talonge
i
Kata pengantar
ii
Daftar isi
Tongkonan layuk talonge...................................i
kata pengantar....................................................ii
daftar isi..............................................................iii
BAB I....................................................................1
PENDAHULUAN...................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................1
1.2 Identifikasi Masalah...................................9
BAB II.................................................................12
LEMBANG RATTE TALONGE KECAMATAN
SALUPUTTI KABUPATEN TANA TORAJA.........12
A.letak geografis................................................12
B. wilayah administrasi..................................13
C. kondisi topografi.......................................14
D. tata guna lahan.........................................14
E. jumlah penduduk......................................14
F. kondisi perekonomian..............................15
G. sejarah ,adat dan budaya.........................17
1. sejarah singkat tongkonan talonge........17
2. adat dan budaya....................................19
H.pola pemukiman masarakat.......................25
iii
BAB III................................................................28
TONGKONAN LAYUK TALONGE.....................28
A. tipologi....................................................28
1. Zonasi....................................................28
2. bentuk/tipe............................................28
3. fungsi ruang...........................................30
4.orientasi hunian......................................32
B.konstruksi hunian.......................................32
1.Bagian kaki (Sullu Banua)........................33
2. Bagian badan rumah (Kale Banua).........35
3.Bagian atas (Rattiang Banua)..................39
BAB IV................................................................44
KESIMPULAN.....................................................44
DAFTAR PUSTAKA......................................47
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sebagian besar Budaya Toraja bersifat spiritual yang
disimbolkan ke dalam
2
Saat ini pandangan hidup masyarakat Toraja semakin
mengalami perubahan
3
maka semakin tinggi derajat seseorang tersebut.
Dahulu Tongkonan juga dianggap sebagai tempat
musyawarah ataupun tempat tinggal bagi penguasa.
Tetapi sekarang fungsi Tongkonan beralih menjadi
sekedar fungsi sosial untuk
4
saja, tapi rumah adat Tongkonan yang sekarang terdiri
dari beberapa ruangan
5
Masyarakat Toraja seharusnya dapat menyadari arti
penting rumah adat
6
unsur manusiawi atau informasi yang dapat
menambah pengetahuan (Fachruddin,2012:227).
Features juga merupakan reportase yang dikemas
lebih mendalam dan luas disertai sedikit sentuhan
aspek human interest agar memiliki
dramatika.Berkonsep edukasi terhadap anak-anak
karena diharapkan features televisi yang dirancang
nanti dapat memberikan pendidikan atau
pengetahuan terhadap anakanak yang ingin
mengetahui lebih banyak tentang budaya di
Indonesia.Oleh sebab itu, melalui media features
televisi penulis tertarik untuk
7
melakukan perubahan terhadap identitas Toraja
secara berlebihan.
8
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat
permasalahan yang dapat
Tongkonan.
9
bersifat sakral dan merupakan tempat tinggal
bangsawan dan ritual
tinggal masyarakat.
berdasarkan kegunaannya.
10
mengharapkan dapat menyadarkan masyarakat
Toraja agar tidak
11
BAB II
A.letak geografis
* Luas Wilayah
12
Gambar 1.peta wilayah kabupaten tana toraja
B. wilayah administrasi
Secara administratif,lembang ratte talonge terdiri
dari 7 RT,dan 10 kampung.Sebagian besar penduduk
ratte talonge beragama Kristen. Perkembangan
pembangunan di bidang spiritual di daerah ini dapat
dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-
masing agama. .
13
C. kondisi topografi
Kondisi topografi lembang ratte talonge merupakan
dataran tinggi yang dikelilingi oleh pegunungan
dengan keadaan lerengnya curam yakni rata-rata
kemiringannya diatas 25 %. Lembang ini terdiri dari
pegunungan, dataran rendah. Bagian terendah
lembang ini berada di kampung sambiri, sedangkan
bagian tertinggi berada di kampung ratteasa.
Lembang ratte talonge yang keadaan Wilayahnya
terdiri dari pegunungan mempunyai jarak tempuh 18
km dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten
Tana Toraja.
Tabel 1. Tata guna lahan ( arsip lembang ratte talonge tahun ,2013 )
E. jumlah penduduk
Jumlah penduduk di lembang ratte talonge sebanyak
2.364 jiwa dan 736 kepala keluarga.sebagian juga
14
penduduk di lembang rette talonge merantau ke
berbagai tempat seperti;
Kalimantan,papua,manado,maupun ke luar negeri.
F. kondisi perekonomian
Lembang ratte talonge dapat diamati dengan adanya
air tanah yang bersumber dari air hujan yang sebagian
mengalir di permukaan (run off) dan sebagian lagi
meresap ke bumi dan sampai ke tempat–tempat yang
dangkal, serta sebagian lagi mencapai tempat-tempat
yang dalam, dimana sering dikategorikan sebagai air
tanah. air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur
gali dengan kedalaman sekitar 10 – 15 meter dengan
kualitas airnya cukup memenuhi syarat-syarat
kesehatan. Untuk jenis air ini dipergunakan oleh
sebagian besar masyarakat sebagai sumber air untuk
keperluan rumah tangga.
15
Lembang ratte talonge termasuk daerah yang beriklim
tropis basah, temperatur suhu rata-rata berkisar
antara 15° c - 28° c dengan kelembaban udara antara
82 - 86 %, curah hujan rata-rata 1500 mm/thn sampai
lebih dari 3500 mm/tahun.
16
Gambar 3.cara menanam padi masyarakat lembang ratte talonge
17
Kolonial )mengatakan bahwa Basse
Batu Tallu dihadiri dan diikrarkan oleh
paling tidak depalan daerah :
Saluputti, Sa’dang, Mamasa, Rante
Bulawan, Sawitto, Gallang Kallang ,
Balanipa dan Matangnga. Mereka
bertemu di saluputti karena saluputti
adalah Nenek (yang paling dituakan
diantara ke delapan daerah tersebut.
kita masih bisa membaca jejak
kekerabatan masa lampau itu melalui
ungkapan saluputti Nenek, Sawita
Appo (Saluputti adalah Nenek dan
Sawito adalah Cucu), adanya la’bo
penai bulawan dimana sarung parang
tersebut diyakini berada di Sawito,
Kayu Mate ( dalam bentuk kerbau) di
Lekke dan Saluputti Batu Tallu karena
itu cakupan relasi kekerabatan dan
Wilyah Adat talonge pada masa
lampau sebernarnya sangat luas
mencakup Mandar, Mamasa, dan
Sawito (sekarangPinrang) tetapi
dipersempit oleh penetapan Wilayah
Administrasi Kolonial Belanda sampai
sekarang.
18
2. adat dan budaya
19
mengikuti sub-sub Toraja berdasarkan
wilayah tradisonal yang ada di sana
yaitu; To Makale ( orang makale ) , To
Sa’dan ( orang sa’dan), To lempo ( orang
lempo) dan masih banyak daerah
lainnya.
20
masyarakatnya yang menganut Aluk
todolo, namun di daerah-daerah
tertentu itu ada penganut agama Islam.
21
Gambar 6.Upacara Penguburan Adat
22
mabadong. Mabadong ini dilaksanakan
pada saat proses pemakaman baik itu
siang hari maupun malam hari.
23
juga mengandung harapan bahwa orang
mati tersebut dengan segala
kebaikannya akan memberkati orang-
orang yang masih hidup.
24
yang ada di sana, makanya anak muda
yang ada di Toraja itu dituntut untuk
mempertahankan adat dan budaya yang
ada di Toraja sehingga sampai saat ini
kegiatan-kegiataan adat yang ada di
Toraja masih di jalankan oleh
masyarakatnya.
25
rumah mereka, upacara pengantin serta upacara
penguburannya.
26
adat dan kebudayaan. Keempat filosofi ini menjadi
dasar terbentuknya denah rumah Toraja empat
persegi panjang dengan meteran dinding yang
melambangkan “badan” atau “Kekuasaan”. Dalam
kehidupan masyarakat toraja lebih percaya akan
kekuatan sendiri, “Egocentrum”. Hal ini menempati
konsep arsitektur rumah mereka dengan ruang-ruang
tertutup dengan “bukaan” yang sempit.
27
BAB III
A. tipologi
1. Zonasi
Kata rumah adat toraja atau biasa di sebut ”
tongkonan” tidaklah asing bagi masyarakat
Sulawesi selatan,karena bangunan ini sudah
banyak di temukan di sosial media maupun
di berbagai tempat.bangunan ini berdiri
tegak lurus diatas darat yang mengarah
vertikal. dengan kata lain,bangunan ini
berada di zona darat.
2. bentuk/tipe
28
dipakai sebagai kandang kerbau. Bentuk atap
rumah tongkonan melengkung dan melayani
ijuk hitam. Ada yang mengatakan bentuknya
seperti perahu telungkup atau tanduk kerbau
29
dari budaya cina secara arsitektur, yaitu
membangun rumah dari sebuah perahu.
3. fungsi ruang
30
Dan dari fungsi ruangan ini pulalah nama
Rumah Tongkonan diambil, dimana kata
‘tongkon’ memiliki arti duduk bersama-sama
31
Hal ini melambangkan leluhur mereka yang
berasal dari utara. Tak hanya itu saja
masyarakat Tana Toraja juga percaya bahwa
nantinya mereka akan berkumpul kembali di
utara. Sungguh sebuah rumah yang sarat
makna.
4.orientasi hunian
Yang menjadikan rumah ini khas adalah
bentuk atapnya yang menyerupai tanduk
kerbau, dengan orientasi arah utara-selatan.
B.konstruksi hunian
Berdasarkan pandangan agama leluhur aluk todolo
dan kosmologi
32
rumah tradisional Toraja, struktur vertikal tongkonan
dan sistem
33
Sistem struktur dan konstruksi sullu banua,
sistem struktur rangka
34
tiang di tengah-tengah menjadi simbol
kehidupan orang Toraja. Tiang ini
35
sekitar. Kale banua menggunakan sistem
struktur siamma, sistem ini
36
struktur dan konstruksi siamma. Tahap
streotomik pada kale banua terlihat
37
pembagian sistim struktur dan konstruksi
tongkonan, maka sistem struktur
38
3.Bagian atas (Rattiang Banua)
39
Pengkajian sistim struktur dan konstruksi
pada bagian rattiang
40
Sistem struktur dan konstruksi rattiang banua
lebih bervariatif
41
Sistem pada bagian rattiang banua
berdasarkan atas
42
massif dan membentuk ruang yang massif.
43
BAB IV
KESIMPULAN
Tongkonan adalah rumah adat orang Toraja, yang
merupakan tempat tinggal, kekuasaan adat, dan
perkembangan kehidupan sosial budaya orang Toraja.
44
estetika struktur dan konstruksinya. Sistem struktur
dan konstruksi arsitektur Tongkonan merupakan
sistem struktur yang terpisah antara bagian bawah
(sulluk banua), bagian tengah (kale banua), dan
bagian atap (rantiang banua). Setiap bagian memiliki
sistem struktur dan konstruksi yang berbeda. Dalam
kenyataan sekarang ini rumah Tongkonan tidak lagi
dijadikan rumah tempat tinggal tetapi sudah tidak
dihuni lagi oleh karena setiap keluarga yang mendiami
Tongkonan pada umumnya telah membangun rumah
tinggal sendiri. Mereka membangun rumah tinggal di
sebelah barat Tongkonan jika lokasi masih tersedia.
45
menanyakan Tongkonan asalnya Selanjutnya
dikemukakan bahwa seseorang dalam pola hidup
yang artinya pola pikir diwujudkan dalam perilaku
harus di tempatkan di dalam kerangka dan struktur
yang sudah melembaga di dalam adat, sebab orang
adalah bagian dalam persekutuan komunitas yang
berakar dalam Tongkonan. Secara filosofis Tongkonan
selalu bertolak pada falsafah kehidupan yang diambil
dari ajaran Aluk Todolo, dimana bangunan rumah
adat mempunyai makna dan arti dalam semua proses
kehidupan masyarakat Toraja.
46
DAFTAR PUSTAKA
Idrus, N.I. (2016). "Mana' dan Éanan: Tongkonan,
Harta Tongkonan, Harta Warisan, dan Kontribusi
Ritual di Masyarakat Toraja". Etnografy Indonesia. 1
(2): 12–26. doi:10.31947/etnosia.v1i2.1612. ISSN
2548-9747.
47