Disusun Oleh
Puji syukur saya ucapkan pada kehadirat Allah SWT, yang telah memberi
karunia pada saya untuk menyusun makalah ini dalam keadaan sehat walafiat dan
karena atas izin-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan
tersusun dengan baik.
Pada akhirnya, segala sesuatu yang termuat dalam makalah ini semoga bisa
bermanfaat dan menjadi pembelajaran bagi orang banyak.
i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………...…………………………………………………2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………….3
1.4 Metode Penelitian……………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….4
2.1 Deskripsi Gajah-Gajahan……………………………….…………………....4
2.2 Pertunjukan Gajah-Gajahan………………………………….……………....5
2.3 Simbol dan Peralatan dalam Kesenian Tari Gajah-Gajahan…….…...………6
2.4 Eksistensi Kesenian Gajah-Gajahan…………….…………………………...7
2.5 Gajah-Gajahan Sebagai Media Dakwah………….………………………….7
BAB II KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….……….8
3.1 Kesimpulan…………………………………………………….…………….8
3.2 Saran…………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bentuk tersebut agar dapat diterima dan dinikmati oleh penonton. Bentuk penyajian
kesenian merujuk papda penampilan menyeluruh suatu karya seni dari awal hingga
akhir.
Gajah-Gajahan umumnya dipertunjukan dalam perayaan Hari Besar Islam, acara
hajatan, dan Parade. Keunikan dari kesenian ini terletak pada penampilannya yang
melibatkan prosesi pengarakan mengelilingi desa. Sebelum dimulai, seni Gajah-
Gajahan diarak dari lokasi acara. Prosesi ini kemdian berjalan mengelilingi desan
dengan jarak sekitar 2 kilometer. Perarakan ini berkahir di tempat pelaksanaan
acara, dan ditandai dengan dua orang laki-laki yang melantunkan salawat. Setelah
itu, para penggendong replika gajah membawa replika tersebut dari teras rumah
menuju halaman. Penari yang menunggangi gajah kemudian naik ke punggung
gajah.
Seni Gajah-Gajahan berhenti setiap kali mencapai pertigaan atau perempatan
jalan untuk memperlihatkan aksinya. Ketika musik mulai dimainkan, bagian
belakang replika gajah mulai bergerak ke kanan dan kiri. Penari yang menunggangi
gajah menampilkan gerakan tarian yang lembut dan gemulai. Setelah 2-3 lagu
dinyanyikan, Gajah-Gajahan melanjutkan perjalanannya. Pengulangan aksi di titik-
titik tertentu menjadi cara untuk mendekatkan kesenian ini kepada penonton,
menciptakan komunikasi yang intensif yang dapat meningkatkan apresiasi seni di
kalangan masyarakat. Penonton kesenian Gajah-Gajahan sangat beragam, mulai dari
anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Masyarakat sekitar, yang berada di pinggir
jalan atau yang ikut sera dalam pengarakan Gajah-Gajahan, merupakan penonton
utama. Dengan demikian, kesenian Gajah-Gajahan, memiliki keunikan dalam
penyajiannya yang diarak mengelilingi desa, memberikan makna baik bagi
kehidupan individu maupun kolektif masyarakat pendukungnya.
2
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada makalah ini adalah untuk memperkenalkan kesenian
Gajah-Gajahan lebih luas lagi agar dapat dikenal dan diketahui oleh masyarakat luas
dengan bagaimana seni sebagai media dakwah nya menjadi peranan penting untuk
penyebaran Islam dan juga untuk menjadi siraman rohani.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Pertunjukan Gajah-Gajahan
Pertunjukan kesenian bertujuan untuk menyampaikan suatu misi yang
dimiliki untuk dipertontonkan kepada audiens agar simpatik, tertarik, terhibur,
dan memperoleh suatu nilai dari pertunjukan tersebut. Menurut Citra Komala
(2019), berpendapat bahwa penyajian merupakan salah satu cara untuk
menyampaikan bentuk agar dapat diterima secara utuh dan dinikmati oleh
penonton.
Temuan pertunjukan kesenian tentang gajah-gajahan di Desa Kaponan
adalah pertunjukan dilaksanakan secara arak arakan di jalan. Tetapi dalam
dekade kira-kira 5 tahun terakhir ada inovasi dan kreasi saat kesenian ini
dilaksanakan yaitu pentas seperti tayup menetap pada tempat tertentu. Penari dan
penyanyi berjoget bersama diiringi dengan instrumen musik tanpa patung gajah
waktu pentas pada malam hari. Pertunjukan seperti ini biasanya diadakan pada
sebuah acara seperti pernikahan, kitanan, dan syukuran lainnya.
Urutan pertunjukan seni gajah-gajahan Desa Kaponan dimulai dengan
senam komando di again paling depan, diikuti oleh rombongan warok. Penari
terdiri dari anggota paguyuban dan undangan dari paguyuban kesenian gajah-
gajahan lainnya yang berbaur dengan penonton. Selanjutnya, ada patung gajah,
penyanyi, dan di bagian paling belakang terdapat sound system yang diangkut
menggunakan kendaraan truk bersama dengan instrumen musik dan
pengrawitnya. Berikut pertunjukan gajah-gajahan secara lengkap dapat dilihat
pada Gambar 1.
5
2.3 Simbol dan Peralatan Dalam Kesenian Tari Gajah-Gajahan
Simbol dan Peralatan atau alat dalam suatu kesenian memanglah penting,
karena dengan adanya simbol dan peralatan bisa menampilkan ciri khas suatu
kesenian, seperti contoh dalam kesenian tari reog simbol dan peralatan yang
digunakan adalah singo barong dan diiringi peralatan musik seperti kendang,
kenong, gong, dan sompret. Begitu juga dalam kesenian tari gajah-gajahan
memiliki simbol dan peralatan yang digunakan untuk identitas suatu kesenian itu
sendiri, sehingga orang bisa membedakan suatu kesenian itu sendiri, sehingga
orang dapat memebedakan satu kesenian dengan kesenian lainnya.
Alat-alat dalam pertunjukan seni tari gajah-gajahan dibedakan menjadi
dua kategori utama, yaitu peralatan musik dan peralatan pendukung. Pada awal
munculnya seni gajah-gajahan, peralatan musik yang digunakan sangat
sederhana, terutama berasal dari seni musik hadroh yang kemudian dilengkapi
dengan penggunaaan jedor. Penggunaan alat musik ini dipilih karena pada saat
itu mayoritas santri mampu menguasai instrumen tersebut dan juga sejalan
dengan keinginan kaum santri untuk menjadikan seni ini bersifat Islamis. Oleh
karena itu mereka memilih hadroh sebagai alat musik utama dalam seni tari
gajah-gajahan.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan seni ini juga membawa
perubahan pada peralatan musiknya. Meskipun demikian, alat musik asli tidak
dihilangkan, melainkan ditambahkan agar menghasilkan suara yang dapat
diterima oleh berbagai lapis masyarakat. Lagu-lagu yang mengiringi seni tari
gajah-gajahan kebanyakan memiliki nuansa Islami, sesuai dengan keinginan
untuk menjadikan seni in bukan hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga
sebagai sarana dakwah. Dalam perkembangan lebih lanjut, alat musik dan lagu
pengiringnya semakin berkembang, dengan penambahan instrumen seperti
kenong, demung, saron, dan peking dari alat musik gamelan Jawa. Hal ini
mengakibatkan suara musik yang dihasilkan menjadi lebih merdu dan kompleks,
sehingga menciptakan citra unik dari seni tari gajah-gajahan itu sendiri.
6
2.4 Eksistensi Kesenian Gajah-Gajahan
Seni gajah-gajahan di Desa Gontor merupakan salah satu dari tempat
paguyuban yang sudah ada sejak zaman dahulu, hal ini disebabakan oleh jumlah
santri yang cukup besar di Desa Gontor. Santri tersebut menjadi pengenalan
pertama terhadap seni ini di Desan Gontor terutama karena adanya persaingan
pertama terhadap seni ini di Desa Gontor, terutama karena adanya persaingan
politik pada tahun 1965. Maka dari itu, kesenian ini tidak asing bagi masyarakat
di Desa Gontor. Pengembangan seni gajah-gajahan di Desa Gontor dilakukan
berdasarkan keinginan masyarakat sendiri, dengan tujuan untuk menjadlin
silaturahmi antarwarga.
Keinginan ini muncul karena pada masa sebelum thaun 1970, masyarakat
Desa Gontor tidak memiliki tempat untuk berinteraksi secara efektif
antarpenduduk desa. Oleh karena itu, para warga mengusulkan pembentukan
suatu perkumpulan sebagai upaya untuk mempererat tali silaturahmi di antara
mereka. Jika melihat sejarahnya pada tahun 1960-an, santri yang tinggal di Desa
Gontor juga pernah menampilkan seni tari gajah-gajahan, meskipun pada waktu
itu lebih terkait dengan kepentingan politik.
7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tentang Kesenian Gajah-Gajahan dapat
disimpulkan bahwa sejarah kesenian tari gajah-gajahan pada awalnya berdiri
karena diprakarsani oleh para santri yang terdapat di wilayah Kecamatan
Mlarak, Jetis, dan Siman. Perkembangan dari kesenian ini pn pada awlanya
dilatabelakangi oleh adanya unsur politik yang terjadi di wilayah tiga kecamatan
ini, pada tahun 1960-an pengaruh politik semakin pesat seperi Reog, dengan
tujuan penggalangan massa oleh partai-partai politik.
Seni gajah-gajahan muncul dan tumbuh di lingkungan masyarakat
Kerajaan sebagai bentuk kesenian yang disususn khusus untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat. Pertunjukan seni gajah-
gajahan memiliki durasi yang relatif panjang, mencapai dua jam, dengan
gerakan yang tampak berulang-ulang dan terlihat monoton. Oleh karena itu, seni
gajah-gajahan dapat dikategorikan sebagai jenis seni rakyat yang termasuk
dalam salawatan, di mana pertunjuannya ditandai dengan syair-syair lagu yang
mengandung puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa, itulah mengapa
kesenian gajah-gajahan bisa berperan sebagai media dakwah. Selain dalam
aspek tembangnya, alat musik yang digunakan dalam seni ini juga
mencerminkan naunasa Islam, termasuk bedug, kompang, dan remo.
Penyajian seni gajah-gajahan sangat sederhana secara visual, mencakup
koreografi, rias busana, iringan musik, dan tempat pertunjukan. Formatnya
terdiri dari arak-arakan dengan pengarak yang berada di depan replika gajah.
Replika tersebut biasanya dinaiki oleh seorang anak laki-laki atau perempuan,
sementara barisan paling belakang diisi oleh para pemusik. Replika gajah ini
menjadi ikon yang mencolok dalam seni gajah-gajahan. Penyajian seni ini
terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian awal (persiapan), bagian tengah (arak-
arakan), dan bagian akhir (penutup). Sebelum dan sesudah pertunjukan, tradisi
8
berdoa bersama diadakan. Doa bersama ini dihadiri oleh perwakilan masyarakat
setempat dan anggota komunitas. Doa tersebut bertujuan untuk memohon
keselamatan dan kelancaran dalam pelaksanaan pertunjukan gajah-gajahan.
3.2 Saran
Berdasarkan kajian yang telah dibahas dan diuraikan di atas, penyususn
menyadarai kekurangan dari penyusunan tentang kesenian gajah-gajahan tentang
Seni Sebagai Media Dakwah. Maka dari itu sangat diharapkan saran dari piihak
terkait untuk lebih memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
Pada akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat dan berguna bagi
banyak orang yang membacanya serta mengetahui tentang eksistensinya
kesenian gajah-gajahan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10