Skor Nilai :
Februari 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kesempatan dan kekuatan yang di anugrahkan kepada kami, sehingga makalah Profesi
Kependidikan yang berjudul “Teori Ekologi, Atribusi, dan Moral” ini dapat selesai
sebagaimana dengan rentang waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun sebagai tugas kelompok 1 mata kuliah profesi kependidikan.
Makalah ini disusun sebagai prasyarat dalam melaksanakan diskusi kelompok. Makalah
ini terdiri atas BAB I Pendahuluan, BAB II Pemmbahasan, BAB III Penutup dan Daftar
Pustaka.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Nurmania, M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah psikologi kependidikan atas kesempatan yang di berikan untuk menyusun
makalah ini. Dan juga kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan bantuan
berupa motivasi dan juga bantuan berupa material sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan rentang waktu yang telah di tentukan.
Kami sadar bahwa dalam dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik dalam segi penyusunan maupun isi dari makalah ini.
Oleh sebab itu kami mengharapkan kritikan dan juga saran yang sifatnya membangun
agar makalah yang telah kami susun mencapai standar kesempurnaan. Atas kerja sama
dan perhatian kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
C. Tujuan dan Manfaat................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Ekologi............................................................................................................................. 2
B. Teori Atribusi............................................................................................................................ 6
C. Teori Moral................................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam menjalankan tugas sebagai guru, kita harus mengetahui apa yang menjadi
penyebab kekurangan belajar siswa dikelas. Makalah ini menjelaskan tentang
bagaimana pembelajaran berdasarkan berdasarkan teori Bronfenbrenner, atribusi, dan
kepribadian.
Masing-masing teori memiliki cara tersendiri dalam mengajar seperti teori Ekologi yang
mengatakan bahwa lingkungan yang bisa mempengaruhi motivasi belajar anak. Atribusi
menyatakan bahwa motivasi belajar siswa tergantung bagaimana guru memperlakukan
siswanya. Sedangkan moral menyatakan bahwa, motivasi belajar anak dipengaruhi oleh
bagaimana penalaran moral mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Bronfenbrenner atau yang lebih dikenal dengan teori ekologi dikembangkan oleh
seorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat yang bernama Uri
Bronfenbrenner. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi
oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal
anak akan menggambarkan, mengorganisasi, dan mengklarifikasi efek dari lingkungan
yang bervariasi. Bronfenbrenner menyebutkan adanya lima sistem lingkungan berlapis
yang saling berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan
kronosistem.
a) Mikrosistem
Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pribadi peserta didik
yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan
2
tempat tinggal, dan hal-hal lain yang sehari-hari ditemui oleh peserta didik. Dalam
mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial
tersebut. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif, tetapi
individu bahkan ikut aktif membangun setting pada mikrosistem ini. Karakteristik
individu dan karakteristik lingkungan akan berkontribusi dalam proses interaktif yang
terjadi, sehingga membentuk sebuah karakter dan habit tertentu. Keluarga terutama
orangtua dan lingkungan sekolah merupakan agen sosialisasi terdekat dalam kehidupan
setiap individu, sehingga keluarga mempunyai pengaruh besar pada pembentukan
karakter dan habit seseorang.
b) Mesosistem
c) Ekosistem
Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar dimana anak tidak terlibat interaksi
secara langsung, tetapi begitu berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sub
sistemnyaterdiri dari lingkungan tempat kerja orang tua, kenalan saudara baik adik,
kakak, atau saudara lainnya,dan peraturan dari pihak sekolah. Sebagai contoh,
pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami
dan anaknya. Seorang ibu dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih
banyak perjalanan yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola
interaksi orang tuaanak. Sub sistem eksosistem lain yang tidak langsung menyentuh
pribadi anak akan tetapi besar pengaruhnya adalah koran, televisi, keluarga besar, dan
lain-lain.
3
d) Makrosistem
Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Sub sistem
makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat
istiadat, budaya, dan lain sebagainya, dimana semua sub sistem tersebut akan
memberikan pengaruh pada perkembangan karakter anak. Menurut Berk budaya yang
dimaksud dalam sub sistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan dan semua
produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi.
e) Kronosistem
4
1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu metode
yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat
secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkret, bermakna serta
relevan dalam konteks kehidupannya.
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community)
sehingga anak dapat belajar secara efektif di dalam suasana yang memberikan rasa
aman, penghargaan, tam ancaman dan memberikan semangat.
3. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good dan
acting the good.
4. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak yaitu
menerapkan kurikulum yang melibatkan multiple intelligence.
5. Pendekatan di dalam belajar menerapkan prinsip-prinsip Developmentally
Appropriate Practices.
6. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh
civitas sekolah.
7. Bagian yang terpenting dari penetapan lingkungan yang supportive dan penuh
perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh perhatian dan penuh penghargaan
dari guru dalam interaksinya dengan siswa.
8. Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk
dalam kehidupan di kelas dan di sekolah.Sekolah harus menjadi lingkungan yang
lebih demokratis sekaligus tempat bagi siswa untuk membuat keputusan dan
tindakannya serta untuk merefleksikan atas hasil tindakannya.
9. Mengajarkan ketrampilan sosial dan emosional secara esensial, seperti
mendengarkan ketika orang lain berbicara, mengenali dan memenej emosi,
menghargai perbedaan dan menyelesaikan konflik melalui cara lemah lembut yang
menghargai kebutuhan.
10. Melibatkan siswa dalam wacana moral.
11. Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk siswa.
12. Tidak ada anak yang diabaikan.
5
B. Teori Atribusi (Weiner)
1. Pengertian
Bernard Weiner lahir pada tahun 1935, ia adalah seorang psikolog sosial yang dikenal
karena mengembangkan teori atribusi yang menjelaskan dorongan emosional dan
motivasi keberhasilan serta kegagalan akademik. Teori atribusi merupakan teori
kontemporer yang sangat berpengaruh terhadap motivasi akademik.
Teori atribusi dibangun melalui asumsi bahwa siswa ingin mengetahui sebab-sebab dari
pengalamannya. Karena banyaknya sebab dari keberhasilan maupun kegagalan, maka
Weiner telah mengklasifikasikan berdasarkan dari pengalaman yang mereka hayati,
sehingga sebab-sebab tersebut dibandingkan dan dicari perbedaan dan persamaannya,
dasar untuk mengklasifikasikan tersebut yang sering disebut dengan dimensi kausal
yang menjadi kerangka landasan dari teori atribusi Weiner. Teori atribusi dibangun
atas 3 dimensi pokok yaitu:
Menurut Weiner, ada 4 faktor yang berhubungan dengan teori atribusi yang
berpengaruh terhadap motivasi pendidikan :
6
1. Ability (kemampuan) adalah faktor internal dan stabil dimana peserta didik
tidak banyak latihan pengendalian langsung.
2. Task difficulty (kesulitan tugas) merupakan faktor eksternal dan stabil yang
sebagaian besar di luar pengendalian peserta didik.
3. Effort (usaha), adalah faktor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat
melakukan banyak pengendalian.
4. Luck (keberuntungan) adalah faktor eksternal dan tidak stabil dimana peserta
didik latihan pengendalian sangat kecil.
Teori atribusi yang dikembangkan oleh Bernard Weiner dalam lingkungan pendidikan
menitikberatkan pada:
Terdapat 3 faktor yang dapat ditemukan di kelas, yang mendukung perlunya teori
atribusi, yaitu:
Tingkah laku guru terhadap peserta didik yang rendah dan tinggi akan
mendapatkan perlakuan yang berbeda bisa disimpulkan “pilih kasih”. Contoh,
Mendudukkan peserta didik yang berprestasi rendah jauh dari guru maka akan
menyebabkan kurangnya kesempatan untuk bertanya.
Penggunaan pujian dan celaan yang berbeda maksudnya adalah pemberian
reward dan punishment dari hasil penugasan. Peserta didik yang mendapat
pujian karena sukses memiliki kemampuan yang lebih rendah daripada peserta
didik yang menerima celaan.
7
Terdapat ciri peserta didik yang terkait mengenai keberhasilan atau kegagalan
peserta didik. Ciri tersebut adalah tingkat perkembangan, rasa harga diri peserta
didik, dan jenis kelamin.
Hal yang perlu diperhatikan pada teori atribusi dalam pembelajaran terkait dengan
keberhasilan dan kegagalan peserta didik, lebih menekankan pada unsur kesiapan
peserta didik untuk menerima materi pelajaran, dan didukung oleh serangkaian
motivasi belajar peserta didik dengan memandang iklim kelas yang lebih menekankan
pada proses belajar daripada hasil belajar yang kompetitif.
8
C. Teori Moral (Kohlberg)
1. Pengertian
9
aturan sebagai hal yang tetap dan absolut. Mematuhi aturan itu penting
karena merupakan sarana untuk menghindari hukuman.
Tahap 2 - Individualisme dan Pertukaran
Pada tahap perkembangan moral ini, anak-anak menjelaskan sudut pandang
individu dan menilai tindakan berdasarkan bagaimana mereka melayani
kebutuhan individu.
b. Level 2 – Moralitas Konvensional (10-13 Tahun)
Tahap 3 - Hubungan Interpersonal.
Seringkali disebut sebagai orientasi "good boy-good girl", tahap
perkembangan moral ini difokuskan pada memenuhi harapan dan peran
sosial. Ada penekanan pada konformitas, bersikap "baik," dan
mempertimbangkan bagaimana pilihan memengaruhi hubungan.
Tahap 4 - Menjaga Ketertiban Sosial
Pada tahap perkembangan moral ini, orang mulai menganggap masyarakat
secara keseluruhan ketika membuat penilaian. Fokusnya adalah menjaga
hukum dan ketertiban dengan mengikuti aturan, melakukan tugas seseorang
dan menghormati otoritas.
c. Level 3. Moralitas Pasca-konvensional (>13 Tahun)
Tahap 5 - Kontrak Sosial dan Hak Perorangan
Pada tahap ini, orang mulai memperhitungkan perbedaan nilai, pendapat,
dan kepercayaan orang lain. Aturan hukum penting untuk mempertahankan
masyarakat, tetapi anggota masyarakat harus menyetujui standar-standar ini.
Tahap 6 - Prinsip Universal
Tingkat penalaran moral terakhir Kolhberg didasarkan pada prinsip-prinsip
etika universal dan penalaran abstrak. Pada tahap ini, orang mengikuti
prinsip-prinsip keadilan yang diinternalisasi ini, bahkan jika mereka
bertentangan dengan hukum dan peraturan.
10
3. Implementasi Teori Moral Dalam Pembelajaran
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Bronfenbrenner atau yang lebih dikenal dengan teori ekologi dikembangkan oleh
seorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat yang bernama Uri
Bronfenbrenner. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi
oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
akan membentuk tingkah laku individu tersebut.
Teori Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang
dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat pengamatannya. Menurut Kohlberg
memandang bahwa perkembangan moral manusia bukan berdasarkan apa yang
dilakukan melainkan bagaimana cara penalaran moral orang tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Enung. Perkembangan Moral Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Teori Kohlberg
dalam https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjX2YTxl43vAhXdwTgGHZeGD
yoQFjABegQIAhAD&url=https%3A%2F%2Fjournal.uny.ac.id%2Findex.php%2Fjipsindo%2Farticle
13
m8A30QFjABegQIARAD&url=https%3A%2F%2Fosf.io%2Fp4jea
%2Fdownload&usg=AOvVaw1UbmIoK910uJzNJDMcxlW- diakses pada 25 Februari 2021.
14