Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SEJARAH MANDAILING NATAL

MATA KULIAH SEJARAH TATA RIAS


Dosen Pengampu:
Almaida Vebibina,S.Pd,M,Pd.

DISUSUN
OLEH :
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
1. RANI SINAGA
NIM : 5203144032
2. ZANETH ANGEL CLAUDIA SINURAT
NIM : 5203144021
3. TARISA SAFIRA L
NIM : 5203144023

PENDIDIKAN TATA RIAS


FAKULTAS TEKHNIK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunianya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan keterbatasan dan kemampuan
yang kami miliki. Kami ucapkan terimakasih kapada ibu Almaidah Vebibina selaku dosen mata
kuliah sejarah tata rias yang telah berkenan memberikan tugas ini kepada kami.Kami berharap
makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah
adat tapanuli selatan.Kami menyadari sepenuhnya didalam tugas ini terdapat kekurangan
kekurangan untuk itu kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang
akan datang.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi orang yang membaca nya dan dapat menjadi
pedoman bagi para warga pelajar dan sumber belajar yang ingin mempelajari tata rias pengantin
daerah tapanuli selatan.
Dan kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan
ketidaksempurnaan pada isi makalah.Sekian kami ucapkan terimakasih.

Medan, 06 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………1
A. Latar belakang……………………………….……………………………………….1
B. Tujuan…………………………………….…………………………………………...1
C. Manfaat………………………………..….…………………………………..……….1
BAB II PEMBAHASAN……………………………….……………………………………...3
A. Sejarah tapanuli selatan………………….…………………………………….…….3
B. Perkembangan tata rias tapanuli selatan………………………………………...…4
C. Tata cara adat pernikahan tapanuli selatan…………..……………........................4
BAB III PENUTUP……………………………………………….…………………….……..8
A. Kesimpulan………………………….……………………….……….…………….…8
B. Saran…………………….……………………………………….…….………………8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rias wajah bukan merupakan suatu hal baru, karena sejak ribuan tahun yang lalu sudah
dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum wanita, dimana setiap bangsa memiliki standar
tertentu akan arti cantik.
Tata rias adalah seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah peran sesuai
dengan tuntutan lakon. Selain itu tata rias adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang seni
mempercantik diri sendiri atau orang lain dengan menggunakan kosmetika. Pemakaian
kosmetika untuk tata rias sendiri telah dikenal sejak zaman dahulu, dimana kata kosmetikos
bearti keterampilan berhias.
Oleh karena itu di setiap daerah juga memiliki ciri khas dari cara merias wajah contohnya
merias pengantin. Dalam setiap daerah pasti memiliki ciri khas merias pengantin yang
menunjukkan atau memberi identitas bagi suku daerah masing masing. Dan dalam makalah ini
kami akan membahas tentang sejarah suku mandailing natal, adat pernikahan,tata rias dan
perkembangan tata rias mandailing natal.

B.TUJUAN
Untuk menghasilkan dan menjadi pedoman bagi warga pelajar dan sumber belajar serta para
perias pengantin khususnya yang ingin melestarikan budaya bangsa dibidang tata rias pengantin
daerah.

C. MANFAAT
1. Untuk mengetahui sejarah mandailing natal
2. Untuk memberitahu proses adat di mandailing natal
3. Untuk pedoman bagi remaja agar melestarikan kebudayaan indonesia
D.LAMBANG KABUPATEN TAPANULI SELATAN

1. Sebilah Pedang dan Sebilah Tombak Terhunus Melambangkan Patriotisme dan


Bersiap Siaga.
2. Ulos Batak dengan Paduan Tata Warna Asli Melambangkan kerajinan dan keuletan
rakyat mengurus hidupnya.
3. Prisai Pancasila Melambangkan kesetiaan rakyat kepada falsafah Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH TAPANULI SELATAN
Tapanuli Selatan (Tapsel) merupakan sebuah kabupaten di wilayah Provinsi Sumatera
Utara. Sipirok adalah ibu kotanya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Utara
dan Tapanuli Tengah. Masyarakat Tapsel masih didominasi oleh suku batak. Hal inilah yang
menjadikan daerah ini mempunyai tradisi unik tersendiri.
Sejarah perkembangan Tapanuli Selatan Berlanjut dengan terbitnya Undang-undang
tahun 2001 tentang Pemesanan Kota Padangsidimpuan, serta Undang-undang No 38 Tahun 2007
tentang Pembentukan Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kabupaten Tapanuli Selatan berdiri sejak jaman penjajahan belanda. Ketika itu
kabupaten ini disebut sebagai Afdeeling padangsidempuan yang dikepalai oleh seorang residen
yang berkedudukan dipadang sidempuan. Semenjak awal tahun 1950 terbentuklah daerah
Tapanuli Selatan dengan kantor bupati yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Luas total
Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebesar 444.482,3 hektar atau 444,82 km2. Jumlah penduduk
Tapanuli Selatan pada tahun 2015 adalah sebanyak 275.098 jiwa. Jumlah ini naik sedikit sebesar
8.816 jiwa atau tumbuh sebesar 3,31% bila dibandingkan jumlah penduduk pada tahun 2011
sebanyak 266.282 jiwa. Pertumbuhan penduduk di Tapanuli Selatan berfluktuasi, meskipun
cenderung meningkat. Dari jumlah penduduk di Tapanuli Selatan, sebesar 76,88 % dikategorikan
sebagai tenaga kerja dan sisanya sebesar 23,12% bukan termasuk tenaga kerja (LPEM-FEBUI,
2016:13).
Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 kecamatan. Dari sisi luas perkecamatan,
kecamatan Saipar Dolok Hole merupakan kecamatan yang palingluas dengan total mencapai
547,84 km2. Luas tersebut meliputi 12,33% dari total luas kabupaten Tapanuli Selatan.
Sebaliknya, kecamatan dengan luas yang terkecil adalah kecamatan Angkola Barat dengan luas
wilayah sebesar 74,09km2 atau meliputi 1,67% dari total luas Kabupaten Tapanuli selatan.
Dalam mengatur sistem kehidupan, masyarakat menggunakan sistem Dalian Na Tolu
(tiga tumpuan). Artinya, mereka terdiri dari kelompok kekerabatan Mora (kelompok kerabat
pemberi anak dara), Kahanggi (kelompok kerabat yang satu marga) dan Anak Boru (kelompok
kerabat penerima anak dara). Yang menjadi pimpinan kelompok tersebut biasanya adalah
anggota keluarga dekat dari Raja yang menjadi kepala pemerintahan di Negeri atau Huta asal
mereka.
Di kabupaten ini terdapat objek wisata Danau Marsabut dan Danau Siais. Bahasa yang
digunakan masyarakatnya adalah bahasa Batak Angkola. Agama mayoritas penduduknya adalah
Islam.[2] Sebuah lapangan terbang terdapat di Kecamatan Aek Godang, yaitu Bandar Udara Aek
Godang. Slogan kabupaten ini adalah Sahata Saoloan (Bahasa Angkola) yang artinya Seia
Sekata.
Nah, ada satu hal yang pasti jarang diketahui anak zaman sekarang yaitu, mandailing
natal atau yang sering kita dengar madina pada dahulunya bergabung dalam tapanuli selatan
karena sering ada nya konflik maka pada tahun 1999 mandailing natal pun terpecah dari tapanuli
selatan. Dan katanya tentang pakaian adat sendiri aksesoris nya tetap sama namun warna baju
saja yang berbeda. Nah untuk lebih lanjutnya simak penjelasan berikutnya.

B. PERKEMBANGAN TATA RIAS ADAT TAPANULI SELATAN


Pada dahulu pakaian tapanuli selatan masih menggunakan baju hitam tetapi sekarang sudah
banyak orang memodif warnanya dan mengganti bahan dari baju agar lebih modern, dan
sekarang banyak orang tapanuli menggunakan baju mandailing natal karena memiliki kemiripan
yang hampir sama hanya berbeda warna baju.
Baju tapanuli selatan Baju mandailing natal

C. TATA CARA ADAT PERNIKAHAN ADAT TAPANULI SELATAN


Pada dahulu tata cara adat pernikahan diatur oleh “ DALIHAN NATOLU” yang
mengatur upcara adatnya , dasar adat atau landasan yang sangat kokoh ini yang masih
dipertahankan sampai saat ini.
Dalihan Na Tolu (satu tungku tiga jerangan ) atau setiap sekumpulan masyarakat batak umpama
dalam satu kampung terdiri dari tiga golongan :
1.Kahanggi,mereka ini satu keturunan (semarga) dalam acara tersebut
2.Anak boru(termasuk pisang raut),golongan anak boru ini adalah kepada siapa suhut dan
kahanggi mengawinkan puri putri nya.
3. Mora , para istri dari suhut dan kahanggi semuanya adalah putri putri dari Mora, ini terdiri dari
beberapa marga dalam adat mereka disebut Mora.Mora mempunyai kedudukan tertinggi dalam
masyarakat Dalihan Na Tolu , mereka selalu di hormati .
Dalam masyarakat tapanuli selatan Dalihan Na Tolu,juga dilambangkan dengan warna
yaitu :
1. Warna hitam ,menggambarkan suhut,disebut juga Banua Toru ,yang selalu memohon
agar segala hajat dapat direstui dan terlaksana.
2. Warna putih melambangkan anak boru ,disebut juga Banua Tonga yang selalu menengahi
antara suhut dengan moranya dan sebagai pembantu/penyokong segala hajat Moranya.
3. Warna merah melambangkan Mora disebut juga banua ginjang , yang mempunyai
kedudukan tertinggi yang selalu memberikan doa restu dan nasehat kepada borunya.
4. Warna kuning melambangkan Raja , yang kharismanya sebagai pemimpin dan sebagai
penganyom.

Ada beberapa proses pernikahan yang dilakukan sesuai adat yang ada yaitu,
A. Acara Muda Mudi

1. Marhusip
Marhusip ini dilakukan malam hari dengan cara sembunyi - sembunyi dan berbisik – bisik
dimulai jam 24.00 Wib sampai menjelang subuh, marhusip adalah memrupakan acara muda –
mudi yang menjalin cinta kasih sayang antara keduanya , dan tradisi di daerah Tapanuli Selatan
anak gadis tidur secara berkelompok yaitu tiga sampai lima orang di satu rumah.
Pemuda yang datang untuk marhusip terlebih dahulu meminta izin kepada pemuda di
kampung tempat tinggal si gadis , setelah mendapat izin si pemuda berangkat menuju rumah
tempat tidur si gadis dan membangunkan si gadis dengan cara berbisik bisik pelan dan
pembicaraan berlangsung sampai menjelang subuh.
2. Martandang
Martandang merupakan acara muda mudi yang sering dilakukan oleh masyarakat di
tapanuli selatan . Dilakukan di siang hari, sebelum pemuda datang untuk martandang maka harus
lebih dahulu mendapat izin dari pemuda setempat dan biasanya dilakukan pada hari pekan di
daerah itu , namun pelaksanaan martandang tersebut mendapat pengawasan dari pemuda
setempat dan orang tua agar tidak terjadi hal hal yang menyalahi didalam adat.
B. Manyapai boru

1. Mangaririt
Seandainya satu keluarga mempunyai seorang gadis yang sudah dewasa dan dikehendaki
oleh seorsang pemuda, maka sipemuda mengabarkan secara tidak langsung pada kedua orang
tuanya. Jika mereka setuju akan calon mempelai perempuan, maka ditugaskanlah secara diam
diam seseorang ataua wanita tua yang dikenal baik oleh keluarga sigadis untuk mangaririt (
menyelidiki atau menyiasati) perilaku dan rupa sigadis , apakah pihak orang tua si gadis setuju
akan kemungkinan pinangan dari pihak mereka.
Pada pertemuan selanjutnya sesudah orang tua sigadis mengirimkan mata-mata tentang
yang menyelidiki si pemuda mengenai asal usul ,tingkah laku ,barulah hal tersebut dinyatakan
setuju kepada pihak perantara.
2. Manulak sere
a. Menyerahkan boli atau maskawin serta beban adat (hantaran)
Merupakan bentuk uang dan barang untuk keperluan sicalon pengantin wanita , sebelumnya
pihak utusan mempersembahkan haronduk ( burangir nahombang / burangir panyurduan , gula
merah , jahe dan garam ) yang disusun di atas piring , kepada pihak keluarga sigadis sebagai
pembuka kata selanjutnya untuk membicarakan penyerahan boli / mas kawin,pada acara manulak
sere ditentukan tanggal pemberangkatan serta penentuan hari pernikahan.

b. Ampar Roji
Ampar roji adalah kewajiban adat yang harus dibayar oleh pihak keluarga pemuda yang
berbentuk benda antara lain:
 Tuppuk ni amang tua / amang uda (abang dan adik ayah si gadis )
 Upa Tulang (abang dan adik ibu si gadis)
 Abit Huduk Api (kain untuk ibu si gadis )
 Abit Hapus Ilu (kain untuk ibu si gadis )
 Abit Tutup Uban(kain untuk nenek si gadis)
 Ingot-Ingot ( berupa uang receh yang diberikan kepada semua yang hadir )
 Upa pangolat (berupa uang diberikan kepada anak namborunya )
 Abit partinggal (yang diberikan kepada anak namborunya )
 Abit partinggal (yang diberikan kepada orang tua si gadis )
3. Pamunan
Didaerah Tapanuli Selatan terutama dikampung- kampung acara pamunan ini masih tetap
dilaksanakan ini merupakan acara perpisahan berlaku antara calon pengantin wanita dengan
muda – mudi dikampungnya , acara ini adalah acara suka ria atau makan bersama yang tentu
ditemani oleh orang tua sebagai pengawas dan acara ini diizinkan oleh adat.
4. Marontang
Setelah kata kesempatan akan rencana pernikahan dan pabuat boru oleh keluarga sigadis
diutuslah pelaksana tugas untuk mengundang keluarga dekat maupun keluarga yang jauh dalam
rangka menghadiri pernikahan danpemberangkatan putri mereka.
C. PABUAT BORU
1. Pernikahan
Sebelum acara pemberangkatan calon pengantin wanita dari rumah orang tuanya menuju
rumah calon suaminya, maka diaksanakan akad nikah, biasanya didaerah tapanuli selatan yang
menikahkan langsung orang tua wanita, dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak,
hatobangon,harajaon, Dalihan Na Tolu dan petugas pencatat nikah dan kepala desa. Setelah
selesai akd nikah dilanjutkan dengan mangelehen mangan.
2. Mangelehen mangan
Mangelehen mangan disebut juga mambutongi artinya memberi makan,
Setelah didudukkan pengantin diatas tikar amak lampisan maka keluarga mempersembahkan
burangir si surduhon kepada pengantin , dan setelah burangir si surduhon maka mulailah acara
memberi makan dan acara ini dihadiri oleh seluruh keluarga pihak pengantin wanita , pada
kesempatan ini seluruh keluarga memberikan kata nasehat – nasehat.
3. Pasahat Barang Boru
Pasahat Barang Boru yaitu menyerahkan barang bawaan pengantin wanita kepada pihak
keluarga pengantin pria , biasanya barang yang diserahkan adalah berupa barang yang dapat
dipakai oleh pengantin setelah membina rumah tangga , keluarga pengantin wanita menyerahkan
Abit Godang pertanda bahwa anak gadis mereka diberangkatkan dengan upacara adat , dengan
pengharapan agar putri mereka dapat disambut dengan upacara adat atau horja godang . Biasanya
kain adat ini sesampainya dirumah orang tua pria disangkutkan didalam rumah pertanda akan
dilaksanakan horaja ,dan untuk mendampingi abit godang ini turut diserahkan indahan tukkus
yang bermakna agar seluruh keluarga terlepas dari mara bahaya .
4. Manyorahan boru
Sebelum penyerahan pihak keluarga pengantin wanita telah mempersiapkan barang bawaanya
seperti menjunjung ampang berisi beras dan tiga butir telur ayam, garam dan sendok terbuat dari
kayu,ayam betina di gendong, haronduk panyurduhon disandang dan memikul garigit (tempat air
yang terbuat dari bambu). Lalu ayah pengantin wanita menyalam tangan pengantin pria sambil
mengucapkan penyerahan putrinya kepada pengantin pria dan segala tanggung jawab lahir dan
batinberalih kepada penganti pria.
5. Mangolat boru
Mangolat boru ini dilakukan dengan tata cara adat yang terpimpin. Pengantin melangkah
selangkah demi selangkah didampingi oleh pandongani dan rombongan penjemput dan keluarga
yang ditinggalkan serta naposo bulung mengucapkan kata selamat jalan dan selamat menempuh
hidup baru semoga hidup rukun damai dan bahagia.

D. BUSANA DAN PERLENGKAPAN


A. Busana dan perlengkapan wanita
1. Sendal
Bentuk sandal model pansus, yang tertutup dibagian depan dan terbuka pada bagian
belakang, dan memakai tumit berwana hitam.

2. Kain
Kain yang dipakai pengantin wanita adalah kain sarung berwarna merah yang ditenun
didaerah tapanuli selatan.

3. Baju wanita
Bahan baju terbuat dari beledru berwarna hitam, memakai hiasan tabur-tabur
Berbentuk segi tiga yang terbuat dari lempengan warna emas,model baju bentuk baju kurung
longgar tanpa kupnat,leher bagian depan memakai belahan sedikit dibelakang baju memakai
resleting atau boleh memakai kancing sampai kebawah.

4. Selempang
Selempang terbuat dari tenunan sipirok sebanyak 2 lembar .
5. Perhiasan
Gonjong atau kalung yang terbuat dari kain beledru berwarna hitam, yang ditaburi
dengan lempengan emas berbentuk pucuk rebung dan bulat-bulat melambangkan hormat dan
ramah tamah kepada setiap manusia,disebelah depan dihiasi sori bulan yang berbentuk bulan
sabit yang melambangkan cahaya sinar bulan,dibawahnya dibuat hiasan gajah meong
berbentuk kepala gajah dan ekor tergulung, kepala gajah menghadap kekanan, melambangkan
kekuatan.

6. Puttu
Puttu atau gelang yang terbuat dari lempengan berwarna emas ,melambangkan
keutuhan rumah tangga.

7. Suri, jarunjung dan jaroja


8. Gelang
Gelang ini terbuat dari lempengan berwarna emas,sebagai hiasan.

9.sasilon sere
Sasilon sere atau kuku yang terbuat dari lempengan berwarna emas bentuk kuku
panjang,melambangkan agar pengantin mendapat harta kekayaan yang melimpah ruah.
10. Anting-anting
Anting-anting terbuat dari lempengan berwarna emas, berbentuk untaian bulang ujung
jarunjung (khas Tapanuli Selatan).

11. Bulang
Bulang adalah sebuah mahkota berbentuk seperti tanduk dengan 7 tingkatan dan dilapisi
emas.
B. Busana dan perlengkapan pria
1. Kain
Kain terbuat dari tenunan asal sipirok , bahan dan warna disesuaikan dengan kain pengantin
wanita.

2. Baju dan Celana


Baju godang (jas yang memakai kearah tutup ) memakai kantong di dada satu buah
,bawah baju dua buah memakai tutup . Bahan baju/celana terbuat dari bahan yang sama
dengan warna hitam.
3.Sepatu
Sepatu model pansus yang terbuat dari bahan kulit , warna hitam.

4. Basean (selendang)
Basean dipakaikan pada bahu sebelah kanan , basean tersebut terbuat dari tenunan asal
sipirok.

5. Pemasangan Happu dan Perlengkapannya.


Happu adalah topi pengantin pria , yang terbuat dari bahan beledru warna hitam yang
dihiasi dengan lempengan emas dan melambangkan kekayaan kebesaran dan kemuliaan.
6. Horis (keris)
Horis disebut juga dengan nama horis onggang , melambangkan keberanian dan
tegar mempertahankan martabat dan kehormatan keluarga.
GAMBAR PERHIASAN PERNIKAHAN ADAT TAPANULI SELATAN

GAMBAR PENGANTIN DAERAH TAPANULI SELATAN


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Tapanuli Selatan
(Tapsel) merupakan sebuah kabupaten di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Sipirok
adalah ibu kotanya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Utara
dan Tapanuli Tengah. Masyarakat Tapsel masih didominasi oleh suku batak dan
beragama muslim. Hal inilah yang menjadikan daerah ini mempunyai tradisi unik
tersendiri. Selain itu Tapsel memiliki adat pernikahan yang beragam contohnya
acara muda mudi yaitu marhusip dan martandang kemudian ada pula mayapai boru
yang terdapat didalamnya yaitu,mangaririt, manulak sere dll. Pakaian dan
perhiasan pengantin juga sangat beragam dan menarik contohnya bulang yaitu
mahkota pengantin yang menjulang hingga 7 tingkatan dan Happu adalah topi
pengantin pria , yang terbuat dari bahan beledru warna hitam yang dihiasi dengan
lempengan emas dan melambangkan kekayaan kebesaran dan kemuliaan. Tapsel
ini sering kali tertukar dengan mandailing natal walaupun pernah termasuk dalam
satu wilayah tetapi mandailing memiliki ciri khas sendiri setelah keluar dari
tapanuli selatan.

B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis
meminta kritik yang membangun dari para pembaca. Penulis mengharapkan untuk
pembaca akan terus melestarikan budaya yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

https://bijuteriidanystyle.blogspot.com/2018/12/baju-adat-tapanuli-
selatan.html
http://batak-people.blogspot.com/2013/01/batak-labuhan-batu-labuhan-batu-
bukan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tapanuli_Selatan

Anda mungkin juga menyukai