sebuah proses komunitas. Community Development tidak
bertujuan untuk mencari dan menetapkan solusi, struktur penyelesaian masalah atau
menghadirkan pelayanan bagi komunitas. CD adalah bekerja bersama komunitas sehingga
mereka dapat mendefinisikan dan menangani masalah, serta terbuka untuk menyatakan
kepentingan-kepetingannya sendiri dala proses pengambilan keputusan. Marasabessy, N.B,.
(2017)
B. Rumusan masalah
1. Bagaiaman Pendekatan dalam pemberdayaan komunitas?
2. Apa tujuan pemberdayaan komunitas?
3. Bagaimana konsep dan ruang lingkup pemberdayaan komunitas?
4. Apa peran serta komunitas?
5. Upaya Pemberdayaan Bersumber Daya komunitas ( UKBM )?

C. Tujuan
Untuk mengetahui informasi-informasi mengenai pemberdayaan komunitas dalam bidang
kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan dalam pemberdayaan komunitas
Daya merupakan kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak, sedangkan
berdaya berarti berkekuatan, bertenaga, berkemampuan memiliki akal, cara untuk mengatasi
sesuatu. Pemberdayaan komunitas, mempunyai dapat diartikan suatu usaha untuk
memberikan kekuatan, tenaga, kemampuan, mempunyai akal/atau cara mengatasi masalah
dalam kehidupan komunitas. Marasabessy, N.B,. (2017). Upaya pemberdayaan komunitas
beraryi memampukan dan memandirikan komunitas dalam kebijakan pembagunan nasional
harus berwujud dalam tiga aspek kebijakan utama yaitu:
1. Menetapkan suasana untuk iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi
yang dimiliki komunitas, baik sumber daya alam maupun siste nilai tradisional
dalam menata kehidupan komunitas.
2. Memperkuat potensi yang dimiliki komunitas, baik potensi local yang telah
memperdaya dalam menata kehidupan komunitas melalui pemeberian masukan
berupa bantuan dana, pembangunan prasarana dan saran baik fisik (jalan, irigasi,
listrik) maupun social (pendidikan, kesehatan) serta pengebangan lembaga
pendanaan, penelitian dan pemasaran didaerah.
3. Melindungi melalui pemihakan kepada komunitas yang lemah untuk mencegah
persaingan yang tidak seimbang dan buka berarti mengisolasi atau menutupi dari
interkasi.
B. Tujuan pemberdayaan komunitas
Pemberdayaan komunitas ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan komunitas dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi,
daan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Batasan pemberdayaan dalam bidang
kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kemauan, dan kemampuan dalam
memeliharan dan meningktakan kesehatan sehingga secara bertahap. tujuan pemberdayaan
komunitas bertujuan untuk:
1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan
individu, kelompok, dan komunitas.
2. Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka
3. Menimbulkan kemampuan komunitas untuk mendukung terwujudnya tindakan
atau perilaku sehat.

Suatu komunitas dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:

1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan factor-faktor yang


mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka
sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengatahuan tentang penyakit, gizi dan
makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang
menimbulkan gangguan kesehatan
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan mengenali
potensi-potensi komunitas setempat
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan
dengan melakukan tindakan pencegahan
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahragam konsultasi dan
sebagainya.

Prinsip pemberdayaan komunitas

1. Menunbuhkembangkan potesi komunitas


2. Mengembangkan gotong-royong komunitas
3. Menggali konstribusi komunitas
4. Menjalin kemitraan
5. Desentralisasi

Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan komunitas

1. Memfasilitasi komunitas melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program


pemberdayaan komunitas meliputi pertemuan dan pengorganisasian komunitas
2. Memberikan motivasi kepada komunitas mau berkontribusi terhadap program
tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada komunitas dengan
melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional

Ciri pemberdayaan komunitas

1. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh


komunitas atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya camat, lurah, kepala adat.
Ustadz. Dan sebagainya.
2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim,
dan lainnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya
pemberdayaan komunitas
3. Community Fund: dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Komunitas
(JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong- royong sebagai salah satu
prinsip pemberdayaan komunitas
4. Community material: setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. misalnya, desa dekat kali
penghasil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk
memudahkan akses ke puskesmas
5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan
komunitas dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan kesehatan
pendekatan community based health education
6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk
pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasir atau
arang.
C. Konsep dan ruang lingkup pemberdayaan komunitas
1. Power Empowerment
Konsep impowerment itu sendiri merupakan sebuah konsep yang masih terlalu
umum dan kadang-kadang hanya menyentuh “cabang” atau “daun” namun tidak
menyentuh “akar” permasalahan, baik yang bersifat mendasar maupun yang akan terjadi
dalam proses. Kita harus menempatkan konsep pemberdayaan itu tidak hanya individual,
tetapi juga secara kolektif ) individual self empowerment mmaupun collective self
empowerment), dan sesuatu itu harus menjadi bagian dari aktualisasi yang adil dan
berdap menjadikan semakin infektif secara structural, baik didalam kehidupan keluarga,
komunitas, Negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi dan
sebgaianya.
2. Pengertian Pemberdayaan komunitas
Pemberdayaan adalah terjemahan dari empowerment. Menurut Mernam Webter Oxford
Enghlish Dictionary, kata empower mengandung dua pengertian yaitu:
a. to give power atau to memberikan kekuasaan, mengalihkan atau mendelegasikan
otoritas dari pihak lain.
b. Usahan untuk memberikan kemampuan

Hulne dan Tunner (2010) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya


suatu proses penambahan social yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak
berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di area politik secara local dan
nasioanal. Oleh karena itu, pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif.
Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan-hubungan
kekuasaan /kekuatan yang berubah antara individu, kelompopk dan lembaga-lembaga
social.
Menurut definisinya, pemberdayaan komunitas dapat diartikan sebagai upaya
peningkatan kemampuan komunitas (miskin) untuk berpartisipasi, berorganisasi,
memengaruhi dan mengendalikan kelembagaan komunitas secara bertanggunggat demi
perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan dapat juga di artikan sebagai uapaya untuk
memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strength) kepada komunitas.
Keberdayaan komunitas adalah unsur-unsur yang memungkinkan komunitas mampu
bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) maupun mengembangkan diri
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, memberdayakan komunitas merupakan upaya
untuk (terus-menerus) meningkatkan harkat dan martabat lapisan komunitas “bawaj”
tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan
kata lain memberdayakan komunitas adalah meningkatkan kemampuan dan
meningktakan kemandirian komunitas.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh
komunitas (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi
lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh dalam kesehatan komunitas.
3. Aspek Pemberdayaan Komunitas
Pemeberdayaan komunitas sebagaimana telah tersirat dalam difinisi yang diberikan,
ditinjau dari lengkup dan objek perbedayaan mencakup beberapa aspek yaitu:
a. Peningkatan kepemilikian asset (sember daya fisik dan finasial) serta kemampuan
(secara individu dan kelompok) untuk memanfaatkan asset tersebut demi perbaikan
kehidupan mereka
b. Hubungan anatar individu dan kelompoknya, kaitannya dengan pekemilikan aset dan
kemampuan memanfaatkannya
c. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan
d. Pengembangan jejaring dan kemitraan kerja, baik di tingkat local, regional maupun
global.
4. Unsur-unsur pemberdayaan komunitas
Upaya pemberdayaan komunitas perlu memperhatikan sedikitnya empat unsur
pokok yaitu:
a. Aksesibilitas informasi,karena imformasi merupakan kekuasaan baru kegiatannya
dengan peluang, layanan, penegakan hokum, efektifitas negosisasi, dan akuntabilitas
b. Keterlibatan dan pertisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana
mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan
c. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban public atas segala kegiatan
yang dilakukan dengan mengatas namakan rakyat
d. Kapasitas organisasi local, kegiatannya dengan kemampuan bekerja sama,
mengorganisasi warga komunitas, serta memobilitasi sumber daya untuk
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.
Untuk mecapai tujuan-tujuan pemberdayaan komunitas terdapat tiga jalur
kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu:
a. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi komunitas untuk
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan
komunitasnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan
b. Pemberdayaan adalah upaya untuk memn[bangun daya itu, dengan mendorong,
memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya
serta upayat untuk mengembangkannya
c. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki komunitas
d. Strategi pemberdayaan komunitas
Dalam rangka pemberdayaan komunitas, bias dilakukan beberapa strategi yaitu:
a. Melakukan peraturan lembaga dan organisasi komunitas guna mendukung
peningkatan posisi tawar dan akses komunitas untuk memperoleh dan
memanfaatkannya input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi
b. Mengembangkan kapasitas komunitas melalui bantuan peningkatan keterampilan dan
pengetahuan, penyediaan prasarana dan sarana seperti, modal, imformasi pasar dan
teknologi sehingga dapat memperluas kerja dan memberikan pendapatan yang layak,
khususnya bagi keluarga dan kelompok komunitas yang miskin
c. Mengembangkan system perlindungan social terutama bagi komunitas yang terkena
musibah bencana alam dan komunitas yang terkena dampak krisis ekonomi
d. Mengurangi berbagai bentuk pengaturan yang menghambat komunitas untuk
membangun lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interkasi
social untuk membangun kesepakatan antara kelompok komunitas dan dengan
organisasi social politik.
e. Membuka ruang gerak yang seluas-luasnya bagi komunitas untuk melibat dan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan public melalui pengembangan
forum lintas yang dibangun dan dimiliki komunitas setempat
f. Mengembangkan potensi komunitas untuk membangun lembaga dan organisasi
kewaspadaan komunitas di tingkat local dan memperkuat solidaritas dan ketahanan
social komunitas dalam memecahkan berbagai masalah kekomunitasan dan
khususnya untuk membantu komunitas miskin dan rentan social.
5. Program Pemberdayaan Komunitas
Untuk mendukung amanat GBHN 1999-2006, program-program pembangunan yang
akan dilaksanakan untuk meningkatakn pemberdayaan komunitas adalah sebagai berikut
a. Program Penguatan Organisasi Komunitas
Tujuan program adalah meningkatkan kapasitas organisasi sosial dan ekonomi
komunitas yang dibentuk oleh komunitas setempat sebagai wadah bagi
pengemabangan interaksi sosial, pengololaan poternsi komunitas setempat dan
sumber daya dati pemerintah. Serta wadah partisipasi dalam pengambilan keputusan
publik.sasaran yang ingin dicapai adalah berkembangnya organisasi sosial dan
ekonomi komunitas setempat yang dapat maningkatkan ekonomi, sosial dan politik.
b. Pragram Pemaberdayaan Komunitas Miskin
Program ini merupakan bagian yang tidak terpoisahkan dari program penanggulangan
kemiskinan. Tujuan poram ini adalah meningkatakan kemampuan dan keberdayaan
keluarga dan kelompok komunitas miskin melalui penyediaan kebutuhan dasar dan
pelayanan umum berupa sarana dan prasaran sosial ekonomi pendidikan, kesehatan,
perumahan, dan perdiayaan sumber daya produksi, miningkatkan kegiatan usaha
kecil, menengah, dan imformal dipedesaan dan perkotaan, mengembangkan sistem
pelindungan sosial bagi keluarga dan kelompok komunitas yang rentang sosial dan
tidak mampu mangatasi dan akibat goncangan ekonomi, terkena sakit atau cacat,
korban kejahatan dan berusia lanjut dan berpotensi menjadi miskin. Sasaran yang
dicapai dari program ini adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin dan kelompok
komunitas yang miskin dan berpotensi menjadi miskin.
Kegitan pokok yang dilakukan adalah:
a. Peningakatan kemampuan pemerinatah daerah untuk mambantu pengembangan
jaringan kerja keswadayaan;
b. Pelngembangan kapasitas lembaga-lembaga keswadayaan;
c. Pengemabangan forum komunikasi antar tokoh penggerak kegiatan
keswadayaan;
d. Pengembangan kemitraan lintas pelaku dalam kegiatan keswadayaan;
e. Penghapusan berbagai aturan yang mehambat pengembangan lembaga dan
organisasi kewasdayaan komunitas.
6. Pengorganisasian Pemberdayaan Komunitas
Secara garis besar pengorganisasian dilakukan secara berikut:
a. Pemberdayaan Komunitas harus berupa gerak komunitas
artinya masyarkat harus manjadi subjek dan bukan objek semata dari usaha
kesehatan. Mereka harus dididik dan dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan
dasar dalam usaha-usaha kesehatan serta dilibatkan secara aktif sejak perencanaan
dalam usaha-usaha tersebut. Tokoh dan wakil komunitas yang dilibatkan misalnya
benar-benar yang mencerminkan aspirasi komunitas yang sebenarnya. Membutuhkan
kesadaran dan kepedulian komunitas akan kesehatan mereka, dan mendorong mereka
untuk berperan aktif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut seperti membentuk
organisasi-organisasi kesehatan (LSM, seperti komunitasa anti rokok, anti narkoba),
turut membiayai usaha kesehatan, ikut akses atau JPKM), ikut dalam politik
kesehatan (memilih partai yang peduli kesehatan) dan sebagainya.
b. Menekankan peran pemerintah lebih sebagai regulator dan fasilitator
Peran pemerintah yang dominan selama ini dalam usaha kesehatan telah menjadi
penghambat munculnya inisiatif dan krayatif di komunitas yang sangat dibutuhkan
untuk menumbuhkan gerakan komunitas yang sesungguhnya. Peran dominan harus
lebih diberikan kepada komunitas melalui misalnya sektro swasta, LSM, maupun
organisasi komunitas lainnya. Pemerintah harsu menyedikan dana sebagai seed
kapital (modal awal) bagi LSM dalam usaha-usaha promotif dan preventif mereka.
Usaha-usaha seperti ini memang harus dibantu dana memang merupakan usaha
publik yang sulit mempunyai nilai komersial, namun kemandirian harus terus
diusahakan.
c. Membutuhkan wirausahawan sosial atau sosial entrepreneur dalam bidang kesehatan
promotif dan preventif
usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah prilaku harus lebih bersifat
pendekatan dari bawah (buttom up appoach) berdasarkan kebutuhan dan kondisi
sosial budaya komunitas setempat, untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang sosial
yang dapat mengembangkan dan menjalankan usaha-usaah pemantapan perilaku
sehat bertumpu pada komunitas. Biasanya orang-orang ini akan menjalankan kegitanb
dengan mendirikan LSM dalam bidang kesehatan tertentu pada wilayah tertentu pula.
d. Membutuhkan kemandirian dalam usaha kesehatan
secara bertahap pemerintah harus mengurangi alokasi dana pada usaha-usaha
kesehatan yang sudah mulai dapat dibiayari sendiri oleh komunitas seperti pelayanan
kesehatan, apalagi kuratif, kecuali bagi komunitas kurang mampu. Alokasi dana harus
lebih diberukan dan ditingkatkan pada kegiatan-kegiatan promotif-preventif, seraya
mendorong keterlibatan komunitas, swasta/LSM menuju kemandirian.
D. Peran Serta Komunitas
1. Wujud Peran Serta Komunitas
Dari pengamatan pada komunitas selama ini ada beberapa wujud peran serta
komunitas dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan pemabangunan nasional
pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia
setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembanguanan komunitas. Wujud insan
yang menunjukkan peran serta komunitas dibidang kesehatan antara lain sebagai
berikut.
1) Pemimpin komunitas yang berwawsan kesehatan
2) Tokoh komunitas yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama, politisi,
cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak dan lain-lain.
3) Kader Kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya : kader
Posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi, kader
KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada, dan lain-lain.
2. Institusi/lembaga/organisasi komunitas
bentuk lain peran serta komunitas adalah semua jenis institusi, lembaga atau kelompok
kegiatan komunitas yang mempunyai aktifitas dibidang kesehatan. Beberapa contohnya
adalah sebagai berikut.
1) Upaya Kesehatan Bersumber Daya Komunitas (UKBM). Yaitu segala bentuk
kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk komunitas, seperti :
a) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
b) Pos Obat Desa (POD)
c) Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
d) Pos kesehatan di Pondok Pasantren (Pokestren)
e) Pemberantasan Penyakit Menular dengan Pendekatan PKMD (P2M-PKMD)
f) Penyehatan Lingkungan Pemungkiman dengan Pendekatan PKMD (PLp-
PKMD) sering disebut dengan desa pencontohan kesehatan lingkungan
(DPKL).
g) Suka Bakti Husada (SBH)
h) Taman Obat Keluarga (TOGA)
i) Bina Keluarga Balita (BKB)
j) Pondok Bersalin Desa (Polindes)
k) Pos Pembinaan Terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Usila)
l) Pemantau dan Stimulasi Perkembangan Balita (PSPB)
m) Keluarga Mandiri
n) Upaya Kesehatan Mesjid
2) Lembaga Swadaya Komunitas (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang
kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas mereka
beragam sesuai dengan peminatannya.
3) Organisasi Swasta yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit, ruamh bersalin, balai kesehatan Ibu dan anak, balai pengobatan, dokter
praktik, klinik 24 jam, dan seabaginya.
3. Dana
Wujud lain partisipasi komunitas adalah dalam bentuk pembiayaan kesehatan seperti
dana sehat, asuransi kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan komunitas, dan
berbagai bentuk asuransi dibidang kesehatan. Secara umum jenis-jenis partisipasi
pemberdayaan kesehatan komunitas adalah sebagai berikut;
1) Berbagai bentuk dana sehat seperti dana sehat pola PKMD (Pembangunan
Kesehatan Komunitas Desa), dana sehat pola UKS< (Upaya Kesehatana Sekolah),
dana sehat pondok pasantren, dana sehat pola KUD (Koperasi Unit Desa), dana
sehat yang dikembangkan oleh LSM, dan dana sehat organisasi/kelompok lainnya
(Supir angkot, tukang becak dan lain-lain);
2) Asuransi kesehatan oleh PT Asuransi Kesehatan Indonesia, dengan sasaran para
pengawai negeri sipil, pensiunan, dan sebagaian karyawan swasta atau pengawai
pabrik;
3) Jaminan sosial tenaga kerja (termasuk pemiliharaan kesehatan) khusunya bagi para
pekerja Perusahaan swasta;
4) Asuransi kesehatn swasta atau badan penyelenggara jaminan pemeliharaan
kesehatan Komunitas (Bapel JPKM0), seperti asuransi kesehatan yang dikelola PT
tugu mandiri, PT Bintang Jasa, dan lain-lain.
4. Wujud Lain
Masih ada bentuk peran serta komunitas selain di atas, antara lain :
1) Jasa Tenaga
2) Jasa Pelayanan
3) Subsidi silang
2. Lingkup Peran Serta Komunitas
Ruang lingkup peran serta komunitas (PSM) menjadi sangat luas bahkan tidak
terbatas. Namun demikian, untuk memudahkan dalam pembinaan, lingkup PSM dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Upaya Kesehatana Bersumber Daya Komunitas (UKBM) yang dilaksanakan oleh
komunitas umum.
b. Upaya Kesehatan Tradisional (UKESTRA)
c. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
d. Upaya Kesehatan Dasar Swasta (UKDS)
e. Kemitaraan LSM dan dunia usaha.
f. Dan sehat/jaminan pemeliharaan kesehatan Komunitas (JPKM)
g. Peran wanita pembangunan kesehatan
h. Peran generasi muda dalam pembangunan keseahatan
i. Kader kesehatan.
3. Prinsip Penggerakan Peran Serta Komunitas
Kesehatan merupakan kebutuahn setiap orang. Oleh karena itu kesehatan seharusnya
tercermin dalam kegiatan setiap insan. Peran serta komunitas dibidang kesehatan di arahkan
melalui tiga macam utama, sebagai berikut.
f. Kepemimpinan
g. Pengorganisasian
h. Pendanaan
Dengan demikian, tujuan akhir yang hendak dicapai dalam peningkatan peran serta
komunitas di bidang kesehatan adalah sebagai berikut.
a. Setiap pemimpin kelompok komunitas baik formal maupun imformal mempunyai
wawasan kesuma (kesehatan untuk semua).
b. Setiap kelompok komunitas baik ditingkat kewilayahan maupun organisasi, mempunyai
bentuk UKBM yang merupakan wujud partisipasi mereka dalam menanggulangi
masalah kesehatan yang mereka hadapi, dengan kualitas yang baik.
c. Setiap kelompok komunitas mengembangkan dana sehat menggunakn pola yang sesuai
dengan karakteristik komunitas setempat, dengan kualitas yang memadai. Dana sehat
pola PKMD untuk komunitas perdesaan, dana sehat pola KUD untuk komunitas
anggota KUD, dana sehat pada UKS untuk para murid sekolah dan lain-lain
4. Manajemen Pembinaan Peran Serta Komunitas
Peran serta komunitas di bidang kesehatan mempunyai kekhususan seabagai berikut
a. Meskipun kesehatan berdampingan dengan kedoktoran, implementasi program
kesehatan komunitasnya berbeda jauh dengan dunia kedokteran. Keseahtan komunitas
sangat erat kaitannya dengan aspek sosial budaya komunitas yang bersangkutan.
b. Bidang gerak serta komunitas amat luas dan sangat bervariasi sehingga tidak mungkin
menerapkan suatu harusan yang sifatnya mutlak.
Petugas kesehatan yang mengguluti program penyeluhan kesehatan
komunitas/peran serta komunitas mempunyai peran ganda karena mengembang dua
fungsi yang tidak dipisahkan sebagai pembina peran serta komunitas yaitu petugas
kesehatan yang mengetahui bahwa keseahatn komunitas itu amat ditentukan oleh
partisipasi mereka
E. Upaya Pemberdayaan Bersumber Daya komunitas ( UKBM )
1. Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu )
Nurbeti, M. (2019). Posyandu merupakan jenis UKM yang paling mekomunitaskan
dewasa ini. Posyandu yang meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA,
Imunisasi,dan penanggulangan Diare.terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap
penurunan angka kematian bayi . sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan
komunitas yang langsung bersentuhan dengan komunitas level bawah , sebaiknya
posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh
mendeteksikan permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah.permasalahan gizi
buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan lainnya
menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindari jika posyandu kembali
diprogramkan secara menyeluruh. Kegiatan posyandu lebih di kenal dengan sistem lima
meja yang, meliputi :
a. Meja 1 : Pendaftaran
b. Meja 2 : Penimbangan
c. Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat
d. Meja 4 : Penyuluhan Kesehatan pembarian oralit Vitamin A ,dan tablet besi
e. Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan,serta pelayanan keluarga berencana.
Untuk meja 1 sampai 4 dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Sejak dicanangkan
pada tahun 1984, penumbuhan jumlah posyandu sebagai berikut :

Pertumbuhan Jumlah Posyandu


Tahun Jumlah
1990 244.382
1991 251.815
1992 242.255
1993 233.061
2003 245.154

Bila diperhitungkan bahwa tiap posyandu rata-ratamempunyai lima orang kader,


Jumlah kader, maka jumlah kader aktif posyandu 5 x 245.154 = 1.255.770 orang kader.
2. Pondok Bersalin Desa ( Polindes )
Pondok bersalin desa merupakan wujud peran serta komunitas dalam
pemeliharaan kesehatan ibu dan anak . UKBM ini dimaksudkan untuk menutupi empat
kesenjangan dalam KIA ,yaitu kesenjangan geografis ,kesejangan informasi, kesenjangan
ekonomi dan kesenjangan sosial budaya.
Keberadaan bidan ditiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan
geografis, sementara kontak setiap saat dengan dengan penduduk setempat diharapkan
mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui kerja
sama antara bidan dengan dukun bayi , sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial
budaya,sememtara tarif pemeriksaan ibu ,anak dan melahirkan yang ditentukaN dalam
musyawarah LKMD diharapkan mampu mengurangi kesenjangan ekonomi.
3. Pos Obat Desa ( POD )
Pos obat desa merupakan wujud peran serta komunitas dalam hal pengobatan
sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif sederhana, melengkapi
kegiatan preventif dan promotif yang telah di laksanakan di posyandu.
Dalam implementasinya POD dikembangkan melalui beberapa pola di sesuaikan
dengan stuasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD itu antara lain :
a. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya.
b. POD yang di integrasikan dengan Dana Sehat ;
c. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu:
d. POD yang dikaitkan dengan pokdes/ polindes ;
e. Pos Obat Pondok Pesantren ( POP ) yang dikembangkan di beberapa pondok
pesantren ;
f. Dan sebagainya .
POD jumlahnya belum memadai sehingga bila ingin digunakan di unit –unit desa,
maka seluruh ,diluar kota yang jauh dari sarana kesehatan sebaiknya mengembangkan
Pos Obat Desa masing – masing.
4. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 27 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam
implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai berikut.
a. Dana sehat pola Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten
dan telah mencakup 12.366 sekolahan.
b. Dana sehat pola pembangunan Kesehatan Komunitas Desa (PKMD) dilaksanakan
pada 96 kabupaten.
c. Dana sehat pola pondok Pesantren, dilaksanakan pasa 39 kabupaten/kota.
d. Dana sehat pola koperasi Unit Desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23
kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
e. Dana sehat yang dikembangkan Lembaga Swadaya Komunitas (LSM), dilaksanakan
pada ta.
f. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota
dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota..
Seharusnya dana sehat merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
anggota komunitas yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes,
jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai
wahana memandirikan komunitas,yang pada giliranya mampu melestarikan kegiatan
UKMB setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus dikembangkan keseluruh
wilayah.kelompok sehingga semua penduduk terliput oleh dana sehat atau bentuk JPKM
lainnya.
5. Lembaga Swadaya Komunitas (LSM)
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya komunitas (LSM), namun
sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya 105
organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat digolongkan manjadi LSM
yang belum mempunyai kegiatannya bidang kesehatan atau LSM yang aktivitasnya
seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara lain, organisasi profesi kesehatan,
organisasi swadaya internasional.
Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a. meningkatkan peran serta komunitas termasuk swasta pada semua tingkatan:
b. membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
kekomunitasan.
c. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada organisasi
kekomunitasan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan kemapuan
sendiri.
d. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan kesehatan.
e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah dalam
bidang kesehatan.
6. Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah dihalaman atau ladang yang
dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran
serta komunitas, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidang peningkatan
kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisinal. Fungsi utama
dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk
menjaga dan meningkatan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa
penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat digunakan
untuk memperbaiki gizi komunitas, upaya pelestarikan alam dan memperindah tanam dan
pemandangan.
7. Upaya Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja menjadi semakin penting pada industrilisasi sekarang ini.
Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal semakin banyak, yang
biasanya tetap diiringi oleh meraknya tenaga tenaga kerja imformal. Salah satu wujud
upaya kesehatan kerja adalah dibentuknya Pos Upaya kesehatan kerja (Pos UKK) di
sektor informal dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor formal.
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) untuk operasional OKMD di lingkungan
pekerja merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
terencana, teratur dan berkesinambungan yang di selenggarakan oleh komunitas pekerja
atau kelompok pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan
untuk maningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian, implamentasi selalu
mencakup tiga pilar PKMD, yaitu adanya kerjasama lintas sektor, adanya pelayanan
dasar kesehatan kerja, dan adanya peran serta komunitas. Jumlah Pos Upaya Kesehatan
Kerja ( Pos UKK) sampai dengan tahun 2003 tercatat sebanyak 9.139 UKK (Profil
Kesehatan 2003)
8. Upaya Kesehatan Dasar Swasta
Upaya kesehatan dasar swasta dapat dikelompokkan menjadi :
a. kelompok pelayanan swasta dasar di bidang medik, meliputi Balai Kesehatan Ibu dan
anak (BKIA), Balai pengobatan (BP) Swasta dan Rumah bersalin (RB)
b. kelompok berdampak kesehatan, meliputi salon kecantikan, pusat kebugaran, dan
sebagainya
c. kelompok tradisional, meliputi tabib, sinshe, panti pijat, dukun patah tulang, yang
pembinaan teknisnya dilakukan oleh upaya kesehatan tradisional (Ukestra)
9. Kemintraan LSM dan Dunia Usaha
Lembaga Swadaya Komunitas (LSM) merupakan organisasi non pemerintah ( Nom
Governmental organization/ NGO) yang sebenarnya mempunyai bebeerapa potensi yang
bisa digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatam komunitas, antara lain dalam hal
community development, pemberi pelayanan kesehatan, pelatihan untuk berbagai macam
bidang, dan penghimpunan dana komunitas untuk kesehatan.
Untuk meningkatkan fungsi LSM, forum komunikasi ditingkatkan menjadi jejaring
LSM yang ternyata berkembang beberapa peminatan. Ada beberapa kelompok peminatan
kesehatan, yaitu :
a. Pembangunan Kesehatan Fungsi Komunitas Desa (PKMD) /Primary health Care
(PHC)
b. Keluarga berencana /Kesehatan Ibu dan Anak (KB/KIA)
c. Penyakit Menular Seksual (PMS/AIDS)
d. Kesehatan anak, ramaja, dan generasi muda
e. Kesehatan wanita
f. Pengobatan tradisional
g. Kesehatan kerja
h. Kesehatan lingkungan/air bersih
i. Penyakit menular
j. Klinik/ balai pengobatan
10. Kader Kesehatan
Kader di indonesia merupakan sosok insan yang menarik perhatian khalayak.
Kesederhanaannya dan asalnya yang dari komunitas setempat, telah membuat kader
begitu dekat dengan komunitas membuat alih pengetahuan dan olah keterampilan dari
kader kepada tetangganya demikian mudah. Kedekatanya dengan petugas puskesmas
telah membuat mereka menjadi penghubung yang andal antara petugas kesehatan dengan
komunitas. Profil kader yang paling dikenal adalah kader posyandu. Melejitnya jumlah
dan peran posyandu dalam keberhasilan program keluarga berencana dan kesehatan.
Telah turut mengangkat kepopelaran kader posyandu di Indonesia. Peran PKK
(Pembinaaan Kesejahteraan Keluarga) dalam kader ini sangat besar, karena kampir
seluruhnya kader posyandu atau kader PKK adalah wanita. Tim Penggerak PKK dari
mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten / kota, kecamatan dan desa/kelurahan, selalu
berupaya melakukan penggerakan dan pembinaan intensif terhadap kader PKK yang
menjadi tulang punggung kegiatan posyandu. Notoatmodjo, S. (2015).
11. Bentuk UKBM Yang Lain
Wass, A. (2010). Bentuk upaya kesehatan bersumber daya komunitas yang lain adalah
sebagai berikut :
a. Suatu karya bhakti Hasuda (SBH) merupakan bentuk partisipasi generasi muda
khususnya pramuka dalam bidang kesehatan.
b. Upaya Kesehatan Gizi Komunitas Desa (UKGMD), merupaka wujud peran serat
komunitas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
c. Pemberantasan Penyakit Menular melalui pendekatan pembangunan kesehatan
komunitas desa(P2M-PKMD) merupakan bentuk peran serta komunitas dalam
penangulangan penyakit menular yang banyk di derita penduduk setempat.
d. Desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL), merupakan wujud peran serta
komunitas dalam program menyediakan air bersih dan perbaikan lingkungan
pemukiman. Melalui kegiatan ini diharapkan cukupan penyediaan air bersih dan
rumah sehat menjadi semakin tinggi.
e. Pos kesehatan pondok pesantren (Poskestren), merupakan wujud partisipasi
masyarkat pondok pesantren dalam bidang kesehatan. Biasanya dalam poskestren ini
muncul kegiatan, antara lain pos obat pondok pesantren (POP), santri hasada ( kader
kesehatan di kalangan santri), pusat informasi kesehatan di pondok pesantren, dan
upaya kesehatan lingkungan di sekitar pesantren.
f. Karang Werda, merupakan wujud peran serta komunitas dalam upayakesehatan usia
lanjut, misalnya pos pembina terpadu lansia (posbindu lansia atau posyandu usila).
g. Dan masih banyak lagi bentuk UKBM yang lain
12. Tantangan/ Permasalah
Permasalah yang muncul dalam pelaksanaan program pemberdayaan dan peran
serta komunitas dalam bidang kesehatan adalah :
a. Pemberdayaan komunitas atau peran serta komunitas secara individu.
b. Pemberdayaaan komunitas atau peran serta komunitas dalam hal perdana.
c. Pemberdayaan komunitas dalam bidang penyelenggaraan posyandu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberdayaan komunitas adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem kesehatan.
dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh komunitas
(dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi
dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan
komunitas.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah pemberdayaan
komunitas miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan ketinggalan rakyat baik dari segi
pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Fektor lain yang akan menjamin penguatan daya tawar
dan akses guna mendukung komunitas untuk memperolah dan memamfaatkan input sumber daya
yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan
organisasi komunitas.
Revitalisasi Puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan komunitas melalui strategi
pengorganisasian komunitas dilakukan untuk memberdayakan komunitas dalam hal penyelesaian
masalah kesehatan di aras komunitas basis. Selain itu juga mendorong potensi komunitas di aras
komunitas basis agar dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan dengan penekanan
pencegahan penyakit melalui keswadayaan yang berkelanjutan dan kontekstual dengan
kebutuhan lokal
DAFTAR PUSTAKA
Marasabessy, N.B,. (2017). Program pemberdayaan komunitas dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemberantasan malaria di kabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas
Gadjah Mada.
Notoatmodjo, S. (2015). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Wass, A. (2010). Promoting health: the primary health approach. Toronto: W.B. Sanders.

Nurbeti, M. (2019). Pemberdayaan komunitas dalam konsep “kepemimpinan yang mampu


menjembatani”:

Anda mungkin juga menyukai