kabupaten merangin.
Oleh :
RAHMAWATI
(I1D118028)
Pendahuluan
Desa Muara Siau merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Muara
Siau,kabupaten Merangin, provinsi Jambi. Menurut sejarah desa muara siau berdiri pada
tahun 622 M, Dengan mayoritas penduduknya beragama islam. Adapun asal dari kata
muara siau yaitu muara yaitu pertemuan dua sungai yakni sungai siau dan sungai
tembesi, dan siau yang berarti silau (cahaya) yaitu suatu cahaya yang memancar dari
dasar sungai siau tersebut (buku sejarah singkat desa muara siau “bapak hasanuddin 27
mei 2021”).Desa muara siau mempunyai beberapa kesenian tradisional, salah satunya
berentak berasal dari dua kata yaitu pangko yang diartikan ke dalam bahasa muara siau
yang artinya cangkul, dan kata berentak yang berarti serentak atau sama-sama. Pangko
berentak awalnya hanya merupakan kebiasaan masyarakat muara siau saat mereka akan
mencangkul sawahnya, seperti yang dijelaskan oleh nenek hasiah beberapa bulan yang
lalu“ bahwa pada zaman dulu tidak ada mesin teknologi bajak seperti sekarang, oleh
karena itu masyarakat setempat akan bergotong royong untuk menyelesaikan sawahnya,
Seperti halnya yang didengarkan sang penulis dari masyarakat setempat, pada zaman itu
dalam pangko berentak ini mereka seolah membuat gerakan sederhana dan pola barisan
yang berbentuk vertikal didalam lahan persawahan, dengan menggunakan alat cangkul.
Tidak ada musik yang mengiring gerakannya hanya saja hentakan kaki dari gerakan
mencangkul yang penari lakukan,dan mereka menyanyikan lirik dalam bentuk pantun
berbalas.
1
2
Menurut pengalaman penulis yang juga merupakan penari tari pangko berentak, tarian
ini bahkan pernah dipertunjukkan di rumah dinas bupati merangin beberapa tahun lalu
dalam suasana lebaran, penulis disini mendengar lirik pantun berbalas yang dinyanyikan
mempunyai maksud tertentu, seperti ada kata maaf-maafan sebagai tanda suasana
lebaran,namun ada juga isi pantun yang bermakna menunjukkan potensi desa,dan ada
juga dalam bentuk keluh kesah atas kekurangan didalam desa agar didengar oleh bapak
bupati.
Seiring berjalannya waktu kebiasaan ini menjadi kesenian tradisional daerah tersebut
dan dijadikan dalam bentuk tarian dengan gerakan yang sama dan beralih fungsi menjadi
kesenian yang bersifat hiburan, dan menggunakan kostum kebaya zaman dulu dan
memakai tengkuluk ali kasim (ibu nur,29 mei 2021). Tari ini menjadi kesenian turun
temurun bahkan sang penulis merupakan salah satu anggota penari dari tari tersebut.
Tari pangko berentak ini biasanya dipertunjukkan diacara-acara desa seperti pada hari
lebaran ke 2 (acara halal bi halal yang diadakan rutin setiap tahun),penyambutan tamu,
pantun berbalas yang menurut pandangan penulis pantun ini memiliki makna dan tujuan
tersendiri.
Bentuk gerakan tari ini sangat sederhana, gerakan seperti mengayunkan cangkul seolah
Sayangnya pada zaman sekarang keberadaan tari pangko berentak ini tidak
berkembang dan tidak dipertunjukkan lagi karena beberapa hal yang dapat menghalangi
perkembangan tari tersebut. Menurut bpk syafrin (10 mei 2021)“ini dikarenakan
kurangnyo peminat dari para generasi penerus untuk mempelajari tari ini dan jugo tidak
ado lagi pelatih tetap yang biso dipercayai untuk melatih anak-anak ini.” dari wawancara
3
ini dapat dilihat beberapa faktor utama yang menyebabkan hilangnya keberadaan tari
pangko berentak ini,hal ini tentu memberi dampak terutama dampak terhadap
tentang upaya pelestarian tari pangko berentak yang sudah jarang ditemukan di desa
Berdasarkan latar belakang seperti yang dijelaskan diatas ada beberapa hal yang
menarik untuk diteliti dan dirumuskan dalam bentuk pernyataan penelitian adalah
sebagai berikut:
1.2.2 Bagaimana keberadaan tari pangko berentak dikalangan muda-mudi desa muara siau
Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam
bentuk penelitian :
1.3.2 Untuk mengetahui keberadaan tari pangko berentak dikalangan muda-mudi desa
muara siau
1.4.1.1 Memberikan informasi atau pengetahuan tentang fungsi tari pangko berentak
4
Selain memberikan manfaat teoritis seperti yang telah diuraikan di atas ,penelitian
1.4.2.3 Bermanfaat sebagai bahan apresiasi serta menjadi bahan perbandingan dalam
1.4.2.4 Memberikan informasi yang akurat tentang upaya pelestarian tari pangko
Tinjauan kepustakaan adalah bagian yang sangat penting dalam sebuah penelitian
,karena pada sub bab ini mengungkapkan pemikiran tentang teori teori serta yang ber
hubungan dengan masalah yang akan diteliti , yang terdiri atas penelitian relevan,
landasan teori, dan kerangka konsep yang akan dijelaskan sebagai berikut:
permasalahan yang akan ditulis peneliti yaitu tentang upaya pelestarian tari tersebut.
Adapun jurnal yang saling berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti dari objek
dalam skripsi “upaya pelestarian kesenian dames group laras budaya di desa
bumisari kecamatan bojongsari kabupaten purbalingga” yang ditulis oleh Eka nur
fatichach pada tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pertunjukan
kesenian dames memiliki beberapa aspek pertunjukan yang meliputi gerak, kostum
atau busana, musik atau iringan,tema,tata panggung ,tata lampu, dan tata suara.upaya
pelestarian kesenian dames ini, yang telah dilakukan dalam bentuk perlindungan,
maksimal karena diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak baik dari
namun landasan teori yang digunakan berbeda dengan penelitian yang akan diteliti,
hal ini menjadi referensi bagi peneliti untuk mengetahui upaya pelestarian tari pangko
Landasan teori merupakan teori relevan yang mengacu pada rumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “upaya pelestarian tari pangko berentak di
Tari tradisional adalah salah satu bentuk kebudayaan daerah yang kental
dengan nilai-nilai history dan pesan-pesan filosofis, seperti aspek spiritual, moral
Menurut Redceliffe brown dalam buku mahdi bahar (2009:241) fungsi terkandung
suatu makna utama (kunci), yaitu sumbangan (contribution) yang diberikan oleh
untuk melihat sumbangan apa saja yang diberikan tari pangko berentak untuk
keberadaan sesuatu hal,dalam hal ini yakni mengenai keberadaan kesenian tari
muara siau.
1.5.2.4 Pelestarian
yang sudah penuh dikenal saja. Pelestarian dilihat sebagai sesuau yang terdiri dari
(sedyawati,2008:152).
mempertahankan atau pelestarian merupakan suatu proses, teknik atau cara untuk
mempertahankan atau menjaga keaslian sesuatu supaya tetap utuh dan menjadi
dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang. Pelestarian juga
dapat diartikan suatu proses atau teknik yang didasarkan pada kebutuhan individu
itu sendiri. Pelestarian tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu harus
atau paling tidak mengetahui tentang budaya itu sendiri. Mempertahankan nilai
sedemikian rupa agar jati diri bangsa atau suku bangsa senantiasa tampil dengan
jelas dan tidak ditenggelamkan oleh pengaruh-pengaruh asing tertentu. Salah satu
kiat untuk sambil berubah mempertahankan jati diri adalah dengan memilih
diantara sejumlah warisan budaya yang merupakan penanda budaya untuk dijaga
lain. Pelestarian menurut Sedyawati (2008 : 280) adalah suatu budaya yang
Pelestarian adalah sebuah upaya yang berdasar, dan dasar ini disebut juga
faktor-faktor yang mendukungnya baik itu dari dalam maupun dari luar dari hal
yang dilestarikan. Maka dari itu, sebuah proses atau tindakan pelestarian 66
mengenal strategi atapun teknik yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisinya
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati. Menurut moeleong (1989:11) penerapan metode ini ini
subjek penelitian adalah orang yang dijadikan sumber informasi oleh peneliti
untuk riset yang dilakukannya. Dalam hal ini subjek penelitian yang dimaksud dalam
pangko berentak,
1. bapak hasanuddin memiiki latar belakang adalah orang yang tau akan sejarah desa
2. Bapak syafrin sebagai anggota lembaga adat di desa muara siau sekarang.
3. nenek hasiah memiliki latar belakang orang tua yang mengikuti perkembangan
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang didapatkan setelah melakukan penelitian secara
langsung. Dalam hal ini sumber primer ini peneliti mendeskripsikan, menguraikan
dan menganalisis data yang didapat dilapangan. Melalui wawancara langsung dengan
9
narasumber yang mengetahui tentang tari pangko berentak sebagai objek. Narasumber
dalam penelitian ini yaitu dengan nenek hasiah selaku orang tua yang mengetahui dan
Data sekunder adalah sebagai data yang mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada, yang mana data tersebut menjadi data kedua
yang didapatkan di lapangan dan data sekunder ini sifatnya sebagai pendukung data
primer. Dalam penelitian ini peneliti juga mendapatkan data secara tidak langsung
yang mana sumber data tersebut didapatkan melalui foto buku sejarah singkat desa
muara siau.
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Maka teknik
1.6.4.1 observasi(pengamatan)
Dalam penelitian ini peneliti langsung turun ke lapangan untuk mencari informasi
awal mengenai keberadaan tari pangko berentak kepada masyarakat di desa muara
siau. Kemudian peneliti bertemu bapak syafrin (muara siau 2019) selaku anggota
tidak terstruktur.
1.6.4.3 Triangulasi
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Selanjutnya menurut M anhison (1998) triangulasi
Menurut sugiyono (2010: 335) yang dimaksud dengan teknik analisis data
adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
dalam pola memilih mana yang penting yang akan dipelajari , dam membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupaun orang lain.
dicatat secara teliti dan rinci, maka perlu dilakukan ana;isis data melalui reduksi
Setelah data direduksi kemudin peneliti melakukan tahap analisis data yang
kedua yaitu penyajian data. Melalui penyajian data tersebut maka data
difahami.
Keberadaan Tari pangko berentak di desa muara siaau sekarang sudah jarang
Tari pangko berentak merupakan tari yang beralih fungsi dari kebiasaan
masyarakat desa muara siau pada zaman terdahulu untuk mencangkul sawah secara
bergotong royong. sekarang keberadaan tari ini sudah tidak eksis lagi,karena beberapa
puntuk melatih tarian tersebut, menurut penulis hal ini dapat diatasi dengan diawali
dengan kontribusi pemerintahan desa dalam pelestarian tari tersebut,penulis yang juga
merupakan warga asli desa muara siau serta merupakan salah satu anggota penari
yang di miliki, selanjutnya harus ada instansi yang benar-benar ahli dibidang kesenian
agar kesenian daerah seperti salah satunya adalah tari pangko berentak ini dapat terus
Ayu,Dyah retronongsih (2017) “pengertian seni tari tradisional “ jurnal pemikiran dan
Nur,eka fatcichah (2016) skripsi “upaya pelestarian kesenian dames group laras
negeri semarang
Afiati,zid aprila (2017) skripsi “pelestarian tari kretek dikabupaten kudus jawa tengah.