Anda di halaman 1dari 25

Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.3, No.

1, April 2012, 87-112

ISSN 2087-1090

Pengembangan, Peningkatan Daya Saing Produk


Agribisnis dan Agroindustri di Kabupaten Keerom
Provinsi Papua Guna Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Serta Menunjang Ekspor Non Migas Indonesia dalam Era
Perdagangan Bebas
Yohanes Rante
Fakultas Ekonomi, Universitas Cendrawasih Jayapura, Kampus UNCEN Waena Jl. Camp.
Wolker Jayapura
Abstrak: Indonesia umumnya dan Papua khususnya di Kabupaten Keerom adalah merupakan negara
agraris yang memang potensial untuk pengembangan produksi agribisnis dan agroindustri guna memacu
peningkatan ekspor Indonesia. Di pasaran luar negeri produk-produk dari Indonesia sebagian besar masih
kalah bersaing dengan produk dari negara pertanian lainnya seperti produk dari Thailand, Bangkok, Korea
dan beberapa negara pertanian di Asia. Berdasarkan dalam rekaman data nasional, Daerah Keerom
mengandung potensi sumber daya alam yang melimpah, yang kesemuanya dapat diolah menjadi berbagai
jenis produk yang dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, pertumbuhan ekonomi daerah dan
pertumbuhan ekonomi nasional. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial budaya, yang
berdimensi memanusiakan manusia, khususnya masyarakat yang masih berada di pedalaman, membantu
rakyat dalam mengatasi kesulitannya, dan dalam perencanaan pembangunan kita harus senantiasa sadar
bahwa musuh utama yang ada di wilayah pedalaman Provinsi Papua adalah kebodohan, keterbelakangan
dan kemiskinan. Kontribusi penelitian ini adalah (1) selain pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni (IPTEKS), juga adalah (2) menunjang pembangunan dan pemecahan masalah-masalah
pembangunan serta (3) pengembangan kelembagaan. Pada tahun pertama, penelitian ini akan dilakukan
survey berdasarkan potensi, pemetaan berdasarkan wilayah/lokasi, inventarisasi dan identifikasi produk
agrobisnis dan agroindustri di Kabupaten Keerom, kemudian dilakukan analisis berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan dalam rangka mencari, mengkaji dan menentukan produk agrobisnis dan agroindustri
yang menjadi andalan untuk dikembangkan di masa akan datang guna meningkatkan jumlah dan daya
saing ekspor non migas, melakukan penerobosan pasar dan perluasan pasar internasional. Pada tahun
kedua, dari sejumlah komoditi ekspor non migas Keerom yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria pada
tahun pertama, kemudian dari antaranya dipilih 12 (dua belas) komoditi andalan produk agribisnis dan
agroindustri untuk dianalisis lebih lanjut. Pada tahun ke tiga, penelitian mencakup analisis pemasaran,
saluran pemasaran marjin pemasaran dan konsentrasi pasar. Daerah penelitian dipilih secara sengaja
berdasarkan luas areal dan potensi produksi agribisnis dan agroindustri yaitu Kabupaten Keerom.
Kabupaten Keerom dipilih karena memiliki potensi dan memproduksi kelapa sawit, kakao, plywood, kayu
gergajian, minyak lawang dan lain sebagainya. Adapun teknik pengumpulan data meliputi: data primer
dikumpulkan dari Petani, Tokoh Masyarakat, Ondoafi, Kepala Suku, Pengarajin, Pengusaha, Pimpinan
Perusahaan, Karyawan Perusahaan, Camat, Kepala-Kepala Dinas Terkait, Bank-Bank pemberi kredit dan
Kepala Instansi yang terkait. Selain itu pengumpulan data ini dilakukan dengan survey dan pengamatan
serta wawancara langsung dengan menggunakan daftar isian/kuesioner yang telah disiapkan terlebih
dahulu. Dan data sekunder dikumpulkan dari BPS Pusat dan Daerah. Kantor Statistik, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Kantor Dinas-dinas
terkait (Perkebunan, Perikanan, Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Tanaman Pangan), Kadin,
BKPMD, Bappeda, Assosiasi, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan lain-lain. Sedangkan
analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian guna menentukan pola dan strategi dalam
memecahkan permasalahan pengembangan dan peningkatan daya saing ekspor non migas Indonesia, di
Kabupaten Keerom ini digunakan analisa kualitatif dan kuantitatif.
Kata kunci: Pengembangan, peningkatan daya saing agribisnis dan agroindustri, ekonomi rakyat-rakyat,
ekspor non migas, kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan.

87

Widi Hidayat

Abstract: Indonesia of generally and Papua specifically in Keerom District is an agricultural country which
is a potential for the development of agribusiness and agro-industry production in order to spur an increase in
Indonesian exports. In foreign markets the products of Indonesia are still largely unable to compete with other
agricultural products from countries such as the product of Thailand, Bangkok, Korea and several countries
agriculture in Asia. Based on national data on the tape, Regional Keerom contain potential sources of
abundant natural resources, all of which can be processed into various types of products that can provide
added value to the community, regional economic growth and national economic growth. The approach used
is a socio-cultural approach, the dimensionless humanize humans, especially people who are still in the
interior, helping people to overcome difficulties, and in our development planning must always be aware that
the main enemy in the interior province of Papua is ignorance, backwardness and of poverty. The contribution
of this study were (1) in addition to the development of science, technology and art (science and technology),
also is (2) support development and solving the problems of development and (3) institutional development. In
the first year, this study will be conducted based on potential survey, mapping by region/location, inventory
and identification of agribusiness and agro-products in the District of Keerom, then performed the analysis
based on predefined criteria in order to find, assess and determine the agribusiness and agro-industry
products that become pledge to be developed in the future to increase the number and competitiveness of nonoil exports, to break through the market and international market expansion. In the second year, the number
of non-oil commodity exports Keerom based on criteria established in the first year, then from among the
selected 12 (twelve) commodity agribusiness and agro-products for further analysis. In year three, the research
includes analysis of marketing, marketing channels marketing margins and market concentration. Research
areas were purposively selected based on acreage and potential production of agribusiness and agro Keerom
District. Keerom District was chosen because it has the potential for and producing oil palm, cocoa, plywood,
sawn timber, oil, mace and others. The data collection techniques include: primary data collected from
farmers, community leader, Ondoafi, Chieftain, Crafter, Entrepreneur, Chairman of the Company, Company
Employees, Head of the subdistrict, Relevant Agency Heads, creditor banks and the Head of the Institution
concerned. Besides data collection is done by surveys and direct observations and interviews using checklists/
questionnaires that had been prepared beforehand. And secondary data collected from Central Connecticut
and the Region. Office of Statistics, Office of Industry and Trade of Papua Province, Department of
Agriculture, Forest Service, Office of the relevant agencies (Plantation, Fishery, Agriculture, Forestry, Animal
Husbandry and Foodstuffs), KADIN, BKPMD, Planning Agency, Association, Agency for Export Development
(NAFED) and others. While the analysis used to achieve the research objectives in order to determine patterns
and strategies in solving problems of development and increased competitiveness of Indonesian non-oil
exports, in the District Keerom used qualitative and quantitative analysis.
Key words: Development, increase the competitiveness of agribusiness and agro-industry, the economy of
peoples, non-oil exports, ignorance, backwardness, and poverty.

PENDAHULUAN
Indonesia umumnya dan Papua khususnya di Kabupaten Keerom adalah merupakan
negara agraris yang memang potensial untuk pengembangan produksi agribisnis dan
agroindustri guna memacu peningkatan ekspor Indonesia. Di pasaran luar negeri produkproduk dari Indonesia sebagian besar masih kalah bersaing dengan produk dari negara
pertanian lainnya seperti produk dari Thailand, Bangkok, Korea dan beberapa negara
pertanian di Asia.
Pada Negara Indonesia termasuk Provinsi Papua dan Kabupaten Keerom memiliki
komoditas andalan agribisnis dan agroindustri yang sangat potensial. Persoalan yang dihadapi
adalah bagaimana meningkatkan daya saing mutu produksi, efisiensi produksi dan innovasi
produksi guna meningkatkan daya saing di pasar bebas. Merubah keunggulan-keunggulan
yang dimiliki yaitu keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Diketahui bahwa

88

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

Kabupaten Keerom memiliki kekayaan alam yang beragam dan hingga kini pengelolaannya
masih sangat terbatas sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut.
Berdasarkan dalam rekaman data nasional, Daerah Keerom mengandung potensi sumber
daya alam yang melimpah, yang kesemuanya dapat diolah menjadi berbagai jenis produk yang
dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, pertumbuhan ekonomi daerah dan
pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam pembangunan pertanian modern yang bercorak
agribisnis dan argroindustri dilakukan dengan senantiasa mendorong kemampuan petani guna
dapat meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri dan keluarganya, agar mampu mengejar
kemajuan, sehingga pertanian modern yang kita idam-idamkan dapat secepatnya terwujud
sebagai wahana untuk meningkatkan taraf hidup petani dan nelayan. Jadi menurut Wanggai
(1996) pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menumbuhkan/meningkatkan
kemampuannya, yang pada saat nanti akan muncul petani-petani modern yang handal, maju,
efisien dan tangguh, sehingga kemampuan dan kesejahteraan petani tersebut semakin
meningkat.
Propinsi Papua yang luas wilayahnya 414.800 km dengan 23 (dua puluh tiga) Kabupaten
dan 1 (satu) Kota, 136 Distrik dengan jumlah penduduk kurang lebih 1.911.150 jiwa. Propinsi
ini memiliki kekayaan alam yang beragam dan melimpah terutama dalam bidang pertambangan dan bidang pertanian meliputi: (1) Sektor Perkebunan, komoditas yang potensial
yaitu: kelapa sawit, kakao, kopi, jambu mente, pinang, vanili, pala dan kelapa, (2) Sub Sektor
Perikanan, yaitu : perikanan laut (udang, ikan tuna, cakalang, sirip ikan hiu, ikan hias), dan
perikanan air tawar (bandeng, mujair, lele dan ikan gabus), (3) Sub Sektor Kehutanan, yaitu:
kayu, rotan, dan kulit buaya, minyak lawang, kayu gaharu dan sagu, (4) Sub Sektor
Peternakan, yaitu : sapi, kambing, ayam buras, itik, entok, babi dan kerbau, (5) Sub Sektor
Tanaman Pangan dan Holtikultura, yaitu: kacang kedelai, kacang tanah, padi, jagung, kacang
hijau, bawang, sayur-sayuran, umbi-umbian, sagu, tomat, kentang, wortel, mangga, jeruk
manis, pepaya, pisang, nenas, salak, rambutan, duku, jambu dan lain-lain.
Pola dan program pembangunan sumber daya manusia pada suku-suku Papua harus
disusun secara khusus dengan mengingat taraf pembangunan sosial dan budaya mereka pada
dewasa ini. Hal ini berarti bahwa pola dan program pembangunan itu tidak disamaratakan
dengan pola dan program pembangunan di daerah-daerah lain di tanah air. Suatu program
pembangunan di daerah-daerah di luar Papua dapat berjalan dan bermanfaat bagi masyarakat
setempat, belum tentu menimbulkan hasil yang sama di tengah suku-suku Papua.
Alangkah baiknya apabila program pembangunan itu bagi suku-suku Papua disesuaikan
dengan kemampuan mereka yang nyata, kesiapan serta potensi yang dimiliki masyarakat
sesuai dengan kondisi sosial budaya dan sumber daya alam. Pembangunan di Papua supaya
diartikan sebagai pembangunan suku-suku Papua dan tidak sebagai pembangunan fisik daerah
saja. Kalau yang dibangun suku-suku Papua (sumber daya manusia masyarakat Papua) maka
yang perlu diusahakan ialah antara lain kesehatan fisik masyarakat, pendidikan, pengetahuan
umum, ekonomi yang menggunakan uang sebagai alat jual beli dan alat pengukur harga
barang dan jasa, kesadaran sebagai warga negara Republik Indonesia, lagi pula kepercayaan
pada kemampuan diri sendiri.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial budaya, yang berdimensi
memanusiakan manusia, khususnya masyarakat yang masih berada di pedalaman, membantu
rakyat dalam mengatasi kesulitannya, dan dalam perencanaan pembangunan kita harus
senantiasa sadar bahwa musuh utama yang ada di wilayah pedalaman Provinsi Papua adalah
kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan.

89

Widi Hidayat

Pengetahuan tentang suku-suku Papua belum banyak dipahami oleh instansi-instansi


pemerintah yang dipercayakan menyusun program pembangunan, maka mereka cenderung
untuk menggunakan standar nasional yang sering tidak berlaku bagi suku-suku Papua.
Dikhawatirkan bahwa program yang demikian itu dapat menjadi Counter Effective karena
tidak dapat dihargai oleh suku-suku Papua. Sebaliknya sebelum dibuat suatu program
pembangunan bagi mereka diusahakan Iebih dahulu pengetahuan dan pengertian tentang tata
hidup dan adat istiadat mereka. Untuk itu perlu studi penelitian yang mendalam oleh para
sarjana yang berkompeten.
Karena itu visi sektor agribisnis pada masa yang akan datang diharapkan yaitu sektor
pertanian mampu menjadi swasembada pangan dan yang akan serta telah menyumbang devisa
negara pada porsi yang lebih besar khususnya ekspor non migas, meningkatkan pendapatan
nasional, menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.
Perumusan Masalah
Untuk memacu pembangunan bidang pertanian di Provinsi Papua khususnya di
Kabupaten Keerom dengan sistem agribisnis dan agroindustri, maka sumber daya manusia di
daerah ini perlu ditingkatkan kemampuannya dalam berperilaku dan perubahan pola pikir
untuk melaksanakan usaha tani dari tradisional dan sub sistem menjadi petani modern efisien,
yang mengarah pada usaha pertanian produktif dan komersial. Tantangan yang dihadapi
sekarang ini dan untuk masa yang akan datang dalam menghadapi era perdagangan bebas
adalah bagaimana mempersiapkan tenaga-tenaga pelaksana pembangunan pertanian yang
berkualitas di Papua, yang bukan saja mampu dan terampil dalam melakukan pekerjaan, akan
tetapi yang juga mempunyai inovasi dan kreativitas tinggi serta mempunyai daya analisa dan
pandangan jauh ke depan.
Dalam pembinaan kualitas sumber daya manusia di Papua perlu suatu perlakuan khusus
karena masyarakat tani/pedalaman dan mempunyai latar belakang lingkungan sosial budaya,
lingkungan alam, motivasi dan ethos kerja yang berbeda dengan masyarakat lainnya di
Indonesia.
Berdasarkan uraian-uraian dan permasalahan di atas, maka rumusan pertanyaan permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang lingkungan sosial budaya yang ada pada masyarakat pedesaan
di Kabupaten Keerom dalam hubungannya dengan ethos kerja dan pembinaan sumber
daya alam di sektor pertanian.
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan rendahnya kualitas sumber daya alam dalam
mendukung proses pembangunan pertanian di Kabupaten Keerom.
3. Model pembinaan bagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap pembangunan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang pertanian di Kabupaten Keerom.
4. Bagaimana tanggapan/persepsi dan keinginan-keinginan masyarakat pedesaan di
Kabupaten Keerom terhadap pembinaan sumber daya manusia yang perlu dilakukan
dalam pembangunan bidang pertanian.
5. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku manusia dalam pemanfaatan dan
eksploitasi sumber daya alam, dalam usaha sektor pertanian di Kabupaten Keerom.
6. Bagaimana merubah perilaku dan pola pikir petani tradisional dan petani sub sistem
menuju ke arah pertanian yang modern dan berwawasan agribisnisl komersial.
7. Bagaimana tingkat pengetahuan atau kualitas sumber daya manusia di Kabupaten
Keerom.

90

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

8. Bagaimana memberdayakan ekonomi rakyat masyarakat tani dan pola kemitraan yang
cocok bagi petani di Kabupaten Keerom.
9. Bagaimana tingkat produktivitas dan kinerja usaha pertanian di Kabupaten Keerom.
10. Peluang-peluang apa dan masalah apa yang dihadapi dalam pengembangan usaha
agribisnis dan agroindustri di Kabupaten Keerom.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Daerah Penelitian
Sumber daya alam Papua merupakan modal dasar sekaligus merupakan kunci keberhasilan pembangunan. Bila sumber daya alam dapat ditingkatkan mutu dan pendayagunaannya, maka perekonomian akan tumbuh secara mantap untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dan memberikan tingkat pendapatan yang merupakan kontribusi bagi Pembangunan Daerah dan Pembangunan Nasional (Cosmas Batubara, 1989).
Untuk mengubah potensi alam yang masih terpendam khususnya sektor pertanian di
Kabupaten Keerom menjadi potensi aktual yang berguna bagi pembangunan dan kesejahteraan
manusia, maka pengembangan sumber daya manusia di Kabupaten Keerom adalah sangat
penting dengan menempatkan manusia sebagai subjek dan objek dalam pembangunan.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan komoditi expor hasil pertanian khususnya ekspor
non migas adalah masalah rendahnya produksi, rendahnya mutu, rendahnya produktivitas.
Namun dimasa depan ekspor komoditi tersebut di Provinsi Papua menjanjikan prospek yang
lebih baik.
Menurut Agus Tulus (1989), bahwa manusia merupakan sumber daya paling penting
dalam suatu usaha untuk mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia ini menunjang ekspor
non migas, bakat, kreativitas dan dorongan (motivasi). Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi, tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan-tujuan dapat dicapai.
Menurut Selo Soemardjan (1988), bahwa mengingat taraf kebudayaan masyarakat Papua
tidak dapat diharapkan sukses apabila pola pembangunan yang diterapkan di daerah-daerah
lain disamaratakan buat suku-suku di daerah pedalaman Papua. Untuk mereka diperlukan
model pembangunan yang khusus sifatnya.
Setiap kelompok masyarakat memiliki dunia sendiri identitas diri yang mencakup
keseluruhan pengetahuan, klasifikasi, dan pandangan hidup sebagai kerangka acuan untuk
berkarya dan bertahan. Kerangka acuan ini dapat berubah karena kepentingan para warga
yang bersangkutan dan dimungkinkan oleh belajar dari pengalaman. Berdasarkan klasifikasi
tipologi desa di Indonesia yaitu antara lain desa pantai, desa dataran tinggi, desa dataran
rendah, desa hutan dan desa kepulauan (Bappenas Dalam Kaji Tindak Program IDT 19941997).
Sedangkan menurut Selo Soemardjan (1988) bahwa masyarakat Papua secara sosiologis
dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu (1) Masyarakat kota yang bermukim di daerah kota
seperti ibukota kabupaten serta kota-kota lain yang sederaja, (2) Masyarakat pantai yang
bertempat tinggal di daerah pinggir laut, dan (3) Masyarakat pedalaman yang hidup di tengahtengah hutan, di daerah rawa atau lereng-lereng gunung.
Pembagian Wilayah Menurut Tipologi Desa
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan kami dalam melakukan penelitian-penelitian
lain di pedalaman Propinsi Papua kususnya Kabupaten Keerom dimana sejumlah kondisi
dapat dicatat berdasarkan pembagian tipologi desa/daerah diatas dapat diuraikan kondisinya
91

Widi Hidayat

sebagai berikut: (1) Kelompok Daerah Perbatasan dan Rawan, karena: (a) Sebagian penduduk
masih peramu. (b) Sebagian masih memiliki perladangan berpindah-pindah, (c) Hasil diperoleh
pada umumnya dikonsumsikan sendiri, (d) Pemukiman terpencar-pencar, (e) Belum semua
masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan, (f) Terisolasi, (g) Prasarana dan sarana
transportasi minim, (h) Minimnya pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan
kesehatan, (i) Sebagian penduduk kurang berorientasi ke masa depan sehingga perencanaan
untuk hidup lebih baik belum banyak dipikirkan oleh mereka, dan (j) Pembinaan masih relatif
sulit dilaksanakan. (2) Kelompok Daerah Pedalaman dan Terisolir, karena (a) Pada umumnya
masyarakat bertani secara sub sistem, (b) Sebagian sudah mempunyai perladangan yang
berpindah-pindah, (c) Pemukiman masih terpencar-pencar, (d) Belum semua masyarakat sadar
akan pentingnya pendidikan, (e) Terisolasi dari pasar pusat pemerintahan, pendidikan dan
informas, (f) Prasarana dan sarana transfortasi masih minim, (g) Minimnya pemenuhan
kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kesehatan, (h) Sebagian penduduk kurang
berorientasi ke masa depan sehingga perencanaan untuk hidup lebih baik belum terpikirkan,
dan (i) Pembinaan masih relatif sulit dilaksanakan, (3) Kelompok Daerah Transmigrasi,
karena (a) Orientasi terhadap masa depan sudah ada, sehingga perencanaan untuk kehidupan
lebih baik pada hari esok sudah secara nyata terpikirkan, (b) Pengenalan pasar sudah baik dan
hasil produksi sebagian sudah dijual ke pasar lokal dan sebagian di konsumsi, (c) Penduduk
pada umumnya sudah menempati lokasi pemukiman tetap dalam kelompok-kelompok yang
besar, (d) Sudah sadar tentang pentingnya pendidikan tetapi karena keuangan yang kurang
menunjang, sebagian besar belum melanjutkan pendidikan di tingkat menengah ke atas, (e)
Jumlah hasil produksi masih terbatas, tetapi orientasi produksi sebagian sudah mengarah pada
permintaan pasar, (f) Sarana transportasi untuk beberapa daerah masih dirasakan kurang
lancar, (g) Pemenuhan kebutuhan pangan, kesehatan sudah lebih baik, dan (h) Pembinaan
sudah lebih mudah dilaksanakan, (4) Kelompok Daerah Kota dan Pinggiran Kota, karena (a)
Masyarakat kota mempunyai pemerintahan yang dibentuk oleh negara RI yang pada
puncaknya tunduk pada pemerintah pusat di Jakarta, (b) Di dalam masyarakat kota sudah
banyak orang-orang yang berpendidikan mulai dari SD sampai Sarjana, (c) Hubungan dengan
dunia luar sudah cukup banyak sehingga pengaruh dari kebudayaan-kebudayaan lain sudah
tampak dalam kehidupan sehari-hari, (d) Pembangunan didaerah kota dapat direncanakan dan
dilaksanakan seperti di kota-kota di luar Papua, (f) Masyarakat pinggiran kota berada diantara
masyarakat kota dan masyarakat pedalaman, dan (g) Makin dekat dengan kota, makin banyak
unsur-unsur sosial budaya yang sama dengan unsur-unsur dalam masyarakat kota.
Corak agribisnis dan agroindustri dalam pembangunan pertanian modern seperti
disebutkan di atas ditandai dengan kemampuannya didalam mentransformasi dan sekaligus
mengantisipasi setiap dinamika perkembangan global sampai ke tingkat mikro di pedesaan
serta menghantarkan setiap keunggulan komparatif wilayah kepada suatu penghasilan produk
yang mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran ekspor. Namun disadari, kegiatan
agribisnis dan agroindustri di Kabupaten Keerom, pada saat ini sebagaimana kita maklumi,
masih diwarnai oleh keterbatasan aksebilitas petani terhadap pasar yang disebabkan oleh
kecilnya skala usaha, belum efisiennya lembaga pemasaran serta iklim investasi dan
permodalan yang belum kondusif bagi bisnis di bidang pertanian.
Sementara itu kelembagaan petani di pedesaan masih belum mencitrakan suatu
kelembagaan komersial yang berorientasi bisnis. Untuk mengantisipasi masa depan pertanian
yang akan dicirikan dengan meningkatnya persaingan di bidang pemasaran maka telah
diprogramkan berbagai langkah strategis, yang sekaligus merupakan antisipasi terhadap
perubahan lingkungan strategis, dengan berbagai reorientasi pengembangan komoditas.

92

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

Secara umum, dampak dan rendahnya jumlah dan kualitas SDM sektor pertanian
menjalar di setiap segmen agribisnis. Keterbatasan pendidikan dan ketrampilan jelas
mengakibatkan kurangnya kemampuan manajemen dan inovasi teknologi, kurang lancarnya
penyerapan informasi yang pada gilirannya membatasi kemampuan dan jangkauan
wawasannya. Situasi dan kondisi ini menuntut perbaikan tenaga baik kualitas maupun
jumlahnya. Hal yang kurang lebih serupa juga terjadi pada segmen agroindustri atau pasca
panen, yang secara umum masih memerlukan tenaga yang profesional, ditinjau dan masih
rendahnya mutu hasil produksi yang profesional, ditinjau dan masih rendahnya mutu hasil
produksi yang dipanen, dan dipasarkan serta masih seringnya produk kita ditolak atau ditahan
oleh negara-negara importir dengan alasan mutu. Klasifikasinya adalah kita sering kurang
cepat memanfaatkan teknologi dan kurang fleksibelnya dalam melakukan penyesuaianpenyesuaian dan signal pasar.
Beberapa hal mendasar yang perlu mendapat perhatian adalah:
Pertama, perangkat informasi sudah saatnya untuk dikembangkan melalui pola-pola jaringan
komunikasi yang saat ini juga berkembang di tingkat internasional, sehingga dengan demikian
akses informasi tidak hanya terbatas antar lembaga pada tingkat domestik tetapi juga bisa
akses langsung pada sumber-sumber informasi di tingkat internasional untuk pasaran ekspor.
Kedua, masalah yang dikaitkan dengan pengembangan kelembagaan. Kebijaksanaan
operasional untuk menumbuhkembangkan usaha pertanian yang berdaya saing antara lain
harus kita arahkan kepada (1) pengembangan usaha tani melalui pola kemitraan usaha dan
kewirausahaan. (2) pengembangan kelembagaan agribisnis pedesaan, dan (3) peningkatan
keterkaitan sektor pertanian dengan sektor-sektor hilir.
Sejalan dengan itu, jaringan kelembagaan agribisnis dan ogroindustri yang dibutuhkan
adalah jaringan kelembagaan yang lebih menitik beratkan pada pemberdayaan petani
sekaligus yang dapat mengarahkan para pelaku bisnis dalam menghadapi era perdagangan
bebas. Dalam hal ini suatu kelembagaan agribisnis dan agroindustri yang perlu dimantapkan di
tingkat lokalita seyogyanya mempunyai sedikitnya tiga visi yaitu (1) pertama, memberikan
dorongan kepada pengusaha yang terkait sebagai pelaku-pelaku agribisnis untuk melakukan
pembenahan-pembenahan di sektor produksi, visi (2) kedua adalah sebagai pusat informasi
mengenai sektor agribisnis termasuk didalamnya agroindustri dan (3) ketiga, memberikan
bimbingan kepada para pelaku agribisnis khususnya yang bergerak di sektor hulu, sehingga
mereka mampu memperkuat posisi tawarnya dalam era pasar terbuka nantinya.
Akhirnya, kita sadari sepenuhnya bahwa proses tersebut akan berlangsung secara
bertahap dengan prioritas-prioritas kegiatan tertentu dan mulai prakondisi, prainvestasi, masa
investasi, praoperasi, operasi dan optimasi. Dalam kaitan inilah diperlukan sinkronisasi
terhadap tatalaksana pengembangan pertanian yang berwawasan agribisnis tersebut, terutama
menyangkut aspek perencanaan dan rancang bangun pengembangannya, aspek bimbingan dan
aspek koordinasinya. Sistem agribisnis yang kita rancang seperti tersebut di atas khususnya
pada Kabupaten Keerom dilakukan secara berencana dan tumbuh dari bawah secara simultan
dengan kebutuhan di tingkat makro, diharapkan garis kebijaksanaan untuk membangun
pertanian modern bercirikan agribisnis akan mampu meningkatkan daya saing komoditas
pertanian secara maksimal sesuai dengan dinamika pasar.

93

Widi Hidayat

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Tujuan Penelitian
Penelitian ini memilih bentuk penelitian deskriptif untuk mencari jawaban atas masalahmasalah yang telah dirumuskan di muka. Adapun beberapa tujuan yang ingin diperoleh dari
penelitian ini adalah:
1. Gambaran tentang latar belakang lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam sukusuku yang ada di Kabupaten Keerom dalam hubungannya dengan model perencanaan
program pengembangan sumber daya alam di Kabupaten Keerom
2. Memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas
sumber daya manusia di Kabupaten Keerom dalam mendukung proses pertumbuhan
peroduksi agribisnis dan agroindustri.
3. Memperoleh gambaran tentang persepsi dan keinginankeinginan masyarakat Kabupaten
Keerom terhadap sumber daya alam dalam pembangunan bidang agribisnis dan
agroindustri yang dilakukan oleh pemerintah.
4. Dari gambaran penelitian yang diperoleh dapat dirumuskan model-model pembinaan
sesuai dengan kondisi mereka dan yang seharusnya dilakukan terhadap peningkatan
kualitas sumber daya alam dalam era perdagangan bebas dan pembangunan di bidang
agribisnis dan ogroindustri di Kabupaten Keerom.
5. Dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan produksi pertama
akan dapat ditingkatkan mutu dan produktivitas hasil produksi pertanian agribisnis dan
ogroindustri untuk menghadapi era perdagangan bebas.
6. Dengan peningkatan kualitas sumber daya di Kabupaten Keerom membuat mereka Iebih
terampil dalam bidang agribisnis dan ogroindusti yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan mereka, menciptakan kesempatan kerja baru, mengurangi kesenjangan
ekonomi dan kecemburuan sosial, mengurangi kesenjangan antara Pembangunan Kawasan
Timur Indonesia dengan Pembangunan Kawasan Barat Indonesia.
7. Untuk mengetahui perkembangan produk agribisnis dan agroindustri dan prospeknya
dimasa depan sesuai potensi sumber daya alam yang dimiliki.
8. Untuk mengetahui kemampuan/kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh usaha
agribisnis dan agroindustri dalam mengelola usahanya, baik dilihat dari tingkat pendidikan
maupun kemampuan managerial dan keterampilan yang dimiliki oleh para pekerja.
9. Mengukur keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh usaha pertanian agribisnis dan
agroindustri, serta keunggulan komperatif (comparative advantage), bila dilihat dari
berbagai aspek usaha yaitu: kesuburan tanah, potensi pasar, dukungan sarana dan
prasarana, penggunaan teknologi, mutu produk, cara pengolahan lahan dan manfaat
lingkungan sekitar.
10. Gambaran tentang kelemahan, peluang, ancaman, kesempatan dan kendala yang dihadapi
dalam usaha mengembangkan agribisnis dan agroindustri dalam menghadapi era
globalisasi.
11. Untuk memperoleh gambaran tentang peranan dan keterkaitan antara BUMN, BUMS
dengan keterkaitan terhadap bidang agribisnis dan agroindustri .
12. Untuk mengetahui apakah pola dan strategi pembinaan serta kebijakan yang ada sekarang
sudah sepenuhnya mendukung.
13. Bila pola dan strategi pembinaan serta kebijakan yang ada sekarang dirasakan ada yang
kurang sesuai, apa kekurangan-kekurangannya dan kelemahan-kelemahannya serta

94

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

masalah apa yang dihadapi dan pola, strategi pembinaan serta kebijakan bagaimana yang
seharusnya dilaksanakan dalam pengembangan usaha agribisnis dan agroindustri
tersebut.
14. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang model, strategi, pola pembinaan
dan kebijakan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah dalam hal
pengembangan dan peningkatan jumlah, mutu produksi, efisiensi produksi, produktivitas,
dan peluang pasar serta kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan dan
peningkatan daya saing produk.
Manfaat Penelitian
Kontribusi penelitian ini adalah (1) selain pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni (IPTEKS), juga adalah (2) menunjang pembangunan dan pemecahan masalah-masalah
pembangunan serta (3) pengembangan kelembagaan, sehingga pentingnya dilakukan
penelitian adalah:
1. Kontribusi Terhadap Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, meliputi: 1) Akan
dapat memberikan kontribusi informasi, pemahaman dan pengembangan ilmu pengetahuan
bagi masyarakat serta para pengambil kebijakan, pembina dan pelaksana pembangunan di
bidang agribisnis dalam hal cara/metode pembinaan dan pengembangan usaha pertanian
serta pemberdayaan ekonomi rakyat, 2) Terciptanya alih pengetahuan dan teknologi kepada
masyarakat dalam hal teknik mengelolah hasil pertanian, pengelolaan lahan dan proses
produksi agribisnis dan agroindustri serta efisiensi dan produktivitas, 3) Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat itu sendiri. Hasil penelitian ini akan
merupakan referensi bagi penelitian, penulisan dan pengembangan ilmu-ilmu yang terkait
selanjutnya, 4) Memberikan informasi tentang pola pembinaan bagaimana yang
seharusnya dilaksanakan terhadap pembinaan dan pengembangan usaha agribisnis dan
agroindustri, dalam rangka memantapkan perencanaan dan pelaksanaan pada programprogram selanjutnya.
2. Kontribusi Dalam Menunjang, Pembangunan dan Pemecahan Masalah Pembangunan,
diharapkan: 1) Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan situasi dan kondisi
yang sebenarnya dan nyata yang dialami oleh para petani, 2) Melalui penelitian ini akan
dianalisis permasalahan-permasalahan yang dihadapi usaha agribisnis dan agroindustri
dalam mengembangkan usahanya dan berdasarkan masalah-masalah diatas akan
dirumuskan model-model dan strategi pengembangannya, 3) Dengan pengembangan usaha
pertanian masyarakat maka akan tercipta peningkatan dan kesejahteraan bagi masyarakat
sekitar khususnya dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat guna pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya sesuai amanat GBHN. Dengan mengembangkan usaha
agribisnis dan agroindustri dalam menciptakan kesempatan kerja baru yang berarti
mengurangi pengangguran, 4) Mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri berarti
pemerataan kesempatan berusaha, 5) Pencapaian struktur sektor gribisnis yang semakin
sehat, kuat, mandiri dan modern, 6) Pengembangan usaha agribisnis dan agroindustri akan
memberikan dampak terhadap perubahan struktur ekonomi daerah dan penguatan
terhadap struktur sektor pertanian nasional, 7) Menambah pendapatan daerah yang pada
gilirannya daerah tersebut mengurangi ketergantungan dari pusat, 8) Pada gilirannya akan
memperkuat peningkatan ekspor non migas.
3. Kontribusi Bagi Pengembangan Kelembagaan/Institusi adalah: a) Hasil penelitian ini akan
dapat dipergunakan oleh pemerintah dan berbagai instansi pembina teknis lainnya dalam

95

Widi Hidayat

rangka mengambil kebijakan, strategi dan langkah-langkah yang berkaitan dengan


pembinaan dan pengembangan serta peningkatan daya saing agribisnis yang semakin maju
dan modern, b) Sebagai bahan informasi berharga yang dapat dijadikan oleh kalangan dunia
usaha untuk mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang berkaitan proses produksi
agribisnis, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi produksi, produktivitas, pemasaran dan
manajemen modern, c) Kelembagaan dapat merumuskan model-model pembinaan yang
Iebih strategi dalam memacu pertumbuhan agribisnis yang berskala menengah dan besar
guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah.
Secara ringkas kontribusi luaran penelitian ini akan dapat dilihat manfaatnya terhadap
segi pengembangan bidang ilmu pengetahuan yaitu akan memberi kontribusi kepada ilmu
ekonomi khususnya pembangunan sumber daya alam. Kontribusi penelitian ini dapat nampak
dalam: a) Pengkajian informasi atau desain baru tentang kondisi lingkungan sosial budaya,
lingkungan alam, dan lingkungan keluarga masyarakat pedalaman Kabupaten Keerom, yang
mempengaruhi pola berpikir, berprilaku, motivasi, cara memandang masa depan dan etos kerja
mereka, b) Penemuan pendapat baru dan keinginan-keinginan yang sebenarnya ada dan
tertanam dalam benak mereka tentang model dan pola pembinaan sumber daya alam
Kabupaten Keerom, c) Penemuan hipotesis baru dan metodologi baru di dalam merancang
model-model dan program pembangunan sumber daya alam di Kabupaten Keerom, d)
Pengkajian perencanaan dan pengadaan material baru sesuai dengan metodologi baru yang
dirumuskan dalam model-model pembinaan dan pengembangan sumber daya alam.
METODE PENELITIAN
Cakupan Penelitian
Pada tahun pertama, penelitian ini akan dilakukan survey berdasarkan potensi, pemetaan
berdasarkan wilayah/lokasi, inventarisasi dan identifikasi produk agrobisnis dan agroindustri di
Kabupaten Keerom, kemudian dilakukan analisis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
dalam rangka mencari, mengkaji dan menentukan produk agrobisnis dan agroindustri yang
menjadi andalan untuk dikembangkan di masa akan datang guna meningkatkan jumlah dan
daya saing ekspor non migas, melakukan penerobosan pasar dan perluasan pasar internasional.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut di masa mendatang, Indonesia khususnya Papua
harus berupaya meningkatkan mutu produk dan terus mencari komoditi unggulan lain, agar
bisa mempertahankan laju peningkatan ekspor.
Komoditi andalan Kabupaten Keerom atas dukungan sumber daya alamnya diperkirakan
banyak yang mempunyai potensi dan prospek untuk dikembangkan di masa akan datang
terutama produk-produk agribisnis dan agroindustri. Persoalannya adalah perlu identifikasi
secara baik, perlu terobosan untuk merubah pola dan strategi serta kebijakan dalam
meningkatkan ekspor Indonesia dan Papua. Dalam analisis untuk : (1) menentukan komoditi
unggulan digunakan indikator nilai ekspor dan laju pertumbuhan permintaan komoditi ekspor
non migas di pasar dunia. Disamping itu juga dilakukan analisis market share, metode proyeksi
ekspor, analisis indeks spesialisasi perdagangan, analisis keunggulan komparatif dan
kompetitif, serta analisa SWOT untuk menentukan peluang dan kendala pengembangan ekspor
non migas Papua.
Pada tahun kedua, dari sejumlah komoditi ekspor non migas Keerom yang telah
ditetapkan berdasarkan kriteria pada tahun pertama, kemudian dari antaranya dipilih 12 (dua

96

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

belas) komoditi andalan produk agribisnis dan agroindustri untuk dianalisis lebih lanjut.
Cakupan analisis dan 12 (dua belas) komoditi andaln tersebut adalah analisis pengendalian
mutu, analisis proses produksi, produktivitas, efisiensi dan kualitas sumber daya manusia
pengelola. Pada tahap ini juga dilakukan analisis terhadap permasalahan-permasalahan
peningkatan daya saing ekspor non migas.
Pada tahun ke tiga, penelitian mencakup analisis pemasaran, saluran pemasaran marjin
pemasaran dan konsentrasi pasar. Dalam tahap ini juga akan dilakukan analisis rumusan pola
dan strategi serta formula dan alternatif kebijakan pengembangan dan peningkatan daya saing
ekspor non migas yang didasarkan pada hasil-hasil analisis yang telah dilakukan pada tahap
pertama dan tahap kedua.
Cakupan Daerah Penelitian
Daerah penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan luas areal dan potensi produksi
agribisnis dan agroindustri yaitu Kabupaten Keerom.
Kabupaten Keerom dipilih karena memiliki potensi dan memproduksi kelapa sawit, kakao,
plywood, kayu gergajian, minyak lawang dan lain sebagainya.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan digunakan data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan dari Petani, Tokoh Masyarakat, Ondoafi, Kepala Suku, Pengarajin, Pengusaha,
Pimpinan Perusahaan, Karyawan Perusahaan, Camat, Kepala-Kepala Dinas Terkait, BankBank pemberi kredit dan Kepala Instansi yang terkait. Selain itu pengumpulan data ini
dilakukan dengan survey dan pengamatan serta wawancara langsung dengan menggunakan
daftar isian/kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Data sekunder dikumpulkan dari BPS Pusat dan Daerah. Kantor Statistik, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Kantor
Dinas-dinas terkait (Perkebunan, Perikanan, Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Tanaman
Pangan), Kadin, BKPMD, Bappeda, Assosiasi, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN)
dan lain-lain. Adapun jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dirincikan
sebagai berikut:
1. Data Primer
a. Identitas Responden, meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
fungsi/jabatan.
b. Profil daerah/kecamatan, meliputi: potensi sumber daya alam, jenis-jenis komoditi yang
potensial/unggulan dan lokasinya, jumlah unit usaha yang beroperasi dan dalam bidang
usaha apa saja, pemasaran komoditi, penanaman modal dan sumber modal serta
perkembangan kegiatan ekonomi.
c. Permasalahan-permasalahan yang timbul dan sedang dihadapi, penyebab kegagalankegagalan usaha, kekurangan-kekurangan dan kelemahan yang ada.
d. Produksi, meliputi: kapasitas dan jumlah produksi, proses produksi, desain, sumber
bahan baku, harga produk, kualitas produk, produktivitas, biaya-biaya produksi,
pendidikan dari pengalaman karyawan.
e. Pemasaran, meliputi: pasar, saluran pemasaran, keterkaitan pasar, promosi, harga dan
masalah-masalah pemasaran.
f. Komoditi potensial di masa akan datang.

97

Widi Hidayat

g. Kebijakan yang dirasakan mendorong dan menghambat perkembangan ekspor,


pendapat dan saran responden.
h. Pengumpulan dan kebutuhan data-data primer akan dikembangkan kemudian.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Potensi sumber daya alam masing-masing distrik dan kampung.
b. Luas areal dan produksi di masing-masing daerah.
c. Perkembangan harga komoditi ekspor.
d. Volume, nilai ekspor.
e. Perkembangan harga komoditi ekspor di pasar dunia.
f. Indeks harga produsen dan konsumen di setiap daerah.
g. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
h. Jumlah perusahaan agribisnis dan agroindustri.
i. Jumlah investasi pada masing-masing sektor dan sumber modal investasi.
j. Konsentrasi pasar, saluran pemasaran, tingkat mutu, pengendalian bahan dan proses
produksi, pendapatan perkapita, jumlah penduduk negara pengimpor, keunggulan
komparatif dan kompetitif, market share dan laju pertumbuhan ekspor.
Metode Analisis
Untuk mencapai tujuan penelitian guna menentukan pola dan strategi dalam
memecahkan permasalahan pengembangan dan peningkatan daya saing ekspor non migas
Indonesia, di Kabupaten Keerom ini digunakan analisa kualitatif dan kuantitatif.
Analisa kualitatif akan digunakan untuk menjelaskan dan menyempurnakan hasil
temuan yang secara kualitatif tidak dapat dijelaskan. Hal ini disadari benar oleh peneliti bahwa
penggunaan suatu alat untuk menjelaskan sebagian dari fenomena yang diukur, karena itu
penggunaan suatu model tak akan mampu menyelesaikan dan menjawab secara sempurna
suatu fenomena atas permasalahan yang diamati/diteliti. Dengan itu pula dan disadari oleh
pertimbangan penulis sehingga menggunakan beberapa model agar saling melengkapi satu
sama lain.
Analisis dan model-model analisis akan dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan
dalam penelitian ini. Adapun analisis yang digunakan adalah:
1. Analisis Kriteria Komoditi Potensial
Kriteria komoditi unggulan bertujuan untuk mengidentifikasi komoditi yang memiliki
potensi dan prospek untuk dikembangkan di masa akan datang. Yang dlmaksud dengan
komoditi yang telah ada saat ini dan yang belum ada tetapi mempunyai proses yang baik
dalam 5 - 10 tahun yang akan datang. Kriteria komoditi potensial adalah: (1) Potensial
dalam arti cukup tersedia bahan baku setempat atas dukungan sumber daya alam, (2)
Adanya pasar atas komoditi tersebut baik pasar dalam wilayah, antara pulau dan terutama
untuk ekspor, (3) Tersedianya dukungan prasarana dan sarana transportasi, komunikasi
maupun prasarana pendukung lainnya, seperti perbaikan listrik dan sebagainya, (4) Adanya
dukungan dan sumber tenaga kerja, (5) Menggunakan teknologi sederhana/tepat guna dan
dapat menyerap teknologi baru/canggih, (6) Berdasarkan terhadap lingkungan, (7) Rotasi
pertumbuhan : adanya keterkaitan sektoral, multiplier effect dan lain-lain, (8) Kebijakan
pemerintah yang menyangkut pengembangan komoditi bersangkutan, (9) Proses produksi
produk dapat ditingkatkan untuk memenuhi Standar Industri Indonesia (Sl) dan Standar
Mutu Internasional (ISO).

98

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

Sedangkan kriteria yang Iebih spesifik terhadap komoditi unggulan dalam perdagangan
ekspor, selain yang telah disebutkan di atas, kriteria tambahan adalah: (1) Nilai ekspornya
sudah lebih dari setengah miliar dollar A.S, (2) Laju pertumbuhan ekspornya antara 10-2-%.,
(3) Mutu produk dan proses produksinya dapat di tingkatkan untuk memenuhi standar
mutu internasional.
Kemudian berdasarkan kriteria komoditi potensial di atas, tiap komoditi yang ditetapkan
sebagai komoditi potensial/unggulan akan dikiasifikasi lagi menjadi: (1) komoditi potensial
tinggi, (2) potensial dan (3) potensial rendah. Penetapan klasifikasi didasarkan pada
luasnya/cakupan pasar jumlah bahan baku/potensi sumber daya alam, sarana dan
prasarana pendukung, tingkat keterampilan tenaga kerja dan keterkaitan usaha (Y. Rante,
1996).
2. Analisa Laju Pertumbuhan
Analisis laju pertumbuhan digunakan untuk melihat kinerja perkembangan ekspor suatu
komoditi tertentu guna memperoleh gambaran apakah komoditi tersebut rnenunjukkan
kinerja pertumbuhan yang menggembirakan dari tahun ke tahun atau sebaliknya. Selain
laju pertumbuhan juga akan dilihat cakupan daerah pemasaran apakah ada negara-negara
yang merupakan pasaran baru, apakah negara tujuan ekspor semakin bertambah atau
sebaliknya.
Laju Pertumbuhan Komoditi x =
3. Analisa Market Share
Analisa market share digunakan untuk menentukan proporsi atau posisi dan peranan
ekspor suatu negara di pasaran internasional atau pada suatu negara yang merupakan
mitra dagang Indonesia. Selain itu analisa market share juga mencerminkan daya saing
suatu komoditi di pasaran internasional atau pada suatu negara. Tingkat persaingan
dikatakan tinggi bilamana pangsa pasar yang dikuasai adalah relatif kecil dan demikian
pula sebaliknya. (Faisal H. Basri, 1996).
Laju Pertumbuhan Komoditi x =
Atau =
4. Analisis Keunggulan Komparatif
Kriteria keunggulan komparatif berikut ini digunakan untuk menilai suatu proyek/usaha
yang menghasilkan produksi dalam perdagangan internasional (tradable good), apakah
usaha tersebut layak (fisible) untuk dikembangkan atau dilanjutkan dalam rangka
meningkatkan ekspor. Selain itu dengan kriteria ini akan dapat dinilai tingkat efisiensi
proyek-proyek yang telah berjalan dan menghasilkan tradable goods. Teori keunggulan
komparatif oleh David Ricardo (1971: 227 - 39) mengutarakan bahwa sebaiknya suatu
negara berspekulasi dan mengekspor barang-barang dimana negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif, dalam arti biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan
dengan negara-negara pengekspor lainnya.
Kriteria Unit Domestic Resource Cost (UDRC) dan Effective Rate of Protection (ERP) bertitik
tolak dari anggapan bahwa efisiensi tingkat produksi suatu produk tergantung pada daya
saing produk tersebut di pasaran dunia. Daya saing ini ditunjukkan oleh perbandingan
biaya produksi riil yang terdiri dari pemakaian sumber-sumber nasional (real cost input cost)

99

Widi Hidayat

sehingga harga jualnya (setelah dipotong segala macam pajak) tidak melebihi tingkat border
price yang relevan.
Rumus perhitungan UDCR adalah sebagai berikut (Suad Husnan, 1991:308 - 311):
DRC/satuan =
Nilai output - nilai input luar negeri = penghematan/penerimaan devisa yang diciptakan oleh
proyek yang bersangkutan. Ketentuan yang digunakan dalam penerimaan atau penolakan
proyek dengan kriteria UDRC ini adalah membandingkan antara UDRC dengan nilai tukar
resmi (Official Exchange. Rate = OER) atau membandingkan dengan nilai tukar riil (Shadow
Exchange Rate = SER).
Jika:
UDCR < OER
Proyek diterima
UDCR > OER
Proyek ditolak
UDCR < SER
Proyek diterirna
UDCR > SER
Proyek ditolak
Atau

Proyek diterima

Atau

Proyek ditolak

Suatu aktivitas dikatakan efisiensi dalam arti mempunyai keunggulan komparatif dilihat
dari segi penghematan sumber daya domestik, jika rasio DRC <1. Makin kecil rasio DRC
maka semakin efisien aktivitas bersangkutan dalam pemanfaatan sumber daya domestik.
Sedangkan rumus ERP yang digunakan adalah:
ERP =
R

= SER

Dengan menggunakan kriteria ERP, memungkinkan kita untuk dapat mengetahui daya
saing produk kita di pasaran internasional, dan dari padanya dapat digunakan sebagai
dasar untuk menentukan pola dan strategi dalam pengambilan keputusan lebih lanjut.
5. Analisis SWOT
Dengan menggunakan analisa SWOT akan dapat diperoleh gambaran tentang peluangpeluang pasar yang terbuka di pasaran internasional, serta gambaran tentang hambatan/
kendala apa yang dihadapi dalam meningkatkan ekspor non migas Papua. Selain kedua hal
tersebut di atas gambaran lain yang akan diperoleh adalah keunggulan/kekuatan apa yang
dimiliki oleh komoditi ekspor kita serta kelemahan - kelemahan apa yang ada dalam usaha
pengembangan dan peningkatan daya saing ekspor non migas Kabupaten Keerom.
Dengan adanya gambaran tentang peluang, hambatan, keunggulan dan kelemahan suatu
komoditi, maka akan dapat dirumuskan pola dan strategi tentang tindakan dan
kebijaksanaan apa yang dilakukan lebih lanjut dalam rangka pengembangan dan
peningkatan daya saing ekspor non migas Kabupaten Keerom. Analisa SWOT dilakukan
dengan mengidentifikasi kekuatan (stronght = S), peluang (opportunity = 0), hambatan

100

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

(treaths = T) dan kelemahan (weakness = W) dari setiap komoditi yang telah ditetapkan
sebagai komoditi potensial/unggulan.
6. Analisis Produktivitas
Analisis produktivitas dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja dan efisierisi
proses produksi suatu usaha dalam menghasilkan komoditi tujuan ekspor. Analisis
produktivitas juga akan merupakan indikator penting untuk mengukur adanya innovasi
dan kreativitas suatu usaha yang selalu mencari cara baru, teknik baru, proses baru dan
metode kerja baru untuk selalu memperbaiki dari waktu ke waktu apa yang telah dilakukan
sebelunmya. Secara sederhana untuk mengukur tingkat produktivitas adalah dengan
membandingkan nilai output usaha dengan nilai inputnya (Sinungan M, 1995), namun
analisis akan dikembangkan secara lebih luas.
Produktivitas =
7. Analisis Pengendalian Mutu
Analisis pengendalian mutu dengan menggunakan pendekatan ISO 9000 untuk mengukur
dan atau mengevaluasi tentang sampai dimana penerapan ISO 9000 suatu usaha, karena
pada dasarnya dalam praktek kerja tentu saja sudah ada usaha yang telah menerapkan ISO
9000 tersebut secara sebagian, walaupun pengusaha/usaha tersebut belum menyadari atau
belum mengerti bahwa itu ISO 9000. Penerapan ISO 9000 dalam hubungannya dengan
Total Quality Control adalah sistem jaminan mutu yang mau disamakan untuk seluruh
dunia guna meningkatkan volume produksi dan volume perdagangan ekspor.
Analisa pengendalian mutu akan dievaluasi pada usaha-usaha yang menghasilkan produk
agribisnis dan agroindustri yang telah ditetapkan sebagai komoditi unggulan pada tahap
pertama, yaitu apakah usaha tersebut telah menerapkan ISO 9000 dan bagaimana sistem
penerapannya. Adapun beberapa item pendekatan ISO yang akan dievaluasi antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Evaluasi Sistem Manajemen Mutu,
Yang mencakup evaluasi terhadap keseluruhan sistem yang digunakan dalam usaha
antara lain: adanya komitmen manajemen puncak tentang jaminan mutu yang
direncanakan, adanya pembentukan kelompok kerja mutu, adanya penetapan alokasi
sumber dana untuk pengendalian mutu, adanya pelatihan manajemen mutu, adanya
perumusan sistem penerapan, evaluasi dan perbaikan sistem, adanya audit mutu,
adanya dokumen-dokumen/catatan tentang mutu keterpaduan dan konsistensi
penerapan mutu, dengan motto : tulis apa yang dikerjakan, kerjakan apa yang ditulis
dan buktikan.
Jadi jaminan mutu didasarkan pada adanya sejumlah dokumen yang secara terpadu
dimengerti dan ditaati di seluruh bagian perusahaan, pada semua jenjang manajemen
dalam suatu kegiatan perusahaan.
2) Evaluasi Pengendalian Proses
Proses produksi merupakan salah satu kegiatan utama di dalam perusahaan. Dalam
pelaksanaan proses produksi perusahaan, perlu adanya pengendalian yang cukup
memadai, agar produk akhir perusahaan mempunyai kualitas yang baik. Hal-hal yang
akan dievaluasi dalam pengendalian proses ini adalah jalannya proses produksi dengan
jalan melihat pelaksanaan proses dan membandingkan dengan petunjuk yang terdapat
di dalam standar proses. Selain itu dilihat dari metode yang digunakan, penggunaan
peralatan produksi, kualitas SDM dalam proses produksi dari lingkungan kerja yang

101

Widi Hidayat

bersih, tertata dan indah sesuai tujuan penerapan 5 S terpadu di lingkungan kerja yaitu
SEIRI, SEITON, SEISO, SEIKETSU dan SHITSUKE.
3) Evaluasi Pengendalian Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kualitas
produksi akhir, karena hampir seluruh kualitas produksi akhir ditentukan oleh kualitas
bahan baku, karena itu yang dievaluasi adalah : apakah ada syarat bahan baku, apakah
dilakukan seleksi bahan baku dari sumber bahan baku, apakah ada penelitian kualitas
supplier dan pemeriksaan penerimaan bahan.
4) Evaluasi Pengendalian Produk Akhir
Setelah suatu produk selesai diproduksikan pada umumnya dianggap sudah selesai dan
tidak perlu lagi adanya pengendalian kualitas terhadap produk tersebut. Padahal
sebenarnya kelangsungan hidup perusahaan sedikit banyak akan tergantung kepada
adanya kepuasan konsumen terhadap pemakaian produk perusahaan. Karena itu halhal yang akan dievaluasi yaitu adanya jaminan produk, evaluasi terhadap pendapat
konsumen atau kepuasan pembeli
(sesuai kebutuhan, tepat waktu, aman) dan
bebas cacat. Untuk menghitung proporsi produk yang cacat dilakukan dengan rumus
(Eliwood S. Buffa, dalam Enock Kumendong, 2002):
P =
Dirnana:
P = Rata-rata proporsi cacat
N = Jumlah produksi yang diamati
X = Jumlah produk yang cacat
5) Analisis Diagram Tulang Ikan
Diagram tulang ikan digunakan untuk mendefinisikan situasi, mencari akar penyebab
mutu rendah, melakukan tindakan perbaikan, evaluasi dan follow up rencana
selanjutnya.
8. Analisis Saluran dan Marjin Pemasaran
1) Analisis Saluran Pemasaran
Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui jalur-jalur dari mata rantai pemasaran
komoditi bersangkutan mulai dari tingkat produsen sampai dengan tingkat eksportir.
Dalam saluran pemasaran ini akan diketahui persentase distribusi komoditi dari
produsen sampai ke pihak eksportir yang menggunakan berbagai saluran yang ada di
daerah bersangkutan. Dari analisis ini juga dapat diketahui peranan lembaga-lembaga
pemasaran yang ada dalam mendistribusikan produk agribisnis dan agroindustri dari
Papua yang berorientasi ekspor. Makin panjang mata rantai pemasaran suatu produk,
makin tinggi costnya dan dengan demikian harga akan naik.
2) Analisa Marjin Pemasaran
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui marjin keuntungan dari masingmasing lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya, mulai dari tingkat produsen
sampai ke tingkat eksportir. Dengan analisis marjin dapat diketahui komponen biaya
pemasaran yang tertinggi, disamping itu juga dapat diketahui lembaga pemasaran mana
yang paling besar memperoleh keuntungan. Marjin pemasaran didefinisikan sebagai
perbedaan antara harga di tingkat pasar produsen dengan pasar di tingkat konsumen
atau diatasnya.

102

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

Marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut (Timer, 1974)


M = Pu - (1/c)Pf
Dimana :
M = Adalah marjin pemasaran antara pasar di tingkat f dengan pasar di tingkat u.
Pf = Adalah harga di tingkat produsen f
Pu = Adalah harga tingkat pasar di atasnya u
c = Adalah konversi kualitas antara kualitas pasar di tingkat f dengan pasar di
tingkat u
Marjin pemasaran ini dilihat untuk setiap tingkat pasar.
Menurut Tomek and Robinson (1972), bahwa marjin pemasaran adalah selisih antara
harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Jadi
jika penyaluran barang melalui banyak lembaga maka marjin pemasaran merupakan
jumlah marjin diantara lembaga-lembaga bersangkutan. Adapun rumusnya untuk
menghitung jumlah marjin pemasaran adalah:
M = He - Hp
Dimana:
M = Marjin pemasaran persatuan barang
He = Harga produsen persatuan barang
Hp = Harga konsumen persatuan barang
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Data Umum Kabupaten Keerom
Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Keerom tahun 2006 sebanyak 48.701 dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata pada 10 (1994 - 2006) tahun terakhir sebesar 4,3%. Bila dirinci menurut
jenis kelamin maka terdiri atas laki-laki 21.187 jiwa dan perempuan 27.814 jiwa. Dengan
rincian jumlah penduduk perkecamatan sebagai berikut:
Tabel 1. Penduduk Berumur 10 Tahun Ke atas yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut
Lapangan Usaha Utama Tahun 2006
Lapangan Usaha Utama
(1)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, gas dan air
5. Bangunan
6. Perdagangan restoran dan hotel
7. Angkutan penggudangan dan komunikasi
8. Lembaga keuangan
9. Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
10. Lainnya
Jumlah
Sumber: BPS, Jakarta. 2006

2002
(2)
603.376.
5.725
16.872
1.873
15.573
41.051
8.786
3.906
104.353
807.025

103

2003
(3)
620.979
5.884
34.077
1.411
20.115
41.162
11.095
4.014
88.090
829.357

2004
(4)
638.854
4.063
20.653
1.113
16.063
44.475
13.595
2.133
115.736
857.666

2005
(5)
658.751
3.021
28.120
1.645
10.003
65.754
18.194
1.645
114.279
901.412

2006
(6)
697.015
11.760
34.410
2.755
20.305
84.190
25.550
2.250
112.020
990.255

Widi Hidayat

Pertanian
1) Tanaman Pangan
Produktivitas padi (padi sawah dan ladang) mengalami penurunan sebesar 24% selama
tahun 2001, sehingga produksi padi dalam bentuk gabah kering giling juga mengalami
penurunan dari 49.904 ton pada tahun 2000 menjadi 38.386 ton pada tahun 2001 atau turun
sebesar 23,08% walaupun luas panen bertambah. Dari total produksi tersebut diatas adalah
sebesar 27.605 ton padi sawah dan 10.781 ton padi ladang. Penurunan ini disebabkan
karena musim kemarau yang melanda negara kita khususnya Provinsi Papua. Sentra
produksi padi di Provinsi Papua terdapat di Kabupaten Merauke dengan luas panen
9.722,76 Ha, dengan jumlah produksi 24.053 ton atau 62,88% dari total produksi pada
Provinsi Papua sedangkan Kabupaten Manokwari menyumbang 6.000,91 ton atau 15,63%.
Produksi pangan lainnya yang menonjol di Provinsi Papua adalah ubi jalar, pada tahun
2001 produksi ubi jalar sebesar 229.538 ton atau turun 20,20%. Daerah potensial penghasil
ubi jalar adalah Kabupaten Jayawijaya dengan produksinya sebesar 180,048,12 ton atau
78,44% diikuti oleh Kabupaten Paniai dengan produksinya sebesar 39.381,04 ton (17,16%).
Sementara itu produktivitas keladi dan umbi-umbian meningkat selama tahun 2001 ,
sehingga produksi keladi dan umbi-umbian meningkat menjadi 31,259 ton dan sentra
produksinya di Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Sorong.
Produksi jagung mencapai 9.269 ton (naik 12,35%) dibanding tahun sebelumnya. Daerah
potensial penghasil jagung adalah Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Jayapura dengan
sumbangannya masing-masing 41,83% dan 25,51%. Sedangkan produksi kacang tanah dan
kacang kedelai selama tahun 2001 masing-masing sebesar 3,191 ton (turun 0,80%) dan 6,376
ton (turun 16,28%). Produksi tanaman sayur-sayuran pada tahun 2001 secara keseluruhan
menurun dibandingkan dengan tahun 2000, kecuali bawang putih, bawang daun dan kubis.
Sedangkan produksi buah-buahan rata-rata meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,
kecuali pisang, mangga, pepaya, jeruk dan jambu biji.
2) Tanaman Perkebunan
Produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2001 secara keseluruhan menurun 2,65%
dibanding tahun 2000 walaupun luas panen meningkat. Sumbangan terbesar berasal dari
komoditas kelapa sawit sebesar 81,69%, diikuti produksi kelapa sebesar 11,41% dan coklat
5,62%. Komoditi kelapa sawit dan kakao merupakan komoditi andalan Provinsi Papua,
dimana kelapa sawit termasuk klasifikasi prosfektif, sedangkan kakao adalah potensial.
Produksi kelapa sawit masih terbatas di Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Jayapura,
sedangkan produksi kakao sentra produksinya di Kabupaten Jayapura, Paniai, Yapen
waropen dan Sorong. Sementara daerah potensial penghasil kelapa terdapat di Kabupaten
Jayapura, Sorong, Merauke dan Biak Numfort.
Produksi Perkebunan Besar Negara dan swasta pada tahun 2001 secara keseluruhan
tampak meningkat dibandingkan tahun 2000. Luas areal perkebunan besar pada tahun
2001 meningkat 142.15% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total luas tersebut diatas,
luas yang menghasilkan baru mencapai 36,82% dan sisanya belum menghasilkan.
3) Kehutanan
Luas hutan menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) pada tahun 2001 mencapai
37,85 Ha lebih, atau sebesar 89,69% dari total luas wilayah Papua. Dari luas tersebut
52,61% merupakan hutan produksi, 25,60% adalah hutan lindung, 18,37% hutan PPA dan
sisanya adalah lainnya. Volume penjualan beberapa jenis produksi hasil hutan di dalam
negeri selama tahun 2001 pada umumnya meningkat kecuali penjualan black board. Khusus

104

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

produksi kayu bulat asal HPH di Papua keadaan tahun 2001 tampak meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya.
4) Peternakan
Populasi ternak besar dan kecil di Papua selama tahun 2001 pada umunya meningkat
kecuali ternak domba. Populasi ternak sapi meningkat dari 65 ribu lebih pada tahun 2000
menjadi 69 ribu lebih dari pada tahun 2001 atau naik7,37%. Sementara itu populasi ternak
babi dan kambing juga meningkat masing-masing sebesar 33,07% dan 14,48%. Daerah
potensial untuk ternak sapi adalah di Kabupaten Merauke dengan populasi 17,877 ekor
(25,61%) diikuti Kabupaten Jayapura sebanyak 15,017 ekor (21,51%) dan Kabupaten
Manokwari 11,300 ekor (16,19%). Sedangkan daerah potensial untuk ternak babi adalah di
Kabupaten Jayawijaya dengan populasi sebanyak 542.804 ekor (78,87%) dan Kabupaten
Paniai sebesar 74.236 ekor (10,77%). Dari jumlah sapi sebanyak 69.800 ekor tersebut,
sebanyak 28,14% dipotong di RPH selama tahun 2001. Sedangkan pemotongan di luar RPH
umumnya adalah ternak kecil, seperti babi sebanyak 68.388 ekor dan kambing 5.466 ekor.
Produksi ternak besar-kecil selama tahun 2001 secara keseluruhan menurun dibandingkan
tahun 2002.
Sementara populasi ternak unggas pada umumnya meningkat dibandingkan tahun 2000.
Jenis unggas yang kenaikannya menjadi 317.040 ekor (naik 7,00%) diikuti ayam buras
pedaging sebesar 1.252.200 ekor (naik 5,68%), itik/entok sebanyak 105.620 ekor (naik 5,00%)
dan ayam kampung meningkat menjadi 1.395.400 ekor (naik 4,92%). Daerah potensial
ternak unggas ayam dan itik/entok adalah Kabupaten Paniai, Sedangkan Kabupaten
Jayapura penghasil ternak ayam ras dan ayam ras petelur.
5) Perikanan
Jumlah rumah tangga perikanan laut dan darat secara keseluruhan pada tahun 2001
meningkat menjadi 53.498 rumah tangga (6,90%) dibandingkan tahun 2000 yang tercatat
50.044 rumah tangga. Dari jumlah tersebut 60,16% adalah rumah tangga perikanan laut,
1626% rumah tangga perairan umum dan sisanya adalah rumah tangga perikanan
budidaya. Produksi perikanan secara keseluruhan selama tahun 2001 mencapai 151.132,70
ton, meningkat 19,58% dibanding tahun 2000, dengan rincian 97,03% adalah produksi
perikanan laut dan sisanya adalah perikanan darat. Daerah potensial produksi perikanan
laut adalah Kabupaten Merauke sebanyak 48.560,4 ton (31,75%) dan Kabupaten Sorong
44.429,8 ton (30,30%), sedangkan perikanan darat adalah Kabupaten Jayapura dengan
produksi sebesar 1.366,5 ton (30,44%). Nilai produksi perikanan selama tahun 2001
mencapai Rp. 388,09 milliar lebih atau meningkat 15,06% dibandingkan tahun 2000. Dan
lebih dari 95,77% merupakan nilai produksi perikanan laut. Sedangakan nilai produksi
perikanan darat pada tahun 2001 menurun sebesar 5,36% dibanding tahun 2002.
Pertanian di Kabupaten Keerom
Luas panen tanaman pangan di Kabupaten Keerom tahun 2006 adalah 14.880 Ha dengan
jumlah hasil produksi 54.717 ton terdiri dari : padi-padian 6.819 ton (11,3%), jagung 2.722 ton
(4.97%), ubi-ubian 10.145 ton (18,54%), kacang tanah 628 ton (1,15%), kacang kedelai 4.951 ton
(9.05%), kacang hijau 400 ton (0,73%), sayur-sayuran 24,223 ton (44,26%) dan buah-buahan
5.459 ton (10%).

105

Widi Hidayat

Tabel 2. Luas Areal Rata-Rata Hasil Per Ha dan Produksi Hasil Tanaman Pangan di Kabupaten Keerom
Tahun 2006
2000

2001
Rata-Rata
Rata-rata
Jenis Tanaman
Luas Panen Produksi
Luas Panen Produksi
Hasil
Hasil
(Ha)
(Ton)
(Ha)
(Ton)
(Ton/Ha)
(Ton/Ha)
1
2
3
4
5
6
7
1. Padi-padian
1.963
6.469
3.30
1.542
6.189
4.01
2. Jagung
3.377
5.417
1.60
2.178
2.722
1.25
3. Ubi-ubian
1.863
14.848
7.97
1.556
10.145
6.52
4. Kacang tanah
1.233
1.217
0.99
758
628
0.83
5. Kacang kedele
2.578
4.923
0.91
5.148
4.951
0.98
6. Kacang hijau
257
324
1.26
445
400
0.90
7. Sayur-sayuran
3.249
16.793
5.17
2.568
24.223
9.43
8. Buah-buahan
6.451
54.380
8.43
685
5.459
7.97
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Keerom 2000

Sedangkan luas areal tanaman perkebunan, jumlah petani perkebunan dan hasil produksi
perkebunan tahun 2005 seperti pada tabel berikut:
Tabel 3. Luas Areal, Jumlah Petani dan Hasil Produksi Perkebunan Tahun 2006
Jenis Komoditi
Petani
Perkebunan
(KK)
1.
Kelapa
5.779
2.
Kakao
6.998
3.
Cengkeh
743
4.
Kelapa Sawit
1.207
5.
Kelapa Hibrida
797
6.
Jambu Mete
10
7.
Vanilli
45
8.
Kemiri
78
9.
Lada
15
Jumlah
16.401
* Tanaman belum menghasilkan
Sumber: Keerom Dalam Angka 2002
No.

Luas Areal
(Ha)
3.925
3.044
26.45
4.720
20.28
0.25*
8.15*
51*
0.12*
12.158,49

Hasil Produksi
(Ton)
3.551,38
2.278,75
35.76
120.28
8.21
6.077,30

%
59,02
37,87
0,59
1.99
0.153
100

Dari Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa kelapa dan kakao adalah produksi utama
masyarakat Kabupaten Keerom pada sub sektor perkebunan, menyusul urutan ke-3 adalah
produksi kelapa sawit yang merupakan hasil perkebunan kelapa sawit. Kegiatan perkebunan di
Kabupaten Keerom melibatkan/menyerapkan tenaga kerja sebagai usaha pencaharian utama
sebanyak 16.401 KK dengan total luas areal perkebunan 12.158,49 Ha. Sedangkan total
populasi ternak di Kabupeten Keerom pada tahun 2005 berjumlah 213.480 ekor dengan rincian
sebagai berikut : sapi 11.010 ekor, kambing 3.150 ekor, babi 4.170 ekor, ayam ras 59.600 ekor,
ayam kampung 127.250 ekor dan itik + entok 8.300 ekot.
Populasi hasil perikanan di Kabupaten Keerom tahun 2005 berjumlah 3.573.1 ton, dan bila
diperinci menurut sub sektor terdiri atas : perikanan laut 2.682,1 ton (75,06%), darat 315.1 ton
(8,82%) dan perikanan umum 575.9 ton (16,12%). Kegiatan/usaha perikanan di Kabupaten
Keerom melibatkan/menyerap tenaga kerja sebagai usaha pencaharian sebanyak 6.670 KK

106

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

dengan rincian sebagai berikut: perikanan laut 1.652 KK (24,76%), darat 1.513 KK (22,68%) dan
perikanan umum 3.505 KK (52,56%). Untuk produksi kayu kehutanan dan hasil hutan di
Kabupaten Keerom diperinci menurut jenis kayu tahun 2001 meliputi : kayu bulat meranti
356.512,43 m3, kayu bulat R. campuran 57.421,21 m3, kayu gergajian meranti 12.272 m3, kayu
gergajian R. campuran 2.013,70 m3, rotan 13 ton, kulit masohi 5.883 ton, gaharu 0,3 ton dan
kemedangan 0.6 ton (Keerom Dalam Angka 2005).
Tabel 4. Populasi Ternak Diperinci Menurut Jenis Ternak Per Distrik Tahun 2005
No.
Distrik
Sapi
Kerbau
1
Arso
160
2
Skamto
2.450
3
Waris
15
4
Senggi
5
Web
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Keerom

Kambing
810
410
14
14
-

Kuda
-

Babi
105
85
50
45
40

Domba
-

Tabel 5. Penduduk Kabupaten Keerom Menurut Distrik Tahun 2006


No

Distrik

Laki-Laki
1
Arso
11.472
2
Skamto
5.819
3
Waris
1.204
4
Senggi
1.234
5
Web
1.458
Jumlah
Sumber: Keerom dalam Angka, 2004

Penduduk
Perempuan
9.984
5.228
1.161
9.974
2.624

Jumlah
21.456
11.048
2.365
11.208
2.624
48.704

Di Kabupaten Keerom, maka Distrik yang terbanyak penduduknya adalah Distrik Arso,
menyusul Distrik Senggi dan berikutnya Distrik Skamto. Sedangkan Distrik yang terkurang
penduduknya adalah Distrik Web dan Waris. Kabupaten Keerom terbagi atas 5 Distrik, dengan
jumlah desa 48.
Tabel 6. Penduduk Kabupaten Keerom Menurut Distrik Tahun 2006
Penduduk
Kelurahan
Desa
1
Arso
21
2
Skamto
8
3
Waris
6
4
Senggi
6
5
Web
7
Sumber: Biro Pemerintah Kabupaten Kerom
No

Distrik

Penduduk Kabupaten Keerom bila dirinci menurut lapangan kerja utama tahun 2004
adalah sebagai berikut:

107

Widi Hidayat

Tabel 7. Penduduk Kabupaten Keerom Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Selama Seminggu
yang Lalu Tahun 2006
No
1
2
3
4
5

Lapangan Usaha Utama


Pertanian
Industri
Perdangan
Jasa
Lainnya
Jumlah

Laki-Laki
15,223
382
1,369
8,167
1,808
26,944

Perempuan
5,223
141
1,278
2,036
8,678

Jumlah
20,446
523
2,647
10,198
1,808
35,622

Lapangan kerja yang terbanyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian (57,4%),
menyusul sektor jasa (28,6%).
Tabel 8. Potensi Usaha Agribisnis dan Agroindustri Pertanian di Kabupaten Keerom
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Potensi
Perkebunan Sawit
Perkebunan Kakao
Perkebunan lain
Peternakan Sapi
Peternakan Babi
Hasil Hutan
Sayur-sayuran
Buah-buahan

Luas lahan
4.720
3.044
110.175
2.625 ekor
690 ekor
5.454,31
2.568
685

Hasil Produksi (Ton)


120.28
2.278,75
47.521,38
50.980
24.223
5.459

Keterangan
Arso,Skamto
Arso Skamto,
Semua Distrik
Semua Distrik
Waris, Arso, Web
Semua distrik
Semua Distrik
Semua Distrik

Pembahasan Hasil Penelitian


Prospek pembinaan dan pengembangan sektor agribisnis dan agroindustri di Kabupaten
Keerom adalah sangat prospektif di masa depan bila dilihat dari kesuburan lahan, ketersediaan
lahan yang cukup luas dan potensi berbagai sumber daya alam pertanian agribisnis dan
agroindustri baik sub sektor tanaman pangan, peternakan, perkebunan, perikanan dan
kehutanan.
Sebagai gambaran tentang potensi sumber daya alam dalam berbagai sub sektor pertanian
agribisnis dan agroindustri baik yang sudah dikembangkan maupun yang potensial untuk
dikembangkan di Kabupaten Keerom adalah sebagai berikut:
1. Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura meliputi : jagung, kacang tanah, kacang
kedelai, kacang hijau, bawang, sayur-sayuran, umbi-umbian, tomat, mangga, jeruk manis,
papaya, nangka, pisang, salak, rambutan, duku, jambu, dan lain-lain.
2. Sub Sektor Peternakan meliputi : sapi, ayam buras, kerbau, kambing, babi, itik, entog dan
lain-lain.
3. Sub Sektor Perkebunan meliputi : kelapa, kakao, cengkeh, kelapa sawit, kelapa hibrida,
vanili, kemiri dan lain-lain.
4. Sub Sektor Perikanan meliputi : ikan tawar yaitu ikan mujair, lele dan ikan mas serta ikan
sembilan.
5. Sub Sektor Kehutanan meliputi : kayu bulat, kayu gergajian dan kayu bulat.
Produksi hasil hutan adalah rotan, kulit masoi, minyak lawang, anggrek, kayu gaharu, sagu,
dan arang.

108

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

Berdasarkan pada sektor hasil pertanian agribisnis dan agroindustri yang terdapat di
Kabupaten Keerom, cukup banyak dan prospektif di masa depan, namun belum dikembangkan
sesuai dengan potensinya akibat relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia yang bekerja
dalam sektor pertanian. Sebagian terbesar para petani di Keerom masih berpola tani tradisional
dan sub sistim dan sebagian sudah berorientasi pasar belum berorientasi ke pertanian
komersial dan modern terutama untuk produksi pertanian yang pasarnya ada dan mempunyai
nilai tukar yang bagus. Salah satu indikator untuk menilai perkembangan struktur ekonomi
suatu daerah adalah dengan melihat komposisi PDRB menurut sektor. Sumbangan sektor
pertanian terhadap total PDRB adalah sebesar 14,31 %. Sektor pertanian merupakan salah
satu jenis usaha yang mampu menjadi motor penggerak ekonomi, sebab mampu bertahan
terhadap krisis ekonomi, menampung tenaga kerja yang cukup banyak (Papua 74% dan
Indonesia 54%), peningkatan devisa melalui eksport non migas dan penyedia konsumsi/pangan
bagi manusia.
Khusus untuk Papua peranan sektor pertanian terhadap PDRB mencapai 17,96 terhadap
total PDRB, sebab total PDRB Papua masih didominasi oleh sektor pertambangan dengan
sumbangan sebesar 53,31%. Potensi sektor pertanian di Kabupaten Keerom perlu
dikembangkan dengan baik mengingat peranannya yang begitu penting seperti diuraikan di
atas, dengan cara pengembangan kualitas sumber manusia melalui pembinaan dan bimbingan
intensif, penyuluhan intensif, studi banding ke daerah yang pertaniannya lebih maju,
penyediaan bibit unggul, pupuk dan bantuan pemasaran basil produksi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya, sesuai hasil penelitian dan pembahasan
hasil penelitian, maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Prospek pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Keerom adalah sangat cerah untuk
dikembangkan di masa depan, bila dilihat dari tingkat kesuburan tanah, ketersediaan lahan
yang cukup luas, sehingga potensial dikembangkan berbagai sumber daya alam pertanian
baik sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor perkebunan, sub sektor
perikanan dan sub sektor kehutanan. Namun potensi sumber daya alam tersebut belum
dikembangkan sesuai potensinya, akibat relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia
yang bekerja dalam sektor pertanian di Kabupaten Keerom.
2. Tingkat pendidikan para petani di Kabupaten Keerom pada umumnya rendah, yaitu ratarata setingkat SD, sehingga kurang memiliki pengetahuan dan aspek manajemen usaha
tani, walaupun para petani tersebut rata-rata telah cukup lama menekuni usaha tani, tetapi
karena motivasi, ethos kerja dan jiwa wirausaha tani rendah sehingga produktivitas dan
pendapatan para petani tetap rendah akibatnya tidak mampu meningkatkan
ekonomi/pemberdayaan ekonomi mereka yang pada akhirnya mutu kehidupan tetap
rendah.
3. Persoalan kualitas sumber daya manusia petani di pedalaman Papua termasuk di Keerom
harus kita pahami secara utuh dan komprehensif. Kita tidak boleh pahami secara sepotongpotong, apalagi berangkat dari asumsi yang kita buat sendiri atas dasar pengalaman yang di
peroleh pada daerah dan masyarakat lain. Padahal keberhasilan program pembangunan
pertanian ditentukan oleh sejauh mana mereka ditingkat mikro itu atau masyarakat di
Kabupaten Keerom bisa memahami, mengadaptasi dan mengadopsi program-program yang
diperkenalkan.

109

Widi Hidayat

4. Berdasarkan prioritas usaha petani terdapat berbagai komoditas pertanian yang potensial
untuk dikembangkan di Kabupaten Keerom sebagai berikut:
1) Tanaman Pangan
(1) Sangat potensial, yaitu cabai, bawang, pisang, pepaya, jeruk.
(2) Potensial, yaitu bayam, kangkung, sawi, kubis, seledri, tomat, ketimun, mangga,
salak, semangka, manggis.
2) Perkebunan Rakyat.
(1) Sangat Potensial, yaitu cokiat dan kelapa sawit.
(2) Potensial, yaitu kopi, kelapa, lada dan pala.
3) Peternakan.
(1) Sangat potensial, yaitu sapi, kambing, domba.
(2) Potensial, yaitu kerbau, babi dan ayam kampung.
4) Pengolahan Hasil Hutan Rakyat
(1) Sangat potensial, yaitu kayu gergajian dan rotan
5) Perikanan
(1) Sangat potensial, yaitu cabai, bawang, pisang, pepaya, jeruk.
(2) Potensial, yaitu berbagai jenis ikan laut, bandeng, ikan mas dan mujair.
5. Pola Kemitraan yang cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Keerom adalah pola
kemitraan program Pemerintah.
6. Tingkat produktivitas pertanian di Kabupaten Keerom umumnya sangat rendah bila
dibandingkan dengan tingkat produktivitas nasional.
7. Para petani di Kabupaten Keerom sebagian besar masih berpola tani tradisional dan sub
sistem, hanya sebagian kecil yang mulai melakukan pertanian berorientasi pasar.
Saran
1. Masyarakat setempat di Kabupaten Keerom, untuk dapat merubah prilaku dan pola pikir
masyarakat tani dan berpola tani tradisional/sub sistim ke pola pertanian modern, akan
dapat berubah jika mereka ditempatkan berdampingan dengan masyarakat petani
pendatang. Selain itu perlu dibuatkan contoh-contoh atau kebun percontohan di sekitarnya.
Selain itu juga akan berubah pola pikirnya Jika tokoh masyarakat merupakan contoh di
daerah tersebut diajak untuk melakukan magang pada daerah lain yang Iebih maju
pertaniannya.
2. Para petani di Keerom sangat penting untuk ditingkatkan kemampuan ekonominya/
diberdayakan melalui pembinaan usaha tani yang berkelanjutan seperti: bimbingan intensif,
pelatihan, magang, studi banding serta bantuan permodalan, pemberian kredit usaha tani
(KUT), subsidi pupuk dan bantuan pemasaran hasil produksi pertanian.
3. Komoditas pertanian di Kabupaten Keerom yang mempunyai skala prioritas sangat
potensial dan perlu mendapat prioritas utama dikembangkan oleh masyarakat setempat.
Selain itu perlu dilakukan promosi investasi untuk mengundang para investor terutama
untuk sub sektor perkebunan dan sub sektor perikanan yaitu coklat, kelapa sawit,
perikanan laut dan perikanan darat.
4. Pola kemitraan, program pemerintah dengan sistim bapak angkat dan anak angkat dalam
rangka pemberdayaan ekonomi rakyat adalah dengan pola kemitraan yang saling
membutuhkan dan saling menguntungkan antara kedua belah pihak.
5. Pola pembinaan yang perlu dilakukan adalah untuk menumbuhkan dan memperkuat
kemampuan penduduk miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan memberdaya-

110

ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

kan ekonomi para petani melalui pembinaan keterampilan, bantuan permodalan, pemberian
bibit unggul, penyediaan pupuk/ obat-obatan dan bantuan pemasaran hasil.
DAFTAR PUSTAKA

111

Anda mungkin juga menyukai