Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II

RIWAYAT PENDEKATAN EKOLOGI

Dosen Pengampu :

Muhammad Arsyad, M.Psi, Psikolog

Oleh :

Kelompok 3

Karlina 2010123320002

Nadya Pramuningtias Larasaty 2010123220030

Rida Maulidia 2010123220008

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Riwayat Pendekatan
Ekologi” ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Muhammad Arsyad, M.Psi, Psikolog pada mata kuliah Psikologi Perkembangan II. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Riyawat Pendekatan Ekologi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 31 Agustus 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................…..... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 4

A. Pengertian Pendekatan Ekologi ............................................................................... 4


B. Teori Perkembangan Ekologi Urie Brofenbrenner .................................................. 5
C. Pendekatan Ekologi pada Perkembangan Manusia ................................................. 8
D. Pendidikan Karakter dalam Kajian Teori Ekologi ................................................... 9

BAB III PENUTUP…... ………… .............................................................................. 16

A. Kesimpulan…………. ........................................................................................... 16
B. Saran……………………. ..................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ...…. ......................................................................................... 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Teori Ekologi Urie Brofenbrenner


......................................................................................................................................................
6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia secara ekologi adalah bagian integral lingkungan hidupnya.
Manusia terbentuk oleh lingkungan hidupnya dan sebaliknya manusia
membentuk lingkungan hidupnya. Demikian pula dengan perilaku
manusia. Teori-teori psikologi yang sudah ada menjelaskan perilaku
melalui pendekatan yang berbeda. Teori psikoanalisis Freudian
menjelaskan perilaku dari sisi kepribadian yang dipengaruhi oleh
ketidak-sadaran; teori humanistik Rogerian menjelaskan perilaku
dengan konsep diri; sementara itu kelompok behaviorisme Pavlovian
menekankan pada asosiasi stimulus dan respon dan Skinnerian
menekankan pada pengukuhan; dan teori kognitif Piagetian dengan
perkembangan kognitif.
Dalam perspektif perkembangan, pembagian perkembangan
manusia dibagi dalam beberapa tahap. Pembentukan kepribadian akan
sempurna jika didukung oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan juga lingkungan masyarakat. Pembentukan kepribadian dan
pengembangan sosial anak merupakan hal yang sangat penting.
Perkembangan pribadi yang baik akan berguna sebagai bekal anak untuk
menghadapi lingkungan sosialnya sendiri. Karena itulah, pembentukan
pribadi anak menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini
pula sejalan dengan pemikiran Erikson.
Dalam teori ekologi memandang manusia sebagai hasil dari
interaksi, yang di maksud dengan interaksi ini sendiri ialah aktivitas
saling mempengaruhi antar kekuatan internal maupun eksternal. Dalam
teori ekologi ini individu dapat mempengaruhi lingkungan, lingkungan
mempengaruhi individu ataupun antara individu dan lingkungan
memang saling mempegaruhi dalam interaksi satu sama lain sehingga
mengalami perubahan atau perkembangan. Dalam teori ini juga

1
membahas tentang pentingnya dimensi mikro dan makro lingkungan di
mana anak hidup.
Pendekatan ekologi yang berkembang dari penelitian dan
pandangan Bronfenbrenner (1977). Pendekatan ekologi tidak dapat
disebut sebagai suatu teori karena dalam pembahasannya
Bronfenbrenner masih menggunakan konsep-konsep tentang perilaku
yang ada dalam teori-teori yang sudah ada, sehingga pendekatan ekologi
lebih disebut sebagai suatu tradisi atau model pendekatan (Garbarino &
Abramowitz, 1992).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendekatan ekologi?
2. Bagaimana teori perkembangan ekologi Urie Brofenbrenner?
3. Apa saja pendekatan ekologi pada perkembangan manusia?
4. Bagaimana pendidikan karakter dalam kajian teori ekologi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendefinisikan pengertian pendekatan ekologi.
2. Untuk menjabarkan teori perkembangan ekologi Urie
Brofenbrenner.
3. Untuk menjelaskan apa saja pendekatan ekologi pada
perkembangan manusia.
4. Untuk menjelaskan apa saja Pendidikan karakter dalam kajian teori
ekologi.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pembaca,
wawasan dan memperkaya pengetahuan tentang riwayat pendekatan
ekologi.
2. Manfaat Praktis

2
Bagi penulis, mampu memahami tentang serta Riwayat Pendekatan
Ekologi dan mempunyai pengetahuan dan wawasan mengenai
materi ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Ekologi


Pendekatan ekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan
pada hubungan antara manusia dan kegiatan lingkungannya, sehingga
manusia dan berbagai kegiatannya selalu menjadi fokus analisis dalam
keterkaitannya dengan lingkungan abiotik, biotik, maupun sosial, ekonomi
dan kulturalnya. Manusia dalam hal ini tidak boleh diartikan sebagai
makhluk biologis semata yang setaraf dengan makhluk hidup lainnya,
namun adalah sosok yang dikaruniai daya cipta, rasa, karsa, karya atau
makhluk yang berbudi daya.
Teori ekologi merupakan sebuah teori yang menekankan pada
pengaruh lingkungan dalam perkembangan setiap individu di mana
perkembangan peserta didik merupakan hasil interaksi antara alam sekitar
dengan peserta didik tersebut. Dalam teori ekologi ini individu dapat
mempengaruhi lingkungan, lingkungan mempengaruhi individu ataupun
antara individu dan lingkungan memang saling mempegaruhi dalam
interaksi satu sama lain sehingga mengalami perubahan atau
perkembangan. Dalam teori ini juga membahas tentang pentingnya dimensi
mikro dan makro lingkungan di mana anak hidup. Teori ekologi
perkembangan merupakan salah satu teori yang mencoba menguraikan
pengembangkan pendidikan karakter anak dengan pendekatan ekologi.
Pendekatan tersebut dilakukan melalui lima subsistem yang relevan dengan
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah
yakni, 1) mikrosistem, yang mengkaji setting di mana individu hidup, 2)
mesosistem, mengkaji interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro yang
meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks, 3)
eksosistem, mengkaji pengalaman- pengalaman dalam setting sosial lain di
mana anak tidak memiliki peran yang aktif tetapi berefek pada
pengembangan karakternya, 4) makrosistem, kajian tentang peran

4
kebudayaan dalam pendidikan karakter, dan 5) kronosistem, yang meliputi
kajian terkait pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan
dan keadaan sosiohistoris.
Dapat disimpulkan bahwa teori ekologi merupakan sebuah teori
yang menekankan pada pengaruh lingkungan dalam perkembangan setiap
individu. Dimana perkembangan pada peserta didik merupakan hasil
interaksi antara alam sekitar dengan peserta didik tersebut.
Terdapat beberapa tema analisis dalam pendekatan ekologi yang
dikembangkan geografi, yaitu :
1. Analisis perilaku manusia terhadap lingkungan (human
behaviour-environment analisys).
Fokus dari analisis tema ini adalah perilaku manusia baik perilaku
sosial, perilaku ekonomi, perilaku kultural, dan bahkan perilaku
politik yang dilakukan oleh sesorang atau komunitas tertentu.
2. Analisis aktivitas manusia terhadap lingkungan (human
activity/performance-environment analysis).
Fokus dari analisis tema ini menekankan pada keterkaitan antara
aktivitas manusia dengan lingkungannya. Kegiatan manusia ini
terkait dengan tindakan manusia dalam menyelenggarakan
kehidupannya, misalnya : kegiatan pertanian, peternakan,
perkebunan, perikanan, pertambangan, pembangunan perumahan,
transportasi, dan lain sebagainya.
3. Analisis kenampakan fisik alami terhadap lingkungan (physico
natural features/performance-environment analysis).

Fokus analisis dari tema ini menekankan pada keterkaitan antara


kenampakan fisik alami dengan elemen-elemen lingkungan.

B. Teori Perkembangan Ekologi Urie Brofenbrenner


Teori ekologi perkembangan anak diperkenalkan oleh Uri
Bronfenbrenner, seseorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika

5
Serikat. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia
dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara
individu dengan lingkungan akan membentuk tingkah laku individu
tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal anak akan menggambarkan,
mengorganisasi, dan mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi.
Berofenbrenner menyebutkan adanya lima sistem lingkungan berlapis yang
saling berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem,
dan kronosistem.

Gambar 2: Teori Ekologi Urie Brofenbrenner

Hal yang terpenting dalam teori ekologi perkembangan


Brofenbenner adalah bahwa pengkajian perkembangan anak dari subsistem
manapun, harus berpusat pada anak, artinya pengalaman hidup anak yang
dianggap menjadi penggerak utama bagi perkembangan karakter dan
habitnya di kemudian hari. Masing-masing subsistem dalam teori
Brefenbrenner tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut:

a. Mikrosistem, merupakan lingkungan yang paling dekat dengan


pribadi peserta didik yaitu meliputi keluarga, guru, individu,
teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan
hal-hal lain yang sehari-hari ditemui oleh peserta didik.
Karakteristik individu dan karakteristik lingkungan akan

6
berkontribusi dalam proses interaktif yang terjadi, sehingga
membentuk sebuah karakter dan habit tertentu. Keluarga
terutama orangtua dan lingkungan sekolah merupakan agen
sosialisasi terdekat dalam kehidupan setiap individu, sehingga
keluarga mempunyai pengaruh besar pada pembentukan
karakter dan habit seseorang.
b. Mesosistem, mencakup interaksi di antara mikrosistem di mana
masalah yang terjadi dalam sebuah mikrosistem akan
berpengaruh pada kondisi mikrosistem yang lain. Misalnya
hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman
sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan,
dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya,
serta hubungan keluarga dengan tetangga. Dalam kaitannya
dengan proses pendidikan, tentunya pengalaman apapun yang
didapatkan oleh peserta didik di rumah akan ikut mempengaruhi
kondisi peserta didik di sekolah baik secara langsung maupun
tidak. Sebagai contoh, ada tidaknya dukungan atau perhatian
keluarga terhadap kebutuhan literasi tentunya akan
mempengaruhi kinerja peserta didik di sekolah.
c. Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar di mana anak
tidak terlibat interaksi secara langsung, akan tetapi dapat
berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Sebagai
contoh, jam kerja orangtua bertambah yang menyebabkan
peserta didik kehilangan interaksi dengan orangtuanya sehingga
kurangnya keterlibatan orangtua dalam pola asuh tersebut
tentunya mempengaruhi perkembangan anak.
d. Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak.
Subsistem makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah,
tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, nilai masyarakat
secara umum, dan lain sebagainya, di mana individu berada.
Prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapisan makrosistem

7
tersebut akan berpengaruh pada keseluruhan interaksi di semua
lapisan. Misalnya, jika kebudayaan masyarakat menggariskan
bahwa orangtua bertanggungjawab untuk membesarkan anak-
anaknya, maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur di
mana orangtua akan menjalankan fungsi psikoedukasinya.
e. Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke
waktu beserta caranya mempengaruhi perkembangan dan
perilaku. Contohnya seperti perkembangan teknologi dengan
produk-produk turunannya, seperti internet dan gadget,
membuat peserta didik mahir, nyaman, dan terbiasa
menggunakannya untuk pendidikan maupun hiburan.

C. Pendekatan Ekologi pada Perkembangan Manusia


Pendekatan ekologis dibangun berdasarkan asumsi dasar ekologi
perkembangan manusia, yakni menciptakan lingkungan yang memberi
kesempatan dan kemudahan bagi individu untuk belajar dan berkembang
sebagai manusia. Ekologi manusia adalah suatu pandangan yang mencoba
memahami keterkaitan antara manusia dan lingkungannya. Ekologi
perkembangan adalah lingkungan belajar, yakni suatu wahana untuk
mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan interaksi
dan transaksi dinamis antara individu (anak didik) dengan lingkungan dan
segala perlengkapan yang harus dipelihara.
Interaksi yang terjadi tidak hanya dengan manusia sebagai
lingkungan sosial, tertapi juga lingkungan fisik seperti beberapa
perlengkapan (bisa berupa benda fisik atau alam) yang memungkinkan
dapat memfasilitasi terjadinya proses belajar anak. Jadi, ekologi
perkembangan yang dapat menopang perkembangan anak, dapat berupa
lingkungan sosial, maupun lingkungan fisik (benda yang ada di alam).
Kedua lingkungan ini memberikan pengaruh bagi anak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan sosial dengan berbagai nilai,

8
ide atau contoh perilaku yang dapat dipedomanidan dijadikan materi untuk
dipelajari.

D. Pendidikan Karakter dalam Kajian Teori Ekologi

Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan


budi pekerti, pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan watak yang
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan
menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Pendidikan karakter sebagai bagian integral dari keseluruhan tatanan sistem
pendidikan nasional, maka harus dikembangkan dan dilaksanakan secara
sistemik dan holistik dalam tiga pilar nasional pendidikan karakter, yakni
satuan Pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, satuan/program pendidikan
nonformal), Keluarga (keluarga inti, keluarga luas, keluarga orang tua
tunggal), dan Masyarakat (komunitas, masyarakat lokal, wilayah, bangsa,
dan negara). Hal ini juga konsisten dengan konsep tanggung jawab
pendidikan nasional yang berada pada sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Berdasarkan teori ekologi perkembangan, maka hal ini difokuskan


pada sub sistem keluarga sebagai bagian dari mikrosistem, sub sistem teman
sebaya, sub sistem budaya khususnya budaya sekolah dan budaya
lingkungan anak.

1. Sub Sistem Keluarga

Sub sistem keluarga berperan besar dalam pengembangan karakter


anak. Apabila keluarga mempunyai struktur yang kokoh dan menjalankan
semua fungsinya dengan optimal, maka akan menghasilkan outcome yang
baik pada seluruh anggota keluarganya. Sebagai unit terkecil dalam
masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum, dan
sebagainya. Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi pendidikan. Artinya,

9
sebagai sub sistem yang paling dekat dengan anak, keluarga berperan besar
dalam pembentukan karakter anak karena dengan cara mendidik, mengasuh,
dan mensosialisasikan semua nilai-nilai yang baik. Agar hal tersebut bisa
berjalan dengan baik, maka idealnya pendidikan karakter diterapkan sejak
usia dini, yang oleh para pakar psikologi disebut dengan usia emas (golden
age). Usia dimana dianggap sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya.

Pengembangan karakter anak dapat dilakukan melalui pendidikan


karakter yang terstruktur jelas. Musfiroh (2008) menyarankan dalam
pengembangan karakter anak sebaiknya memperhatikan isi pengajaran,
proses pembelajaran, kualitas hubungan, pelaksanaan aktivitas co-kurikuler
dan etos seluruh lingkungan sekolah. Jika konsep tersebut ditarik ke
pendidikan informal dalam keluarga maka pengembangan karakter anak
perlu memperhatikan kualitas muatan pengasuhan dan proses pengasuhan.
Peran Orangtua sebagai pendidik bagi anak-anaknya merupakan keharusan,
karena anak sangat membutuhkan : 1) mencintai dan dicintai; 2)
perlindungan hingga merasa aman; 3) bimbingan; 4) diakui; 5) disiplin.

Untuk itu orangtua harus memahami terlebih dahulu karakter dasar


anak. Dalam mewujudkan pendidikan karakter, tidak dapat dilakukan tanpa
penanaman nilai-nilai (Azra, 2002), karena nilai adalah motivasi dalam
segala perbuatan dan dalam pelaksanaannya nilai dijabarkan dalam bentuk
kaidah atau norma. Indonesia Heritage Foundation Merumuskan nilai-nilai
yang patut diajarkan kepada anak-anak untuk menjadikannya pribadi
berkarakter. Megawangi (Musfiroh, 2008) menamakannya “9 Pilar
Karakter”, yaitu: 1) Cinta kepada Allah, 2) tanggungjawab, Disiplin dan
mandiri, 3) Jujur, 4) Hormat dan Santun, 5) Kasih Sayang, Peduli dan
Kerjasama, 6) Percaya Diri, Kreatif, Kerja Keras dan Pantang Menyerah, 7)
Adil dan punya Sikap Kepemimpinan, 8) Baik dan Rendah hati, 9)
Toleransi, Cinta Damai dan Persatuan. Huitt (2008) mengatakan bahwa
karakter yang perlu dikembangkan dalam Era reformasi adalah : Kebenaran,

10
Kejujuran, Integritas, Tanggungjawab Individu, Kerendahan hati,
Kebijaksanaan, Keadilan dan Keteguhan.

Pengembangan karakter anak dapat dilakukan dengan pendekatan


sistem, yaitu mengembangkan karakter dalam kaitannya dengan komponen
pikiran (kognisi, mempengaruhi, kemauan) dan komponen Perilaku (Huitt,
2004). Menurut Kilpatrick (1992) pengembangan karakter dapat dilakukan
melalui tahap pengetahuan (knowing), acting menuju kebiasaan (habit). Hal
ini berarti karakter tidak sebatas pada pengetahuan, karena anak yang sudah
memiliki pengetahuan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan
pengetahuannya jika anak tidak terlatih untuk melakukan kebaikan itu.
Menurut Berkowitz (1998), kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin
bahwa anak yang telah terbiasa tersebut secara sadar (cognition)
menghargai pentingnya nilai-nilai karakter (valuing). Karakter tidak sebatas
pengetahuan, tetapi sampai pada wilayah emosi dan kebiasaan diri. Untuk
itu diperlukan moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling
(perasaan tentang moral) dan moral action (perbuatan bermoral). Hal ini
agar anak mampu memahami, merasakan dan melakukan nilai-nilai
kebajikan. Teori ekologi menjelaskan bahwa karaktersitik lingkungan
keluarga akan mempengaruhi perkembangan anak, karena karakteristik
keluarga akan menentukan gaya mendidik orangtua.

Selanjutnya Heritage Foundation (dalam Musfiroh, 2009)


menjabarkan juga tentang strategi pengembangan karakter yaitu :
a. Melibatkan partisipasi aktif anak
b. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga anak
merasa aman tinggal di rumah.
c. Pendidikan karakter disampaikan secara eksplisit, sistematis dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good,
loving the good dan acting the good.

11
d. Memperhatikan keunikan anak
e. Membangun hubungan yang suportif dan penuh perhatian antara
anak dan orangtua
f. Terdapat model (contoh) perilaku positif
g. Melibatkan anak dalam kegiatan ’moral’
h. Semua anak tidak ada yang terabaikan.

2. Sub Sistem Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan bagian dari mikrosistem, sehingga bisa


berinteraksi langsung dengan anak. Peran teman sebaya melalui interaksi
sosial tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena pada masa kanak-kanak
akhir, anak akan lebih mengikuti standar-standar atau norma-norma teman
sebaya daripada norma di rumah maupun di sekolah. Norma-norma tersebut
merupakan hasil kesepakatan bersama antara sesama anggota kelompok
(Santrock, 2002). Teman sebaya memiliki peran yang sangat penting bagi
perkembangan anak khususnya remaja baik secara emosional maupun
secara sosial. Akibatnya kekuatan kelompok sebaya dapat membentuk
karakter anak.

Teori ekologi perkembangan menganggap bahwa karakteristik


teman sebaya akan berpengaruh pada karakter anak. Misalnya, teman
sebaya yang selalu memberikan dukungan sosial akan berpengaruh terhadap
rasa percaya diri remaja. Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam
bentuk konfirmasi dari orang lain merupakan pengaruhyang penting bagi
rasa percaya diri remaja. Hubungan pribadi yang berkualitas memberikan
stabilitas, kepercayaan, dan perhatian, dapat meningkatkan rasa
kepemilikan, harga diri dan penerimaan diri siswa, serta memberikan
suasana yang positif untuk pembelajaran. Dukungan interpersonal yang
positif dari teman sebaya yang baik dapat meminimalisir faktor-faktor
penyebab kegagalan prestasi siswa sepertikeyakinan negatif tentang
kompetensi dalam mata pelajaran tertentu sertakecemasan yang tinggi

12
dalam menghadapi tes. Pengaruh teman sebaya juga terlihat pada perilaku
menyontek dan perilaku seksual pranikah.

3. Sub Sistem Budaya Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang


juga menentukan perkembangan dan pembinaan karakter anak. Bahkan
sekolah bisa disebut sebagai lingkungan pendidikan kedua setelah keluarga
yang berperan dalam pendidikan karakter anak. Pendidikan karakter anak
tidak bisa dilakukan secara parsial dan sebatas pada ranah kognitif saja.
Mata pelajaran budi pekerti dianggap bisa mengajarkan nilai-nilai dan
karakter dalam kehidupan bermasyarakat agar siswa memiliki akhlak yang
terpuji dan berbudi luhur yang sesuai dengan aspek budaya di sekolah.
Namun, Internalisasi karakter tentunya tidak hanya melalui proses
pembelajaran. Internalisasi Karakter dapat ditumbuhkan melalui atmosfir
sekolah yaitu budaya sekolah. Waller (Peterson & Terrence, 2009)
menyatakan bahwa setiap sekolah mempunyai budaya sendiri, yang berupa
serangkaian nilai, norma, aturan moral, dan kebiasaan yang telah
membentuk perilaku dan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya.
Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau
falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan
komponen sekolah termasuk stakeholder Pendidikan, seperti cara
melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar
yang dianut oleh personil sekolah.

Menurut Aziz pendidikan karakter di sekolah membutuhkan strategi


agar berhasil. Strategi yang bisa dipakai adalah:

1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif


murid, yaitu Metode yang dapat meningkatkan motivasi murid
karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan
diberikan materi pelajaran yang kongkret, bermakna serta
relevan dalam konteks kehidupannya.

13
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive
learning community) sehingga anak dapat belajar secara efektif
di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan,
tam ancaman dan memberikan semangat.
3. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis dan
berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good,
loving the good dan acting the good.
4. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-
masing anak yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan
multiple intelligence.
5. Pendekatan di dalam belajar menerapkan prinsip-prinsip
Developmentally Appropriate Practices.
6. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di
kelas dan seluruh civitas sekolah.
7. Bagian yang terpenting dari penetapan lingkungan yang
supportive dan penuh perhatian di kelas adalah teladan perilaku
penuh perhatian dan penuh penghargaan dari guru dalam
interaksinya dengan siswa.
8. Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh
makna termasuk dalam kehidupan di kelas dan di sekolah.
Sekolah harus menjadi lingkungan yang lebih demokratis
sekaligus tempat bagi siswa untuk membuat keputusan dan
tindakannya serta untuk merefleksikan atas hasil tindakannya.
9. Mengajarkan ketrampilan sosial dan emosional secara esensial,
seperti mendengarkan ketika orang lain berbicara, mengenali
dan memenej emosi, menghargai perbedaan dan menyelesaikan
konflik melalui cara lemah lembut yang menghargai kebutuhan.
10. Melibatkan siswa dalam wacana moral.
11. Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan
untuk siswa.
12. Tidak ada anak yang diabaikan.

14
Pada awalnya budaya sekolah dibentuk dalam jaringan yang sifatnya
formal. Dalam perkembangannya, secara perlahan budaya sekolah ini akan
diinternalisasi dan menjadi ciri khas sekolah tersebut. Dalam hal ini
diperlukan peran serta guru, kepala sekolah dan karyawan. Budaya damai
di sekolah inilah yang diharapkan dapat menginternalisasi karakter bagi
siswa. Internalisasi karakter dalam budaya sekolah dapat dilakukan melalui
struktur organisasi, kurikulum, behavior (perilaku) yaitu kegiatan belajar
mengajar, upacara, prosedur, peraturan dan tata tertib, visi, misi serta nilai-
nilai. Dalam kajian ekologi perkembangan budaya sekolah merupakan sub
sistem yang memberi kesempatan anak belajar memahami nilai dan aturan,
mewujudkannya dalam bentuk karakter yang baik.

4. Sub Sistem Budaya Lingkungan

Sub sistem budaya lingkungan bisa dijadikan sebagai pusat pendidikan


Karakter. Kelompok individu yang beragam yang beragam akan
mempengaruhi tumbuh kembang karakter anak yang ada dalam lingkungan
masyarakat. Idealnya Pendidikan karakter dilaksanakan dengan berbasis
budaya lokal dimana anak tinggal. Pendidikan dan kebudayan saling
berhubungan. Hasan Langgulung mengatakan bahwa pendidikan mencakup
dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan
pewarisan nilai-nilai budaya. Artinya, kedua hal tersebut berkaitan erat
dengan pandangan hidup suatu masyarakat itu masing-masing, kedua hal
tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu
sama lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya masyarakat merupakan
bagian dari Makrosistem yang tidak secara langsung berinteraksi dengan
anak, tetapi anak mendapatkan warisan budaya itu dari generasi sebelumnya
dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut sehingga menjadi karakter yang
terpancar dalam perilaku sehari-hari.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan ekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan pada
hubungan antara manusia dan kegiatan lingkungannya. Melalui teori
ekologi perkembangan pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui
interaksi-interaksi dalam subsistem. Teori ini memberikan kajian hubungan
timbal balik antara anak dengan keluaraga, antara anak dengan teman
sebaya, antara anak dengan lingkungan sekolah, dan antara anak dengan
lingkungan masyarakat. Melalui teori ini juga dapat disajikan pemahaman
tentang interaksi antar individu yang dinamis dan kompleks.
Dengan demikian pendidikan karakter dapat ditanamkan menggunakan
teori ekologi perkembangan yang dijelaskan pada masingmasing subsistem
yaitu mikrosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem. Pada
masing-masing subsistem memberikan dampak pada karakter anak dengan
pengaturan interaksi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat.

B. Saran
Dari materi yang sudah dipaparkan, kita sebagai calon guru BK atau guru
BK harus memahami mengenai pendekatan ekologi karena hal ini berkaitan
dengan pengaruh manusia dengan lingkungannya dan perkembangan
manusia. Dalam teori ekologi ini individu dapat mempengaruhi lingkungan,
lingkungan mempengaruhi individu ataupun antara individu dan lingkungan
memang saling mempegaruhi dalam interaksi satu sama lain sehingga
mengalami perubahan atau perkembangan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adiwibowo, S. 2007. Ekologi Manusia. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia. IPB.

Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.

Musfiroh, T. 2008. Pengembangan Karakter Anak melalui Pendidikan Karakter.


Yogyakarta: Tiara Wacana.

Na’imah, T. 2012. Pendidikan Karakter. Prosiding Seminar Nasional Psikologi.

Taryatman, D. Y. (2020). Pendidikan Karakter Dalam Kajian Teori Ekologi


Perkembangan. Jurnal Pendidikan, Vol 7, No 1.

Yusuf, S. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

17
LAMPIRAN

Link Youtube : https://youtu.be/-nv_HXtIW8A

Karlina bertugas mencari materi dan membuat PPT.


Nadya Pramuningtias Larasaty bertugas mencari materi, jurnal, dan membantu
mengetik makalah.
Rida Maulidia bertugas mengetik makalah dan mengedit video.

18

Anda mungkin juga menyukai