Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suku Batak merupakan salah satu suku yang dimiliki oleh Negara Indonesia

yang berasal dari Provinsi Sumatra Uara. Suku batak di Sumatra Utara dibedakan

menjadi 5 suku, selain suku batak suku-suku lainya pun terdapat di daerah Sumatra

Utara. Tetapi yang termasuk ke dalam suku batak yaitu, Batak toba, batak karo, batak

pakpak, simalungun, dan batak mandailing.1

Diantara suku-suku batak ini terdapat perbedaan dan keunikannya sendiri-

sendiri, jika dibahas dari segi bahasanya, suku batak ini memiliki perbedaan yang

sangat jauh. Tetapi di sisi lain suku batak juga memiliki kesamaan indentitas yaitu ulos.2

Ulos dikatakan sebagai indentitas yang sama dari suku batak karena ke 5 suku batak di

Indonesia mengunakan ulos sebagai penanda bahwa dia batak.

Walaupun berada di satu Provinsi yang sama, ke 5 suku batak ini memiliki

wilayahnya masing-masing. Yang pertama batak toba, batak toba ini daerahnya

meliputi Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten

Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, sebagian Kabupaten Dairi, dan sekitarnya. 3

Sedangkan suku batak lainya terdapat di daerah Sibolga, Padang Sidimpuan, Silindung,

Ala, Gayo, Simalungun Deli Hulu dan Langkat Hulu.

Suku batak ini memiliki sistem kekerabatan yang sangat unik, sistem

kekerabatanya diikat dengan kata marga. Setiap suku batak pasti memiliki marga.

1
Farida Meliana Hutabarat Mahasiswa Sastra Indonesia UNP, Kekerabatan Bahasa Batak Toba Dengan
Bahasa Batak Mandailing, media.neliti.com 2013, hal 2.
2
Devi Elisabeth Silaban Mahasiswa Ilmu Sejarah Unja, Migrasi Suku Batak Toba ke Kota Jambi 1961-
2018, Jurnal Siginjai 28 januari 2021, hal 74-76.
3
ibid
Seperti suku batak toba juga memiliki banyak marga yang berbeda-beda, marga ini juga

merupakan sebuah indentitas bagi masayarakat suku batak. Marga dalam batak

merupakan nama akhiran yang diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilineal).4

Marga ini juga menjadi simbolis dalam kekerabatan suku batak.

Marga menjadi hal yang paling utama di dalam sistem kekerabatan orang toba,

orang pak-pak, mandailing, karo, dan simalungun. Penggunaan marga dalam suku

batak ini telah dimulai sejak lama oleh para pendahulu orang batak, adanya marga ini

membuat sistem kekerabatan orang batak menjadi sangat berbeda dan unik.

Keunikannya terdapat pada nomor turunan marganya, jika sesama marga bertemu

untuk menentukan mana yang harus di panggil abang ataupun kakak itu hanya dilihat

dari nomor turunan marganya masing-masing bukan dari umur.

Di dalam semboyan adat batak juga ada suatu kata yang telah melekat sejak

lama yaitu kehormatan dan memperoleh anak laki-laki sebagai penerus, sama seperti

suku batak toba didalam adatnya terdapat suatu semboyan yaitu, Hagabeon dan

Hasangapon yang dapat diartikan, Hagabeon merupakan memperoleh anak atau

keturunan laki-laki, sedangkan Hasangapon ini memiliki arti yaitu suatu kehormatan

atau berusaha menjadi orang terpandang di satu daerah.

Disisi lain masyarakat batak juga memiliki pemikiran dan menjadi suatu tujuan

utama dalam hidupnya yaitu suatu kemakmuran, karena semakin banyaknya angka

pertumbuhan penduduk, kemakmuranpun tidak dapat diperoleh di daerahnya sendiri,

hal ini lah yang membuat banyak masyarakat batak yang setelah menikah melakukan

migrasi ke daerah-daerah lain dengan tujuan mencari kemakmuran.

4
B. Simangunsong, Kekerabatan, Masyarakat Batak, Dan Mangongkal Holi, Universitas Kristen Stya
Wancana 2018. https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17364/3/T2_752016030_BAB%20III.pdf.
Migrasi merupakan aktivitas perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah

lain tanpa program dan tujuannya untuk hidup menetap, dalam migrasi terdapat dua

bentuk, pertama migrasi internasional dan migrasi internal, migrasi internasional

merupakan perpindahan perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain,

sedangkan migrasi internal merupakan perpindahan penduduk dari satu wilayah ke

wilayah lain dalam satu negara.

Menurut Ninik Widiyanti,S. (1987) Migrasi merupakan perpindahan penduduk

dari satu daerah/Negara ke daerah/Negara yang lain. 5 Terjadinya migrasi ini

disebabkan oleh beberapa faktor yang mendorong, faktor yang paling utama

mendorong terjadinya migrasi ini adalah faktor ekonomi, kurangnya lapangan

pekerjaan dan kepadatan penduduk di daerahnya, sehingga dengan keadaan yang tidak

baik-baik ini membuat masyarakat memilih untuk melakukan migrasi ke daerah lain. 6

Sungai Bahar merupakan salah satu kecamatan yang terletak di dalam

Kabupaten Muaro Jambi, yang juga merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi

Jambi di Pulau Sumatra. Kecamatan Sungai Bahar juga merupakan salah satu Kawasan

transmigran yang ada di Provinsi Jambi, daerah ini menjadi pilihan pemerintah karena

pada tahun 80-an daerah Sungai Bahar masih kosong dan belum berpenghuni (hutan

belantara).7

Pada masa pemerintahan Orde Baru sebenarnya selain masyarakat transmigran

Sebagian suku batak yang berasal dari Sumatra Utara juga telah melakukan migrasi ke

daerah Sungai Bahar. Namun peningkatan migrasi terjadi di daerah Sungai Bahar

setelah berakhirnya masa orde baru 1998. Banyak suku-suku lain yang melakukan

5
Siti Soliah, Program Migrasi Masyaraskat, repository UNP 2016, BAB II hal 5.
6
Op.cit.
7
Mahdi Bahar, Selfi Mahat Putri, Fatonah Nurdin, Budaya Melayu dalam Perspektif Sejarah pada
Masa Orde Baru:Seni Budaya Suku Jawa Transmigran di Kecamatan Sungai Bahar, Muaro Jambi, ejounal
iainbengkulu.ac.id, Vol. 4 No. 2, Juli - Desember 2020, hal 175.
migrasi ke daerah Sungai Bahar salah satunya yaitu suku Batak, suku Batak yang

melakukan migrasi ke daerah Sungai Bahar dikarenakan daerahnya telah mengalami

perpadatan penduduk serta susahnya mencari lapangan pekerjaan, suku batak yang

datang ke Sungai Bahar bukan merupakan termasuk dari program transmigrasi

melainkan bermigrasi, suku batak yang melakukan perpindahan penduduk ke daerah

ini tergolong kedalam migrasi internal.

Suku batak yang pertama kali melakukan migrasi ke Kawasan Sungai Bahar ini

adalah suku batak toba, setelah suku Batak Toba melihat potensi yang ada di

Kecamatan Sungai Bahar ini serta telah berhasil, suku Batak Toba yang tinggal di

Sungai Bahar mengajak saudara-saudaranya yang lain seperti suku batak karo, suku

batak mandailing, suku batak pakpak dan suku batak simalungun untuk bermigrasi ke

daerah Sungai Bahar tersebut.8

Dengan demikian hal ini lah yang menjadi faktor sehingga banyak masyarakat

suku batak yang melakuakan migrasi ke daerah Sungai Bahar yang hanya bermodalkan

uang secukupnya pemberian dari orang tua mereka (no planning) dan juga tidak

memiliki rumah, lahan pangan bahkan perkebunan sawit, masyarakat suku batak yang

bermigrasi ke daerah Sungai Bahar memiliki tujuan untuk hidup menetap dan

memperbaiki status ekonomi nya yang lebih baik dari sebelumnya.

Hal ini pula lah yang menjadi latar belakang penulis untuk melihat bagaimana

“Migrasi Suku Batak ke Daerah Transmigran Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten

Muaro Jambi (1999-2020)”. Dari mulai awal-awal kehadiran suku batak di Sungai

Bahar sampai perkembangan pesatnya, bagaimana kehidupan sosial ekonominya,

perkembangan kebudayaanya dan sampai menjadi salah satu suku yang dihormati di

Kecamatan Sungai Bahar.

8
S. Mare-mare, Wawancara, 19 oktober 2021.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka

penulis dapat merumuskan beberapa rumusan masalah di antaranya ialah:

1. Bagaimana kondisi geografis, demografis dan sosiologis daerah

transmigran Sungai Bahar Muaro Jambi 1999-2020?

2. Mengapa suku batak bermigrasi ke daerah transmigran Sungai Bahar Muaro

Jambi 1999-2020?

3. Bagaimana dampak kehidupan sosial ekonomi masyarakat transmigran

akibat kehadiran suku batak di kawasan transmigran Sungai Bahar Muaro

Jambi 1999-2020?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas, maka penulis perlu

membuat pembatasan kajian spasial dan temporal. kajian sapasial dari penelitan ini

berfokus pada Kecamatan Sungai Bahar, Kabupan Muaro Jambi. Dan Batasan

temporalnya di mulai dari tahun 1999-2020, alasan mengambil tahun 1999 di kerenakan

awal mula suku batak bermigrasi ke daerah Sungai Bahar, dan untuk tahun 2020 di

karenakan pada tahun 2020 eksistensi suku batak di Sungai Bahar telah mengalami

perubahan serta peningkatan baik dari segi pendidikanya maupun sosial ekonominya.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara garis besar bespusat pada:

1. Mengetahui bagaimana kondisi geografis, demografis dan sosiologis daerah

transmigran Sungai Bahar Muaro Jambi 1999-2020.

2. Mengetahui suku batak bermigrasi ke daerah transmigran Sungai Bahar

Muaro Jambi 1999-2020.


3. Mengetahui dampak kehidupan sosial ekonomi masyarakat transmigran

akibat kehadiran suku batak di kawasan transmigran Sungai Bahar Muaro

Jambi 1999-2020.

B. Manfaat Penelitian

Penelitan ini juga memiliki manfaat yang di tujukan kepada akademik yaitu:

1. Dapat menabah tulisan historiografi tentang migrasi suku batak di

Kecamatan Sungai Bahar.

2. Hasil penelitian ini dapat di jadikan rujukan untuk penelitan selanjutnya

tentang migrasi suku batak ke Kecamatan Sungai Bahar.

3. Memperkenalkan suku batak di Sungai Bahar selama kurang lebih 20

tahun.

1.5 Tinjuan Pustaka

Referensi yang digunakan dalam penulisan mengenai migrasi suku batak ke

daerah Transmigran Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi adalah skripsi

dan buku. Pertama, buku yang di tulis oleh Izza Mafruhah, dkk, yang berjudul “Migrasi

Dan Permasalahan Sebuah Over View Kondisi Di Indonesia”. 9 Didalam buku ini di

bahas mengenai migrasi di Indonesia mulai dari sejarah migrasi di Indonesia,

pengertian migrasi, teori-teori migrasi, Faktor pendorong dan penarik migrasi, karakter

migrasi dan penelitian tentang migrasi internasional.

Selanjutnya ada skripsi yang di tulis oleh Shandi Egianty, Soeprapto,SU

berjudul Eksistensi Masyarakat Suku Batak Toba di Tanah Perantauan (Studi Tentang

Strategi Menjaga Nilai-nilai Budaya Suku Batak Toba di Yogyakarta).10 Didalam

skripsi ini dibahas mengenai bagaimana suku batak toba dalam menjaga eksistensinya

9
Izza Mafruhah, dkk, Migrasi Dan Permasalahan Sebuah Over View Kondisi Di Indonesia, CV.Djiwa
Amarta Perss, Surakarta 2017.
10
Skripsi Shandi Egianty, Eksistensi Masyarakat Suku Batak Toba Di Tanah Perantauan (Studi Tentang
Strategi Menjaga Nilai-Nilai Budaya Suku Batak Toba di Yogyakarta), Universitas Gajah Mada 2016.
di Yokyakarta. Masyarakat Batak Toba di Kota Yogyakarta sangat menjunjung tinggi

adat budaya yang mereka miliki mulai dari adat perkawinan, adat kematian, sistem

kekerabatan, misi budaya serta falsafah hidup mereka.

Hasil penelitiannya di dalam penelitain ini telah di jelaskan bagaimana cara

masyarakat suku batak toba dapat mempertahankan adat mereka, meski tradisi dan

budaya yang berbeda suku batak toba selalu dapat beradaptasi dengan. Strategi yang

digunakan agar tetap menjaga eksistensinya seperti selalu mengadakan perkumpulan

(punguan), pelaksanaan adat yg masih menggunakan unsur Dalihan Na Tolu, masih

mengutamakan misi hidup mereka ketika di perantauan dan yang paling mencolok

adalah pelaksanaan pernikahan campuran. Hadirnya suku batak di Yogyakarta ini

memberikan keragaman tersendiri bagi kota Pendidikan ini.

Kedua skripsi yang di tulis oleh Shinta Romaulina Nainggolan yang berjudul

Eksistensi Adat Budaya Batak Dahlian Na Tolu Pada Masyarakat batak (Studi Kasus

Masyarakat Batak Perantauan di Kabupaten Brebes). 11 inti sari di dalam skripsi ini

adalah bagaimana keadaan suku dan budaya batak toba di kabupaten Brebes. Didalam

skripsi yang di tulis oleh mahasiswi Unes ini lebih banyak menjelaskan tentang budaya

suku batak toba (Dahlian Na Tolu).

Hasil penelitiannya masyarakat Batak perantauan di Kabupaten Brebes selalu

dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan perkembangan yang dihadapinya. Adat

budaya Batak Dalihan Na Tolu masih tetap dilaksanakan dan dipakai masyarakat Batak

perantauan di Kabupaten Brebes dalam setiap aktifitas kegiatan adat. Keberadaan adat

budaya Batak Dalihan Na Tolu di Kabupaten Brebes masih tetap ada dan akan terus

11
Skripsi Shinta Romaulina Nainggolan, Eksistensi Adat Budaya Batak Dalihan Na Tolu Pada
Masyarakat Batak ( Studi Kasus Masyarakat Batak Perantauan di Kabupaten Brebes), Universitas Negeri
Semarang 2011.
ada, hal ini karena Dalihan Na Tolu adalah falsafah yang tidak akan pernah dapat

dirubah ataupun hilang meskipun jauh di perantauan.

Ketiga, juranl yang di tulis oleh Lister Eva dan Riana Ariani Pandiangan yang

berjudul “Migrasi Suku Batak di Tanah Alas Kabupaten Aceh Tenggara 1904-1920. Di

dalam jurnal ini memiliki hasil penulisan tentang bagaimana migrasi suku batak ke

Aceh Tenggara pada tahun 1902-1920, di dalamnya di jelaskan proses terjadinya

migrasi ke tanah Alas Kabupaten Aceh Tenggara karena faktor kedatangan kolonial

Belanda.

Dan melarikan diri dari daerahnya sendiri menuju daerah baru dan mulai

melakukan penjajakan diwilayah baru.Terjadinya migrasi Batak Toba di Tanah Alas

memberikan dampak yang sangat mempengaruhi masyarakat suku Alas yaitu dengan

sistem pertanian, sistem pertanian yang ditanamkan oleh masyarakat Batak Toba

membantu meningkatkan perekonomian baik pada masyarakat Batak Toba itu sendiri

maupun masyarakat suku Alas dengan cara mengelolah lahan-lahan yang kosong milik

suku Alas menjadi lahan pertanian yang sangat subur.12

Keempat, ada juga jurnal yang membahas tentang migrasi suku batak Toba,

karya ilmiah Devi Elisabeth Silaban dan Denny Defrianti, dengan judul Migrasi Suku

Batak Toba ke Kota Jambi 1961-2018. Di dalam karya ilmiah ini telah di jelaskan

bagaimana sejarah awal Migrasinya orang Batak Toba ke Kota Jambi, di dalam karya

ilmiah ini juga sudah di jelaskan bagaimana eksistensi masyarakat toba selama 39 tahun

di Kota Jambi. 13 Didalam penelitian ini di jelaskan bagaimana latar belakang suku batak

toba migrasi ke Kota Jambi.

12
Lister Eva dan Riana Ariani Pandiangan, Migrasi Batak Di Tanah Alas Kabupaten Aceh Tenggara
(1904-1920), Puteri Hijau Vol. 4 No. 1. 2019.
13
Skripsi Devi Elisabeth Silaban, Migrasi Suku Batak Toba ke Kota Jambi 1961-2018, Jurnal Siginjai,
vol 1, tahun 2021.
Jika dilihat dari beberapa judul penelitian diatas maka akan ditemukan

perbedaan dengan penelitian saya. Selain berbeda tempat penelitian, kebanyakan

penelitian tersebut membahas migrasi suku batak toba saja sedangakn di daerah Sungai

Bahar sudah banyak di temui suku batak selain batak toba.

Serta perbedaan lainnya dengan penelitian di atas, daerah Sungai Bahar

merupakan daerah transmigrasi program pemerintah dari Pulau Jawa, dan kedatangan

suku batak ke daerah Transmigasi ini tidak di bekali dengan adanya Rumah untuk

tempat tinggal dan tanah yang harus di olah. Namun dengan tujuan Suku Batak untuk

merubah kehidupan nya, membuat masyarakat Batak di Sungai Bahar mengalami

perubahan kehidupan dan sistem ekonomi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang Migrasi Suku Batak ke Daerah

Transmigran Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi belum ada yang

melakukan penelitian sama sekali, oleh karna itu peneliti merasa bahwa permasalahan

tersebut perlu diteliti sehingga menjadi sebuah penulisan yang bermanfaat bagi generasi

selanjutnya.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, metode

sejarah merupakan metode dalam penelitian dan penulisan sejarah dengan

menggunakan cara, prosedur atau Teknik yang sistematik sesuai dengan asas-asas dan

aturan ilmu sejarah.14 Penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu pemilihan topik,

pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), interpretasi

(analisis dan sintesis), dan penulisan.15 Hal ini akan di paparkan sebagai berikut.

a. Heuristik (pengumpulan sumber primer).

14
Eva Syarifah Wardah, Metode Penelitian Sejarah, vol 12, No 2, juli-desember 2014, hal 168.
15
Prof. Dr. Nina Herlina, M. S., Metode Sejarah. Satya Historika, Institut Seni Indonesia Yogyakarta,
Bandung 2020, Hal 29-30.
Heuristik ini merupakan Langkah pertama dalam penelitian sejarah, yaitu

mencari dan mengumpulkan informasi dan sumber-sumber yang berkaitan dengan

topik yang akan di teliti. Sumber primer merupakan sumber yang di dapat dari pelaku

sejarah serta dengan mata kepala sendiri. Selain wawncara dengan pelaku sejarah

informasi lain dapat di dapatkan dengan wawancara lisan dengan informan yang

memiliki hubungan dengan penelitian maupun arsip foto.

Sedangakan sumber skunder merupakan sumber yang di dapat dari tangan

kedua atau sumber yang di dapat secara tidak langsung. Sumber skunder yang di

gunakan dalam penelitian ini berasal dari jurnal, buku, skripsi dan sumber lain yang

berasal dari internet yang memiliki kaitan dengan penelitian.

b. Verifikasi (Kritik Sejarah atau Keabsahan Sumber).

Tahap verifikasi merupakan tahap meneliti apakah sumber tersebut sejati, baik

bentuk mapun isinya. Di dalam verifikasi ini terdapat dua jenis kritik sumber, kritik

eksternal dan internal, kritik intenal ditujukan untuk menguji kredibilitas dan

reliabilitas suatu sumber.16 Kritik internal di lakuakan peneliti dengan melakukan

perbandingan informasi yang satu dengan yang lain sehingga dapat menyimpulkan

informasi yang jelas.

Kritik eksternal, kritik ini ditujukan untuk menguji keaslian suatu sumber. 17

Penulis juga melakukan kritik ini untuk sumber lisan dan tertulis, dalam sumber tertulis

penulis sangat memperhatikan aspek akademis dari penulis karya ilmiah yaitu dengan

memperhatikan latar belakang penulis karya ilmiah, memperhatikan aspek tahun terbit

dari karya ilmiah, serta tempat dimana karaya ilmiah tersebut di terbitkan.

16
Ibid, Hal 30.
17
Drs. Alian, M.Hum, Metodologi Sejarah Dan Implementasi Dalam Penelitian, Jurnal Pendidikan dan
Kajian Sejarah, 13 Januari 2020, Hal 10.
Sumber lisan, sebelum melakuan wawncara penulis melakuakan identifikasi

informan yang akan di wawancara, setelah itu penulis melihat umur informan,

kedudukan, kondisi fisik, jenjang Pendidikan, agama, pekerjaan serta keberadaanya di

Sungai Bahar pada kurun waktu 1999-2020.

c. Interpretasi.

Interpretasi merupakan upaya penafsiran fakta-fakta sejarah dalam rangka

rekontruksi realitas masa lampau. 18 Interpretasi ini sangat di butuhkan didalam

penelitian, sumber-sumber dan saksi-saksi di masa lampau yang menjadi sumber

informasi. Sumber-sumber yang berkaitan dengan “Migrasi Suku Batak Ke Tanah

Transmigran Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi 1999-2020 yang di

peroleh dari observasi (pengamatan) maupun wawancara lisan.

d. Historiografi.

Historiografi merupakan proses akhir dalam penelitian sejarah. 19 Melalui

pencarian sumber analisis sintesis yang dituangkan dalam tulisan. Penulisan sejarah

memiliki pedoman-pedoman khusus, selain ditulis sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan, penulisan sejarah juga disertai dengan footnote, struktur penunjang,

lampiran, foto, dan juga daftar pustaka.

1.7 Kerangka Konseptual

Suku batak merupakan salah satu suku di Indonesia yang paling sering kita

jumpai walau bukan di daerah asalnya. Suku batak ini merupakan suku yang berasal

dari provinsi Sumatra utara, suku batak ini memiliki populasi yang cukup banyak di

Indonesia, hal ini terjadi karena setelah melakukan pernikahan pasangan suami istri

18
Op.Cit, Hal 173.
19
Ibid, hal 12.
memiliki pantangan yaitu tidak baik lama-lama tinggal di rumah orang tua, migrasi

menjadi pilihan utama suku batak untuk mencari kemakmuran di daerah-daerah lain.

Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain

dengan tujuan menetap.20 Berbeda dengan transmigrasi, tarnsmigrasi merupakan

perpindahan penduduk dari satu daerah yang padat penduduk ke daerah yang jarang

penduduknya. 21 Terjadinya proses migrasi ke daerah Sungai Bahar di karenakan adanya

masalah sosial di daerah asalnya, faktor utama yang mempenaruhi terjadinya migrasi

adalah keadaan politik, sosial, ekonomi yang tidak baik-baik saja di daerah asalnya.

Seperti ditunjukan pada Gambar di bawah, yaitu:

Suku Batak

Kondisi Geografis, Sosiologis Dan Demografis

Sejarah Migrasi Suku Dampak Kehidupan Suku Batak Bermigrasi


Batak Di Sungai Bahar Sosisal Ekonomi Ke Daerah Transmigran

Gerakan Sosial

1.8 Landasan Teori

Untuk menunjang penelitian tentang Migrasi Suku Batak Ke Tanah Transmigran

Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi 1999-2020 maka ada tiga teori yang

di gunakan pertama adalah teori ketidakpuasan (discontent theory).22 Teori ini

20
T.Razali Rasyid, Bunga Rampai Kependudukan Kelahiran, Kematian, Migrasi, Dan Pembanunan
Berwawasan Kependudukan, Syiah Kuala University Perss Darussalam, Banda Aceh, 2017, Hal 135.
21
Ibid, Hal 140.
22
Nanang Martono, SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL Presfektif klasik, Modern, Posmodren, dan
Poskolonial, PT. RAJAGRFINDO PERSADA1, oktober 2011, hal 228.
menyatakan awal munculnya gerakan sosial itu di mulai karena adanya rasa

ketidakpuasan, baik dari segi ekonomi maupun kenyamanan, dengan adanya

ketidakpuasan ini menimbulkan sebuah gerakan sosial dari individu maupun kelompok,

hubungan teori ini dengan penelitian adalah rasa ketidakpuasan yang dimiliki oleh

sebagian masyarakat di daerah Sumatra Utara yang membuat timbulnya gerakan sosial

yaitu migrasi.

Kedua, teori ketidakmampuan penyesuaian diri pribadi (personal ladjusment

theory). Menurut teori ini gerakan sosial merupakan tempat/wadah untuk menyalurkan

kegagalan pribadi, di dalam teori ini lebih menekankan kepada masyarakat daripada

individu sebagai pemicu munculnya sebuah geakan sosial. Terdapat dua teori sosiologi

yang menjelaskan asal mulanya mucul suatu gerakan sosial, pertama, teori tentang

deprifasi relative (relative deprivation theory).

Menurut teori yang di kembangkan oleh Stouffer ini seseorang merasa kecewa

karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kedua, teori mobilisasi

sumber daya alam (resource mobilization theory). Bagian kedua tentang teori gerakan

sosial ini menjelaskan lebih menekankan kepada faktor teknis bukan penyebab

munculnya gerakan sosial.

Ketiga, Teori Proses-Politik. Teori yang ketiga ini sangat erat kaitannya dengan

teori Mobilitas Sumber Daya, pendekatan teori proses-politik menekankan pada

peluang-peluang bagi gerakan, yang diciptakan oleh proses politik dan sosial yang lebih

besar.23

1.9 Sistematika Penulisan

Untuk mendapat gambaran singkat dan memudahkan pemahaman yang akan

23
Ibid, hal 228-229.
di bahas dalam penelitian ini, maka penulis akan mendeskripsikan sistematika

\penulisan sebagai berikut :

BAB I . Pendahuluan, Di Dalam BAB Ini Menguraikan Tentang : (I) Latar

Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Ruang Linkup Penelitian, (4) Tujuan,

Dan Manffat Penelitian, (5) Tinjauan Pustaka, (6) Metode Penelitian , (7) Kerangka

Koseptual, (8) Landasan Teori, (9) Sistematika Penulisan.

BAB II . Gambaran umum wilayah Sungai Bahar Muaro Jambi, berisi tentang,

kondisi geografis, demografis dan sosiologis wilayah Sungai Bahar Muaro Jambi.

BAB III . Sejarah suku batak di wilayah transmigran Sungai Bahar Muaro

Jambi, berisi tentang asal mulanya mengapa suku batak bermigrasi ke Sungai Bahar

Muaro Jambi.

BAB IV . berisi tentang bagaimana damapak kehadiran suku batak di wilayah

transmigran Sungai Bahar Muaro Jambi.

BAB V . Penutup, berisi kesimpulan, di dalam bab ini akan membahas dan

manguraikan kesimpulan yang ada terdapat dengan penelitian yang di lakukan.

Anda mungkin juga menyukai