Anda di halaman 1dari 70

http://lvunderground.wordpress.

com/

PROLOG

Urgensi Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau memiliki

kebudayaan yang berbeda-beda dari berbagai macam suku bangsa. Karakteristik kebudayaan yang beraneka ragam inilah yang mendukung perkembangan dan khasanah kebudayaan nasional. Bugis-Makassar sebagai salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki nilai-nilai utama yang masih dipegang teguh bahkan masih menjadi pegangan hidup sehari-hari. Nilai-nilai ini mempunyai makna masing-masing untuk dipakai menunjukkan tindakan sosial dan kultural atau dalam pola hubungan dengan masyarakat atau dalam interaksi sosial. Pertanian merupakan bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dimana dalam pengelolaannya diperlukan suatu yang berkelanjutan. Pertanian dalam arti luas termasuk pembudidayaan ikan, ternak, pemberdayaan hasil-hasil hutan serta cara bercocok tanam itu sendiri. Pertanian diartikan sebagai kegiatan proses produksi biologis dengan unsur-unsur usahatani dan petani itu sendiri. Pertanian dalam usaha atau unit ekonomi adalah suatu kegiatan untuk memproduksi

tanaman, dimana dalam kegiatan pertanian memerlukan modal, biaya, tenaga keraja dan lainnya. Pertanian mulai muncul pada saat manusia mulai mengendalikan pertumbuhan tanaman, dengan mengaturnya sedemikian rupa sehingga menguntungkan. Perbedaan antara pertanian

http://lvunderground.wordpress.com/ yang ilmiah dan primitif terletak pada taraf dimana penguasaan oleh manusia yang telah terlaksana. Kerja adalah suatu usaha yang terkait pada kegiatan dalam kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang menjadi masalah apa kegiatan itu sejalan dengan perintah Allah SWT, disinilah letak kemampuan manusia untuk berpikir apa ia harus melakukan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. Jadi untuk mendalami makna kerja yang sejalan dengan keyakinan dan

kepercayaannya itu sebagai manusia muslim, maka ia menjawab bahwa islam yang dipahami Rasulullah, sahabat dan para tabiin adalah islamnya jiwa secara utuh kepada Allah. Makna kerja diartikan

bagaimana perilaku seorang petani memaknai pekerjaan usahatani yang mereka lakukan. Pekerjaan bertani adalah pekerjaan yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, sepertiserealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau flax untuk penenunan dan pembuatan pakaian. Secara umum, ada dua cara penggunaan tenaga di bidang pertanian, yaitu tenaga untuk menarik beban, tenaga untuk memutar, dan panas. Pekerjaan menarik beban misalnya pengolahan tanah dengan

http://lvunderground.wordpress.com/ menggunakan bajak biasa, menarik trailer, dan sebagainya. Sedangkan pekerjaan memutar misalnya memompa air, perontokan padi, dan sebagainya. Ada juga pekerjaan yang menggunakan tenaga tarik dan putar sekaligus, seperti penanaman, pemanenan, dan pengolahan tanahdengan menggunakan bajak yang memanfaatkan daya dari poros PTO traktor. Penggunaan panas misalnya untuk mengeringkan,

mendinginkan, dan mengolah hasil pertanian.

Tujuan Tujuan diadakannya Praktek lapang sosiologi pertanian di

Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, yaitu : 1. Agar mahasiswa dapat mengkaji dan memahami nilai atau makna yang terkandung dalam kerja petani, yang

mengutamakan petani atau penduduk pinggiran kota sebagai objek penelaahannya. 2. Untuk mempelajari secara langsung mengenai makna kerja bagi masyarakat Lingkungan Tattakkang. Metode Metode yang diterapkan dalam praktek lapang Tugas Lapang Sosiologi Pertanian, tidak jauh berbeda dengan metode penelitian yang biasa dilakukan. Yang pertama dilakukan adalah menentukan daerah yang akan dijadikan tempat praktek lapang. Dan daerah yang ditentukan

http://lvunderground.wordpress.com/ itu adalah Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Langkah kedua yang dilakukan adalah penentuan responden. Penentuan responden ini dilakukan secara acak namun dengan syarat bahwa responden terpilih adalah yang bermata pencaharian sebagai petani. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan cara : Metode rapport (pendekatan), dilakukan dengan membangun interaksi saling mempengaruhi dan mempercayai melalui

komunikasi interaktif dengan pihak keluarga responden. Metode wawancara yaitu dengan bertanya secara langsung kepada responden dengan menggunakan acuan kerangka daftar pertanyaan yang telah disusun beberapa hari sebelumnya. Metode observasi dan partisipatif yaitu dengan melakukan pemusatan perhatian secara langsung keadaan hidup responden sebagai bahan hidup responden. Metode tinjauan kepustakaan yakni dilakukan dengan analisa pengamatan realita keseharian

mengumpulkan bahan-bahan bacaan sebagai pedoman atau perbandingan dalam mencapai sasaran yang diinginkan.

http://lvunderground.wordpress.com/ Sistemika Berdasarkan uraian diatas maka tugas lapangan Sosiologi Pertanian yang dilaksanakan sejak tanggal 23 Oktober 2011 sampai dengan 20 November 2011, dengan empat kali kunjungan. Maka, praktek lapang ini dilaksanakan di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Selama 4 minggu ini kunjungan dilakukan sebanyak 4 kali yaitu: Kunjungan pertama dilaksanakan pada hari Minggu, 23 Oktober 2011, Kunjungan ini merupakan tahap pencarian responden dan keluarganya serta berusaha untuk menciptakan rapport yang baik agar dalam kunjungan berikutnya wawancara dapat berjalan lancar. Dan juga mengamati ekologi kehidupan di Lingkungan Tattakkang tersebut. Kunjungan kedua, dilaksanakan pada hari Minggu, 30 Oktober 2011, wawancara dilaksanakan dengan berpatokan pada kuisioner yang dibagikan kali ini dilaksanakan untuk mengetahui kondisi rumah tangga responden. Kunjungan ketiga, dilaksanakan pada hari Minggu, 13 November 2011. Pada kunjungan ini digunakan untuk mengetahui perjalanan hidup responden dan sejarah kehidupan responden mulai dari anak-anak sampai menjadi seorang petani dan kepala keluarga. Kunjungan keempat dilaksanakan pada hari Minggu, 20 November 2011. Kunjungan ini merupakan kunjungan terakhir yang digunakan untuk mencari informasi mengenai makna kerja bagi responden.

http://lvunderground.wordpress.com/ Interaksi kami dengan responden awalnya ada rasa was-was terutama untuk penciptaan rapport. Tapi kemudian segala ragu dapat dihilangkan sebab responden di Desa tersebut menerima kami semua dengan sangat baik, ramah dan terbuka. Kami juga disuguhkan makanan, minuman, buah-buahan yang dibawa pulang bahkan sebagian dari

teman-teman diminta untuk menginap dirumah responden masing-masing. Selama melakukan kunjungan kepada responden penulis mendapat banyak hal yang menyenangkan dengan responden yaitu dengan terjadinya hubungan yang akrab dengan keluarganya, sehingga dalam setiap kunjungan penulis selalu diperlakuakan dengan baik dan sudah dianggap sebagai keluarga sendiri.

http://lvunderground.wordpress.com/

I. EKOLOGI KEHIDUPAN
1.1. Kondisi Geografis Praktek lapang mata kuliah Sosiologi Pertanian ini dilaksanakan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Luas wilayah ini adalah 424,56 Ha yang terbagi atas empat lingkungan yaitu Lingkungan Barua, Lingkungan Tattakkang, Lingkungan Palaraka dan lingkungan Parangbanoa, terdiri dari 16 RW dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 2.641 jiwa dan mayoritas pencaharian di sektor pertanian dan buruh bangunan. Jarak dari pusat Kota

Sungguminasa yaitu 7 km (waktu tempuh 30 menit) sedangkan dari pusat Kota Makassar yaitu (waktu tempuh 45 menit). Kelurahan Parangbanoa ini terletak antara 5 14 56.65 LS dan 119 29 05.54 BT dan secara administratif berbatasan dengan: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bontomarannu; Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kampili; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Toddotoa; dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tetebatu.

Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa sudah empat kali mengalami pergantian kepala kelurahan yang dipilih oleh kepala pusat serta tiga kepala lingkungan yang dipilih oleh lurah. Nama-nama kepala lurah yang telah menjabat diantaranya:

http://lvunderground.wordpress.com/

Lurah pertama bernama Bapak Bella Lurah kedua bernama Bapak Paharuddin Lurah yang ketiga bernama Bapak Subair Lurah yang sekarang menjabat bernama Bapak H. Darwis Sedangkan untuk Kepala Lingkungan Parangbanoa bernama Bapak

Ahmad Hamid. Pada tahun 1960 sejak adanya Kelurahan Parangbanoa, kepala kelurahan di setiap lingkungan telah ada, namun belum mempunyai pola dan struktur tertentu. Masa jabatan tahun tersebut belum terlalu formal sehingga tidak terbentuk struktur organisasi yang jelas. Sekitar tahun 1996 barulah ada pemilihan lurah yang bersifat formal, yaitu: 1. Bapak Bella Bapak Bella merupakan kepala Kelurahan yang pertama kali memimpin Kelurahan Parangbanoa dengan masa jabatannya selama satu periode pemerintahan, yaitu pada tahun 1996-2000. 2. Bapak Paharuddinun Setelah masa kepemimpinan Bapak Bella berakhir, maka kepemimpinan Bapak Kelurahan Parangbanoa dialihkan kepada Kelurahan

Paharuddin.

Dalam

kepemimpinannya,

Parangbanoa mulai mengalami peningkatan. Selain itu, Bapak Paharuddin memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat setempat. Masa kepemimpinannya berlangsung selama satu periode, yaitu dari tahun 20002004.

http://lvunderground.wordpress.com/

3. Bapak Subair Setelah masa kepemimpinan Bapak Paharuddin berakhir, maka kepemimpinan Bapak Subair. Kelurahan Dalam Parangbanoa masa dialihkan kepada Kelurahan

kepemimpinannya,

Parangbanoa terus mengalami peningkatan. Masa kepemimpinannya juga berlangsung selama satu periode, yaitu dari tahun 2004-2008. 4. Bapak H. Darwis Setelah masa kepemimpinan Bapak Subair berakhir, maka kepemimpinan Kelurahan Parangbanoa dialihkan kepada

Bapak H. Darwis yang menjabat dari tahun 2008-2012. Penduduk di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa cenderung berasal dari suku Bugis-Makassar dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Makassar. Meskipun demikian terdapat beberapa orang yang bisa menggunakan Bahasa Indonesia. Keadaan iklim dan topografi di lingkungan Parangbanoa adalah dataran rendah dengan ketinggian 0-20 meter diatas permukaan laut. Adapun suhu udara antara 20-300C sehingga dalam suhu tersebut cocok sekali untuk pengembangan tanaman palawija dan holtikultura. Tanah di kelurahan Parangbanoa adalah jenis tanah alvial dan redteran dengan pH tanah 5-7.

http://lvunderground.wordpress.com/

1.2. Pola Penggunaan Lahan Kepemilikan lahan oleh masyarakat di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kebupaten Gowa umumnya diperoleh secara turun temurun dari orang tua ataupun keluarga mereka. Namun, ada juga yang memiliki lahan karena pembelian dan perkawinan (warisan). Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono (2000), bahwa usaha pemilikan tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mendapatkan bantuan/hadiah, warisan, perkawinan dan pembelian. Untuk mendapatkan pemilikan itu diadakan usaha pemupukan modal dan menabung, dengan menabung terus menerus akan menambah modal yang digunakan untuk

pemilikan tanah. Setiap petani memiliki kondisi lahan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tanah atau lahan sendiri untuk digarapnya sendiri pula. Ada pula yang memiliki lahan sendiri akan tetapi dalam penggarapannya dia mempercayakan orang lain yang melakukannya dengan sistem bagi hasil. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan faktor utama dalam usaha tani, hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat tinggalnya (Soekartawi, 2003).

http://lvunderground.wordpress.com/

Secara umum pola penggunaan lahan masyarakat di Kelurahan Parangbanoa digunakan sebagai lahan persawahan untuk memperoleh pendapatan dan sebagai sumber bahan pangan untuk dikonsumsi

sehari-hari. Selain itu penggunaan lahannya digunakan sebagai lahan perkebunan dan pemukiman.

1.3. Keadaan Penduduk Penduduk adalah orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Kondisi umum kehidupan masyarakat tani masih tradisional. Nilai kegotong-royongan masih nampak, kehidupan sosial masyarakat penuh kekeluargaan. Secara fisik penduduk masyarakat tani lebih didominasi oleh penduduk wanita dan anak-anak. Umur yang bervariasi dengan tingkat pendidikan yang masih rendah (Salman, 2005). Mayoritas penduduk di Kelurahan Prangbanoa merupakan penduduk asli Makassar. Komposisi warga komunitas dilihat dari mata pencaharian dominan bekerja sebagai petani. Petani merupakan pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Kelurahan Parangbanoa karena profesi tersebut merupakan profesi turun temurun dari generasi sebelumnya. Sebagian masyarakat Kelurahan Prangbanoa tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Golongan ini terdapat pada usia 40 tahun ke atas. Oleh karena itu, bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Kelurahan Prangbanoa sehari-hari dominannya adalah bahasa Makassar.

http://lvunderground.wordpress.com/

Berdasarkan data sekunder, penduduk Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat di kelompokkan menurut umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut.

1.3.1.

Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk

dalam

suatu

spesies

sebagai

sarana

atau

sebagai

akibat

digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin dikaitkan pula dengan aspek gender, karena terjadi diferensiasi peran sosial yang dilekatkan pada masing-masing jenis kelamin. Pada masyarakat yang mengenal "machoisme", umpamanya, seorang laki-laki

diharuskan berperan secara maskulin ("jantan" dalam bahasa seharihari) dan perempuan berperan secara feminin. Sebagai contoh, tidak ada tempat bagi seorang laki-laki yang sehari-harinya mencuci piring/pakaian karena peran ini dianggap dalam masyarakat itu sebagai peran yang harus dilakukan perempuan (peran feminin) (Anonim a, 2011). Berdasarkan data sekunder, penduduk Kelurahan

Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat di kelompokkan menurut jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1, berikut:

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011. No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Laki-laki 1161 48,74 % 2. Perempuan 1221 51,26 % Jumlah 2382 100 Sumber: Data Sekunder, 2011. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah total penduduk Lingkungan Parangbanoa adalah sebesar 2382 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 1161 jiwa (48,74%) dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1221 jiwa (51,26%). Jumlah penduduk yang demikian itu dapat menjadi sebuah potensi bagi daerah tersebut, utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja. Namun yang merupakan hal biasa di masyarakat bahwa tenaga kerja laki-laki adalah lebih besar penilaiannya dibanding tenaga kerja perempuan. Akan tetapi meskipun

menghadapi kenyataan yang demikian, masing-masing mempunyai spesialisasi dalam pekerjaannya. Hal ini dijelaskan oleh Soekartawi (2003) yang menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.

http://lvunderground.wordpress.com/

1.3.2. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu kelompok masyarakat biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sumber perekonomian dapat menentukan tingkat dari kemakmuran serta taraf hidup suatu masyarakat dan juga dapat menentukan kedudukan/status dari penduduk itu sendiri

(Nainjolan, 2005). Penilaian tentang penduduk suatu daerah atau wilayah dapat dilakukan dengan menganalisis data penduduk dari segi mata pencaharian. Menurut Nazarwin (2000) dinyatakan bahwa mata pencaharian merupakan objek dari individu, kelompok ataupun masyarakat dalam rangka mencari pendapatan untuk pemenuhan biaya kebutuhannya. Berdasarkan pernyataan ini, maka disimpulkan bahwa mata pencaharian yang beragam akan menunjukkan bahwa individu dalam suatu kelompok masyarakat adalah beragam. Berdasarkan data sekunder jumlah penduduk Kelurahan Parangbanoa dapat dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2, berikut:

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011. No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Persentase (Jiwa) (%) 1. Petani 1.324 60,60 2. Peternak 524 11,81 3. PNS 41 1,96 4. Wiraswasta 66 4,11 5. Buruh bangunan 720 20,30 6. Pegawai Swasta 50 1,21 7. Pedagang 35 0,01 Jumlah 2.760 100 Sumber: Data Sekunder, 2011 Tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan

Parangbanoa yang bekerja sebagai petani sebanyak 1.324 jiwa (60,60%), peternak sebanyak 524 jiwa (11,81%), PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebanyak 41 jiwa (1,96%), buruh bangunan sebanyak 720 jiwa (20,30%), pegawai swasta sebanyak 50 jiwa (1,21%) dan terakhir pedagang yaitu 35 jiwa (0,01%). Mata pencaharian di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa lebih dominan seorang petani dari pada buruh bangunan, hal ini sesuai dengan pendapat Witrianto (2011) bahwa petani bertempat tinggal di pedesaan dan sebagian besar di antaranya, terutama yang tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk di Asia Tenggara.

1.3.3. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan individu. Pendidikan bertalian dengan transmisi

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek

http://lvunderground.wordpress.com/

lainnya terhadap interaksi sosial. Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para petani merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya. Walaupun seseorang memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan pengetahuan maka usaha yang dikelola tidak akan mengalami peningkatan, dimana makin tinggi tingkat pendidikan petani maka makin banyak pula informasi-informasi yang dapat dicerna

sehubungan dengan peningkatan produksi usahataninya. Hampir segala sesuatu yang kita alami merupakan hasil hubungan kita di rumah, sekolah, tempat pekerjaan dan sebagainya (Nasution, 2010). Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel 3, berikut:

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011. No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) (%) Sekolah Rakyat S2 S1 D3 D2 D1 SMA SMP SD Sementara Kuliah Sementara SMA Sementara SMP Sementara SD Sementara TK Belum sekolah Tidak Sekolah Jumlah Sumber: Data Sekunder, 2011. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 1 1 11 3 9 1 140 217 567 72 57 119 197 17 154 816 2.382 0,0 0,0 0,5 0,1 0,4 0,0 5,9 9,1 23,8 3,0 1,9 5,0 8,3 0,7 7,0 34,3 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa warga Kelurahan Parangbanoa yang tingkat pendidikannya sampai pada sekolah rakyat berjumlah 1 orang atau 0,0% dari total populasi penduduk. Untuk warga yang sampai jenjang pendidikan S2 berjumlah 1 orang atau 0,0% dari total jumlah penduduk. Adapun warga yang sampai pada jenjang pendidikan S1 berjumlah 11 orang atau 0,5% dari total populasi. Untuk warga yang sampai pada jenjang pendidikan D3 berjumlah 3 orang atau 0,1% dari total populasi. Warga yang sampai pada jenjang pendidikan D2 berjumlah 9 orang atau 0,4%. Warga yang sampai pada jenjang pendidkan D1 berjumlah 1 orang atau 0,0%.

http://lvunderground.wordpress.com/

Warga yang sampai pada jenjang pendidikan SMA berjumlah 140 orang atau 5,9%. Warga yang sampai pada jenjang pendidkan SMP berjumlah 217 orang atau 9,1%. Warga yang sampai pada jenjang pendidikan SD berjumlah 567 orang atau 23,8%. Warga sementara kuliah berjumlah 72 orang atau 3,0%. Warga sementara SMA berjumlah 57 orang atau 1,9%. Warga sementara SMP berjumlah 119 orang atau 5,0%. Warga sementara SD berjumlah 197 orang atau 8,3%. Warga yang yang yang yang yang

sementara TK berjumlah 17 orang atau 0,7%. Warga yang belum sekolah berjumlah 154 orang atau 7,0%. Sedangkan yang terakhir yaitu warga yang tidak bersekolah atau tidak berpendidikan berjumlah 816 orang atau 34,3% dari total populasi. Dilihat dari banyaknya warga yang tingkat pendidkannya rendah yaitu hanya rata-rata lulusan SD dan SMP bahkan sekitar 34,3% yang tidak berpendidikan sama sekali sehingga tingkat pendidikan di Kelurahan Parangbanoa ini tergolong sangat rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana pendidikan yang tersedia di kelurahan tersebut serta sebagian besar warga Kelurahan Parangbanoa tergolong dalam ekonomi lemah. 1.4. Keadaan Sarana dan Prasarana Suatu wilayah dapat dikatakan mengalami perkembangan jika wilayah tersebut mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, sehingga penduduknya dapat menggunakannya sesuai dengan

http://lvunderground.wordpress.com/

kebutuhan mereka masing-masing. Sarana dan prasarana tersebut antara lain sarana perhubungan, peribadatan, pemukiman dan pendidikan (Anonim b, 2011). Lancarnya perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah sarana dan prasarana yang terdapat pada daerah tersebut, baik sarana bangunan maupun sarana perhubungan. Jika suatu daerah

mempunyai sarana yang memadai serta ditunjang oleh sumber daya alam yang cukup, maka kegiatan pertanian atau perekonomian pada daerah tersebut berjalan lancar (Anonim b, 2011). Sarana perhubungan dan komunikasi dapat membantu

mempercepat informasi segala macam yang berhubungan dengan pertanian. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan dan keagamaan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang berpendidikan disertai dengan ketekunan dalam menjalankanibadah merupakan syarat utama dalam pembangunan nasional. Sarana di bidang kesehatan sangat diperlukan dalam mengelola usahatani agar dapat berjalan lancar

(Anonim b, 2011).

1.4.1. Sarana Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

http://lvunderground.wordpress.com/

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat (Anonim c, 2011). Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang

pengetahuan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya sarana pendidikan seperti sekolah baik itu TK, SD, SMP dan SMA, agar masyarakat dapat memperoleh pengetahuan yang tidak hanya didapatkan dari orang tua saja (turun menurun) tetapi didapatkan dari sekolah formal dan juga masyarakat dapat mengetahui perkembangan (Yusoff, 2008). Untuk lebih jelasnya mengenai saran pendidikan di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel 4, berikut: Tabel 4. Jumlah Sarana Pendidikan Yang Tersedia di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011. Jenis Sarana Jumlah (Buah) 2 2 Persentase 100 % 100 % dunia khususnya dalam bidang pertanian

No. 1. 2. 3. 4.

SD SLTP SMU TPA Jumlah Sumber: Data Sekunder, 2011.

Tabel 4 menunjukkan bahwa sarana pendidikan khususnya untuk Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 buah, SLTP dan SMU serta TPA tidak ada, walaupun fasilitas yang tersedia masih sangat minim

http://lvunderground.wordpress.com/

tetapi penduduk dianjurkan

untuk

menyelesaikan sekolahnya

hingga SMU. Bagi warga yang mau melanjutkan sekolahnya harus keluar dari daerah tersebut ke daerah kota Gowa.

1.4.2. Sarana Peribadatan Tempat ibadah merupakan tempat suci bagi seseorang yang menganut suatu agama. Tempat ibadah juga sangat diperlukan untuk menunjang Berdasarkan pengetahuan data keagamaan seluruh 2003). masyarakat. Kelurahan

sekunder

(Soekartawi,

Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa memiliki tempat ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5, berikut: Tabel 5. Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan pallangga, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011. Tempat Ibadah Mesjid Jumlah (Buah) 4 -

No. 1.

2. Gereja Sumber: Data Sekunder, 2011.

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa kurangnya tempat-tempat ibadah yang tersedia di Kelurahan Parangbanoa. Jumlah mesjid yang terdapat sebanyak 4 buah sedangkan untuk gereja tidak terdapat di Kelurahan tersebut. Ini dapat membuktikan bahwa penduduk di Kelurahan Parangbanoa rata-rata penduduknya beragama Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat Soebono (2010) bahwa fungsi mesjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah

http://lvunderground.wordpress.com/

shalat

berjamaah.

Mesjid merupakan

rumah

tempat

ibadah

umat Muslim. Selain tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.

http://lvunderground.wordpress.com/

II.

KONDISI UMUM RUMAH TANGGA

2.1. Identitas Petani Responden Dalam menjalankan kegiatan usahatani, petani mempunyai peranan yaitu sebagai penggerak dan manajer. Petani inilah yang mengatur dan memelihara pengeloolaan pertumbuhan lahan tanaman panen. dalam usahanya petani mulai dari

sampai

Namun,

mempunyai

kemampuan yang berbeda antara petani yang satu dengan petani yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan. Faktor-faktor tersebut menjadi tolak ukur dalam mengidentifikasi petani dalam upaya penyebaran informasi dan inovasi kepada petani. Dengan adanya identitas petani responden maka akan memudahkan dalam menganalisis usahataninya (Mosher, 2000). Tabel 6. Identitas Petani Responden di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.
Responden Umur (Tahun) 48 Pekerjaan Pendidikan Utama SD Petani Sampingan Tukang batu Jumlah tanggungan keluarga (orang) 3 Pendapatan Pertahun (Rp) Utama 1.039.000 Sampingan 12.000.000

Dg. Gassing

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011 Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa identitas petani responden di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa,

Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa yaitu Dg. Gassing yang telah berusia 48 tahun. Pendidikan terakhir beliau yaitu tamat Sekolah Dasar

http://lvunderground.wordpress.com/

(SD). Pekerjaan utama Dg. Gassing yaitu petani sedangkan pekerjaan sampingannya yaitu tukang batu. Dari pekerjaan Dg. Gassing memperoleh pendapatan pekerjaan dalam sebagai petani

setahun sebanyak buruh bangunan

Rp 1.039.000,- sedangkan

sebagai

sebanyak Rp. 12.000.000,-. Jadi, setiap tahun yaitu

pendapatan

total Dg. Gassing keluarga

Rp. 13.039.000,-. Jumlah tanggungan

Dg. Gassing sebanyak 3 orang yaitu istrinya dan dua orang anaknya yaitu Kasminah dan Jumiati. Penghasilan yang diperoleh beliau boleh dikatakan cukup banyak dan dapat memenuhi segala kebutuhan keluarganya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) bahwa pekerjaan atau mata pencaharian suatu konsumen dapat mempengaruhi penghasilan,

kemampuan membeli dan kemampuan untuk mengkonsumsi suatu produk.

2.2. Umur Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berfikir. Kondisi fisik yang dapat menurun, pemikirann yang biasanya tertuju untuk memotivasi kerja maupun pengalaman sangatlah

dipengaruhi oleh umur. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat lebih cepat menerima hal-hal baru yang dianjurkan karena mereka lebih berani menanggung resiko dan memiliki kemampuan fisik yang lebih dibandingkan petani yang sudah tua. Petani yang berumur muda belum

http://lvunderground.wordpress.com/

memiliki banyak pengalaman karena itu mereka lebih dinamis untuk mengimbangi kekurangan tersebut sedangkan kondisi umur yang sudah tua jauh lebih memiliki pengalaman yang lebih (Soekartawi, 2006). Data pada tabel 6 sebelumnya menunjukkan bahwa umur

responden yaitu 48 tahun tergolong tua dan memiliki ketahanan fisik yang lemah, hal ini sesuai dengan pendapat Patong (2001) bahwa Umur akan sangat mempengaruhi dalam kegiatan berusahatani. Hal tersebut berhubungan dengan ketahanan fisik, pengalaman dan pola pikir sehubungan dengan penerimaan setiap inovasi dalam usahataninya. Pada umumnya petani yang berusia muda dan sehat mempunyai ketahanan fisik yang lebih besar jika dibandingkan dengan petani yang sudah tua, tetapi dari segi pengalaman petani yang lebih tua mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan hal ini berpengaruh terhadap pola pikir. Petani yang masih muda lebih fleksibel dalam usahataninya dan juga petani muda dengan tingkat pendidikan yang lebih baik akan berusaha untuk meningkatkan usahanya sebaliknya patani yang sudah tua lebih mempertahankan sistem pertanian yang turun temurun dan masih bersifat tradisional dan menerapkan cara yang didapatkan dan nenek moyangnya. dari orangtuanya

2.3. Pendidikan Moenandir (2004) mengemukakan bahwa pendidikan dan

pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih

http://lvunderground.wordpress.com/

dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh para penyuluh. Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal dapat diperoleh melalui bangku sekolah, informal melalui kursus-kursus dan non formal melalui pengalaman-pengalaman dari masyarakat. Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidkian responden hanya sampai pada tingkat tamat SD namun responden dapat membaca dan berbahasa indonesia dengan baik dan benar hal ini sesuai dengan pendapat Hernanto (2000) mengemukakan bahwa pendidikan dan pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh para penyuluh. Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal dapat diperoleh melalui bangku sekolah, informal melalui kursus-kursus dan nonformal melalui pengalaman-pengalaman dari masyarakat.

http://lvunderground.wordpress.com/

2.4. Pekerjaan Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Pekerjaan juga merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Disamping itu kerja merupakan suatu wadah untuk mengaktualisasikan diri dengan jalan melampiaskan dalam bentuk berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu dimana dapat dijadikan sebagai sarana untuk memenuhi segala kebutuhan

(Anonim d, 2011). Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa pekerjaan utama petani responden sendiri yaitu yaitu sebagai petani sedangkan pekerjaan yang

sampingannya

sebagai

tukang

batu,

faktor-faktor

menyebabkan hal tersebut adalah tingkat pendidikan yang relatif rendah, kurangnya keahlian yang dimiliki petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (2003), kerja dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dituntut untuk bekerja dan berusaha agar

kelangsungan hidupnya dapat berlanjut, kerja atau usaha ini adalah semua aktivitas yang deilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian kerja atau usaha tidak hanya sebatas pada kerja fisik saja tapi juga berupa kerja otak berupa pikiran.

http://lvunderground.wordpress.com/

2.5. Jumlah Tanggung Keluarga Kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab atas segala kejadian dalam rumah tangganya serta berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan sehari-hari dari semua anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Keluarga merupakan semua orang yang tinggal dalam satu rumah tangga atau berada di luar rumah tetapi menjadi tanggungan keluarga. Pada dasarnya tanggungan keluarga dapat mempengaruhi besar kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga petani dapat membantu kelancaran usahataninya terutama dalam hal penggunaan tenaga kerja (Anonim e, 2011). Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga yang ditanggung responden yaitu sebanyak 3 orang yaitu istri beliau yaitu Dg. Lebang dan dua orang anaknya yaitu Kasminah dan Jumiati sedangkan dua anaknya yang lain sudah tidak tinggal bersamanya, karena anak pertama dan ketiga yang bernama Kasmawati dan Jumiati sudah menikah dan ikut dengan suaminya. Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak.

http://lvunderground.wordpress.com/

Sejalan dengan hal tersebut Mubyarto (2001), bahwa besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga akan menentukan perilaku petani dalam usahataninya. Makin besar jumlah tanggungan keluarganya maka makin dinamis pula dalam usahataninya, karena ia terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya. Yaitu semua yang tinggal dalam satu atap rumah, seperti istri, anak, nenek, kakek, cucu dan lain sebagainya. Tanggungan keluarga ini sangatlah berpengaruh pada kondisi atau kegiatan keseharian petani. Kondisi dimana petani harus bertanggung jawab langsung pada kesejahteraan orang-orang yang tinggal dengannya. Pemenuhan kebutuhan yang baik sandang, pangan maupun papan sangatlah harus diperhatikan. Seorang kepala keluarga dalam hal ini responden sangatlah memahami maksud dimana keluarga yang tinggal dengannya harus dicukupi kebutuhannya.

2.6. Pendapatan Pendapatan adalah keuntungan atau hasil bersih yang diperoleh oleh petani dari hasil produksinya. Seorang petani dapat memperoleh keuntungan atau profit yang maksimum asalkan petani melakukan tindakan dengan cara meningkatkan hasilnya dengan menekan harga faktor produksi dan menjual hasilnya dengan harga yang tinggi, maka petani melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga yang bersamaan (Daniel, 2004).

http://lvunderground.wordpress.com/

Pendapatan usahatani memerlukan

keterangan pokok sebanyak

dua yaitu penerimaan dan keadaan pengeluaran dalam jangka waktu yang ditetapkan. Analisa tingkat produksi pendapatan usahatani sangat berguna bagi petani karena dengan menghitung pendapatan yang

diperoleh seorang petani responden dapat mengetahui dan menentukan apakah cabang usahatani yang dilaksanakan itu layak atau tidak layak diusahakan (Anonim f, 2011). Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa pendapatan responden dalam setahun yaitu Rp. 13.039.000,-. Pendapatan responden didapatkan dari pekerjaan utama sebagai petani sebesar Rp. 1.039.000,- yaitu

Rp. 414.500 dari usahatani padi dan Rp. 624.500 dari usahatani kacang panjang. Sedangkan dari pekerjaan sampingan sebagai tukang batu beliau memperoleh sebesar Rp. 12.000.000. Selain itu, jumlah

tanggungan keluarga mempengaruhi pendapatan petani. Pendapatan menurut Suratiyah (2006), adalah merupakan hasil yang diperoleh dari suatu proses produksi. Tinggi rendahnya pendapatan suatu masyarakat sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan di masyarakat tersebut.

2.7. Karakteristik Sumber Daya Karakteristik dapat juga dikatakan ciri-ciri atau sifat dari seseorang atau benda. Karakteristik ada bermacam-macam jenisnya tergantung bagaimana manusia mempersepsikan macam-macam karakteristik

tersebut, karakteristik sumber daya rumah tangga adalah salah satunya. Karakteristik sumber daya rumah tangga dapat memperlihatkan

http://lvunderground.wordpress.com/

kemampuan seseorang dalam rumah tangganya, dilihat dari sumber daya rumah tangga itu sendiri khususnya, dan keadaan rumah tangga orag tersebut umumnya. Karakteristik sumber daya rumah tangga yang di miliki oleh petani tergantung dari besar kecilnya pendapatan yang mereka miliki, Hal ini dapat di lihat dari kemampuan petani atau daya beli petani untuk membeli peralatan kendaraan dan lain-lain (Anonim g, 2011). Adapun sumberdaya yang dimiliki oleh responden adalah sebagai berikut : Tabel 7. Sumber Daya Rumah Tangga di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.
No Nama Responden Kendaraan (buah) Sumber Daya Rumah Tangga Peralatan Peralatan Rumah Elektronik/ Tangga (buah) Teknologi (buah) Kompor gas (1), TV (1), Sofa (1 set), DVD (1), tempat tidur (4), speaker (2) lemari pakaian (3), HP (1) lemari hias (1). Lain-lain (buah)

Dg. Gassing

- Sawah 10 are

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011. Pada tabel 7 menunjukkan bahwa untuk responden tersebut, memiliki sumber daya rumah tangga yang telah cukup memadai seperti kompor gas, sofa, tempat tidur, lemari pakaian dan lemari hias, TV, DVD, speaker dan handphone. Barang-barang tersebut merupakan barang yang sudah umum untuk masyarakat kota. Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh kota cukup mempengaruhi Lingkungan Tattakkang ini sampai merasuki karakteristik sumber daya masyarakat atau penduduk setempat. Adapun luas sawah yang Dg. Gassing miliki adalah 10 are. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahim (2006), yang menyatakan bahwa usahatani

http://lvunderground.wordpress.com/

dipandang sebagai alat untuk memperoleh pendapatan dan keamanan, seperti memberi manfaat yang memuaskan baginya dari segi produksi usahatani dan sebagai wadah baginya untuk memperoleh pendapatan yang akan digunakan baik untuk memenuhi kebutuhan primer maupun sekundernya. Karakteristik sumber daya rumah tangga dapat memperlihatkan kemampuan dan keadaan rumah tangga seseorang dalam rumah tangganya (Soekartawi, 2006). Oleh karena itu, petani responden tersebut termasuk dalam kategori masyarakat berkecukupan.

http://lvunderground.wordpress.com/

III.

RIWAYAT HIDUP RESPONDEN

3.1. Masa Dalam Asuhan Keluarga Pendidik Ayah dari Dg. Gassing bernama Alm. Dg. Tindri sedangkan ibunya bernama Dg. Putti. Dg. Gassing merupakan penduduk asli di Lingkungan Tattakkang karena orang tuanya juga lahir dan besar di Lingkungan Tattakkang. Kedua orang tua beliau tidak pernah mengenyam dunia pendidikan karena faktor ekonomi keluarga. Ayah beliau yaitu Alm. Dg. Tindri dulunya bekerja sebagai petani dengan luas lahan 40 are. Namun semenjak ayah beliau meninggal, pekerjaan itu dikerjakan oleh ibunya dan saudara-saudaranya termasuk beliau sendiri, ibunya juga bekerja sebagai dukun beranak di Lingkungan Tattakkang. Ayah beliau meninggal pada saat beliau berumur 20 tahun. Beliau merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, anak pertama bernama Dg. Rewa, anak kedua bernama Dg. Rateng, anak keempat bernama Dg. Agi dan anak kelima bernama Dg. Mugi. Saat ini kakak beliau yang pertama menetap di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kakak kedua belau menetap di Lingkungan Palaraka sedangkan Dg. Gassing, Dg. Agi dan Dg. Mugi memilih menetap di Lingkungan Tattakkang bersama keluarga. Kedua orang tua Dg. Gassing merawat beliau dan saudarasaudaranya dari kecil. Mereka tidak pernah diasuh oleh orang lain. Kedua orang tua beliau selalu mengajarkan untuk berbuat baik kepada kedua

http://lvunderground.wordpress.com/

orang tua dan kepada orang lain serta mengajari mereka mengaji, shalat dan selalu memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam melakukan setiap tindakan yang sesuai dengan jalan Allah SWT. Beliau sangat senang dengan pola-pola asuhan dari ayah dan ibunya. Ayah Dg. Gassing bekerja sebagai petani. Beliau sangat senang bila ayah beliau mengajaknya ke sawah. Terlebih lagi jika disana bisa bermain dengan saudara-saudaranya. Karena beliau sering ikut saat ayah beliau pergi bekerja ke sawah, beliau juga senang dengan pekerjaan itu dan lambat laun beliau juga mulai mengerti dan terampil dalam bertani mulai dari pengolahan lahan sampai dengan proses pemanenan. Tidak ada hal-hal yang tidak beliau sukai dari pekerjaan ayahnya itu karena beliau selalu menikmati setiap pekerjaan itu dan ikhlas dalam mengerjakannya.

3.2. Masa Pendidikan Di Luar Rumah Pada umur 7 tahun Dg. Gassing mulai bersekolah di Sekolah Dasar. Beliau tidak pernah merasakan bersekolah di Taman Kanak-kanak karena pada saat itu di Lingkungan Tattakkang belum ada sekolah Taman Kanakkanak. Pada tahun 1969 beliau bersekolah di Sekolah Dasar satu-satunya yang ada di Kelurahan Parangbanoa yaitu SD Parangbanoa yang letaknya cukup jauh dari rumahnya di Tattakkang. Namun beliau tetap semangat dan tidak putus asa walaupun jarak sekolahnya sangat jauh dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki karena pada waktu itu

http://lvunderground.wordpress.com/

belum terdapat kendaraan umum di Lingkungan Tattakkang. Setiap hari beliau harus berangkat pada pagi hari sekitar jam 05.00 WITA agar bisa sampai di Sekolah tepat waktu yaitu sekitar jam 07.00 WITA. Dg. Gassing biasanya ke sekolah bersama dengan teman-temannya yang juga berjalan kaki. Beliau memiliki seorang sahabat yang selalu bersama beliau bermain dan belajar yaitu Dg. Naba. Beliau dan Dg. Naba melewati suka duka bersama bersekolah di SD Parangbanoa yang berada di bawah kolong rumah dari salah satu warga yang namanya tidak beliau ingat lagi. Namun saat ini beliau dan Dg. Naba tidak pernah berinteraksi lagi semenjak Dg. Naba telah menikah dan menetap di Takalar. Saat bersekolah, Dg. Gassing sangat senang dengan mata pelajaran olahraga karena selain bisa belajar juga dapat bermain dengan teman-temannya. Oleh karena itu, beliau sering mendapat nilai bagus untuk mata pelajaran olahraga. Namun pada mata pelajaran matematika, beliau mengalami sedikit kesulitan, sehingga nilai yang beliau peroleh tidak sebagus nilai mata pelajaran olahraga. Hal ini disebabkan karena beliau sulit untuk memahami perhitungan. Guru Matematika kepala sekolah beliau di SD

bernama Dg. Majja yang juga merupakan

Parangbanoa. Dg. Majja dalam mengajar apabila mereka tidak tahu dan tidak mengerti maka Dg. Majja biasanya memberi hadiah baik

berupa cubitan maupun pukulan. Beliau kurang senang dengan cara mengajar Dg. Majja ini yang menggunakan kekerasan dalam mengajar. Hal itu beliau jadikan panutan sehingga dalam kelurga beliau tidak

http://lvunderground.wordpress.com/

mau menggunakan

kekerasan

dalam mengajar anak-anak beliau.

Dg. Gassing semakin tidak menyukai mata pelajaran matematika karena hal ini walaupun sebenarnya juga dipengaruhi oleh kemampuan beliau yang sulit memahami perhitungan. Dg. Gassing menganggap bahwa jalan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Walaupun begitu beliau tetap berterima kasih pada guru beliau itu yang telah mengajarkan beliau menulis, membaca dan terutama mengajarkan beliau memaknai hidup agar lebih baik dan dalam menyelesaikan masalah tidak dengan jalan kekerasan tetapi dengan bujukan dan ajakan agar apa yang diajarkan bisa dicerna dengan baik dan diterapkan dikemudian hari. Selama bersekolah Dg. Gassing termasuk anak yang nakal dan sering mengganggu teman ceweknya namun tentunya beliau juga masih dalam batas-batas yang wajar untuk itu. Beliau tidak hanya memperoleh ilmu pengetahuan di lingkungan sekolah tetapi beliau juga dididik oleh kedua orang tuanya. Ibu beliau yaitu Dg. Putti mengajarkan beliau mengaji bersama dengan saudara-saudaranya. Namun kadang-kadang beliau juga ikut kegiatan pengajian yang biasanya dilaksanakan di mesjid desa.

3.3. Masa Pengalaman Mencari Nafkah Pada umur 13 tahun, Dg. Gassing turut bekerja sebagai petani

bersama ayahnya untuk membantu dan mengurangi beban pekerjaan ayahnya yang harus menghidupi mereka sekeluarga. Hasil yang beliau

http://lvunderground.wordpress.com/

peroleh dari bertani bukan dalam bentuk materi tetapi berupa pengalaman dalam bertani dan telah berkeluarga. Setelah Dg. Gassing menikah dengan Dg. Lebang, beliau keterampilan yang dapat, diterapkan saat beliau

menerapkan keterampilan bertani yang diperoleh dari pengalaman bekerja dengan ayahnya di sawah dan hal itu beliau lakukan juga di tanah pemberian/warisan dari orang tuanya yang luasnya 10 are. Ayah beliau mengajarkan mulai dari proses pengolahan tanah seperti cara

menggemburan tanah sebelum bibitnya disebar, cara melindungi tanaman dari hama da penyakit serta cara memanen. Selain bekerja sebagai petani, Dg. Gassing juga mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tukang batu. Awalnya beliau hanya ikut dengan tetangga-tetangga beliau yang sudah menjadi tukang batu di Makassar. Beliau awalnya hanya sebagi buruh, namun lama kelamaan naik jabatan sebagai tukang batu karena sudah cukup pengalaman. Dari berbagai pekerjaan yang pernah beliau lakukan, pekerjaan sebagai tukang batulah dapat memberikan kepuasan yang lebih banyak karena pekerjaan tersebut dapat mengahasilkan materi yang banyak bagi keluarganya. Meskipun pekerjaan tersebut tidak menentu karena hanya ada apabila ada proyek pembangunan di Makassar. Sedangkan pekerjaan sebagai petani juga memberikan kepuasan tersendiri berupa pengalaman

http://lvunderground.wordpress.com/

dan penerapan hobby serta keterampilan bagi beliau walaupun materi yang dihasilkan tidak sebanyak materi yang didapatkan dari pekerjaan sebagai tukang batu. Selain melakukan rutinitas sebagai petani di Lingkungan Tattakkang, Dg. Gassing juga melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang lain seperti kerja bakti membersihkan mesjid menjelang bulan ramadhan dan sebagainya. Beliau dan keluarga sangat dekat dengan warga di Lingkungan Tattakang meskipun beliau tidak memiliki jabatan dan pengaruh apapun. Meskipun Dg. Gassing hanya masyarakat biasa, namun hubungan silaturrahmi dengan tetangga-tetangga beliau

berlangsung dengan baik apalagi kami di Lingkungan Tattakkang ini kebanyakan memiliki hubungan keluarga dan di Lingkungan Tattakkang ini tidak ada yang namanya orang lain, semua adalah keluarga. Seringkali beliau dan kaluarganya membantu tetangga beliau baik yang sedang mengadakan acara seperti perkawinan, naik haji dan lain-lain. Dari kegiatan tersebut beliau dan keluarganya dapat merasakan indahnya kebersamaan dengan tetangga.

3.4. Masa Pembentukan Keluarga Prokreasi Keluarga Dg. Gassing saat ini merupakan hasil perkawinan beliau dengan Dg. Lebang. Pada saat menikah beliau masih berumur 18 tahun sedangkan istrinya sudah 2 tahun lebih tua dari beliau yaitu 20 tahun. Mereka menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua mereka yang kebetulan juga memiliki hubungan kekerabatan walaupun cukup jauh.

http://lvunderground.wordpress.com/

Dg. Gassing dan istrinya memiliki 4 orang anak yang semuanya adalah anak perempuan. Anak pertamanya bernama Kasmawati yang saat ini telah menikah dan berumur 30 tahun dan telah menikah dan sekarang ikut bersama suaminya tinggal di Lingkungan Barua. Anak keduanya bernama Kasminah yang saat ini berumur 26 tahun yang sekarang bekerja di salah satu perusahaan roti di Mallengkeri. Kasminah belum menikah sedangkan anak ketiganya yang bernama Nurbiah yang berumur 22 tahun saat ini telah menikah dan dikaruniai 2 orang anak tetapi anak pertamanya meninggal dunia pada saat berumur 1 tahun karena sakit muntaber. Nurbiah tinggal di samping kanan rumah beliau dan anak Nurbiah yang bernama suci saat ini telah berumur 2 tahun. Sedangkan anak keempatnya bernama Jumiati yang saat ini masih berumur 18 tahun dan belum bekerja. Dia tinggal bersama beliau dan istrinya serta Kasminah yang juga belum menikah. Semua anak Dg. Gassing hanya bersekolah sampai jenjang Sekolah Dasar karena jarak sekolah yang jauh dari rumahnya dan juga karena faktor ekonomi sehingga beliau tidak mempu menyekolahkan anak beliau sampai sarjana. Pada tahun pertama pernikahan Dg. Gassing dan istrinya, beliau tinggal di rumah mertuanya karena beliau belum memiliki banyak uang untuk membangun rumah sendiri. Namun berkat kerja kerasnya dan karena beliau juga memiliki keterampilan sebagai tukang batu akhirnya pada tahun berikutnya beliau bisa membangun rumah batu di samping

http://lvunderground.wordpress.com/

rumah mertuanya. Beliau hanya menyediakan pasir, semen, batu bata dan perlengkapan lain, sedangkan untuk pembangunannya beliau mengerjakannya sendiri dan dibantu oleh tetangga-tetangga serta mertuanya. Beliau sangat bersyukur memiliki sedikit keahlian sebagai tukang batu sehingga mengurangi biaya yang harus beliau keluarkan untuk membangun rumah. Rumah tersebut merupakan rumah yang

beliau bangun dengan jerih payah sendiri dan penuh dengan semangat dan sampai sekarang rumah tersebut beliau tinggali bersama dengan istri dan kedua anaknya yang belum menikah yaitu Kasminah dan Jumiati. Awalnya Dg. Gassing sulit beradaptasi dengan pekerjaannya yang harus menghidupi keluarga dan tanggung jawabnya kepada keluarganya. Namun, beliau terus berusaha menjadi kepala keluarga yang baik dan bertanggung jawab. Dg. Gassing dan istrinya sangat memperhatikan segala kebutuhan anak-anaknya dan juga sangat menyayangi anakanaknya. Hal itu terlihat saat beliau mengajarkan anaknya membaca, menulis dan berhitung. Namun, jika beliau tidak sempat karena ada pekerjaan maka beliau digantikan oleh istrinya membimbing anak-anak mereka. Selain itu, beliau dan istrinya juga mengajarkan anak-anaknya tentang agama dan tata karma dalam berbuat dan bermasyarakat. Mereka juga menjaga pola makan anak-anak mereka agar kesehatan mereka tetap terjaga dan gizi makanan yang mereka konsumsi setiap harinya dapat terpenuhi. Biasanya lauk pauknya adalah hasil dari bertani sendiri seperti kacang panjang yang beliau tanam di lahan yang beliau kelola.

http://lvunderground.wordpress.com/

Walaupun kadang-kadang beliau juga membelinya dari pasar yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan menggunakan ojek. Pada hari minggu, biasanya Dg. Gassing memanfaatkannya dengan berkumpul dengan keluarga dirumah dan sedikit melepaskan kepenatan bekerja selama seminggu. Namun kadang-kadang waktu tersebut digunakan untuk bekerja di Makassar sebagai tukang batu sehingga tidak ada lagi waktu untuk berkumpul dengan keluarganya selain pada malam hari tapi itupun hanya sebentar karena beliau harus beristirahat agar stamina beliau pulih kembali dan bisa bekerja keesokan harinya. Dg. Gassing memang tipe pekerja keras dan tidak pernah mengeluh dan tetap semangat melakukan setiap pekerjaan yang beliau geluti demi menghidupi keluarganya dan memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak beliau. Hal itu beliau pelajari dari orang tuanya terutama ayahnya yang selalu mengajarkan beliau akan tanggung jawab, kerja keras dan tidak gampang putus asa dalam menjalani kehidupan. Alm. Ayah Dg. Gassing telah menjadi panutan bagi anak-anaknya terutama beliau sendiri yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara yang semuanya telah menikah dan tinggal bersama dengan keluargan mereka masing-masing.

http://lvunderground.wordpress.com/

Dg. Gassing dan keluarganya hidup dengan penuh kesederhanaan dan itu juga beliau terapkan kepada anak-anak beliau. Hal itu terlihat dari kehidupan sehari-sehari beliau mulai dari pola konsumsi, tempat tinggal, pakaian dan perabotan rumah tangga. Walaupun begitu beliau tidak menutup diri dengan perkembangan teknologi yang sedang berkembang. Pada kondisi rumah tangga, Dg. Gassing sangat bahagia bisa memiliki istri seperti Dg. Lebang yang sangat setia dan selalu mendampingi beliau baik suka maupun duka, selalu mengerti beliau, menerima beliau apa adanya dengan segala kekurangan yang beliau miliki serta selalu membantu setiap pekerjaan beliau. Kebahagiaan itu terasa lengkap dengan kehadiran anak-anak beliau yang lahir pada tahun keempat pernikahannya yang merupakan suatu karunia dari Allah SWT. Beliau sangat bersyukur karena dikarunia anak yang baik-baik dan shaleh serta berbakti kepada kedua orang tua dan selalu membantu beliau dalam menyelesaikan pekerjaan. Beliau juga bersyukur karena masih diberi umur panjang dan kesehatan oleh Allah SWT sehingga masih bisa berkumpul dengan keluarga beliau, makan bersama dan menikmati hangatnya pelukan dari seorang cucu.

3.5. Masa Proyeksi Masa Depan Dg. Gassing berharap dimasa yang akan datang keluarga beliau semakin membaik sehubungan dengan status sosial, beliau juga berharap bisa tetap mempertahankan hubungan sosial dengan masyarakat di Lingkungan Tattakkang dan juga masyarakat-masyarakat lingkungan lain

http://lvunderground.wordpress.com/

di sekitarnya seperti Lingkungan Barua,

Palaraka dan Parangbanoa.

Selain itu, beliau juga berharap agar pendapatan yang beliau peroleh bisa bertambah, baik dari hasil bertani maupun sebagai tukang batu. Dg. Gassing memiliki harapan besar pada pekerjaan beliau baik sebagai petani maupun tukang batu yaitu agar kedepannya beliau dapat memperoleh penghasilan lebih dari pada penghasilan sekarang Karena penghasilan beliau yang sekarang masih kurang untuk membiayai segala kebutuhan dan keperluan keluarganya sehingga beliau harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dg. Gassing berharap masa depan keluarga beliau dapat lebih cerah dari pada sekarang utamanya bagi anak-anak beliau. Beliau berharap anak-anaknya kelak bisa menjadi orang yang sukses, berkecukupan, terkenal dan memilki status sosial dalam masyarakat. Beliau sebenarnya sangat berharap agar anak-anaknya dapat menempuh pendidikan sampai sarjana, namun karena keterbatasan ekonomi sehingga anak beliau semuanya hanya bisa sekolah sampai Sekolah Dasar. Sehingga saat ini beliau memiliki harapan besar agar cucu-cucu beliau bisa bersekolah sampai jenjang perguruan tinggi supaya bisa memiliki pekerjaan bagus dan memiliki status sosial yang lebih di masyarakat dan bisa lebih berpendidikan dibandingkan beliau yang hanya bersekolah sampai Sekolah Dasar. Beliau juga berharap supaya anak-anak beliau bisa menjadi orang yang giat bekerja seperti dirinya.

http://lvunderground.wordpress.com/

Seandainya

Dg.

Gassing

diberi

kesempatan

untuk

memilih

pekerjaan, beliau akan memilih bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil karena menurut beliau pekerjaan ini sangat enak dan tidak membutuhkan tenaga yang banyak. Tidak seperti petani yang harus membanting tulang dan penuh perjuangan serta kerja keras dalam mengerjakannya. Selain itu beliau juga menganggap bahwa PNS itu memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan menjadi petani. Selain itu, status sosial Pegawai

Negeri Sipil di mata beliau lebih tinggi dibandingkan dengan petani.

http://lvunderground.wordpress.com/

IV. KONDISI PEKERJAAN


4.1. Kondisi Penguasaan Lahan Sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Sumber daya terkait dengan kegunaan, baik untuk masa kini maupun mendatang bagi umat manusia. Sumber daya juga terkait pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan sumber daya di manfaatkan dan aspek kelembagaan yang menetukan siapa yang mengendalikan sumber daya dan bagaimana teknologi digunakan (Fauzi, 2006). Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap

penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti tindakan konservasi tanah dan reklamasi pada suatu lahan tertentu. Setiap aktivitas manusia baik langsung maupun tidak langsung selalu terkait dengan lahan, seperti untuk pertanian, pemukiman, transportasi, industri atau untuk rekreasi, sehingga dapat dikatakan bahwa lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan dan ketentraman hidup

manusia (Anonim h, 2011).

http://lvunderground.wordpress.com/

Keadaan usaha tani dipengaruhi oleh status lahan. Status lahan dapat diklasifikasikan menjadi lahan milik, lahan sakap dan lahan sewa.

Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang digunakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya. Selain itu, lokasi lahan usahatani menjamin kelancaran pemasaran. Lokasi yang jauh dari sarana dan prasarana transportasi dapat memperburuk usahatani tersebut dari aspek ekonomi (Anonim h, 2011). Berdasarkan penguasaannya atas sebidang lahan, petani dibedakan menjadi petani pemilik-penggarap, petani penyewa, petani penyakap, dan buruh tani yang tidak mempunyai kewengangan sedikit pun atas sebidang tanah. Berdasarkan luas lahan yang dimiliki, ada petani kaya pemilik lahan luas, petani menengah pemilik lahan sedang dan petani pemilik lahan sempit. Penggunaan lahan dalam bidang pertanian meliputi usaha tani tanaman padi dan palawija, usaha tani tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan. Secara mikro, pengaruh tanah dalam pertanian dilihat penguasaan lahan, luas dari

lahan garapan dan nilai dari suatu lahan. Dg

gassing adalah petani pemilik lahan dengan luas 10 are yang merupakan warisan dari orang tuanya.

4.1.1.

Sumber Daya Lahan Sumberdaya Lahan merupakan sumberdaya alam yang

sangat

penting

untuk

kelangsungan

hidup

manusia

karena

diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah

http://lvunderground.wordpress.com/

rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sumberdaya lahan (land resources) merupakan lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Anonim h, 2011). Suatu ekosistem alam, komponen-komponen berinteraksi. biotik lahan dan yang pertanian abiotik mempunyai saling dalam

yang di

Interaksi-interaksi

berlangsung

ekosistem ini menimbulkan beberapa proses kunci, seperti proses perkembangan tanah (tercermin dalam tingkat kesesuaian lahan), proses erosi, proses produksi tanaman dan ternak serta prosesproses sosial-ekonomi . Proses perkembangan tanah di alam terjadi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang

saling berinteraksi satu sama lain (Anonim h, 2011). Kondisi penguasaan lahan bapak Dg. Gassing Sebagai seorang petani memiliki 1 unit lahan yang dikuasainya yakni seluas 10 are. Lahan tersebut merupakan sawah tadah hujan. Karena ia mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah tersebut. Letak lahan persawahannya sekitar 10 meter dari rumahnya dan untuk ke sana setiap harinya ia harus berjalan kaki. Dg. Gassing memiliki tanah seluas 10 are yang diberikan oleh orangtuanya sebagai warisan setelah menikah. Tanah tersebut digarap sendiri yang kemudian dibantu oleh istrinya untuk

http://lvunderground.wordpress.com/

berusahatani guna kebutuhan anak-anaknya. Lahan yang di miliki Dg. Gassing adalah lahan yang berskala sedang. Ia bukanlah petani yang memiliki banyak lahan atau biasa warga di Desa menyebutnya sebagai tuan tanah. Dg. Gassing dapat memanen padi satu kali dalam setahun yaitu sebanyak 200 kg. Biasanya Jika musim kemarau tiba, ia tidak menanam padi karena sawahnya merupakan sawah tadah hujan sehingga beliau hanya menanam kacang panjang karena tanaman ini tidak membutuhkan banyak air. Kacang panjang yang biasa beliau dapatkan yaitu sebanyak 400 ikat yang beliau jual dengan harga Rp. 2000/ikat.

4.1.2.

Sumber Daya Peralatan Peralatan merupakan berbagai alat-alat yang biasa

digunakan dalam membantu aktivitas manusia, yang memiliki fungsi tertentu. Sumber daya peralatan dikatakan sebagai modal tetap dalam kegiatan usahatani. Alat-alat tersebut misalnya traktor, cangkul, bajak dan lain-lain (Suratiyah, 2006).
NPA H arg a Awal H arg aAkhir x alat Lama Pemakaian

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 8. Sumber Daya Peralatan Petani Responden, Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kebupaten Gowa, Sulawesi selatan, 2011.
No 1. 2. 3. 4. Nama Alat Cangkul Sabit Parang Saking Jumlah Jumlah (unit) 1 1 1 1 4 Nilai Baru (Rp) 50.000 35.000 45.000 7.000 137.000 Nilai Lama (Rp) 20.000 15.000 25.000 3.000 63.000 Umur Alat 5 thn 4 thn 5 thn 2 thn 16 thn Nilai Penyusutan (Rp) 6000 5000 4000 2000 17000

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011 Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa Dg. Gassing memiliki beberapa sumber daya peralatan yang berguna bagi proses usahataninya. Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Dg. Gassing yaitu empat buah yang terdiri dari satu buah cangkul dengan nilai

penyusutan alat sebesar Rp 6.000,- dan satu buah parang dengan nilai penyusutan Rp 4.000,- yang sama-sama memiliki umur alat atau lamanya telah digunakan adalah lima tahun dan satu buah sabit dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 5.000,- yang telah digunakan selama 4 tahun serta satu buah saking yang biasa beliau gunakan pada saat memanen padi dengan nilai penyusutan

Rp. 2000,- yang telah digunakan selama 2 tahun.

4.1.3.

Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja) Tenaga kerja sangat berkaitan dengan besar kecilnya suatu

usahatani, dan kualitas tanah berpengaruh pada barang atau jasa yang dihasilkan serta menentukan kinerja suatu produk dalam pasar. Selain itu juga diperlukan tenaga kerja yang dinyatakan dalam

http://lvunderground.wordpress.com/

besaran dari curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya yang efektif. mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang Skala usaha akan dibutuhkan dan

menentukan pula tenaga kerja yang bagaimana yang diperlukan. Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi

usaha tani yang sangat tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas

produk (Suratiyah, 2006). Dalam kegiatan usahatani yang dijalankan oleh Dg. Gassing dibantu oleh keluarga dan 2 orang tenaga kerja yang diambil dari keluarga atau kerabat dekat. Mereka dibayar dalam bentuk uang sebesar Rp. 35.000 atau membayarnya dengan memberinya sebagian hasil pertanian yang diperolehnya atau dalam bentuk beras sebanyak 10 liter/1 kali panen.

4.1.4.

Sumber Daya Finansial Sumber daya finansial merupakan syarat mutlak

berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dalam usaha tani. Modal termasuk sumber daya financial yang merupakan subtitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Modal adalah barang ekonomi yang dpat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk

mempertahankan atau meningkatkan pendapatan (Suratiyah, 2006).

http://lvunderground.wordpress.com/

Pada dasarnya dalam proses usahatani yang dilakukan oleh petani pada umumnya berkaitan juga dengan proses pengelolaan anggaran atau finansial untuk mengetahui banyaknya dana yang telah digunakan atau hasil kerja berupa upah yang akan diperoleh pada akhir produksi dan agar petani dapat mengetahui dan mengetahui dalam jangka waktu tertentu, jumlah biaya dan rugi-laba yang dialami oleh petani serta untuk proyeksi keuangan dari seorang petani yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi untuk produksi tahun berikutnya, sehingga petani dapat memperhitungkan segala kendala dan hambatan yang akan terjadi.

http://lvunderground.wordpress.com/

Tabel 9. Sumber Daya Finansial Petani Responden Lingkungan Tattakang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011.
No 1. 2. Uraian (1) Penerimaan Usahatani Padi - Biaya Variabel 1. Benih 2. Pupuk Urea ZA Phonska 3. Pestisida Gromoxone Andamin 50 ml Total Biaya Variabel - Biaya Tetap 1. Tenaga Kerja 2. Pajak 3. NPA Total Biaya Tetap Total Biaya Pendapatan Bersih Usahatani Padi Penerimaan Usahatani Kacang Panjang - Biaya Variabel 1. Benih 2. Pupuk Urea 3. Pestisida Klenset 50 ml Petropika 50 ml Total Biaya Variabel - Biaya Tetap 1. NPA 2. Pajak Total Biaya Tetap Total Biaya Pendapatan Bersih Usahatani Kacang Rp. 800.000 175.500 Panjang Total Pendapatan Bersih = Pendapatan Bersih Usahatani Padi + Pendapatan Bersih Usahatani Kacang Panjang = Rp. 414.500 + 624.500 Rp. 700.000 285.500 400 ikat 3 kg 25 kg 1 botol 1 botol 2000 10.000 1.700 35.000 45.000 Jumlah Satuan (2) 200 kg 8 kg 25 kg 20 kg 10 kg 1 liter 1 botol Harga (Rp) (3) 3.500 5.000 1.700 1.500 2.000 45.000 15.000 Jumlah (Rp) (2x3=4) 700.000 40.000 42.500 30.000 20.000 45.000 15.000 192.500 70.000 6.000 15.000 93.000 285.500 414.500 800.000 30.000 42.500 35.000 45.000 152.500 17.000 6.000 23.000 175.500 624.500

3.

2 orang 10 are

35.000

4. 5. 6. 1. 2.

3.

4. 5. 6.

1.039.000

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011 Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa pengeluaran

Dg. Gassing selama proses produksi tanaman padi dalam satu kali panen yaitu Rp. 285.500,-. Dengan biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya variabel sebesar Rp. 192.500,- dan biaya tetap sebesar

http://lvunderground.wordpress.com/

Rp. 93.000,-. Biaya variabel terdiri dari benih sebesar Rp. 40.000,-, pupuk yang meliputi pupuk urea sebesar Rp. 42.500,-, ZA sebesar Rp. 30.000,- dan Phonska sebesar Rp. 20.000,- serta pestisida untuk membasmi rumput-rumputan menggunakan Gromoxone dengan harga Rp. 45.000,- perliter dan untuk membasmi hama tanaman menggunakan Andamin dengan harga Rp. 15.000,- untuk ukuran 50 ml. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Dg. Gassing sebesar Rp. 93.000,yang terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar

Rp. 70.000,- dan biaya pajak sebesar Rp. 6.000,- serta NPA sebesar Rp. 17.000,-. Penerimaan total yang diterima oleh Dg. Gassing dalam satu kali panen dari tanaman padinya yaitu sebesar

Rp. 700.000,- yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 285.500,-. Jadi, pendapatan bersih yang diperoleh Dg. Gassing dari usahatani padi sebesar Rp. 414.500,-. Pengeluaran Dg. Gassing selama proses produksi kacang panjang dalam satu kali panen yaitu Rp. 175.500,-. Dengan biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya variabel sebesar Rp. 152.500 dan biaya tetap sebesar Rp. 23.000. Biaya variabel terdiri dari benih sebesar Rp. 30.000, pupuk sebesar Rp. 42.500 dan pestisida untuk perangsang pertumbuhan tanamanan menggunakan Klenset dengan harga Rp.35.000,-/botol untuk ukuran 50 ml dan pestisida untuk

perangsang munculnya buah tanaman menggnakan Petropita dengan harga Rp. 45.000,- untuk ukuran 50 ml. Biaya tetap yang

http://lvunderground.wordpress.com/

dikeluarkan oleh Dg. Gassing sebesar Rp. 23.000,- yang terdiri dari biaya pajak sebesar Rp. 6.000,- dan NPA sebesar Rp. 17.000,-. Penerimaan total yang diterima oleh Dg. Gassing dalam satu kali panen yaitu sebesar Rp. 800.000 yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 175.500,-. Jadi, pendapatan bersih yang diperoleh Dg. Gassing untuk tanaman kacang panjang

sebesar Rp. 624.500,-. Jadi, total pendapatan bersih yang diperoleh Dg. Gassing dari panjang hasil usahatani padi dan kacang

adalah Rp. 1.039.000,-.

4.2. Proses Produksi Usaha Tani (awal akhir) Produksi adalah suatu proses dimana dapat dihasilkan satu barang yang siap pakai atau dikonsumsi. Jadi optimalisasi pengembangan potensi sumber daya dan pertanian berkelanjutan harus seiring dilakukan dengan secara dinamika

berkesinambungan

perkembangan zaman dengan berbagai penerapan teknologi pertanian modern. Dalam suasana dinamis itu tentunya segala sesuatu harus lebih baik dari apa yang telah dilakukan dari pertanian tradisional yang bersifat subsisten menuju pertanian modern yang bersifat komersial

(Ginanjar, dkk. 2007). Proses produksi yang dilakukan oleh tiap petani sebagiannya didukung oleh beberapa faktor produksi diantaranya, yaitu: modal, lahan, tenaga kerja dan teknologi dalam usahataninya termasuk Dg Gassing. Hal ini sesuai dengan pendapat Giampietro (2008) yang menyatakan

http://lvunderground.wordpress.com/

bahwa produksi pertanian berkenaan dengan kelangsungan di antarmuka (interface) ekologi dengan ekonomi yang menggunakan masukan dari lahan yang dipersyaratkan dan tenaga kerja manusia, ekologi berupa model fisik, ekonomi berupa teknologi (pupuk, irigasi, pestisida, mesin, listrik dan energi fosil). Tabel 10. Kondisi Proses Usahatani Petani Responden Lingkungan Tattakang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, 2011. Lahan Nama Kondis No Penguasaan Luas Jumlah Responden i Lahan Lahan (unit) Tanah Lahan 21 x 13 Bangunan Subur 1 1 Dg. Gassing m2 Lahan Subur 1 10 are Pertanian Sumber: Data Primer, 2011 Berdasarkan tabel 10 diatas menunjukkan bahwa kondisi proses usahatani yang dilakukan oleh Dg. Gassing berupa lahan bangunan dengan luas 21 x 13 m2 dengan kondisi lahan yang subur. Dengan kondisi lahan tersebut, maka pertumbuhan tanaman yang ada di pekarangan

rumah Dg. Gassing dapat tumbuh dengan baik, seperti yang telah dilihat tanaman rambutan yang ditanam pada halaman rumahnya tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang banyak. Selain itu, lahan pertanian Dg. Gassing 10 are dengan kondisi lahan yang juga subur dan dapat ditanami tanaman padi pada musim hujan dan kacang panjang pada musim kemarau.

http://lvunderground.wordpress.com/

V.

MAKNA KERJA

Faktor yang mempengaruhi besarnya tenaga kerja dalam keluarga usaha tani padi sawah yaitu : luas lahan, potensi tenaga kerja dalam keluarga dan pendapatan keluarga. Tenaga kerja keluarga dalam usahatani keluarga atau uasahatani merupakan tulang punggung dari pengolahan tata rumah tangga keluarga dan tata rumah tangga usaha. Karena penggunaan tenaga kerja keluarga petani harus diatursecara rasional dan efisien. Harus diusahakan jangan sampai terjadi waktu-waktu kosong yang berlebihan. Pembagian tenaga kerja secara efisien dan rasional akan merupakan dasar untuk memperoleh imbalan jasa yang tinggi bagi keluarga (Goode, 2006) Secara terminologi, bekerja adalah aktivitas yang menjadi sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih berarti. Kerja adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja merupakan setiap kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia dan untuk mempertahankannya. Pekerjaan memerlukan pemikiran dan merupakan kegiatan insani (Kwi, 2008). Salah satu pemenuhan kebutuhan hidup ini adalah kerja selain dari pada itu manusia harus berpikir dan belajar, oleh karena itu apapun usaha manusia sangat tergantung kepada pandangannya terhadap mengapa Tuhan menciptakannya sebagai mahkluk yang paling mulia di muka bumi ini (Effendi, 2009).

http://lvunderground.wordpress.com/

Ketika seseorang memilih untuk bekerja, dengan suatu keputusan yang matang ataupun didorong oleh faktor tertentu dari dalam dirinya sendiri maupun lingkungannya, maka ia telah masuk ke dalam hubungan sosial yang baru aturan tidak menentu. Istilah buruh ataupun pekerja tidak mungkin dipisahkan dari makna kerja itu sendiri (Effendi, 2009). Kerja adalah suatu usaha yang terkait pada kegiatan dalam kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang menjadi masalah apa kegiatan itu sejalan dengan perintah Allah SWT, disinilah letak kemampuan manusia untuk berpikir apa ia harus melakukan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. Jadi untuk mendalami makna kerja yang sejalan dengan keyakinan dan

kepercayaannya itu sebagai manusia muslim, maka ia menjawab bahwa islam yang dipahami Rasulullah, sahabat dan para tabiin adalah islamnya jiwa secara utuh kepada Allah (Ubaydillah, 2006). Makna kerja diartikan bagaimana perilaku seorang petani memaknai pekerjaan usahatani yang mereka lakukan. Dalam hal ini, petani responden memaknai pekerjaannya, secara instrumental, sosial, ekspresif dan instrinsik. Makna instrumental adalah makna yang muncul ketika seseorang memahami/mengartikan pekerjaan yang ia lakukan sebagai alat, instrumen di dalam memperoleh penghasilan baik dalam bentuk upah maupun dalam bentuk harga. Dalam makna instrumental, usahatani dipandang sebagai alat untuk memperoleh pendapatan

http://lvunderground.wordpress.com/

dan keamanan dalam rangka pemenuhan jasamani yang meliputi mendapatkan pendapatan yang maksimal, mendapatkan

pendapatan yang memuaskan, mengamankan pendapatan untuk masa depan, memperluas usaha, dan menciptakan kondisi kerja yang serasi. Dg. Gassing memiliki dua macam pekerjaan yaitu bertani dan bekerja sebagai tukang batu, dimana pekerjaan sebagai petani dilakoni pada saat musim tanam datang di antara bulan November sampai bulan maret, kemudian setelah musim itu berlalu ia mengalihkan pekerjaannya sebagai tukang batu yang dia lakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan order atau pesanan yang ia terima, baik dilakukan sendiri maupun pekerjaan borongan /kontrak, hal ini dilakukan demi untuk menghidupi anak, istri dan keluarga lainnya sehingga dengan demikian dapat membantu kelangsungan hidupnya. Dg Gassing menganggap pekerjaan yang beliau lakukan adalah suatu kewajiban tersendiri dalam memenuhi segala

kebutuhan istri dan anak-anaknya, karena seorag suami atau seorang ayah memiliki tanggung jawab yang penuh dalam keluarga. Selain bertanggung jawab juga menjadi pemimpin bagi keluarga. Beliau mendapat pelajaran ini dari kedua orang tuanya terutama ayahnya yang telah mengajarkan beliau akan tanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarga dan menjalin hubungan sosial

http://lvunderground.wordpress.com/

dengan masyarakat sekitar. Beliau pertama kali bekerja pada umur 13 tahun sebagai petani mengikuti ayahnya. Dalam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Dg. Gassing memaknai pekerjaan bertani sebagai makna instrumental karena beliau memaknai pekerjaan sebagai alat di dalam memperoleh penghasilan. Makna sosial adalah makna yang muncul bila seseorang petani dalam melakukan tindakan usahataninya lebih dia tunjukkan untuk memperbaiki status sosialnya dalam masyarakat memperluas hubungan-hubungan sosialnya dan memeperoleh penghargaan dalam masyarakat. sebagai Aspek anggota makna sosial meliputi mendapat tradisi

pengakuan

masyarakat,

meneruskan

keluarga, dan memelihara hubungan baik dengan pekerja. Dalam makna yang berorientasi sosial, Dg. Gassing juga meneruskan tradisi keluarganya yaitu bekerja sebagai seorang petani dan

merupakan pekerjaan turun-temurun dari kedua orang tuanya. Dg Gassing bekerja sebagai petani tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya saja, akan tetapi juga dimaksudkan untuk membangun hubungan silaturrahmi dengan sesama petani lainnya. Di Lingkungan Tattakkang itu, Dg Gassing tidak bisa bergabung dengan kelompok tani karena beliau

mengatakan bahwa orang yang bisa bergabung hanya orang-orang yang memiliki lahan yang luas sedangkan beliau hanya memiliki

http://lvunderground.wordpress.com/

lahan seluas 10 are. Namun hal itu tidak mengurangi silaturrahmi diantara mereka karena silaturrahmi itu bisa terjalin ketika mereka sama-sama bekerja di sawah. Pekerjaan yang dilakukan sangat menentukan seperti apa hidup kita. Bekerja bukan semata-mata untuk mencari uang tetapi untuk memenuhi kebutuhan sosial, untuk mendapatkan prestasi, dan untuk kematangan pribadi. Kerja dapat membentuk kehidupan individu dengan berbagai cara dan bentuknya. Melalui bekerja, individu memiliki eksistensi diri, mampu meningkatkan sisi finansial, mendapatkan tempat tinggal, waktu luang yang berharga,

persahabatan, dan juga sarana menyalurkan emosi (Santoso, 2010). Manusia bekerja bukan semata-mata untuk menghasilkan pendapatan saja tetapi juga untuk membangun hubungan dengan warga sekitar maupun sesama petani. Manusia dalam bekerja harus berkoordinasi dengan manusia lainnya dan bukan secara individual. Ia harus bekerja di dalam suasana yang dinamis bersama dengan manusia-manusia lainnya (Wattimena, 2011). Setiap orang butuh untuk bekerja, karena ia memiliki kebutuhan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok, dan menjalin relasi yang bermakna dengan orang-orang yang ada di sana. Aristoteles pernah mengatakan bahwa manusia adalah mahluk yang berpolis. Artinya manusia adalah mahluk yang membutuhkan kelompok untuk menegaskan jati dirinya. Bekerja adalah cara terbaik untuk menjadi

http://lvunderground.wordpress.com/

bagian dari suatu kelompok. Ikatan

pekerjaan

muncul

karena

orang sering bekerja sama, walaupun mungkin mereka tidak terlalu suka satu sama lain. Di dalam komunitas semacam ini, keuntungan bukan lagi sebuah tujuan, melainkan hanyalah akibat dari ikatan antar pekerja yang kuat (Wattimena, 2011). Tidak hanya sampai pada pemaknaan untuk membangun hubungan dengan sesama petani. Beliau juga bekerja untuk membangun harga dirinya, sebagaimana yang telah diajarkan dalam budaya Bugis Makassar bahwa hanya orang yang bekerjalah yang dipandang memiliki harga diri. Artinya orang yang tidak memiliki harga diri karena tidak mau berusaha mencari pekerjaan. Hal tersebut disebabkan karena dalam diri beliau telah tertanam bahwa bekerja adalah suatu kewajiban terutama bagi para pria yang telah memiliki tanggungan keluarga, baik yang telah menikah maupun yang belum menikah. Oleh karena itu, dengan bekerja mereka telah dianggap bertanggung jawab sehingga dikatakan memiliki harag diri, sehingga Dg Gassing selalu beranggapan bahwa bekerja dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan mereka telah mampu

mambangun harga diri sendiri. Berdasarkan makna sosial yang turut berpengaruh terhadap makna kerja Dg. Gassing, Beliau sering berbagi dengan petani lain. Dg. Gassing sering berbagi air untuk sawah dengan petani lain. Sebagai seorang tukang kayu, Dg. Gassing sering melakukan

http://lvunderground.wordpress.com/

pekerjaan membuat lemari ataupun membuat rumah dengan upah yang akan dibayar tiga bulan ke depan. Menurut Dg. Gassing, hal semacam itu dilakukannya untuk menjaga hubungan baik dengan warga sekitar. Dalam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Dg. Gassing memaknai pekerja bertani sebagai makna sosial karena beliau

dalam melakukan tindakan usahataninya lebih menunjukkan untuk membangun hubungan silaturrahmi dengan masyarakat dan petani lainnya di Lingkungan Tattakkang. Makna instrinsik adalah makna yang terkait dengan keadaan dimana sebagai seorang petani melaksanakan kegiatan usahataninya dengan apresiasi pada pada proses usahatani itu sendiri. Secara umum, motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu. Artinya, seseorang melakukan tindakan atau perilaku tidak berasal dari motif-motif atau dorongan-dorongan yang berasal dari luar diri. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai. Daeng Gassing memiliki pekerjaan pokok sebagai petani. Beliau mulai menjalankan pekerjaan bertani sejak usia 13 tahun namun pada saat itu, Dg. Gassing hanya membantu pekerjaan orang tuanya. Setelah menikah, barulah Dg. Gassing mulai

http://lvunderground.wordpress.com/

mengolah

lahannya

sendiri.

Luas

lahan

yang dimilki oleh

Dg. Gassing adalah 10 are. Lahan tersebut digunakan untuk bercocok tanam padi dan kacang panjang. Dg. Gassing melaksanakan kegiatan usahataninya dengan apresiasi pada proses usahatani itu sendiri. Dengan bekerja kesehatannya akan semakin membaik karena beliau dapat

menggerakkan dan merefleksikan otot-otonya. Disamping itu, kegiatan usahatani yang dilakukan merupakan pekerjaan yang dapat memberikan kebebasan dan pengalaman tersendiri tanpa

mendapatkan tekanan dari atasannya seperti yang terjadi pada karyawan perusahaan. Selain itu, pengaturan waktu untuk memulai kegiatan perawatan dan pengembangan komoditas pertanian yang sedang dibudidayakan juga tidak membutuhkan penekanan waktu kerja. Beliau menganut makna intrinsik karena beliau menginginkan kebebasan dalam bekerja dan dengan bekerja kesehatannya akan semakin membaik karena beliau dapat menggerakkan dan

merefleksikan otot-otonya. Jadi dapat disimpulkan bahwa makna/nilai yang paling dominan mempengaruhi petani responden dalam menekuni pekerjaannya selama ini yaitu makna instrumental karena menganggap pekerjaannya sebagai alat untuk memperoleh pendapatan dan makna sosial bekerja juga untuk membangun hubungan karena beliau dengan

silaturrahmi

masyarakat dan petani lainnya di Lingkungan Tattakkang tersebut serta

http://lvunderground.wordpress.com/

makna intrinsik karena dalam melaksanakan kegiatan usahataninya dengan apresiasi pada proses usahatani itu sendiri.

http://lvunderground.wordpress.com/

EPILOG

Pelajaran Penting Berdasarkan pengalaman selama melakukan praktek lapang Tugas

Lapang Sosiologi Pertanian di Lingkungan Tattakkang, Kelurahan Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, maka beberapa pelajaran penting yang penulis peroleh antara lain: Nilai gotong-royong yang dapat mengakrabkan antar penduduk yang satu dengan penduduk yang lain Kegiatan gotong royong merupakan suatu kegiatan yang dapat lebih mengakrabkan setiap orang. Kegiatan ini dapat mencerminkan bagaimana seseorang dapat bekerjasama dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Dimana kita sadari bahwa manusia adalah makhluk sosial, dimana yang dikatakan makhluk sosial adalah makhluk yang membutuhkan orang lain dan tidak dapat hidup sendiri. Nilai saling menghargai yang dapat membentuk kerukunan warga Saling menghargai mungkin merupakan suatu sikap yang dapat mencerminkan kerukunan antar warga, dimana mereka akan saling lebih dapat menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan saling mendengarkan pendapat yang dikeluarkan oleh setiap warga. antar

http://lvunderground.wordpress.com/

Nilai kejujuran merupakan modal utama dalam setiap keberhasilan seseorang Dengan berlaku jujur orang lain akan selalu menghargai setiap tingkah laku dan kegiatan kita karena kejujuran tersebut bisa menimbulkan rasa kepercayaan. Apabila kita selalu berlaku jujur kepada oaring lain maka orang itu akan mempercayai kita. Kerja keras merupakan jalan menuju kesuksesan Jika seseorang ingin mencapai suatu kesuksesan maka wajarlah jika seseorang harus bekerja keras, tidak ada sesuatu yang datang begitu saja tanpa ada usaha dan kerja keras. Makna Kerja lebih terarah pada orientasi instrumental Pendapatan merupakan semua bentuk penghasilan dari setiap pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang baik berupa uang maupun dalam bentuk barang. Dan untuk seorang petani mereka lebih memaknai kerjanya sebagai alat instrumental yang digunakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Pertimbangan Untuk Kebijakan Dilihat dari kondisi penguasaan lahan di Lingkungan Tattakang maka

sebaiknya pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meminimalkan jumlah lahan yang akan dialih fungsikan sebagai areal pemukiman karena hal tersebut akan menghilangkan makna kerja yang merupakan sumber kehidupan masyarakat di Lingkungan Tattakkang.

http://lvunderground.wordpress.com/

Teoritik Menurut petani responden, kerja bukanlah masalah uang semata,

namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan arti besar. rasa bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan

Metodologi

1. Penentuan lokasi dalam rangka praktek lapang mata kuliah Tugas Lapang Sosiologi Pertanian dilakukan secara sengaja dengan menentukan lokasi atau daerah yang sebagian besar penduduknya adalah petani dan terdapat areal persawahan 2. Dari kegiatan praktek lapang yang dilakukan, data yang didapatkan yaitu berupa data primer dan data sekunder. 3. Data primer diperoleh dari hasil wawancara responden secara langsung, dengan penciptaan raport terlebih dahulu agar tercipta keakraban dan dapat memperoleh informasi dengan mudah. Data sekunder diperoleh secara langsung dari kantor Kelurahan

Parangbanoa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

http://lvunderground.wordpress.com/

DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2011. Jenis Kelamin. Diakses dari http://wikipedia.org/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar. Anonim b. 2011. Sarana dan Prasarana. Diakses dari http://ratihseptiayani.blogspot.com/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar.

Anonim c. 2011. Pendidikan. Diakses dari http://wikipedia.org/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar. Anonim d. 2011. Pekerjaan. Diakses dari http://wikipedia.org/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar. Anonim e. 2011. Keluarga. Diakses dari http://wikipedia.org/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar. Anonim f. 2011. Tingkat Pendapatan Masyarakat. Diakses dari www.qyonglee.multiply.com/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar. Anonim g. 2011. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Diakses dari www.docstoc.com/ pada tanggal 20 November 2011. Makassar. Anonim h. 2011. Penguasaan Sumber Daya Lahan. Diakses dari www.pusdatarawa.or.id pada tanggal 20 November 2011. Makassar. Cahyono. T.B., 2000. Ekonomi Pertanahan. Liberty, Yogyakarta. Daniel. 2004. Pentingnya Sebuah Pendapatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Effendi. 2009. Petani dan Penguasa Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia. Pustaka Pelayar : Yogyakarta. Fauzi. 2006. Petani dan Penguasa Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Giampietro. 2008. Assessment of Different Agricultural Production practices. AMBIO 21 (7): 451-459. Ginanjar, dkk. 2007. Manajemen Produksi. Jakarta: Pustaka Jaya.

http://lvunderground.wordpress.com/

Goode, William J. 2006. Sosiologi keluarga. Jakarta, Bina Aksara. Hanafie, Rita. 2010. Ekonomi Pertanian. C.V Andi Offset : Yogyakarta. Hernanto, Fadholi. 2000. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Kwi, Komkat. 2008. Pendidikan Agama Katolik. Kanisius. Yogyakarta. Mosher, A. T. 2000. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna, Jakarta. Moenandir Zody. 2004. Prinsip-Prinsip Utama Cara Menyelesaikan Produksi Pertanian. Bayu Media, Malang. Mubyarto. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penelitian Pendidikan dan Penerapan Ekonomi Sosial. Jakarta. Nasution. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Nainjolan Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Nazarwin. 2000. Konstribusi Pendapatan Usahatani Lahan Milik dan Pekerjaan Lainnya Terhadap Total Pendapatan Petani Kecil ( Studi Kasus Petani Kecil di Desa Simbang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros ). Skripsi. Makassar: UNHAS. Patong, Dahlan. 2001. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Erlangga, Jakarta. Rahim, Rahman. 2006. Nilai-Nilai Utama Bugis Makassar. LEPHAS, Makassar Salman, Darmawan. 2005. Workshop Sehari Implikasi Praturan Presiden No.36 Tahun 2005 Terhadap Pembangunan, Tata Ruang dan Ketersediaan Lahan Untuk Kepentingan Umum. KPDH, Makassar. Santoso, Eko Jalu. 2010. Life Balance Ways. Elex Media Komputindo. Jakarta Soebono. 2011. Sarana dan Prasarana Penunjang. Jakarta: Dian Rakyat Soekartawi. 2003. Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.

http://lvunderground.wordpress.com/

Soekartawi. 2006. Analisis Ilmu Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta Ubaydillah. 2006. Pengertian Kerja Cerdas. Diakses pada http://www.epsikologi.com/. Pada tanggal 20 Desember 2011. Yusoff,Muh. 2008. Pendidikan. Diakses dari http://images.soemarno.multiply.com/ pada tanggal 20 Desember 2011. Wirianto. 2011. Inovasi Pertanian Proses Perubahan IndonesiaI. Bhratara karya aksara. Jakarta. Ekologi di

Wattimenna. 2011. Makna Kerja Dalam Hidup Manusia. Di akses dari http://filsafatwima.com/makna-kerja pada tanggal 20 Desember 2011. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai