Anda di halaman 1dari 31

ETNIS

BATAK KARO
KELOMPOK III

Royal Januari Naibaho (2202432005)


Josua Ixnasius Kaban (2203132034)
Adhe Aulia Sari (2202432005)
Letak Geografis dan Kehidupan Masyarakat Karo

Suku Karo adalah salah satu Suku yang mendiami Sumatera Utara dan dapat
digolongkan sebagai salah satu suku terbesar di Sumatera Utara. Nama Suku Karo
dijadikan menjadi nama kabupaten di Sumatera Utara, yang kita kenal dengan Kabupaten
Karo. Suku Karo menempati sebagian daerah di Sumatera Utara di antaranya adalah :
Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat,
Kabupaten Simalungun, dan kota Medan.

Suku Karo memiliki sapaan yang khas yaitu mejuah-juah yang artinya adalah sehat-sehat,
damai, sejahtera dan tidak kurang satu apapun. Ungkapan ini disampaikan pada saat
bertemu dengan sesama suku karo. Mejuah-juah juga digunakan untuk mengungkapkan
sapaan halo atau Selamat tinggal.

Secara umum masyarakat karo memiliki pekerjaan sebagai petani.


Budaya Tradisional Karo

01. Sistem Kekerabatan

Suku karo menggunakan sistem kekerabatan patrilinea, sehingga menarik garis keturunan
dari pihak Ayah. Berdasarkan hal tersebut, maka marga orang Karo berasal dari pihak Ayah,
merga untuk laki-laki Sedangkan untuk perempuan disebut beru.
Merga atau beru di sandang dibelakang nama seseorang. Kekerabatan dalam masyarakat
karo disebut perkadekaden dan kerabat disebut kade-kade. Sistem kekerabatan masyarakat
Karo dikenal dengan Merga silima, rakut sitelu, tutur siwaluh, dan perkadekaden sepuluh
Sada tambah Sada.

Suku karo memiliki lima marga yang sering disebut dengan merga silima, yaitu : Ginting,
Karo karo, Perangin angin, sembiring, dan Tarigan. Kelima marga tersebut memiliki
pembagian seperti ini :
● Ginting : Ajartambun, Babo, Beras, Cabap, Gurupatih, Garamata, Jandibata, Jawak, Manik,
Munte, Pase, Seragih, Suka, Sugihen, Sinusinga, Tumangger.
● Karo karo : Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu, Ketaren, Kemit, Jung, Purba, Sinulingga,
Sinukaban, Sinubulan, Sinuraya, Sitepu, Sinuhaji, Surbakti, Samura, Sekali.
● Perangin angin : Bangun, Keliat, Kacinambun, Namohaji, Nano, Menjerang, Uwir, Pinem,
Pancawan, Panggarun, Ulun Jandi, Laksa, Perbesi, Sukatendel, Singarimbun, Sinurat, Sebayang,
Tanjung.
● Sembiring : Berahmana, Busuk, Depari, Colia, Keloko, Kembaren, Muham, Meliala, Maha,
Bunuaji, Gurukinayan, Pandia, Keling, Pelawi, Pandebayang, Sinukapur, Sinulaki, Sinupayung,
Tekang.
● Tarigan : Bondong, Gana-gana, Gersang, Gerneng, Jampang, Purba, Pekan, Sibero, Tua, Tegur,
Tambak, Tambun, Silangit, Tendang.
02. Ritual kelahiran 
Beberapa ritual kelahiran dalam masyarakat karo :

A. Mesur mesuri
Ritual tujuh bulanan dalam masyarakat Karo disebut mesur mesuri atau maba manuk mbur.
Untuk anak pertama disebut mesur mesuri, tetapi untuk anak kedua dan selanjutnya disebut
maba manuk mbur
B. Maba anak kulau
Upacara ini adalah suatu ritual yang membawa anak yang baru berumur 4 atau 7 hari ke
tempat pemandian air mengalir, tetapi sekarang ini sudah sangat jarang dilakukan.
C. Juma tiga
Ritual ini biasanya dilakukan seminggu setelah upacara maba anak kulau, maka anak itu akan di bawa
ke juma (ladang) atau tiga ( pasar). Selanjutnya anak itu akan diletakkan di atas kain dengan barang
barang yang sudah disiapkan contohnya seperti bambu, ser ser ( jenis tumbuhan yang batangnya
berbulu), tanah dan lain lain. Biasanya, dari barang yang diambil oleh anak, simeteh wari ( dukun )
akan menafsirkan pekerjaan si anak pada masa yang akan datang, ritual ini juga sudah jarang
dilakukan oleh masyarakat karo.

D. Erbahan Gelar
Erbahan gelar adalah upacara yang dilakukan untuk pemberian nama anak dalam masyarakat karo.
Biasanya, anak laki laki akan diberi oleh pamannya ( kalimbubu) dan anak perempuan akan diberi
oleh bibinya (anak beru).

E. Mereken amak tayangan


Mereken amak tayangan merupakan acara yang dibuat untuk pihak paman( kalimbubu singalo ulu
emas).
F. Ngelegi bayang-bayang
Dilakukan hanya untuk anak pertama dalam Suku Karo, anak itu akan diberikan kalung, gelang
kaki, sepasang gelang tangan, ikat pinggang dan kain gendongan.
G. Ergunting
Ergunting artinya adalah memotong rambut, sebelum melakukan pemotongan rambut, mami (istri
paman) akan meletakkan beras di atas kepala sianak, setelah itu rambut si anak akan dipotong oleh
pamannya.

03. Ritual Perkawinan


Ada dua jenis pernikahan dalam Suku Karo yaitu nangkih ( kawin lari ) dan nungkuni ( perantara
meminang). Tahap tahap Perkawinan dalam Suku Karo :
A. Mbaba Belo Selambar
Pada tahap ini, mempelai laki laki akan mengunjungi mempelai perempuan, setelah itu pihak dari
laki laki memulai percakapan diantara anak beru kedua belah pihak, isi pembicaraan ini
menyampaikan bahwa pihak laki laki ingin meminang pihak perempuan.
B. Nganting Manuk
Setelah Mbaba Belo Selambar, maka akan dilanjutkan dengan Nganting manuk, pada tahapan ini
akan membahasa lebih detail hal hal dalam perkawinan, misalkan hari dan tempat pelaksanaan
perkawinan, mahar, hutang hutang adat yang akan dibayar pada pesta adat, dan lain lain.
C. Kerja Nereh Empo ( Pesta Perkawinan)
Tahapan ini merupakan puncak dari pesta perkawinan dalam masyarakat karo, karena pada Kerja
Nereh Empo ini akan banyak diberikan nasehat nasehat kepada pengantin dalam mengarungi
kehidupan berumah tangga oleh sukut, anak beru, dan kalimbubu.
D. Mukul/ Persada Tendi
Mukul atau Persada Tendi merupakan tahapan selanjutnya setelah Kerja Nereh Empo. Pada tahap
ini pengantin akan makan berdua di piring yang sama untuk memulihkan tenaga setelah melakukan
pesta adat perkawinan.
E. Ngulihi Tudung
Ngulihi Tudung dilaksanakan 2-4 hari setelah pesta perkawinan. Kedua pengantin datang
kerumah pihak perempuan ( kalimbubu ) untuk mengambil pakaian perempuan dan meminta
doa agar dapat mengarungi pernikahan dengan baik. 
F. Ertaktak
Acara ini dilakukan setelah semua pesta adat perkawinan dilaksanakan. Ertaktak dilakukan
untuk membayar utang yang belum dibayarkan pada saat pesta perkawinan. Semua masalah
biaya diselesaikan disini.

04. Ritual Kematian


Tarigan dalam (Ginting, 2015) mengemukakan ada beberapa jenis kematian dalam Suku Karo,
diantaranya :
A. Cawir Metua
Jenis kematian ini diberikan kepada pihak yang keseluruhan anaknya sudah menikah.
B. Mate Sada Wari
Mate Sada Wari ( mati dalam satu hari ) kematian yang tidak terduga duga dan tidak disebabkan
oleh penyakit tertentu.
C. Mate Nguda
Mate Nguda ( mati muda ) merupakan istilah kematian yang diberikan apabila yang meninggal
masih tergolong muda.
D. Tabah-tabah Galuh
Tabah-tabah Galuh adalah istilah kematian yang diberikan kepada orang yang belum terlalu tua,
tetapi keseluruhan anaknya belum semua menikah.
E. Mate Lenga Ripen
Mate Lenga Ripen ( belum bergigi) adalah istilah kematian yang diberikan kepada anak yang
meninggal baik dalam kandungan, beberapa saat setelah lahir kebumi, maupun beberapa bulan
kemudian. Intinya istilah ini diberikan kepada anak yang meninggal belum mempunyai gigi.
F. Mate Mupus
Mate Mupus ( mati melahirkan ) adalah jenis kematian kepada wanita karo yang meninggal
dalam proses melahirkan.
BAHASA DAN AKSARA KARO
01. Akasara dan Sistem Tulisan
Suku Karo adalah salah satu suku di Indonesia yang telah memiliki aksara. Aksara Karo
terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu indung surat dan anak surat Indung surat
sebagai huruf utama yang terdiri atas 21 surat sebagai berikut:
02. Satra dan Tradisi Lisan
Suku Karo juga memiliki berbagai karya sastra dan tradisi lisan yang masih dilestarikan
sampai sekarang, beberapa jenis karya sastra dan tradisi lisan tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Anding-andingen (Perumpamaan)
Anding-andingen (perumpamaan) digunakan untuk menyampaikan maksud dan tujuannya
dalam berkomunikasi. Seperti yang kita tahu bahwa anding-andingen memiliki makna
yang berbeda dari makna sebenarnya. Apabila seseorang ingin mengungkapkan suatu
maksud dengan lebih “sopan” dan halus biasanya akan menggunakan anding-andingen.
Berikut ini adalah beberapa anding-andingen yang digunakan oleh masyarakat Karo
dalam berkomunikasi:
● Belinen untungna si apul-apulen. asangken si juru-jurun artinya lebih banyak
manfaatnya apabila saling memaafkan daripada saling menuduh.
b. Ndung-ndungen (Pantun)

Ndung-ndungen adalah salah satu puisi lama yang masih digemari sampai sekarang, begitu
juga halnya dengan masyaraka Karo. Pantun dalam bahasa Karo disebut ndung-ndungen.
Pantun bahasa Karo biasa digunakan pada percakapan sehari-hari maupun pada acara adat.
Di bawah ini merupkan beberapa pantun Karo.
c. Turin-Turin (Cerita)
Masyarakat Karo mengenal cerita dengan istilah turin turin. Turin-turin masih digunakan
sampai sekarang dalam masyarakat Karo. Turin-turin biasanys dikisahkan dengan lisan
oleh orang tua kepada anak-anak. Seperti halnya dengan cerita pada umumnya, turin-turin
juga memiliki makna yang ingin disampaikan kepada pendengar maupun pembacanya.
SENI RUPA KARO
1. Arsitektur
Bangunan tradisional Suku Karo apabila dilihat dari aspek bentuk, memiliki berbagai bentuk
garis, diantaranya adalah lingkaran, bujur sangkar, garis lurus, dan lain-lain. Suku Karo memiliki
beberapa bangun terdiri dari rumah adat, geriten, jambur, dan lesung. Rumah adai Karo disebut
dengan sebutan Siwalu Jabu yang artinya terdiri dari delapan bagian dan dihuni delapan keluarga
(walu~ delapan. Jabu - rumah adat). Sistem kekerabatan suku Karo sama dengan Batak Toba yaitu
patrilineal (garis keturunan dari ayah). Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku
lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya besar dan sangat megah,
di atas bangunan diberi bentuk kepala kerbau yang terbuat dari tanduk kerbau asli, namun kepala
kerbau terbuat dari ijuk.
2. Ornamen
Ornamen atau yang disebut dengan gerga. Rumah gerga ditujukan kepada rumah tradisional yang dihuni oleh
orang yang berpengaruh seperti seorang raja ataupun datu (datu atau dukun merujuk kepada orang yang
menguasai adat-istiadat maupun mampu dalam hal pengobatan dan meramal). Gerga sebagai ragam hias Batak
Karo pada mulanya lahir atas dorongan kebutuhan magis dan simbolis, karena motif gerga mengandung makna
magis untuk penangkal bala atau ilmu hitam yang mengganggu penghuni rumah. Seiring dengan perkembangan
zaman saat ini, fungsi gerga hanya menonjolkan nilai estetisnya saja dan sudah banyak dikenakan pada
bangunan modem. Gerga Karo dapat dikelompokkan dalam 6 Pola dan 44 motif antara :
●Tapak Raja Sulaiman
Motif gerga tapak Raja Sulaiman adalah motif yang sangat dikenal oleh masyarakat Karo juga
Simalungun. Kata Sulaiman adalah nama seorang dukun sakti yang melegenda. Konon dukun tersebut
mampu mengobati putri raja yang sakit tak kunjung sembuh. Sang dukun melakukan pengobatan dengan
cara menyembelih ayam. Darah ayam tersebut digunakan untuk membuat garis di tanah seperti melukis.
● BinduMatagah

Menurut legenda Bindu Matagah merupakan istri dari Raja Sulaiman. Bentuk dasarnya berupa gambar garis
yang membentuk garis silang dan memutar semua garis tersebut saling terhubung yang melambangkan kesatuan
dan kekuatan.

• Embun Sikawiten

Embun sikawiten mengandung arti kemakmuran dengan adanya pengertian embun beriring. Fungsinya
tidak mengandung unsur mistis, tetapi hanya sebagai hiasan.
●Pantil Manggis

Motif gerga ini merupakan sulur-sulur tumbuhan yang merupakan garis lengkung dan diulang secara teratur.
Selanjutnya pada ujung daun terdapat putik bunga gundur. Sulur-sulur ini adalah deformasi yang sederhana
dari daun gundur yang sesungguhnya. Pola hiasan yang disebut gerga ini disusun dan ditempatkan secara
horizontal sesuai gelombang daun bunga gundur.

• Pengeret-Ret
Pengret - ret adalah nama binatang mitos bagi orang Batak Karo; binatang ini sejenis
cecak, tetapi memiliki dua kepala. Dalam mitos masyarakat Batak Karo, hewan ini
terdapat di hutan yang dipercaya dapat membantu menunjukkan jalan pulang bagi
orang yang tersesat di hutan.
MUSIK DAN TARIAN
1. Alat musik Tradisional
Musik tradisional Karo merupakan hasil produk dari proses kebudayaan masyarakat Karo itu
sendiri. Oleh karena itu. musik tradisional Karo berkaitan erat dengan sistem dan elemen-elemen
kebudayaan masyarakat Karo seperti; adat istiadat, cerita rakyat, sistem kepercayaan, pendidikan,
pengobatan, menempati hunian baru, sistem sosial, mengiringi ritus lingkaran hidup dari kelahiran,
pernikahan hingga kematian, selain itu juga menjadi sarana hiburan dan pengiring tarian bagi
masyarakat Karo itu sendiri. Musik tradisional dalam masyarakat dapat digolongkan dalam bentuk
yaitu ; musik instrumental, vokal, dan gabungan keduanya yaitu intrumen dan vokal. Selain itu
masyarakat Karo memiliki dua konsep tentang musik yaitu ergendang (bermain musik) dan rende
(bernyanyi).
Masyarakat Karo dalam penyebutan aktivitas ansembel musiknya menggunakan kata gendang, dalam jenis
ansambel musik tradisional pada masyarakat Karo dikenal dua jenis ansambel gendang yaitu :
● Ansambel Gendang Lima Sendalanen
Gendang lima sendalanen mengandung pengertian ”lima buah alat musik yang dimainkan sejalan atau
secara bersama-sama”. Gendang lima sendalanen sering juga disebut gendang sarune. Berdasarkan jumlah
alat musiknya, gendang lima sendalanen memang terdiri atas lima buah alat musik, yaitu (1) sarune, (2)
gendang singindungi, (3) gendang singanaki, (4) penganak, dan (5) gung.Setiap alat musik dimainakan oleh
orang yang berbeda dengan sebutan penarune untuk pemain sarune.
● Ansambel Gendang Telu Sendalen  
Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan (dimainkan secara bersama-
sama). Ketiga alat musik tersebut adalah (1) kulcapi atau bisa juga balobat (two- stranged jretted necked
lute/end blawn flute) (2) keteng-keteng {idiokordofon tube-zhylery) dan (3) mangkuk mbenlar (chinese
bawl). Gendang kulcapi berarti kulcapi sebagai pembawa melodi dan gendang balubat berarti balobat
sebagai pembawa melodi Instrumen pengiring dalam gendang telu sendalanen atau gendang
kulcapi/gendang balobat adalah tetap, yaitu keteng-keteng dan mangkok.
Ensambel gendang telu sendalanen digunakan dalam upacara ritual masyarakat Karo, seperti perumah begu
(memanggil roh orang meninggal), erpangir kulau (penyucian diri), raleng tendi (mencari roh), dan sebagainya
(Ginting, 2015).
Adapun instrumen musik tersebut adalah:
a. Kulcapi dan balobat (baluat); Kulcapi adalah alat musik petik berbentuk htte yang terdiri dari dua buah
senar Senarnya kulcapi terbuat dari metal, namun dulu kala terbuai dan akar pohon aren (enau); Kulcapi
memiliki lubang resonator juga berfungsi untuk mengubah/memberi efek suara. Belobat atau baluat merupakan
alat musik tiup yang mirip alat recorder (block flute) yang terbuat dari bambu.
b. Surdam dan murbab; Surdam merupakan alat musik tiup berjenis end blovm flute yang terbuat dari bambu.
Surdam juga terdiri dari beberapa jenis yaitu surdam rumamis, surdam tangko kuda, surdam pingko- pingko, dan
surdam puntung. Murbab merupakan satu-satunya alat musik gesek dalam musik tradisional Karo.
c. Embal-embai dan empi-emni; Embal embal dan empi empi merupakan alat music yang biasanya ditemukan di
sawah atau lading ketika padi sedang
menguning- Kedua instrumen musik ini dimainkan atau digunakan sebagai alat musik hiburan pribadi di ladang
ketika menjaga padi dari gangguan burung.
●Musik vokal tradisional Karo
Aktifitas bernyanyi pada masyarakat Karo lazim disebut rende. Orang yang pandai
bernyanyi serta menari dalam satu konteks upacara seperti pada gendang guro-guro aron disebut
sebagai perkolong-kolong. Nyayian tradisional karo atau lagu-lagu Karo biasanya bertemakan
percintaan atau muda mudi, pemasu-masu (nasihat-nasihat). Selain itu beberapa jenis seni vokal
lainnya yaitu: ende-enden (nyanyian muda- mudi), katoneng-katoneng (nyanyian yang berisikan
pengharapan), didong dong (nyanyian yang berisikan nasehat-nasehat), mangmang (nyanyian
yang berisikan doa-doa), tangis-tangis (nyanyian ungkapan keluh kesah) dan masih banyak lagi.
Musik vokal dalam kebudayaan masyarakat Karo dapat ditemukan dalam berbagai situasi upacara
ritual adat maupun hiburan.

2. Tarian Karo
Tari dalam masyarakat Karo disebut dengan landek. Landek bila diartikan dalam bahasa
Indonesia merupakan tari namun memiliki arti yang lebih dalam menurut masyarakat Karo yang
kemudian peneliti simpulkan, yaitu landek merupakan dasar pemikiran masyarakat Karo dalam
melaksanakan aktivititas kehidupannya dengan menghadirkan tari untuk melengkapi aktivitas-
aktivitas mereka yang digunakan dalam menyampaikan suatu ungkapan perasaan.
A. Tari lima serangkai
Tari lima serangkai adalah merupakan satu tarian suku karo yang bersifat hiburan. Jenis tarian ini
diperkirakan sudah ada sejak tahun 1956. Jenis tarian ini biasa ditampilkan pada saat Gendang Guro-Guro
Aron. Unsur pembentuk tarian tersebut adalah: Gerak endek (gerak naik turun); Gerak jole (gerak goyang
badan): dan Gerak lampir tan (gerak kelentikan jari). Bagi masyarakat Karo, gerakan tari (landek} selaki
berhubungan dengan perlambangan tertentu. Perlambangan yang dimaksud yaitu menggambarkan makna
yang terkandung pada tari Lima Serangkai. Biasanya menceritakan sifat manusia, hubungan dengan individu
maupun hubungan dengan kehidupan sosialnya.
B. Tari piso surit
Tarian Piso Surit biasa digunakan untuk menyambut para tamu kehormatan. Tari Piso Surit ini merupakan
jenis tarian selamat datang atau tari penyambutan. Sehingga tarian ini lebih difungsikan sebagai tarian untuk
menyambut tamu agung atau tamu kehormatan yang datang ke Tanah Karo. Arti Piso Surit adalah burung
yang bernyanyi. Tarian ini menggambarkan seorang gadis yang sedang menantikan kedatangan sang kekasih.
Hal ini digambarkan menyedihkan serta digambarkan sebagai seekor burung yang suka bernyanyi. Tarian ini
menggambarkan seorang gadis yang sedang menantikan kedatangan sang kekasih. Tarian ini digambarkan
dengan menyedihkan.
C. Tarigundala-gundala
Tari gimdala-giindala merupakan tarian yang dilakukan olehmasyarakat Karo dalam memanggil
hujan yang dalam bahasa karo disebut ndilo wari udan. Tarian ini biasanya dimainkan oleh beberapa
orang yang memakai topeng.
D. Tari Tongkat
Tari Tongkat ini menggambarkan bagaimana manusia yang memiliki ilmu gaib ini mengusir roh-roh
jahat yang masuk k suatu tempat di pedesaan. Manusia tersebut menggunakan sebuah tongkat khusus
yang disebut tongkat malaikat dan tongkat panduan (Karokab.go.id). Tari tongkat biasa ditarikan oleh
bea pria menggunakan jubah. Selain perlengkapan kostum bani berbemukjubah. para penari juga
menggunakan ikat pinggang dan ikat kepala (iket takal) yang berwarna putih.
KULINER KARO
1.Trites
Triles adalah salah satu makanan khas Karo yang terbuat dan bahan utama makanan sapi/kerbau
yang masih ada di dalam usus besar tetapi belum dihisap sarinya. Makanan ini biasanya bisa
dikombinasikan dengan daging sapi maupun daging babi. Terites biasanya ditemukan pada saat
pesta tahunan atau acara- acara lainya. Malahan pada zaman sekarang ini, sudah ada
diperjualbelikan di daerah Tanah Karo. Selain dikenal dengan nama terites, makanan ini juga
dikenal dengan istilah pagit-pagit.
2. Cipera
Cipera adalah makanan Suku Karo yang terbuat dari jagung tua yang telah digongseng dan
dihaluskan. Cipera biasanya dicampur dengan daging ayam kampung pada penyajiannya. Sekilas,
makanan ini terlihat sama dengan gulai ayam biasa, tetapi karena ditambah dengan tepung jagung,
jadi terlihat sangat kental. Cipera ini dapat ditemukan di rumah makan khas Karo.
3. Cimpa Unung-Unung
Salah satu kuliner yang terkenal dalam Suku Karo adalah cimpa imung-unwtg. Keunikan dari
makanan ini adalah terletak pada daunnya (pembungkus) makanan tersebut, yang dikenal dengan
istilah daun singkut. Hal inilah yang membedakan dengan kue-kue dari daerah lain yang biasanya
di bungkus dengan daun pisang.
4. Cimpa Matah
Dari nama makanan ini kita dapat mengambil arti, bah matah berarti mentah, dan untuk mengolah
jenis cimpa ini tidak dimasak. Cimpa matah terbuat dari tepung ketan putih, dicaiw dengan
merica, kelapa, dan gula merah yang ditumbuk menjadi satu dalam sebuah wadah yang disebut
lesung. Setelah ditumbuk, makanan tersebut akan dicetak sekepal-sekepal mengunakan tangan
baru kemudian dihidangkan di acara adat pernikahan atau rumah baru.
5. TasakTelu
Tasak telu artinya makanan yang disajikan ada tiga (telu). Yang pertama adalah daging ayam yang telah dipotong
dan direbus beserta jeroannya dengan berbagai bumbu khas, yang kedua adalah air rebusan ayam yang pertama,
dimasak kembali dengan tulang-tulangnya ditambah berbagai bumbu sehingga menjadi kental, yang ketiga
adalah sayur cincang dapat berupa daun ubi, daun kates atau tergantung selera yang dicampur dengan kelapa
sehingga terlihat seperti sayur urap. Makanan ini disajikan pada saat acara spesial, misalkan pada pesta tahunan,
ulang tahun, atau pada acara-acara bahagia dalam satu keluarga. Selain itu, untuk sekarang ini makanan ini sudah
dapat kita temukan di rumah makan Karo.
6. Babi Panggang Karo (BPK)
Babi panggang karo merupakan salah satu makanan yang paling dikenal dari masyarakat Karo. Babi Panggang
Karo lebih dikenal dengan sebutan BPK. Makanan ini terbuat dari daging babi yang dibakar ataupun dipanggang.
7. Kidu-Kidu
Makanan ini digolongkan kuliner yang unik. Makanan ini teruat dari ulat pohon enau. ulat yang diambil dari
makanan ini berasal dari pohon enau yang sudah busuk. Kidu-kidu biasanya dimasak dengan campuran bumbu dan
rempah-rempah.
● 
DESTINASI WISATA
Air Terjun Sipiso-Piso
Air teijun ini adalah salah satu ikon pariwisata di Tanah karo. Objek wisata ini berada di Kecamatan
Merek, Kabupaten Karo. Jarak tempuh dari Kota Berastagi menuju air teijun ini kurang lebih 35 km.
Air teijun ini merupakan salah satu air teijun tertinggi di Sumatera Utara dengan ketinggian 120
meter. Selain objek wisata ini, dua objek wisata yang cukup dekat adalah Tongging dan Danau Toba.

Air Terjun Sikulikap


Air teijun ini terletak diantara perbatasan Kabupaten Karo dan Deli Serdang, tetapi secara geografis,
air teijun ini masuk dalam wilayah Kabupaten Karo. Air teijun Sikulikap ini memiliki ketinggian 30
meter. Selain air teijun pada objek wisata ini , dapat juga kita temukan beberapa gibon yang hidup
disekitar hutan tropis tersebut. Setelah menikmati air teijun, untuk menghilangkan penat tersedia juga
warung-warung untuk menikmati jagung bakar, jagung rebus dan makanan ringan lainnya. Serambi
menikmati makanan ringan kita akan disuguhkan oleh pemandangan yang indah.
Gunung Sibayak
Gunung sibayak merupakan salah satu objek wisata yang digemari oleh anak-anak muda terkhusus di
daerah Sumatera Utara. Pada akhir pekan atau hari libur banyak anak muda yang melakukan pendakian
di Gunung Sibayak. Pendakian gunung ini dapat dilakukan dari beberapa jalur diantaranya adalah Desa
Selamat Gunung dan Desa Jaranguda. Pesona Gunung Sibayak sepertinya sangat berkenan bagi pecinta
alam, hal ini terlihat banyaknya pengunjung yang mengunjungi wilayah tersebut. 
Bukit Gundaling
Bukit Gundaling adalah salah satu objek wisata yang jaraknya cukup dekat dengan Kota Berastagi. Dari
bukit ini kita bisa melihat pemandangan Kota Berastagi. Dan kalau di malam hari akan semakin indah
dengan lampu-lampu di Kota Berastagi. Pada objek wisata ini. banyak kegiatan yang bisa dilakukan
sambil memandang pemandangan yang indah. Kegiatan yang bisa dilakukan diantarnnya idalah
berkuda. naik delman bersama keluarga dan lain-lain. Udara yang sejuk di bukit ini, membuat wisatawan
betah untuk berlap lama sambil menikmati udara segar.
Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar merupakan salah satu danau yang ada $ Kabupaten Karo, tepatnya di Desa Kutagugung.
Kecamatan Naman Teran. Danau ini terletak di bawah kaki Gunung Sinabung. Kegiatan yang paling sering
dilakukan oleh wisatawan selain menikmati keindahan alam sekitar yang sangat asri adalah para pengunjung sering
melakukan kegiatan kamping di area sekitar Danau Lau Kawar.
Air Panas Lau Debuk-Debuk
Obyek wisata ini merupakan pemandian air panas yang mata airnya bersumber dari perut bumi, mengandung unsur
belerang, dapat mengobati penyakit gatal-gatal dan biasa dibuat sebagai pengganti mandi sauna. Pada waktu-waktu
tertentu ada kegiatan ritual seperti: Erpangir Ku Lau (mandi ritual) yang bertujuan membersihkan diri dari roh - roh
jahat dan niat — niat yang tidak baik. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini 10 Km dan dapat
menggunakan bus ukuran besar.
Desa Lingga
Desa Lingga merupakan salah satu destinasi wisata budaya Karo. Di desa ini akan ditemukan bangunan-banguan
tradisional Karo yang masih terpelihara sampai sekarang. Objek wisata ini memiliki nilai sejarah yang tinggi
karena desa ini merupakan bekas Kerajaan Lingga Tanah Karo, yang dipimpin oleh seorang raja yang bergelar
Sibayak Lingga. Selain rumah-rumah adat Siwaluh Jabu. beberapa bangunan tradisional lain yang bisa kamu
temukan di kawasan ini antara lain griten. kantur-kantur dan Museum Lingga.
Pasar Buah Berastagi
Pasar buah Berastagi merupakan salah satu objek wisma di daerah Berastagi Seperti yang diketahui
bahwa Kabupaten Karo merupakan salah satu penghasil buah dan sayur yang tidak diragukan lagi dan
segi kualitas. Di pasar buah ini, pengunjung dapat berbelanja berbagai hasil alam dari Kabupaten Karo.

Museum Pusaka Karo


Sesuai dengan namanya, museum ini berisi pustaka pustaka masyarakat Karo Di museum ini juga
terdapat foto-foto yang menggambarkan perkembangan rnasyarakat Karo, buku-buku sejarah,toprng,dan
lain-lain.Tempat wisata ini berada di Jalan Perwira No.3,Berastagi.

Taman Alam Lumbini


Taman Alam Lumbini ini terletak di Desa Tongkoh,Kecamatan Dolatrayat,Kabupaten Karo.Taman ini
merupakan sebuah vihara ,merupakan tempat ibadah bagi masyarakat Budha di Tanah Karo.Salah satu
keunikan dari tempat wisata ini yaitu terdapat sebuah pagoda dengan warna emas mencolok,sehingga
pagoda berwarna emas ini banyak menarik para wisatawan yang berkunjung.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai