Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM GIZI

PENGUKURAN ANTROPOMETRI PADA ORANG DEWASA

OLEH :
PRIESTIANA MUGI R. NIM.101311123103
UFIYAH HAKMAH NIM.101311123115

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015
A. Nama Praktikum : Pengukuran Antropometri Pada Orang Dewasa
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
1. Melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan perhitungan IMT.
2. Melakukan pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas), lingkar pinggang
dan panggul, serta TLBK (Tebal Lemak Bawah Kulit).
3. Mengklasifikasikan status gizi subyek yang diukur dengan indikator
LILA.
4. Mengklasifikasikan resiko penyakit degeneratif berdasarkan WHR
(Waist-hip Ratio).
5. Menentukan tipe obesitas / fat deposition.
6. Mengklasifikasikan persen lemak tubuh berdasarkan TLBK menurut
klasifikasi Lee dan Nieman (1996).
7. Mengidentifikasi kendala yang dialami dalam melakukan penilaian
antropometri (BB, TB, LILA, TLBK).
C. Waktu dan Tempat Praktikum :
1. Hari, tanggal : 1) Rabu, 25 Maret 2015
2) Kamis, 26 Maret 2015
Pengukuran dilakukan selama 2 hari, dikarenakan
adanya keterbatasan alat sehingga harus bergantian
dengan mahasiswa lain.
2. Pukul : 13.30 WIB 14.30 WIB
3. Tempat: Ruang laboratorium Gizi FKM UNAIR
D. Identitas Subyek yang Diukur :
No Nama Usia Jenis Kelamin
.
1. Ufiyah Hakimah 23 tahun Perempuan
2. Priestiana Mugi Rahayu 23 tahun Perempuan

E. Alat dan Bahan Pengukuran :


1. Detecto
2. Timbang Badan Digital/Electric
3. Health Smic
4. Microtoise

2
5. Metlin/ Pita fiber
6. Skinfold Caliper Lange

F. Prosedur Pengukuran
1. Berat Badan
1) Detecto
a. Subyek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan
pakaian yang minimal). Subyek tidak menggunakan alas kaki
b. Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan
angka 0,0
c. Subyek diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar
merata pada kedua kaki dan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang.
d. Diperhatikan posisi kaki subyek tepat di tengah alat timbang,
usahakan agar subyek tetap tenang dan kepala tidak menunduk
(memandang lurus kedepan)
e. Bandul geser pastikan tepat pada angka 0 terlebih dahulu, setelah
subyek naik ke alat timbang, bandul geser pada skala kilogram
digeser terlebih dahulu sesuai dengan perkiraan berat badan
subyek, kemudian bandul geser pada skala ons yang berada
diatasnya juga digeser sampai titik imbang pada ujung kanan
subyek menunjukkan seimbang
f. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0.1
terdekat
g. Subyek diminta turun dari alat timbang.
2) Timbang Badan Electric/Digital
a. Subyek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan
pakaian yang minimal). Subyek tidak menggunakan alas kaki
b. Tekan alat ukur timbang badan digital sampai display
menunjukkan angka 0,00

3
c. Subyek diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar
merata pada kedua kaki dan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang
d. Diperhatikan posisi kaki subyek tepat di tengah alat timbang,
usahakan agar subyek tetap tenang dan kepala tidak menunduk
(memandang lurus kedepan)
e. Tunggu beberapa detik sampai display menunjukkan angka berat
badan subyek
f. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan display
g. Subyek diminta turun dari alat timbang.
3) Health Smic
a. Subyek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan
pakaian yang minimal). Subyek tidak menggunakan alas kaki
b. Dipastikan timbangan berada pada jarum yang menunjukan skala
dengan angka 0
c. Subyek diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar
merata pada kedua kaki dan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang
d. Diperhatikan posisi kaki subyek tepat di tengah alat timbang,
usahakan agar subyek tetap tenang dan kepala tidak menunduk
(memandang lurus kedepan)
e. Jarum akan bergeser dan menunjukkan berat badan subyek pada
angka yang ada di skala
f. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0
terdekat
g. Subyek diminta turun dari alat timbang.
2. Tinggi Badan
1) Cari permukaan dinding dan lantai yang rata
2) Diperlukan 2 orang untuk melakukan persiapan pengukuran, 1 orang
menempelkan dan menahan kepala microtoice pada permukaan
dinding, dan 1 orang lagi menarik microtoice kebawah hingga angka
menunjukkan 200 cm

4
3) Lekatkan kepala microtoice pada dinding dengan bantuan paku atau
perekat lain yang kuat dan tidak mudah bergeser
4) Lepaskan microtoice
5) Lepaskan alas kaki subyek yang akan diukur
6) Persilahkan subyek untuk berdiri tepat dibawah microtoice, dengan
posisi tegak, pandangan lurus kedepan, lutut lurus dan kepala pada
posisi frankfrut horizontal plane
7) Pastikan bahwa tumit, pantat dan pundak menempel pada permukaan
vertical dinding dan biarkan lengan menggantung bebas
8) Mata pengukur/ pembaca harus ada pada posisi selevel dengan kepala
subyek
9) Baca hasil pengukuran
10) Lakukan pengukuran sebanyak dua kali.
3. LILA (Lingkar Lengan Atas)
1) Penentuan Titik Mid Point Pada Lengan
1. Subyek diminta berdiri tegak
2. Subyek dminta untuk membuka lengan pakaian yang menutup
lengan kiri atas (bagi yang kidal gunakan lengan kanan).
3. Tekukan tangan subyek membentuk 900 dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang dan menentukan
titik tengah antara tulang rusuk atas pada bahu kiri dan siku
4. Ditandai titik tengah tersebut dengan pena.
2) Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
1. Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan,
telapak tangan menghadap ke bawah
2. Diukur lingar lengan atas pada posisi mid point dengan pita
LILA menempel pada kulit dan dilingkarkan secara hotizontal pada
lengan. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada
rongga antara kulit dan pita
3. Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat.
4. Lingkar Pinggang
1. Subyek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan

5
2. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi
tubuh dan kaki rapat
3. Pengukur jongkok di depan subyek, kemudian ukur dengan metlin dari
umbilicus/pusat melingkar ke suprailliac kanan dan memutar menuju
suprailliac kiri dan bertemu lagi di umbilicus/pusat
4. Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit.
Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan
tepat
5. Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
6. Catat hasil yang telah dibaca
5. Lingkar Pinggul
1) Subyek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
2) Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi
tubuh dan kaki rapat
3) Pengukur jongkok di depan subyek sehingga tingkat maksimal dari
penggul terlihat
4) Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit.
Dan diukur tepat pada bagian lingkar terbesar dari tubuh/pinggul.
5) Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan
tepat
6) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat.
6. Tebal Lemak Bawah Kulit (TLBK)
1) Biceps Skinfold
a. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh
b. Pengukuran dilakukan pada titik mid point (sama pada LILA)
c. Pada sekitar 1 cm diatas titik yang telah ditandai tersebut, tarik
lipatan kulit dan jaringan lemak dibawahnya secara vertical, dan
pasang penjepit caliper dan biarkan 2 asmpai 3 detik setelah
penahan / pegas penjepit caliper dilepas
d. Biceps skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm

6
e. Baca dan catat hasil
f. Lakukan dua kali pengukuran.
2) Triceps Skinfold
a. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh
b. Pengukuran dilakukan pada titik mid point (sama pada LILA)
c. Pengukur berdiri di belakang subyek dan meletakkan telapak
tangan kirinya pada bagian lengan kearah tanda yang telah dibuat
dimana ibu jari dan telunjuk menghadap ke bawah. Tricep
skinfold diambil dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda
titik tengah tadi
d. Pasang penjepit caliper dan biarkan 2 asmpai 3 detik setelah
penahan / pegas penjepit caliper dilepas
e. Tricep skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm
f. Baca dan catat hasil
g. Lakukan dua kali pengukuran.
3) Subscapular Skinfold
a. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh
b. Tangan diletakkan kiri ke belakang
c. Untuk mendapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba sc
apula dan mencarinya ke arah bawah lateral sepanjang batas
vertebrata sampai menentukan sudut bawah scapula
d. Subscapular skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral)
kurang lebih 450 ke arah horizontal garis kulit. Titik scapula
terletak pada bagain bawah sudut scapula
e. Caliper diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk
yang mengangkat kulit dan subkutan dan ketebalan kulit diukur
mendekati 0,1 mm
f. Baca dan catat hasil
g. Lakukan dua kali pengukuran.

7
4) Suprailliac Skinfold
a. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh
b. Tandai posisi pengukuran, yaitu di atas tulang iliac
c. Tarik lipatan kulit dan lapisan lemak di bawahnya secara diagonal
d. pasang penjepit caliper dan biarkan 2 asmpai 3 detik setelah
penahan / pegas penjepit caliper dilepas
e. Baca dan catat hasil
f. Lakukan dua kali pengukuran.

G. Hasil Pengukuran :
Hasil Pengukuran
No. Parameter Pengukuran
Ufiyah Hakimah Priestiana Mugi R.
1. Berat Badan
a. Detecto 59,7 kg 45,8 kg
b. Digital/Electric 60,0 kg 46,2 kg
c. Health Smic 60 kg 46 kg
2. Tinggi Badan 165,5 cm 153 cm
3. LILA 27 cm 22 cm
4. Lingkar Perut 71 cm 70 cm
5. Lingkar Pinggang 72 cm 71 cm
6. Lingkar Pinggul 93 cm 88,5cm
7. TLBK
a. Biceps Skinfold 4 mm 3 mm
b. Tricep Skinfold 5 mm 3 mm
c. Subscapular 5 mm 2 mm
d. Suprailliaca 5 mm 4 mm
e. Total Skinfold 19 mm 12 mm

8
H. Hasil Perhitungan
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
a. Ufiyah Hakimah
IMT/ BMI : BB/(TB2)m = 59,7/1,652 = 21,9
b. Priestiana Mugi R.
IMT/ BMI : BB/(TB2)m = 45,8/1,532= 19,5
2. Waist-Hip Ratio/Ratio Pinggang-Pinggul
a. Ufiyah Hakimah
WHR = Lingkar Pinggang(cm)/Lingkar Pinggul(cm)
= 72/93 = 0,75
b. Priestiana Mugi R.
WHR = Lingkar Pinggang (cm)/Lingkar pinggul
= 71/88,5 = 0,8
3. Penilaian Klasifikasi Lemak Tubuh Menggunakan Indikator TLBK
Adapun penilaian klasifikasi lemak tubuh menggunakan indikator TLBK
dengan langkah sebagai berikut :
1) Menghitung Body Density (D) terlebih dahulu menggunakan rumus
sesuai titik TLBK, kelompok umur 20-29 tahun dan jenis kelamin
subyek perempuan, maka hasil perhitungan :
a. Ufiyah Hakimah
D = c m (log sum of skin fold)
= 1,1599 0,0717 x (log 19)
= 1,1599 (0,0717x 1,278)
= 1,1599 0,09169
= 1,06821
b. Priestiana Mugi R.
D = c m (log sum of skin fold)
= 1,1599 0,0717 x (log 12)
= 1,1599 (0,0717x 1,079)
= 1,1599 0,0774
= 1,0825

9
2) Menghitung persentase Lemak Tubuh
a. Ufiyah Hakimah
Persentase lemak tubuh = (4,95/D 4,5) x 100
= [(4,95/1,06821-4,5)]x 100
= (4,634 4,5) x 100
= 0,134 x 100
= 13,4%
b. Priestiana Mugi R..
Persentase LemakTubuh = (4,95/D 4,5) x 100
= [(4,95/1,0825-4,5)]x 100
= (4,573 4,5) x 100
= 0,073 x 100
= 7,3%

3) Menghitung Total Lemak Tubuh (Kg)


a. Ufiyah Hakimah
Total Lemak Tubuh = BB (Kg) x % Lemak Tubuh
= 59 Kg x 13,4%
= 7,9 Kg
b. Priestiana Mugi R.
Total LemakTubuh = BB (Kg) x % LemakTubuh
= 46 Kg x 7,3%
= 3,36 Kg
4) Menghitung Massa Bebas Lemak (Kg)
a. Ufiyah Hakimah
Massa Bebas Lemak = BB (Kg) Total LemakTubuh (Kg)
= 59 Kg 7,9 Kg
= 51,1 Kg
b. Priestiana Mugi R.
Massa BebasLemak = BB (Kg) Total LemakTubuh (Kg)
= 46 Kg 3,36 Kg
= 42,64 Kg

10
I. Interpretasi Hasil Pengukuran dan Perhitungan:
1) Subyek Ufiyah Hakimah
1. Indeks Massa Tubuh
Berdasarkan hasil perhitungan IMT, didapatkan hasil sebesar 21,9
maka dapat diketahui klasifikasi IMT berikut :
a. IMT Dewasa Orang ASIA
Berdasarkan hasil perhitungan IMT, sesuai dengan IMT untuk ASIA
hasil ini berada pada range antara 18,5-22,9 yang berarti termasuk
dalam kategori NORMAL. Sesuai dengan Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1 : Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 - < 18,5
Normal 18,5 22,9
Kelebihan BB tingkat ringan 23 24,9
Gemuk Kelebihan BB tingkat moderat (Obes I) > 25 29,9
Kelebihan BB tingkat berat (Obes II) > 30,0
Sumber: Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status
Gizi Secara Biokimia dan Antropometri.

b. IMT Dengan Klasifikasi KEK (Kurang Energi Kronik)


IMT dengan klasifikasi KEK (Kurang Energi Kronik) sesuai
dengan hasil di atas termasuk dalam klafikasi NORMAL karena IMT >
18,5. Sesuai dengan Tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2 : Klasifikasi Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan IMT


Klasifikasi IMT
Normal >18,5
KEK Tingkat I atau kekurusan tingkat ringan 17-18,4
KEK tingkat II atau kekurusan tingkat sedang 16-16,9
KEK tingkat III atau kekurusan tingkat berat <16,0
Sumber : WHO 2004 dan FAO 1994 dalam Gibson 2005

11
2. Status Gizi Berdasarkan LILA
Berdasarkan hasil pengukuran LILA didapatkan hasil yaitu 27 cm,
hal ini menunjukkan bahwa klasifikasi status gizi pada subyek Ufiyah
berdasarkan LILA adalah NORMAL/TIDAK MENGALAMI
KONDISI KURANG GIZI karena menurut WHO 2014 akan
mengalami kurang gizi jika LILA < 23,5 cm untuk Wanita Usia Subur
(WUS).
3. Waist-Hip Ratio (WHR)
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan WHR, maka
subyek Ufiyah dengan jenis kelamin perempuan dan kelompok umur
20-29 tahun, dengan hasil WHR 0,75 berada pada risiko MODERATE
terkena penyakit degeneratif. Hal ini sesuai dengan standar risiko
penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada jenis kelamin
perempuan dan kelompok umur 20-29 menurut Sirajuddin (2012)
bahwa risiko moderate berada pada 0,71-0,77 sesuai dengan Tabel 3 di
bawah ini :
Tabel 3. Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran
WHR pada jenis kelamin dan kelompok umur :
Jenis Kelompok Resiko
kelamin umur Low Moderate High Very high
20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94
Pria 30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96
40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00
20-29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82
Wanita 30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84
40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87
Sumber: Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi
Secara Biokimia dan Antropometri.

Selain itu hasuil pengukuran lingkar perut dihasilkan sebesar 70


cm, lingkar perut tersebut < 88 cm untuk standar wanita, berarti subyek
ufiyah tidak mempunyai resiko tinggi kelebihan/kegemukan pada perut
(WHO,2000:NIH,1998).

12
4. Penilaian Klasifikasi Lemak Tubuh Menggunakan Indikator TLBK
Penilaian klasifikasi lemak tubuh menggunakan indikator TLBK
menurut klasifikasi Lee dan Nieman (1996) dengan hasil persentase
lemak tubuh yaitu 13,4% maka subyek Ufiyah masuk dalam klasifikasi
OPTIMAL karena terletak pada 13-23%, sesuai dengan klasifikasi
persen lemak tubuh untuk wanita.

2) Subyek Priestiana Mugi R


1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berdasarkan hasil perhitungan IMT didapatkan hasil sebesar 19,5
maka dapat diketahui klasifikasi IMT sebagai berikut :
a. IMT Dewasa Orang Asia
Sesuai dengan IMT untuk ASIA (Tabel 1) maka hasil diatas
berada pada range antara 18,5-22,9 yang berarti termasuk dalam
kategori NORMAL.
b. IMT dengan Klasifikasi KEK (Kurang Energi Kronik)
Sesuai dengan hasil IMT diatas dengan klasifikasi KEK (Kurang
Energi Kronik) pada Tabel 2, IMT masuk dalam klasifikasi
NORMAL karena IMT > 18,5.
2. Status Gizi Berdasarkan LILA
Berdasarkan hasil pengukuran LILA yang telah diukur didapatkan
hasil yaitu 22 cm, hal ini menunjukkan bahwa klasifikasi status gizi
pada Priestiana adalah MENGALAMI KONDISI KURANG GIZI
karena menurut WHO 2014 akan mengalami kurang gizi jika LILA <
23,5 cm untuk Wanita Usia Subur (WUS).
3. Waist-Hip Rato (WHR)
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan WHR, maka subyek
Priestiana, jenis kelamin perempuan dan kelompok usia 20-29 tahun,
dengan hasil WHR 0,8 berada pada klasifikasi HIGH untuk kelompok
wanita, karena berada pada rentang 0,78 - 0,82. Sesuai dengan Tabel 3
di atas hal ini berarti subyek Priestiana berada pada resiko tinggi

13
terkena penyakit degeneratif misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan
penyakit degeneratif lainnya.
Selain itu hasil pengukuran lingkar perut dihasilkan sebesar 71
cm, lingkar perut tersebut < 88 cm untuk standar wanita, berarti subyek
Priestiana Mugi tidak mempunyai resiko tinggi kelebihan/kegemukan
pada perut (WHO,2000:NIH,1998).
4. Klasifikasi Persentase Lemak Tubuh Berdasarkan Indikator TLBK
Penilaian klasifikasi persen lemak tubuh berdasarkan TLBK
menurut klasifikasi Lee dan Nieman (1996) dengan hasil persentase
lemak tubuh yaitu 7,3% maka subyek Priestiana masuk dalam
klasifikasi LEAN (KURUS) karena terletak pada < 13%, sesuai dengan
klasifikasi persen lemak tubuh untuk wanita.

J. Pembahasan
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pengukuran berat badan pada praktikum kali ini menggunakan tiga
alat ukur timbangan yaitu detecto scale, timbangan digital/electric, dan
health smic. Akan tetapi pada saat perhitungan IMT, hasil berat badan
yang digunakan adalah berat badan dengan alat ukur detecto scale.
Hal ini dilakukan karena penimbangan menggunakan detecto scale
lebih akurat. Dikatakan lebih akurat karena alat ukur timbangan detecto
mempunyai sensitivitas yang tinggi karena masih bisa mendeteksi angka
desimal dibelakang koma dari kilogram, kemudian merupakan sudah hasil
dari peneraan. Selain itu juga bukan alat timbang yang menggunakan
sistem pegas. Dimana jika menggunakan sistem pegas bila digunakan
lebih dari 20 orang maka sensitivitasnya akan berkurang. Selain itu sistim
pegas juga bisa menimbulkan bias pada hasil pengukuran. Oleh karena itu
kami menggunakan hasil pengukuran dari alat timbang detecto scale dalam
menghitung IMT.
Untuk interpretasi data hasil perhitungan IMT menggunakan standar
WHO khusus orang Indonesia/ASIA, dikarenakan subyek yang diukur

14
merupakan warga negara Indonesia, sehingga hasil IMT juga di cocokkan
dengan standar khusus orang Indonesia.

15
2. WHR (Waist-Hip Ratio)
Waist-hip Ratio di ukur dari perbandingan antara lingkar pinggang
dan lingkar pinggul, yang mana hasil dari perbandingan tersebut di
cocokkan dengan standar yang ada di buku sirajuddin, seperti pada Tabel
3. Kami menggunakan standar tersebut karena standar tersebut lebih
spesifik, karena bisa membedakan klasifikasi faktor resiko penyakit
degeneratif menurut jenis kelamin dari perhitungan WHR.
Kemudian untuk tipe bentuk tubuh, berdasarkan perhitungan WHR
yang telah didapatkan kedua subyek, yaitu ufiyah hakimah dan priestiana
mugi R. mempunyai tipe bentuk tubuh yaitu Lower trunk fatness (low
WHR) atau disebut tipe peer/ gynecoid obesity.
3. TLBK (Tebal Lemak Bawah Kulit)
Pengukuran TLBK melalui bicep, tricep, subilliac, dan subscapular
menggunakan pengukuran yang asli yaitu tanpa baju, dengan melakukan
pengukuran di ruang tertutup karena itu tidak dilakukan dokumentasi,
hasil pengukurannya digunakan untuk menghitung persentase lemak
tubuh. Sedangkan pada dokumentasi pengukuran memakai baju, jadi hasil
pengukuran tidak dilakukan perhitungan.

K. Kendala Saat Pengukuran


1. Alat pengukuran terutama pada saat mengukur TLBK yang membutuhkan
waktu pengukuran lebih lama dibandingkan pengukuran lainnya yaitu
Skinfold Caliper Lange hanya ada 1 dan digunakan bersama dengan
kelompok lainnya, sehingga harus menunggu cukup lama dan bergantian
dengan mahasiswa lainnya.
2. Pengukuran TLBK membutuhkan waktu agak lama dikarenakan cukup
sulit terutama untuk membedakan otot dan lemak, agar didapatkan hasil
yang akurat.
3. Pengukuran TLBK terutama di daerah suprailliaca sangat sensitive atau
menyebabkan geli pada subyek pengukuran sehingga pengukuran
dilakukan berulang agar mendapatkan hasil yang akurat.

16
4. Tinggi badan pengukur lebih pendek daripada tingggi badan subyek yang
diukur, sehingga pengukur membutuhkan alat bantu kursi untuk melihat
hasil pengukuran pada alat (microtoise).
L. Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan pada subyek
pengukuran Ufiyah Hakimah usia 23 tahun dengan jenis kelamin
perempuan, dan Priestiana Mugi R. usia 23 tahun jenis kelamin
perempuan, Indeks Massa Tubuh (IMT) keduanya subyek
diklasifikasikan dalam kategori normal, begitu pula dengan IMT dengan
klasifikasi KEK, kedua subyek yang diukur termasuk kategori normal,
tidak berada pada status KEK. Sedangkan status gizi berdasarkan LILA
pada subyek Ufiyah menurut WHO (2014) masuk ke dalam klasifikasi
normal/tidak kurang gizi. Sedangkan ada Subyek Priestiana Mugi karena
LILA < 23,5 cm maka subyek priestiana mugi mengalami kondisi KEK.
Hasil pengukuran WHR subyek Ufiyah yaitu 0,75 berada pada risiko
moderate terkena penyakit ndicator ve karena berada pada 0,71-0,77.
Sedangkan pada subyek priestiana masuk pada klasifikasi High yang
berarti mempunyai resiko tinggi mengalami penyakit degenerative. Dan
lingkar perut kedua subyek <88 cm mempunyai resiko rendah terjadi
kelebihan/kegemukan pada perut. Penilaian klasifikasi lemak tubuh
menggunakan ndicator TLBK dengan klasifikasi Lee dan Nieman,
subyek Ufiyah masuk dalam kategori optimal. Sedangkan subyek
Priestiana Mugi masuk dalam kategori Lean (kurus).

17

Anda mungkin juga menyukai