Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH

FALSAFAH ILMU & METODOLOGI ILMU PENGETAHUAN

“PENERAPAN TEORI BROFENBRENNER DALAM MODEL


INTERVENSI KOLABORASI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK,
TEMAN SEBAYA DAN ORANG TUA SERTA IDENTIFIKASI
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI”

Fasilitator : Dr. Novy Helena Catharina Daulima, S.Kp., M.Sc

Oleh:

Yuniar Mansye Soeli


2306198356

PROGRAM STUDI DOKTORAL KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah penugasan pada Mata Kuliah Falsafah Ilmu dan
Metodologi Ilmu Pengetahuan dengan tepat waktu. Saya berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu di dalam memberikan, saran, nasehat, dan petunjuk yang membangun
demi suksesnya penyusunan makalah ini.

Saya selaku penulis makalah ini, menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun dari seluruh pembaca, agar dijadikan pedoman dalam pengembangan makalah pada
penugasan selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk mendukung kemajuan di dalam
bidang kesehatan dan keperawatan khususnya dalam pemenuhan penugasan pada mata kuliah
Falsafah Ilmu dan Metodologi Ilmu Pengetahuan pada Program Studi S3 Keperawatan FIK UI.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih, salam.

Jakarta, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i


Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................. 1
1. Tujuan Umum ................................................................................................ 1
2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 1
BAB II KONSEP TEORI .................................................................................. 2
Teori Brofenbrenner............................................................................................. 2
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................... 5
(Identifikasi Ontologi, Epistemologi dan Axiologi)

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Filsafat merupakan feeling (lave) in wisdom, mencintai, mencari menuju penemuan
kebijaksanaan atau kearifan. Mencintai kearifan dengan melakukan proses dalam arti
pencarian kearifan sekaligus produknya. Dalam proses pencarian yang dicari adalah
kebenaran kebenaran prinsip yang bersifat general. Prinsip yang bersifat general harus
dapat dipakai untuk menjelaskan segala sesuatu kajian atau objek filsafat (Suaedi, 2016).
Filsafat ilmu tidak terlepas dari sejarah perkembangan ilmu yang terdiri dari
landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas apa yang ingin
diketahui mengenai teori tentang ada dengan bagaimana hakikat obyek yang ditelaah
sehingga membuahkan pengetahuan. Epistemologi membahas tentang bagaimana proses
memperoleh pengetahuan. Aksiologi membahas tentang nilai guna yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Suaedi, 2016). Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis akan mengidentifikasi Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi dalam
kaitannya dengan disertasi.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis dasar-dasar falsafah keilmuan
2. Tujuan Khusus
 Untuk menguraikan teori yang akan digunakan dalam disertasi
 Untuk mengidentifikasi ontologi, epistemology dan axiologi yang
digunakan dalam disertasi
BAB II
KONSEP TEORI

Teori ekologi diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang ahli


psikologi dari Cornell University Amerika Serikat (Brofenbrenner, 1986). Teori
ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks
lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan akan
membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal
anak akan menggambarkan, mengorganisasi, dan mengklarifikasi efek dari
lingkungan yang bervariasi. Bronfenbrenner menyebutkan adanya lima sistem
lingkungan berlapis yang saling berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem,
ekosistem, makrosistem, dan kronosistem.
Satu hal yang terpenting dalam teori ekologi Brofenbenner adalah bahwa
pengkajian perkembangan dari subsistem manapun, harus berpusat pada individu,
artinya pengalaman hidup yang dianggap menjadi penggerak utama bagi
perkembangan karakter dan habitnya di kemudian hari. Masing-masing subsistem
dalam teori Brefenbrenner tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut
(Brofenbrenner, 1986):
a. Mikrosistem
Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pribadi
peserta didik yaitu meliputi keluarga, dosen, individu, teman-teman sebaya,
kampus, lingkungan tempat tinggal, dan hal-hal lain yang sehari-hari ditemui
oleh peserta didik. Dalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling
langsung dengan agen-agen sosial tersebut. Individu tidak dipandang sebagai
penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi individu bahkan
ikut aktif membangun setting pada mikrosistem ini. Karakteristik individu
dan karakteristik lingkungan akan berkontribusi dalam proses interaktif yang
terjadi, sehingga membentuk sebuah karakter dan habit tertentu. Keluarga
terutama orangtua dan lingkungan kampus merupakan agen sosialisasi
terdekat dalam kehidupan setiap individu, sehingga keluarga mempunyai
pengaruh besar pada pembentukan karakter dan habit seseorang.
b. Mesosistem
Mesosistem mencakup interaksi di antara mikrosistem di mana
masalah yang terjadi dalam sebuah mikrosistem akan berpengaruh pada
kondisi mikrosistem yang lain. Misalnya hubungan antara pengalaman
keluarga dengan pengalaman kampus, pengalaman kampus dengan
pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman
sebaya, serta hubungan keluarga dengan tetangga. Dalam kaitannya dengan
proses pendidikan, tentunya pengalaman apapun yang didapatkan oleh peserta
didik di rumah akan ikut mempengaruhi kondisi peserta didik di kampus baik
secara langsung maupun tidak. Sebagai contoh, ada tidaknya dukungan atau
perhatian keluarga terhadap kebutuhan literasi tentunya akan mempengaruhi
kinerja peserta didik di kampus. Sebaliknya, dukungan kampus dan keluarga
akan mempengaruhi seberapa jauh peserta didik akan menghargai pentingnya
literasi.
c. Ekosistem
Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar di mana mahasiswa
tidak terlibat interaksi secara langsung, akan tetapi dapat berpengaruh
terhadap perkembangan karakter. Sebagai contoh, jam kerja orangtua
bertambah yang menyebabkan peserta didik kehilangan interaksi dengan
orangtuanya sehingga kurangnya keterlibatan orangtua dalam pola asuh
tersebut tentunya mempengaruhi perkembangan. Subsistem dari eksosistem
lain yang secara tidak langsung menyentuh pribadi peserta didik akan tetapi
berpengaruh besar adalah koran, televisi, dokter, keluarga besar, dan lain
sebagainya.
d. Makrosistem
Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan. Subsistem
makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum,
adat istiadat, budaya, nilai masyarakat secara umum, dan lain sebagainya, di
mana individu berada. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapisan
makrosistem tersebut akan berpengaruh pada keseluruhan interaksi di semua
lapisan. Misalnya, jika kebudayaan masyarakat menggariskan bahwa
orangtua bertanggungjawab untuk membesarkan anak-anaknya, maka hal
tersebut akan mempengaruhi struktur di mana orangtua akan menjalankan
fungsi psikoedukasinya. Menurut Berk, budaya yang dimaksud dalam
subsistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan, dan semua produk dari
sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi (Berk, 2000).
e. Kronosistem
Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu
beserta caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku (Purmana, 2016).
Contohnya seperti perkembangan teknologi dengan produk-produk turunannya,
seperti internet dan gadget, membuat mahasiswa dengan mudahnya mencari
informasi terkait cara bunuh diri dan melihat berita terkait bunuh diri.
Kronosistem meliputi keterpolaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian
kehidupan dan keadaan sosiohistoris.
Secara sederhana interaksi tersebut tampak pada gambar berikut ini:

Gambar 1 Teori Ekologi Uri Bronfenbrenner


BAB III
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan mengidentifikasi tinjauan ontologi, epistemology dan axiology
yang berkaitan dengan disertasi. Adapun penjelasannya akan terurai dalam bagan berikut
ini. :
No. ANALISIS
1. TINJAUAN ONTOLOGI
FENOMENA
Bunuh diri merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang utama.
Data menunjukkan sekitar 800.000 orang di seluruh dunia meninggal karena
bunuh diri (WHO, 2019). Sebanyak 4012 orang di Kanada meninggal karena
bunuh diri dengan sekitar 11 kematian per hari (Statistics Canada, 2020). Bunuh
diri terjadi pada semua kalangan termasuk mahasiswa.
Kejadian bunuh diri pada mahasiswa, di Amerika yaitu adanya
peningkatan kasus (CDC, 2022), penyebab kematian kedua (NIMH, 2022), di
Korea Selatan penyebab utama kematian di antara orang-orang yang berusia
remaja hingga tiga puluhan. Di antara jumlah total kematian berdasarkan
kelompok umur, 35,7% remaja dengan persentase 47,2% berusia 20-an meninggal
karena bunuh diri (Korea National Statistical Office, 2019). Bahkan dalam
kunjungan ruang gawat darurat dari upaya melukai diri sendiri dan bunuh diri
pada tahun 2017, 5942 (21,0%) terjadi pada usia 20-an jumlah tertinggi. Jepang,
Sebuah survei terhadap 433.000 mahasiswa (82 universitas) di Jepang melaporkan
bahwa tingkat bunuh diri secara keseluruhan dari April 2020 hingga Maret 2021
adalah 17,6, tertinggi dalam enam tahun (Fuse-Nagase et al., 2021). Selain itu,
survei kematian mahasiswa yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi Jepang (2022), yang menargetkan
mahasiswa dari 820 universitas di seluruh negeri (2.629.139 mahasiswa terdaftar),
menemukan tingkat bunuh diri mahasiswa sebesar 12,6 pada Tahun Akademik
2020–2021 (Kaparounaki et al. (2020) surveye).
Pada kawasan asia tenggara, angka bunuh diri lebih tinggi pada usia
muda. Bunuh diri menjadi penyebab utama kedua usia 15-29 tahun. kematian Di
Asia Tenggara, angka bunuh diri tertinggi terdapat di Thailand yaitu 12.9 (per
100.000 populasi), Singapura (7,9), Vietnam (7.0), Malaysia (6.2), Indonesia
(3.7), dan Filipina (3.7). Perilaku bunuh diri (ide bunuh diri, rencana bunuh diri,
dan tindakan bunuh diri). Di kampus-kampus, penelitian menunjukkan bahwa 8%
hingga 18% siswa berpikir untuk bunuh diri, dan 1% hingga 11% siswa
melaporkan adanya upaya bunuh diri seumur hidup (Macrynikola et al., 2018).
Statistik ini mengejutkan, terutama ketika kita mempertimbangkan dampak
tambahan dari pandemi Covid-19 dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk mahasiswa sarjana, mahasiswa keperawatan mungkin berisiko lebih
tinggi mengalami depresi (Chernomas & Shapiro, 2013; Xu et al., 2014) (16-17),
bunuh diri (Aradilla-Herrero et al., 2014; Leal & Santos, 2016)(18-19), dan
masalah kesehatan mental lainnya, seperti kecemasan dan kesulitan tidur (Zhang
et al., 2018) dibandingkan dengan populasi mahasiswa pada umumnya.
Mahasiswa keperawatan sering kali memiliki jadwal akademik yang padat,
ekspektasi klinis dan ruang kelas yang ketat, serta menghadapi kehidupan,
kematian, dan penderitaan yang penuh tekanan, yang dapat berkontribusi terhadap
tekanan emosional atau psikologis dan tingkat masalah kesehatan mental yang
lebih tinggi. Faktanya, penelitian telah melaporkan gejala depresi setinggi 32,6%
dan 38,7% (Chen et al., 2015; Rezayat & Dehghan Nayeri, 2014) (21-22).
Di Indonesia, menunjukkan rata-rata angka prevalensi depresi di
Indonesia 6,1 permil. Prevalensi tertinggi usia  15 tahun urutan pertama propinsi
Sulawesi Tengah yaitu 12,3 per mil, urutan kedua Gorontalo 10 per mil yang
telah melebihi angka rata-rata prevalensi di Indonesia, selajutnya NTT, Malut,
NTB. Dengan data cakupan pengobatan depresi hanya 9 % (Riskesdas (2018).
Menurut data Suicide Prevention Strategy (2022), Kasus bunuh diri di tahun
2020 sebanyak 670 kasus. Data Suicide Rate : tertinggi propinsi Bali (6,76), DIY
(4,42), Maluku Utara (4,18), Jawa Tengah (2,88), dan Kepulauan Riau (2,44).
Sulawesi sendiri : Suicide rate : Sulbar (1,17), Sulsel (0,41), Gorontalo, Sulut,
Sulteng (0). Sedangkan untuk Attempt rate : Sulbar (81,10), Gorontalo (36,72),
Sulawesi Utara (28,74), Sulteng (23,28), Sulsel (14,64), Sultra (11,24).
Data kejadian bunuh diri di propinsi Gorontalo dari bulan Januari – Juni
2023 sebanyak 25 kasus. Data pada salah satu perguruan tinggi di, dengan
menggunakan SRQ 20 Maret 2017, didapatkan data dari 87 mahasiswa 56 indikasi
mengalami masalah kesehatan jiwa sehingga memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut dan 8 mahasiswa diantaranya pernah memiliki keinginan untuk
mengakhiri hidup.
Kejadian bunuh diri pada mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
psikopatologi, pelecehan seksual, dan akademik, seperti ketidakpuasan terhadap
program sarjana yang dipilih (Altavini et al, 2023); media sosial dengan mencari
metode bunuh diri melalui Google, situs web lokal, dan Facebook (Chompoosri,
2020); depresi (Paidipati et all, 2023); Ketiga stress lingkungan (Ulrich & Grady,
2018); tekanan moral menjadi sumber kerugian psikologis dan emosional yang
signifikan dalam pengalaman keperawatan sarjana (Krautscheid et al., 2017; Sasso
et al., 2016; Wojtowicz et al., 2014); perasaan tidak berharga dan membebani
orang lain (Choi B & Bae S, 2020); Keenam paparan berulang terhadap
pengalaman menyakitkan (kekerasan fisik, kekerasan seksual, menyakiti diri
sendiri, permainan/aktivitas kekerasan (Joiner, 2005). Selain itu, masalah yang
dikeluhkan oleh mahasiswa yaitu masalah akademik, masalah sosial, masalah
keluarga, masalah perilaku sehingga dibutuhkan peran dari berbagai pihak yaitu
academic supervisor (dosen penasehat akademik), orang tua dan peer (teman
sebaya).
Dosen penasehat akademik, memiliki tugas melakukan perwalian terhadap
mahasiswa dalam menghadapi berbagai macam persoalan sejak menjadi
mahasiswa baru ditahun pertama (Dikti, 2001). Keterlibatan peran dosen wali
sebagai pembimbing mahasiswa juga mendukung tercapainya kualitas pribadi
yang lebih positif. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 3298/D/T/99 dan
Kepmendiknas No. 36/D/0/2001 disebutkan dosen pembimbing. akademik dapat
mengalokasikan waktu satu jam perminggu untuk melakukan perwalian dan
jumlah normal mahasiswa untuk setiap dosennya sebanyak 20 mahasiswa. Akan
tetapi kenyataan dilapangan, dosen memiliki mahasiswa bimbingan PA lebih
dari 20 orang mahasiswa dengan jumlah pertemuan dengan dosen penasehat
akademik rata-rata 3 kali pertemuan dan rata-rata belum mengikuti
pelatihan teknik konseling (Rai et al, 2020). Peran dari dosen penasehat
akademik berhubungan erat dengan keterbukaan mahasiswa.
Keterbukaan mahasiswa pada dosen penasehat akademik berkaitan
dengan sikap mahasiswa dalam mencari layanan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sikap mahasiswa cenderung netral dalam mencari bantuan psikologis;
mahasiswa bahkan kurang familiar dengan keberadaan layanan psikologis,
dan memiliki stigma negatif terhadap layanan psikologis; dan belum
efektifnya kampanye layanan psikologis yang telah dilakukan. Selain peran
dosen penasehat akademik juga diperlukan peran orang tua.
Kedua peran orang tua, keluarga khususnya orang tua memiliki peran
yang penting untuk ikut andil dalam menjaga kesehatan mental anggota
keluarga yang lain anak (Umroh, 2019). Dengan kesehatan mental yang baik,
anak akan mampu berkembang ke lingkungan baru dengan lebih baik
(Fakhriyani, 2019). Peran orang tua terdiri dari kehangatan, kehadiran, hubungan
antar anggota keluarga, dan kedekatan orang tua. Kehangatan, 4,2 % responden
menyatakan bahwa mereka tidak merasakan kehangatan dari orang tua
mereka yang disebabkan oleh berbagai alasan, seperti hubungan mereka sudah
tidak baik sejak kecil atau mereka adalah seorang yatim piatu. Kehadiran
orang tua, hasil penelitian menunjukan 8,3% responden menjawab tidak
merasakan kehadiran orang tua. Hubungan antar anggota keluarga, 12,5%
responden mengisi tidak memiliki hubungan yang baik dengan alasan kurang
dekat dengan saudara maupun anggota keluarga lainnya termasuk orang tua.
Kedekatan, 8,3% dari 24 responden yang mengatakan bahwa mereka tidak
merasa dekat dengan orang tua mereka.Selain peran orang tua, diperlukan
juga peran teman sebaya.
Ketiga Peran Peer (Teman/Sahabat). Hasil yang diperoleh adalah
terdapat pengaruh dukungan sosial sahabat terhadap penyesuaian sosial
mahasiswa baru di lingkungan perguruan tinggi sebesar 4,8% (Estiane, 2015).
Individu dengan lingkungan sosial yang penuh dukungan emosional, instrumental
maupun informasi yang baik ketika mereka membutuhkan, menunjukkan
tingkatan stres dan gejala depresi yang lebih rendah dalam menghadapi peristiwa
hidup dibandingkan dengan mereka yang tidak (Cohen & Wills, 1985; Thoits,
1995). Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan untuk mewujudkan kesehatan mental
berarti perlu melakukan upaya strategis dengan menyusun program promosi
sebagai usaha preventif.
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa kebijakan
kesehatan mental meliputi promosi kesehatan mental dan tidak terbatas pada
sektor kesehatan, tetapi juga pendidikan, pekerjaan, peradilan, tranportasi,
lingkungan (O’Reilly, 2018). WHO juga telah berkomitmen untuk
mempromosikan kesehatan mental dan kesejahteraan sebagai bagian dari Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan, yang dikenal dengan Sustainable Development
Goals atau SDGs (WHO, 2020). Kesehatan mental dan kesejahteraan ini termasuk
ke dalam pilar pembangunan sosial, yang diharapkan dapat tercapai pada tahun
2030. Lebih lanjut dikatakan bahwa kesehatan mental mempunyai persentase yang
cukup besar dari total beban penyakit global selama masa remaja, dan bunuh diri
menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian di kalangan remaja akhir
(WHO, 2020). Pemerintah juga sudah mengeluarkan kebijakan akan tetapi
kenyataan dilapangan belum berjalan dengan baik. Untuk itu tentu diperlukan
adanya keterlibatan semua pihak, yaitu stakeholder di lingkungan kampus,
meliputi pimpinan selaku pengambil kebijakan, dosen penasehat akademik, teman
sebaya termasuk orang tua serta mahasiswa.

Rencana Topik Disertasi:


Model Intrvensi Kolaborasi Dosen Penasehat Akademik, Orang Tua Dan Teman
Sebaya Dalam Mencegah Tindakan Percobaan Bunuh Diri Mahasiswa.

Teori Yang Menjadi Dasar Penelitian :


Teori Ekologi Brofenbrenner

Keterkaitan Teori Dengan Topik Disertasi :


Bronfenbrenner menyebut lima sistem lingkungan berlapis yang saling
berkaitan, yaitu mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan
kronosistem.
Mikrosistem adalah lingkungan yang berkaitan dengan mahasiswa secara
langsung, seperti keluarga, kampus, kelompok sebaya, dan tetangga. Mahasiswa
berperilaku dan bertindak mempengaruhi sistem ini dan juga dipengaruhi oleh
sistem ini.
Mesosistem mencakup hubungan di antara mikrosistem. Sebagai contoh,
ada tidaknya dukungan atau perhatian keluarga terhadap literasi akan
mempengaruhi kinerja mahasiswa di kampus. Sebaliknya, dukungan kampus dan
literasi keluarga akan mempengaruhi seberapa jauh keluarga akan menghargai
pentingnya literasi.
Ekosistem adalah sistem lingkungan yang berisi kejadian-kejadian yang
tidak berinteraksi langsung dengan mahasiswa, akan tetapi justru dapat
mempengaruhi mereka. Contohnya seperti jam kerja orangtua yang bertambah
(tidak berinteraksi dengan mahasiswa), sehingga akan mengurangi keterlibatan
orangtua terhadap mahasiswa, dan pada akhirnya akan mempengaruhi
perkembangan mahasiswa.
Makrosistem mencakup budaya, adat, dan nilai masyarakat secara umum.
Contohnya seperti kekerasan sosial dan kekerasan yang ditampilkan oleh media
dapat mempengaruhi perkembangan. Individu dapat menjadi lebih kasar, takut,
atau khawatir karena meniru atau melihat tayangan kekerasan.
Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta
caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku. Contohnya seperti
perkembangan teknologi dengan produk-produk turunannya, seperti internet dan
gadget, membuat mahasiswa dengan mudahnya mencari informasi terkait cara
bunuh diri dan melihat berita terkait bunuh diri.

2. TINJAUAN EPISTEMOLOGI
Tahap 1
Ekploratif Faktor Protektif terhadap risiko bunuh diri dan faktor risiko bunuh diri
pada mahasiswa. Pada tahap ini juga akan dilakukan literatur review dan FGD
(focus grup discussion) bersama dosen penasehat akademik, mahasiswa, orang tua
mahasiwa), serta wawancara dengan Kepala Biro Bidang Akademik Universitas.
Luarannya adalah publikasi artikel.
Tahap 2
Pengembangan Model Kolaborasi Dosen Penasehat Akademik, Orang Tua Dan
Teman Sebaya. Pada tahap ini akan dilakukan perancangan model dengan
luarannya adalah rancang model kolaborasi untuk mahasiswa.
Tahap 3
Uji Efektifitas Model Kolaborasi Dalam Mencegah Tindakan Percobaan Bunuh
Diri Mahasiswa. Luarannya adalah artikel publikasi dan model kolaborasi untuk
mahasiswa.
3. TINJAUAN AXIOLOGI
Penelitian ini akan menghasilkan model kolaborasi dosen penasehat akademik,
orang tua dan teman sebaya dalam mencegah tindakan percobaan bunuh diri
mahasiswa yang dapat digunakan di kampus.
DAFTAR PUSTAKA

Aradilla-Herrero, A., Tomas-Sabado, J., & Gomez-Benito, J. (2014). Associations between


emotional intelligence, depression and suicide risk in nursing students. Nurse Education
Today, 34(4), 520–525, doi:10.1016/j.nedt.2013.07.001

Bronfenbrenner, U. (1986). Ecology Of The Family As A Context For Human Development:


Research Perspectives. Developmental Psychology, 22(6), 723

Bronfenbrenner dan Morris, The Ecology of Developmental Processes. In W. Damon(Series


Ed.) & R. M. Lerner (Vol. Ed.), Handbook of Child Psychology: Vol. 1: Theoretical
Models of Human Development,(New York: Wiley, 1998), h. 234.

Berk, L.E. (2000). Child Development (5th ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2022). Suicide mortality in the United
States, 20002020. https:// www.cdc.gov/nchs/products/databriefs/db433.htm

Chan, Z. C. Y. (2016). A qualitative study of freshmen's and academic advisors' perspectives


on academic advising in nursing. Nurse Education in Practice, 18,
23–29.https://doi.org/10.1016/j.nepr.2016.02.010

Chen, C. J., Chen, Y. C., Sung, H. C., Hsieh, T. C., Lee, M. S., & Chang, C. Y. (2015). The
prevalence and related fac- tors of depressive symptoms among junior college nursing
students: A cross-sectional study. Journal of Psychiatric and MentalHealth Nursing,
22(8), 590–598, doi:10.1111/jpm.12252

Chernomas, W. M., & Shapiro, C. (2013). Stress, depres- sion, and anxiety among
undergraduate nursing stu- dents.International Journal of Nursing Education
Scholarship, 10(1), 255 266, doi:10.1515/ijnes-2012-0032

Choi, Bo-ram., Bae, Sung-Man. (2020). Suicide ideation and suicide attempts of
undergraduate students in South Korea: Based on the interpersonal psychological
theory of suicide. Children and Youth Services Review. Elsevier.
https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2020.105282

Chompoosri, P. 2020. Sources of suicide methods: A survey in undergraduate students of a


Northern Thai university with history of suicidal thoughts. Asian Journal of Psychiatry
55 (2021) 102502. Elsevier. https://doi.org/10.1016/j.ajp.2020.102502

Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, social support and the buffering hypothesis.
Psychological Bulletin, 98, 310–357.
Estiane, U.2015. Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat Terhadap Penyesuaian Sosial
Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental Vol. 4 No. 1 April 2015

Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan Mental (Vol. 124). Duta Media Publishing.

Fuse-Nagase, Y., Marutani, T., Tachikawa, H., Iwami, T., Yamamoto, Y., Moriyama, T.,
Yasumi, K., 2021. Increase in suicide rates among undergraduate students in Japanese
national universities during the COVID-19 pandemic. Psychiatr. Clin. Neurosci. 75,
351–352.

Joiner, T. E., Jr, Van Orden, K. A., Witte, T. K., & Rudd, M. D. (2009). The interpersonal
theory of suicide: Guidance for working with suicidal clients. Washington, DC, US:
American Psychological Association.

Kaparounaki, C.K., Patsali, M.E., Mousa, D.P.V., Papadopoulou, E.V.K., Papadopoulou, K.


K.K., Fountoulakis, K.N., 2020. University students’ mental health amidst the COVID-
19 quarantine in Greece. Psychiatr. Res 290, 113111.

Korea National Statistical Office (2019). 2018 Cause of death statistics. Daejeon City, Korea:
Korea National Statistics Office.

Krautscheid, L., DeMeester, D. A., Orton, V., Smith, A., Livingston, C., & McLennon, S. M.
(2017). Moral distress and associated factors among baccalaureate nursing students: A
multisite descriptive study. Nursing Education Perspectives, 38(6), 313–319,
doi:10.1097/01. NEP.0000000000000214.

Leal, S. C., & Santos, J. C. (2016). Suicidal behaviors, social support and reasons for living
among nursing stu- dents. Nurse Education Today, 36, 434–438, doi:10.1016/j.
nedt.2015.09.012.

Macrynikola, N., Miranda, R., & Soffer, A. (2018). Social connectedness, stressful life
events, and self-injurious thoughtsand behaviors among young adults. Compre- hensive
Psychiatry, 80, 140–149, doi:10.1016/j.comp- psych.2017.09.008.

National Institute of Mental Health (NIMH). (2022). Suicide is a leading cause of death in the
United States. https:// www.nimh.nih.gov/health/statistics/suicide

Onie, S. et al. (under review). Indonesian National Suicide Prevention Strategy 2022: A
Preliminary Report. https://doi.org/10.31234/osf.io/xhqgm

Onie, S., Daswin, A.V., et al. (in prep). Suicide in Indonesia in 2022: Underreporting,
Provincial Rates, and Means. DOI: psyarxiv.com/amnhw

Paidipati, C.P., Lozano, A.J., West, J., Huang, L.,Hanlon, A.L., Ulrich, C.M. 2023.
Understanding the mediated relationship between moral distress, depression, and
suicide risk in undergraduate nursing students. Nursing Outlook VOLUME 71,
ISSUE 3. Elsevier. https://doi.org/10.1016/j.outlook.2023.101966
Pamungkas, H. W., Sos, S., & Si, M. (2014). Interaksi orang tua dengan anak dalam
menghadapi teknologi komunikasi internet.Jurnal Tesis PMIS Untan,1, 1-17.

Purnama, S. (2016). Elements Of Child-Friendly Environment: The Effort To Provide An


Anti-Violence Learning Environment. Indonesian Journal Of Islamic Early Childhood

Poreddi, V., Anjanappa S., Reddy S. 2021. Attitudes of under graduate nursing students to
suicide and their role in caring of persons with suicidal behaviors. Archives of
Psychiatric Nursing 35 (2021) 583–586. Elsevier.
https://doi.org/10.1016/j.apnu.2021.08.005

Rai. Ni Gusti, Susanto. Tony Dwi, Savitri, Eka Dian, Ratu. Aurelius. 2020. Studi
Pendahuluan: Strategi Promosi Kesehatan Mental Di Lingkungan Kampus Melalui
Partisipasi Dosen Wali. Jurnal Sosial Humaniora (JSH).Volume 13, Ed. 1 ISSN Online:
2443-3527 ISSN Print: 1979-5521

Reilly, M. O., Svirydzenka, N., Adams, S., & Dogra, N. (2018). Review of mental health
promotion interventions in schools. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology,
53(7), 647–662. https://doi.org/10.1007/s00127-018-1530-1

Rezayat, F., & Dehghan Nayeri, N. (2014). The level of depression and assertiveness among
nursing students. International Journal of Community Based Nursing and Mid- wifery,
2(3), 177–184.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018

Sasso, L., Bagnasco, A., Bianchi, M., Bressan, V., & Carnevale, F. (2016). Moral distress in
undergraduate nursing students: A systematic review. Nursing Ethics, 23(5), 523–534,
doi:10.1177/0969733015574926.

Statistics Canada. (2020). Leading causes of death, total population, by age group [Data set].
Government of Canada. doi:10.25318/1310039401-ENG.

Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.

Ulrich, C.M, & Grady, C. (eds.) (2018). Moral Distress in the Health Professions.Springer
Nature.

Umroh, I. L. (2019). Peran orang tua dalam mendidik anak sejak dini secara islami di era
milenial 4.0.Ta'lim: Jurnal Studi Pendidikan Islam,2(2), 208-225.

WHO, World Suicide Prevention Day, ” Creating Hope Through Action”, 2022.

Wojtowicz, B., Hagen, B., & Daalen-Smith, V. (2014). No place to turn: Nursing students’
experiences of moral distress in mental health settings. International Journal of Mental
Health Nursing, 23(3), 257–264, doi:10.1111/ inm.12043.
World Health Organization, 2019. Suicide Fact Sheet [WWW Document]. WHO Suicide
Fact Sheet (accessed 5.27.19). https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/
suicide.

World Health Organization. (2020). Guidelines on mental health promotive and preventive
interventions for adolescents: helping adolescents thrive. Geneva: World Health
Organization. Diakses dari https://www. who.int/publications/i/item/guidelines-on-
mental-health-promotive-and-preventive- interventions-for-adolescents

Xu, Y., Chi, X., Chen, S., Qi, J., Zhang, P., & Yang, Y. (2014). Prevalence and correlates of
depression among college nursingstudents in China. Nurse Education Today, 34(6), e7–
e12, doi:10.1016/j.nedt.2013.10.017.

Zhang, Y., Peters, A., & Chen, G. (2018). Perceived stress mediates the associations between
sleep quality and symptoms of anxiety and depression among college nursing students.
International Journal of Nursing Edu- cation Scholarship, 15(1),1–9, doi:10.1515/ijnes-
2017- 0020.

Anda mungkin juga menyukai