Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEORI

EKOLOGI ATRIBUSI DAN MORAL

Teori Ekologi Atribusi dan Moral


MK. PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA
JERMAN - FBS

Skor Nilai :

Dosen Pengampu : Dra. Nurmania, M.Pd.

Mata Kuliah : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Anggota Kelompok 3 : Aurel Goklas Christian Sena Sibuea (2203132013)

Gloriana Sitompul (2202332002)

Priskila Herlia (2203132032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Februari 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kesempatan dan kekuatan yang di anugrahkan kepada kami, sehingga makalah Profesi
Kependidikan yang berjudul “Teori Ekologi, Atribusi, dan Moral” ini dapat selesai
sebagaimana dengan rentang waktu yang telah di tentukan.

Makalah ini di susun sebagai tugas kelompok 1 mata kuliah profesi kependidikan.
Makalah ini disusun sebagai prasyarat dalam melaksanakan diskusi kelompok. Makalah
ini terdiri atas BAB I Pendahuluan, BAB II Pemmbahasan, BAB III Penutup dan Daftar
Pustaka.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Nurmania, M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah psikologi kependidikan atas kesempatan yang di berikan untuk menyusun
makalah ini. Dan juga kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan bantuan
berupa motivasi dan juga bantuan berupa material sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan rentang waktu yang telah di tentukan.

Kami sadar bahwa dalam dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik dalam segi penyusunan maupun isi dari makalah ini.
Oleh sebab itu kami mengharapkan kritikan dan juga saran yang sifatnya membangun
agar makalah yang telah kami susun mencapai standar kesempurnaan. Atas kerja sama
dan perhatian kami ucapkan terima kasih.

Medan, 26 Februari 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
C. Tujuan dan Manfaat................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Ekologi............................................................................................................................. 2
B. Teori Atribusi............................................................................................................................ 6
C. Teori Moral................................................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam menjalankan tugas sebagai guru, kita harus mengetahui apa yang menjadi
penyebab kekurangan belajar siswa dikelas. Makalah ini menjelaskan tentang
bagaimana pembelajaran berdasarkan berdasarkan teori Bronfenbrenner, atribusi, dan
kepribadian.

Masing-masing teori memiliki cara tersendiri dalam mengajar seperti teori Ekologi yang
mengatakan bahwa lingkungan yang bisa mempengaruhi motivasi belajar anak. Atribusi
menyatakan bahwa motivasi belajar siswa tergantung bagaimana guru memperlakukan
siswanya. Sedangkan moral menyatakan bahwa, motivasi belajar anak dipengaruhi oleh
bagaimana penalaran moral mereka.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini yaitu:

a. Apa itu teori Ekologi?


b. Apa itu teori Atribusi?
c. Apa itu teori Moral?

C. TUJUAN

Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain, yaitu:

a. Menjelaskan pengertian teori ekologi.


b. Menjelaskan pengertian teori atribusi.
c. Menjelaskan pengertian dari teori moral.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Ekologi (Bronfenbrenner)


1. Pengertian

Teori Bronfenbrenner atau yang lebih dikenal dengan teori ekologi dikembangkan oleh
seorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat yang bernama Uri
Bronfenbrenner. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi
oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal
anak akan menggambarkan, mengorganisasi, dan mengklarifikasi efek dari lingkungan
yang bervariasi. Bronfenbrenner menyebutkan adanya lima sistem lingkungan berlapis
yang saling berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan
kronosistem.

a) Mikrosistem

Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pribadi peserta didik
yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan

2
tempat tinggal, dan hal-hal lain yang sehari-hari ditemui oleh peserta didik. Dalam
mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial
tersebut. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif, tetapi
individu bahkan ikut aktif membangun setting pada mikrosistem ini. Karakteristik
individu dan karakteristik lingkungan akan berkontribusi dalam proses interaktif yang
terjadi, sehingga membentuk sebuah karakter dan habit tertentu. Keluarga terutama
orangtua dan lingkungan sekolah merupakan agen sosialisasi terdekat dalam kehidupan
setiap individu, sehingga keluarga mempunyai pengaruh besar pada pembentukan
karakter dan habit seseorang.

b) Mesosistem

Mesosistem mencakup interaksi di antara mikrosistem di mana masalah yang terjadi


dalam sebuah mikrosistem akan berpengaruh pada kondisi mikrosistem yang lain.
Misalnya hubungannya antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah,
pengalaman keluarga dengan teman sebaya. dan pengalaman keluarga dengan tetangga.
Dalam kaitannya dengan proses pendidikan, tentu pengalaman apapun yang didapatkan
oleh peserta pendidik di rumah akan ikut mempengaruhi kondisi peserta didik di
sekolah baik secara langsung maupun tidak. Sebagai contoh, ada tidaknya dukungan
atau perhatian keluarga terhadap kebutuhan literasi tentunya akan mempengaruhi
kinerja peserta didik di sekolah.

c) Ekosistem

Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar dimana anak tidak terlibat interaksi
secara langsung, tetapi begitu berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sub
sistemnyaterdiri dari lingkungan tempat kerja orang tua, kenalan saudara baik adik,
kakak, atau saudara lainnya,dan peraturan dari pihak sekolah. Sebagai contoh,
pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami
dan anaknya. Seorang ibu dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih
banyak perjalanan yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola
interaksi orang tuaanak. Sub sistem eksosistem lain yang tidak langsung menyentuh
pribadi anak akan tetapi besar pengaruhnya adalah koran, televisi, keluarga besar, dan
lain-lain.

3
d) Makrosistem

Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Sub sistem
makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat
istiadat, budaya, dan lain sebagainya, dimana semua sub sistem tersebut akan
memberikan pengaruh pada perkembangan karakter anak. Menurut Berk budaya yang
dimaksud dalam sub sistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan dan semua
produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi.

e) Kronosistem

Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta caranya


mempengaruhi perkembangan dan perilaku. Contohnya seperti perkembangan
teknologi dengan produk-produk turunannya, seperti internet dan gadget, membuat
peserta didik mahir, nyaman, dan terbiasa menggunakannya untuk pendidikan maupun
hiburan. Demikian halnya dengan maraknya fenomena wanita karir akibat
industrialisasi, telah mengubah kehidupan keluarga. Perhatian ibu terhadap anak
menjadi berkurang. Kronosistem meliputi keterpolaan peristiwaperistiwa sepanjang
rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris.

2. Penerapan Teori Ekologi Dalam Pendidikan Karakter di Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang juga menentukan


perkembangan dan pembinaan karakter anak. Menurut Colgan sekolah adalah tempat
yang sangat strategis untuk pendidikan karakter. Pendidikan karakter anak tidak bisa
dilakukan secara parsial, tetapi sekolah harus bisa membawa anak ke pengenalan nilai
secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan pengalaman nilai secara nyata.
Menurut Kurniawan, hal tersebut bisa tercapai jika pendidikan karakter di lingkungan
sekolah diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pembelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran
perlu dikembangkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Menurut Aziz pendidikan karakter di sekolah membutuhkan strategi agar berhasil.


Strategi yang bisa dipakai adalah:

4
1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu metode
yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat
secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkret, bermakna serta
relevan dalam konteks kehidupannya.
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community)
sehingga anak dapat belajar secara efektif di dalam suasana yang memberikan rasa
aman, penghargaan, tam ancaman dan memberikan semangat.
3. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good dan
acting the good.
4. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak yaitu
menerapkan kurikulum yang melibatkan multiple intelligence.
5. Pendekatan di dalam belajar menerapkan prinsip-prinsip Developmentally
Appropriate Practices.
6. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh
civitas sekolah.
7. Bagian yang terpenting dari penetapan lingkungan yang supportive dan penuh
perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh perhatian dan penuh penghargaan
dari guru dalam interaksinya dengan siswa.
8. Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk
dalam kehidupan di kelas dan di sekolah.Sekolah harus menjadi lingkungan yang
lebih demokratis sekaligus tempat bagi siswa untuk membuat keputusan dan
tindakannya serta untuk merefleksikan atas hasil tindakannya.
9. Mengajarkan ketrampilan sosial dan emosional secara esensial, seperti
mendengarkan ketika orang lain berbicara, mengenali dan memenej emosi,
menghargai perbedaan dan menyelesaikan konflik melalui cara lemah lembut yang
menghargai kebutuhan.
10. Melibatkan siswa dalam wacana moral.
11. Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk siswa.
12. Tidak ada anak yang diabaikan.

5
B. Teori Atribusi (Weiner)
1. Pengertian
Bernard Weiner lahir pada tahun 1935, ia adalah seorang psikolog sosial yang dikenal
karena mengembangkan teori atribusi yang menjelaskan dorongan emosional dan
motivasi keberhasilan serta kegagalan akademik. Teori atribusi merupakan teori
kontemporer yang sangat berpengaruh terhadap motivasi akademik.

Teori atribusi dibangun melalui asumsi bahwa siswa ingin mengetahui sebab-sebab dari
pengalamannya. Karena banyaknya sebab dari keberhasilan maupun kegagalan, maka
Weiner telah mengklasifikasikan berdasarkan dari pengalaman yang mereka hayati,
sehingga sebab-sebab tersebut dibandingkan dan dicari perbedaan dan persamaannya,
dasar untuk mengklasifikasikan tersebut yang sering disebut dengan dimensi kausal
yang menjadi kerangka landasan dari teori atribusi Weiner. Teori atribusi dibangun
atas 3 dimensi pokok yaitu:

a. Letak Penyebab (Locus of casuality)


Adalah letak kedudukan penyebab dari interpretasi dirinya dan ini bisa bersifat
internal maupun eksternal.
b. Stabilitas (Stability)
Merupakan sifat kestabilan atau ketidakstabilan dari penyebab.
c. Keterkendalian (Controllability)
yakni tingkatan seberapa jauh suatu penyebab dapat dikendalikan oleh si pelaku.

Setiap dimensi penyebab menimbulkan reaksi afektif dan konskuensi psikologis,


misalnya dimensi letak, dimana seseorang yang mengatribusikan keberhasilannya
karena faktor eksternal, mereka cenderung akan terkejut atau berterimakasih, namun
jika keberhasilannya karena faktor internal mereka cenderung akan berbanggga dan
dapat meningkatkan harga dirinya, begitu pula dengan hal yang sebaliknya. Demikian
juga dimensi kesetabilan akan mempengaruhi reaksi afektif, jika penyebab dari
kegagalan itu adalah faktor yang sifatnya tetap, maka cenderung akan merasa gagal
dikemudian hari.

Menurut Weiner, ada 4 faktor yang berhubungan dengan teori atribusi yang
berpengaruh terhadap motivasi pendidikan :

6
1. Ability (kemampuan) adalah faktor internal dan stabil dimana peserta didik
tidak banyak latihan pengendalian langsung.
2. Task difficulty (kesulitan tugas) merupakan faktor eksternal dan stabil yang
sebagaian besar di luar pengendalian peserta didik.
3. Effort (usaha), adalah faktor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat
melakukan banyak pengendalian.
4. Luck (keberuntungan) adalah faktor eksternal dan tidak stabil dimana peserta
didik latihan pengendalian sangat kecil.

2. Penerapan Teori Atribusi dalam Pembelajaran

Teori atribusi yang dikembangkan oleh Bernard Weiner dalam lingkungan pendidikan
menitikberatkan pada:

1) Pengaruh hasil perbuatan berupa keberhasilan dan kegagalan.


2) Memberikan suatu kerangka kerja untuk melakukan Analisa terhadap interaksi
guru dan peserta didik di kelas.

Penerapan teori atribusi Weiner dalam pembelajaran langsung dimaksudkan untuk


memberikan kesempatan yang lebih luas kepada peserta didik agar mengembangkan
lingkungan proaktif dan positif. Dengan kata lain suasana pembelajaran menjadi
berpusat pada siswa (student oriented).

Terdapat 3 faktor yang dapat ditemukan di kelas, yang mendukung perlunya teori
atribusi, yaitu:

 Tingkah laku guru terhadap peserta didik yang rendah dan tinggi akan
mendapatkan perlakuan yang berbeda bisa disimpulkan “pilih kasih”. Contoh,
Mendudukkan peserta didik yang berprestasi rendah jauh dari guru maka akan
menyebabkan kurangnya kesempatan untuk bertanya.
 Penggunaan pujian dan celaan yang berbeda maksudnya adalah pemberian
reward dan punishment dari hasil penugasan. Peserta didik yang mendapat
pujian karena sukses memiliki kemampuan yang lebih rendah daripada peserta
didik yang menerima celaan.

7
 Terdapat ciri peserta didik yang terkait mengenai keberhasilan atau kegagalan
peserta didik. Ciri tersebut adalah tingkat perkembangan, rasa harga diri peserta
didik, dan jenis kelamin.

Hal yang perlu diperhatikan pada teori atribusi dalam pembelajaran terkait dengan
keberhasilan dan kegagalan peserta didik, lebih menekankan pada unsur kesiapan
peserta didik untuk menerima materi pelajaran, dan didukung oleh serangkaian
motivasi belajar peserta didik dengan memandang iklim kelas yang lebih menekankan
pada proses belajar daripada hasil belajar yang kompetitif.

8
C. Teori Moral (Kohlberg)
1. Pengertian

Perkembangan moral telah dipelajari dari berbagai perspektif psikologis, termasuk


teori belajar, psikoanalisis, dan lain-lain. Studi saat ini tentang perkembangan moral
telah dipengaruhi oleh pendekatan perkembangan kognitif Jean Piaget dan Lawrence
Kohlberg. Kohlberg mengidentifikasi beberapa masalah filosofis mendasar yang
mendasari studi perkembangan moral, seperti pertanyaan tentang definisi konstruk
yang adil secara budaya.

Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut cognitive-


dvelopmental theory of moralization, yang berakar pada karya Piaget. Asumsi utama
Piaget adalah bahwa kognisi (pikiran) dan afek (perasaan) berkembang secara paralel
dan keputusan moral merupakan proses perkembangan kognisi secara alami. Dalam
mengembangkan teorinya, Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku
moral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat
pengamatannya.

Menurut Kohlberg, mengamati tingkah laku tidak menunjukkan banyak mengenai


kematangan moral. Sebagai contoh, terdapat orang dewasa yang sudah matang dan
anak kecil. Keduanya sama-sama tidak mau mencuri manga. Dalam hal ini tingkah laku
mereka sama, tapi dalam kematangan moral mereka berbeda, mengapa? Karena
kematangan moral tidak tercermin dari bagaimana mereka bertindak, melainkan
bagaimana pertimbangan (penalaran) mereka mengapa tidak mau mencuri mangga
tersebut.

2. Tahap-Tahap Perkembangan Moral

Teori Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi 3 level, masing-masing level


dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut:

a. Level 1 - Moralitas Pra-konvensional (4-10 Tahun)


 Tahap 1 – Ketaatan dan Hukuman
Tahap ini terjadi pada anak-anak kecil, tetapi orang dewasa juga masih sering
mengekspresikan jenis penalaran ini. Pada tahap ini anak-anak melihat

9
aturan sebagai hal yang tetap dan absolut. Mematuhi aturan itu penting
karena merupakan sarana untuk menghindari hukuman.
 Tahap 2 - Individualisme dan Pertukaran
Pada tahap perkembangan moral ini, anak-anak menjelaskan sudut pandang
individu dan menilai tindakan berdasarkan bagaimana mereka melayani
kebutuhan individu.
b. Level 2 – Moralitas Konvensional (10-13 Tahun)
 Tahap 3 - Hubungan Interpersonal.
Seringkali disebut sebagai orientasi "good boy-good girl", tahap
perkembangan moral ini difokuskan pada memenuhi harapan dan peran
sosial. Ada penekanan pada konformitas, bersikap "baik," dan
mempertimbangkan bagaimana pilihan memengaruhi hubungan.
 Tahap 4 - Menjaga Ketertiban Sosial
Pada tahap perkembangan moral ini, orang mulai menganggap masyarakat
secara keseluruhan ketika membuat penilaian. Fokusnya adalah menjaga
hukum dan ketertiban dengan mengikuti aturan, melakukan tugas seseorang
dan menghormati otoritas.
c. Level 3. Moralitas Pasca-konvensional (>13 Tahun)
 Tahap 5 - Kontrak Sosial dan Hak Perorangan
Pada tahap ini, orang mulai memperhitungkan perbedaan nilai, pendapat,
dan kepercayaan orang lain. Aturan hukum penting untuk mempertahankan
masyarakat, tetapi anggota masyarakat harus menyetujui standar-standar ini.
 Tahap 6 - Prinsip Universal
Tingkat penalaran moral terakhir Kolhberg didasarkan pada prinsip-prinsip
etika universal dan penalaran abstrak. Pada tahap ini, orang mengikuti
prinsip-prinsip keadilan yang diinternalisasi ini, bahkan jika mereka
bertentangan dengan hukum dan peraturan.

10
3. Implementasi Teori Moral Dalam Pembelajaran

Menggunakan teori moral, guru bisa mengimplementasikan teori ini ke dalam


pembelajaran dengan:

a. Memahami peserta didik


Dengan menyesuaikan tingkat penalaran moral yang di deskripsikan oleh
Kohlberg, guru bisa membedakan bagaimana cara menangani anak pada umur
tertentu agar tidak membuat anak kesal dan mau mengikuti pembelajaran
dengan baik.
b. Mengaktualisasikan potensi siswa
Dalam praktek pelaksaan pendidikan di sekolah masih seringkali terdapat
persepsi yang keliru yang memisahkan tanggung jawab guru dalam batas- batas
pengembangan potensi tertentu dari peserta didik. Guru memegang peranan
strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui
perkembangan kepribadian dan nilai- nilai yang diinginkan. Dari dimensi
tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Karenanya dalam proses
pembelajaran di kelas guru tidak cukup hanya berbekal pengetahuan berkenaan
dengan bidang studi yang diajarkan, akan tetapi harus memperhatikan aspek –
aspek pendidikan lainnya yang memiliki kedudukan sama pentingnya untuk
mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.
c. Pemilihan bahan pembelajaran
Untuk terwujudnya iklim dan proses pembelajaran yang kondusif perlu
didukung oleh berbagai faktor, baik berkenaan dengan kemampuan guru,
misalnya di dalam memilih bahan ajar, sarana dan fasilitas pendukung serta yang
tidak kalah pentingnya kesiapan dan motivati siswa untuk belajar dan mencapai
hasil belajar yang optimal. Dalam proses belajar mengajar, diharapkan tidak
hanya berlangsung interaksi intruksional, tetapi juga interaksi pedadog yang
mengutamakan sentuhan- sentuhan emosional sehingga anak merasa senang
belajar.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Bronfenbrenner atau yang lebih dikenal dengan teori ekologi dikembangkan oleh
seorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat yang bernama Uri
Bronfenbrenner. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi
oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
akan membentuk tingkah laku individu tersebut.

Teori atribusi menjelaskan dorongan emosional dan motivasi keberhasilan serta


kegagalan akademik. Teori atribusi dibangun melalui asumsi bahwa siswa ingin
mengetahui sebab-sebab dari pengalamannya.

Teori Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang
dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat pengamatannya. Menurut Kohlberg
memandang bahwa perkembangan moral manusia bukan berdasarkan apa yang
dilakukan melainkan bagaimana cara penalaran moral orang tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, Enung. Perkembangan Moral Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Teori Kohlberg
dalam https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjX2YTxl43vAhXdwTgGHZeGD
yoQFjABegQIAhAD&url=https%3A%2F%2Fjournal.uny.ac.id%2Findex.php%2Fjipsindo%2Farticle

%2Fview%2F28400&usg=AOvVaw0t5flxL3w6tSqvfuzilJzx diakses pada 25 Februari 2021.

Mujahidah. IMPLEMENTASI TEORI EKOLOGI BRONFENBRENNER DALAM MEMBANGUN


PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERKUALITAS dalam https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiUi7P5mI3v
AhVGOSsKHTUKC6sQFjABegQIARAD&url=https%3A%2F%2Fjournal.iain-
samarinda.ac.id%2Findex.php%2Flentera_journal%2Farticle%2Fview
%2F439&usg=AOvVaw3fFJf7mdRzqD1bOtUmXttH diakses pada 25 Februari 2021.

Nida, Fatma. INTERVENSI TEORI PERKEMBANGAN MORAL LAWRENCE KOHLBERG


DALAM DINAMIKA PENDIDIKAN KARAKTER dalam https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjeoYHGmI3
vAhVXT30KHXjDBLMQFjABegQIAhAD&url=https%3A%2F%2Fjournal.iainkudus.ac.id
%2Findex.php%2FEdukasia%2Farticle%2Fview
%2F754&usg=AOvVaw0eYM3HHI0GQA4DC92Z3ers diakses pada 25 Februari 2021.

Subaryana. IMPLEMENTASI TEORI MODELLING DAN TEORI ATRIBUSI DALAM


PEMBELAJARAN IPS dalam https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwil5PulmY3vAhWrH7cAHY
ppCGwQFjABegQIAhAD&url=http%3A%2F%2Fjurnal.ipw.ac.id%2Fjournal%2Fdikdastika-jurnal-
ilmiah-pendidikan-ke-sd-an%2Farticle%2F23%2Fimplementasi-teori-modelling-dan-teori-atribusi--
dalam-pembelajaran-ips.html%3Fjurnal%3Ddownload&usg=AOvVaw3Nm5O85JncusCEKvIgaovQ
diakses pada 24 Februari 2021.

Suharli. TEORI BELAJAR DAN MODEL PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN dalam


https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjRp8bjmY3vAhWYaCsKHb

13
m8A30QFjABegQIARAD&url=https%3A%2F%2Fosf.io%2Fp4jea
%2Fdownload&usg=AOvVaw1UbmIoK910uJzNJDMcxlW- diakses pada 25 Februari 2021.

Zubaidillah, Muhammad. TEORI-TEORI EKOLOGI, PSIKOLOGI, DAN SOSIOLOGI UNTUK MENCIPTAKAN


LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM dalam https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiuqoaFmo3vAhXQ8HMB
HYDVDLEQFjABegQIAhAD&url=https%3A%2F%2Fosf.io%2F6tzws
%2Fdownload&usg=AOvVaw2IC0acMKr_kCoylyQHaRwY diakses pada 25 Februari 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai