Inspirasi Spiritual
Sebuah Ensiklopedi Dasar
oleh Markus Hildebrandt Rambe
20
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
masyarakat dam bagaimana bertindak baik xDari segi spiritualitas, simbol-simbol tidak hanya
sesuai dengan etika masyarakat tersebut. memiliki fungsi horisontal (memaknai dan
Individu yang dibesarkan dan hidup dalam mengatur hubungan antarmanusia), namun juga
sistem simbol tertentu memperoleh kepastian fungsi vertikal (menjalin hubungan dengan yang
Inspirasi Spiritual
bertindak dan identitas dalam arti tidak perlu lagi transenden, dengan Tuhan), dan
mempersoalkan atau merefleksikan setiap mengintegrasikan keduanya. Simbol-simbol
langkah dan setiap situasi kehidupan, karena mengekspresikan pandangan tentang dunia dan
sistem simbol sudah memberi makna dan “jalur kosmos dan merelevansikannya dalam
bertindak” yang diterima bersama. Dengan kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Menurut
demikian, simbol-simbol juga membantu C. Geertz, simbol-simbol mengungkapkan
menegakkan tatanan yang dimiliki sebuah kongruensi dan kesesuaian antara gaya hidup
masyarakat atau budaya. Clifford Geertz melihat dan tatanan universal, mensintesiskan dan
fungsi simbol (terutama simbol agama) sebagai mengintegrasikan “dunia sebagaimana dihayati
pengejawantahan kebudayaan dan “sarana dan dunia sebagaimana dibayangkan” (dikutip
manusia untuk menyampaikan, mengabdikan, Dillistone, hlm. 116). M. Eliade (bdk. Dillistone,
dan mengembangkan pengetahuan mereka hlm. 142-145) menyebut dua fungsi simbol yang
serta sikap-sikap mereka terhadap hidup”, utama sebagai “pemaduan dan pendamaian”.
sehinggga “berfungsi mensintesiskan etos suatu “Simbol menunjuk lebih jauh dari dirinya sendiri
bangsa” (dikutip Dillistone, hlm 116). kepada yang-kudus, dunia realitas tertinggi,
Untuk memenuhi fungsi-fungsi tersebut, sistem ‘hidup yang lebih mendalam, lebih misterius dari
simbol sebuah masyarakat harus memiliki pada apa yang diketahui melalui pengalaman
stabilitas, tetapi tidak berarti ia merupakan hal sehari-hari’ … ‘Simbol keagamaan
yang statis; sebaliknya untuk tetap relevan, ia memungkinkan manusia untuk menemukan
selalu harus mengalami perubahan-perubahan kesatuan tertentu Dunia dan pada saat yang
yang dinamis (dari yang kecil sampai pergeseran sama membukakan kepada dirinya sendiri
paradigma yang lebih menyeluruh), misalnya tujuan hidupnya yang semestinya sebagai
berhubungan dengan perubahan konteks alam, bagian integral Dunia itu.’”
politik, sosial-ekonomi, pengalaman dsb.; terjadi
Pentingya Simbol dalam beragama
proses transformasi timbal-balik, di mana
simbol-simbol mempengaruhi dan mengubah Agama selalu berhadapan dengan sebuah dialektika
manusia (secara individu dan kelompok), dan atau paradoks: Melalui gambar kita tidak bisa
manusia (dalam interaksi individu dan kelompok) berbicara tentang ALLAH, karena Allah tidak bisa
mempengaruhi dan mengubah simbol-simbol. digambarkan dengan apapun. Namun tanpa
Fungsi simbol berada dalam tegangan kreatif gambar, kita tidak bisa BERBICARA tentang Allah,
antara tatanan dan kebebasan. karena komunikasi manusia hanya mungkin dengan
menggunakan gambar, simbol dan metafor manu-
xSecara psikologis, banyak simbol mudah
siawi. “Hanya satu pernyataan nonsimbolis dapat
dimengerti oleh setiap manusia tanpa
dibuat tentang Allah dan itu adalah bahwa Allah itu
memerlukan rasionalisasi atau penjelasan yang
Sang Ada sendiri” (P. Tillich/Dillistone, hlm. 124).
rumit, karena simbol-simbol itu berangkat dari
pengalaman hidup yang esensial (pengalaman Dalam pengakuan iman agama Kristen, Allah sendiri
sehari-hari, fenomena-fenomena alam dsb.), berinisiatif untuk mengatasi paradoks tersebut. Ia
karena merupakan milik bersama sebuah menciptakan manusia dalam citraNya (sebagai
masyarakat, atau mungkin bahkan karena ada gambar Allah, Kej 1:27) dan FirmanNya “menjadi
simbol-simbol dasar yang sudah “tertanam” daging” (inkarnasi, Yoh 1:14) dalam Yesus Kristus.
dalam jiwa setiap manusia tanpa disadari Meskipun Alkitab melarang untuk mereduksi Tuhan
(Psikolog C.G. Jung menyebut simbol-simbol kepada simbol-simbol atau bahkan menyembah
tersebut sebagai “arketipe” yang muncul dari gambar-gambar (“idolatri”, Kel 20:4-5), simbol-simbol
“alam bawah sadar kolektif”). Yang jelas, simbol- dalam Alkitab sangat penting. Alkitab penuh dengan
simbol dapat menyentuh dan menggerakkan bahasa simbolis dan metaforis, karena kasih dan
manusia secara mendalam dan holistik, keselamatan Allah bermanifestasi dalam ciptaannya,
melibatkan bukan hanya intelektual, namun juga dalam peristiwa sejarah tertentu, pada tempat-
dimensi emosional, spiritual dan jasmani (sering tempat tertentu, melalui orang-orang tertentu. Allah
melibatkan lebih dari satu indera). berkehendak menyatakan diriNya dalam sejarah.
Dengan demikian, simbol-simbol religius dapat
dipahami sebagai jejak, cermin atau “tanda tangan
21
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
imanensi Allah” (L. Macneice, dikutip Dillingstone, mungkin kita sadari tanpanya”, yaitu “apa yang
hlm. 19), tempat di mana dunia imanen dan dunia menjadi dasar keberadaan. Ia menunjuk kepada apa
transenden bersentuhan. Yesus sendiri dalam yang menjadi ultimate concern” (Tillich, hlm 110).
perumpamaan-perumpamaanNya menggunakan Dengan demikian, simbol religius 1.) mengantar
Inspirasi Spiritual
analogi-analogi simbolis, dan seluruh kehidupan, kehadiran spiritual dengan “mengambil bagian
tindakan, pewartaan, penderitaan dan bahkan dalam daya kekuatan dari apa yang disimbolkannya,
kematian dan kebangkitan Yesus tidak hanya diyakini dan oleh karenanya menjadi medium Roh”, 2.)
sebagai realitas historis, tetapi menjadi simbol yang “membukakan kepada manusia adanya tingkat-
menunjuk kepada realitas Kerajaan Allah. tingkat realitas yang tidak dapat dimengerti dengan
cara lain”, dan 3.) Membuka dimensi-dimensi roh
Kebenaran yang dapat diekspresikan oleh agama
batiniah manusia sehingga terwujudlah suatu
dan direfleksikan dalam ilmu teologi adalah kebena-
korespondensi atau korelasi dengan segi-segi
ran yang tidak terletak pada fakta-fakta sejarah
realitas tertinggi. (bdk Dillistone, hlm 127)
(pemahaman harafiah, faktual, menggunakan
evidensi, bukti, berlaku mutlak), melainkan pada Dari mana simbol-simbol religius berasal?
pengakuan-pengakuan simbolis dan parabolis
Jawaban atas pertanyaan ini dapat mengandung
(kebenaran rohani yang ditafsirkan/ diinterpretasi,
tiga unsur, yang tidak merupakan alternatif (dalam
kesaksian manusia, berlaku kontekstual). Ini juga
arti harus memilih salah satu), namun peranannya
yang ditekankan R. Bultmann dengan melakukan
dapat ditekankan secara berbeda-beda:
“demitologisasi” terhadap simbol-simbol religius,
terutama dalam teks-teks Perjanjian Baru: Kesaksian- xKegiatan Allah: Simbol-simbol religius
kesaksian yang bersifat mitos dan simbolis tidak diwahyukan Allah dan merupakan hasil proses
boleh dimutlakkan sebagai kebenaran historis- manifestasi dan inkarnasi Allah dalam sejarah
faktual yang ditafsirkan secara harafiah (literalisme), manusia. Pengalaman manusia tentang
namun harus dipahami sebagai mitos (dalam arti perjumpaan dengan “Yang Kudus” menjadi titik
positif sebagai kebenaran simbolis). Jadi tidak ada tolak simbolisme. Banyak cerita atau “genealogi”
gunanya berusaha untuk mengkritik atau dalam Alkitab menjelaskan asal-usul sebuah ritus,
membubarkan sebuah mitos atau simbol “sebagai nama, simbol berhubungan dengan sebuah
ketidakbenaran historis, ilmiah atau psikologis. peristiwa wahyu atau campur tangan Allah.
Kritisisme seperti ini berusaha mengkritik simbol-
xKegiatan manusia. Manusia (secara individu dan
simbol pada tingkat yang non-simbolis, dan tidak
atau secara kolektif-budaya) yang menciptakan
satu simbol pun dapat dikritik pada tingkat yang non-
atau paling tidak memberi makna kepada simbol-
simbolis. Jika sebuah simbol dikritik, ia harus dikritik
simbol religius. Ada dua ekstrim memahami
dalam rangka makna simbolis” (Tillich 113).
peranan manusia ini: apakah simbol religius
Theolog protestan yang meletakkan dasar yang hanya merupakan hasil dugaan manusia tentang
paling penting untuk menemukan kembali peranan sesuatu yang sebenarnya tidak eksis, semacam
simbol-simbol agama dalam dunia modern adalah hayalan atau “proyeksi” (Feuerbach, Marx)? Atau
Paul Tillich. Ia mendefinisikan: “Simbol keagamaan sebuah respon manusia terhadap realitas ilahi
dibedakan dari simbol-simbol yang lain oleh dan perjumpaan dengannya, sehingga manusia
kenyataan bahwa simbol keagamaan merupakan dapat memaknai dan, mengembangkan simbol-
representasi dari sesuatu yang sama sekali ada di simbol itu, tetapi tidak dapat menciptakannya
luar bidang konseptual; simbol keagamaan menun- maupun menghancurkannya (Tillich).
juk kepada realitas tertinggi yang tersirat dalam
“Ter
x“T tanam” di dalam manusia. Kemampuan
ertanam”
er
tindak keagamaan, kepada apa yang menyangkut
manusia untuk merespon terhadap realitas ilahi
diri kita pada akhirnya” (dikutip Dillistone, hlm 127).
dan pengalaman rohani melalui ekspresi-ekspresi
Bukan realitas ilahi sendiri yang dapat menjadi objek
simbolis adalah bagian dari kejiwaan manusia,
konseptualisasi, penjelasan dan kritik oleh ilmu
dan dapat dipahami sebagai bagian dari rencana
teologi, melainkan hanya simbol keagamaan itu,
penciptaan Allah. Simbol-simbol itu muncul dari
yang mengekspresikan “apa yang menjadi isi semua
alam bawah sadar manusia dan diekspresikan
agama, dasar semua pengalaman religius dan
dalam agama. Menurut C.G. Jung, alam bawah
fondasis semua teologi, yaitu perjumpaan antara
sadar manusia memiliki dua lapisan, yaitu alam
Allah dan manusia”. Fungsi dan kekuatan simbol-
bawah sadar individual yang isinya dibentuk oleh
simbol religius adalah “membuka tingkat-tingkat
pengalaman-pengalaman pribadi yang
realitas yang akan tertutup tanpanya, dan membuka
digeserkan ke bawah sadar, dan alam bawah
tingkat-tingkat pemikiran manusia yang tidak
sadar kolektif (collective unconsciousness) yang
22
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
isinya merupakan warisan yang dimiliki semua antara keduanya dimungkinkan. Simbol tidak
manusia sebagai bagian dari kodratnya. Adanya memiliki kuasa tersendiri, namun dipahami
alam bawah sadar itu bisa menjelaskan sebagai manifestasi kuasa ilahi; di dalam atau
kenyataan bahwa baik dalam mimpi-mimpi melalui simbol, kuasa ilahi hadir dan manusia
Inspirasi Spiritual
individual maupun dalam budaya-budaya dan dapat berpartisipasi di dalamnya, namun tidak
agama-agama yang berbeda, muncul motif-motif dapat memanipulasinya. Pemahaman seperti ini
yang sama tanpa adanya hubungan tradisi satu dapat disebut rohani atau mistis
mistis, karena secara
sama lain atau diakibatkan oleh pengalaman “rahasia” (=mystic) atau secara tidak dapat
konkret. Simbol-simbol dasar yang terdapat dalam dipahami secara penuh oleh akal manusia, dalam
“ingatan kolektif” setiap manusia itu disebut simbol kuasa ilahi menyatu dengan dunia,
“arketip”. sehingga manusia dapat mengalaminya,
mengekspresikannya dan dikuatkan secara
Kuasa Simbol?
spiritual. Menurut P. Tillich, simbol religius
Secara garis besar, dapat ditemukan tiga “mengambil bagian dalam kekudusan yang kudus
pemahaman yang berbeda tentang kuasa simbol itu sendiri, yang kepadanya ia menunjuk. Simbol-
dalam konteks ibadah dan keagamaan: simbol religius bukanlah kudus pada dan karena
dirinya sendiri, melainkan melalui partisipasinya di
xSimbol dipahami sebagai sesuatu yang memiliki
dalam apa yang kudus pada dirinya sendiri, yaitu
kuasa tersendiri dan dapat digunakan oleh
dasar semua kekudusan. Partisipasi ini memberi
manusia dalam ritual-ritual tertentu untuk
makna kepada simbol-simbol religius, tetapi pada
mempengaruhi kehendak kuasa-kuasa
waktu yang sama membatasi maknanya. Sebuah
transenden (Tuhan, roh-roh dsb.) dan nasibnya
buku yang suci, suatu bangunan yang suci,
sendiri. Pemahaman seperti ini bersifat magis, di
seseorang yang suci - bukanlah mereka sendiri
mana simbol menjadi alat di tangan manusia
yang suci ...” namun “mengambil bagian dalam
(atau orang-orang tertentu) untuk membuat dewa-
kekuasaan dari apa yang ditunjuknya” (Tillich 110).
dewi berkehendak baik kepadanya, untuk
Pemahaman ingin menjadi koreksi terhadap
memulihkan kembali keseimbangan kosmos dan
bahaya idolatri dan praktek-praktek magis
atau untuk memanipulasi nasibnya sendiri atau
(misalnya dalam praktek perjamuan kudus gereja
nasib orang lain menjadi baik (“white magic”) atau
Katolik Roma pada abad pertengahan) maupun
buruk (“black magic”). Pemahaman seperti ini
terhadap reduktionisme dan rasionalisme (seperti
terutama ditemukan dalam agama-agama lokal
kecenderungan dalam tradisi Kalvinis untuk
(agama tradisional, agama suku); tradisi teologi
mengeliminasi simbol-simbol dari protestantisme,
Kristen dengan tegas menolak pemahaman magis
juga disebut ikonoklasme, “pemecahan gambar-
ini, meskipun dalam sejarah spiritualitas Kristen,
gambar”).
pemahaman dan praktek seperti itu masih sering
ditemukan (misalnya Æ salib dalam Abad xMenurut pemahaman rasionalis, simbol-simbol
Pertengahan dipahami sebagai alat magis untuk religius tidak memiliki kuasa sama sekali. Oleh
menyembuhkan, mengusir setan atau karena itu, mereka “hanya simbol” dalam arti
memenangkan perang; atau Æ roti dan anggur merupakan sekedar tanda-tanda untuk fungsi
dalam spiritualitas warga gereja kadang-kadang intelektual dan komunikatif saja. Simbol-simbol
dilihat sebagai sesuatu yang memiliki kekuatan hanya mengingatkan kita pada kebenaran-
magis; dalam gerakan-gerakan karismatik kebenaran iman tertentu, namun tidak mengakui
kontemporer juga terdapat kecenderungan untuk bahwa Tuhan bekerja atau hadir melaluinya.
memahami Æ doa sebagai sesuatu yang memiliki Pemahaman ini juga dapat disebut reduksionis-
kekuatan manipulatif terhadap Tuhan kalau me, karena mereduksi simbol pada fungsi
dilakukan dengan cara dalam jumlah tertentu). intelektualis dan moralis, dan mungkin dapat
Pemahaman ini juga mengandung bahaya idolatri dilihat sebagai reaksi berlebihan dalam rangka
(idol=gambar; latri=penyembahan), yaitu simbol ingin menolak dan menghindari dengan tegas
menggantikan tempat ilahi atau menjadi identik segala bentuk pemahaman magis terhadap
dengan realitas yang diwakili dan disembah simbol. Rasionalisme ini yang menjadi dominan
sebagai sesuatu yang memiliki kekuasaan dalam teologi protestan, khususnya aliran kalvinis,
tersendiri). sampai abad ke-20, dalam dekade-dekade akhir-
akhir ini semakin menyadari kembali pentingnya
xSimbol dipahami sebagai tempat di mana “dunia
keterbukaan terhadap dimensi-dimensi lain
bawah” (realitas duniawi) dan “dunia atas”
simbolisme agama, baik dalam teologi, liturgi dan
(realitas transenden) bersentuhan dan komunikasi
pendidikan agama.
23
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
Hidup-matinya simbol dan penghayatan simbol-simbol kristiani secara lebih
mendalam. Paul Tillich, meskipun melihat banyak
P. Tillich telah menegaskan, bahwa simbol-simbol
hambatan dalam tradisi protestan yang telah
religius tidak bisa sengaja diciptakan atau dimatikan,
kehilangan sebagian besar dunia simbol, optimis
Inspirasi Spiritual
24
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
Bagian kedua: Simbol A-Z
Inspirasi Spiritual
Air Kitab Suci orang Kristen,
yaitu Alkitab (Perjanjian Lama
Air adalah sumber kehidupan, tetapi dan Perjanjian Baru), dapat
sekaligus dapat mengancam kehidupan digambarkan sebagai buku
(banjir, badai di laut...). Air juga berfungsi atau gulungan kitab (biasa
untuk mencuci atau membersihkan. dalam ibadah Yahudi) dan merupakan simbol Firman
Dalam Alkitab, simbol ini sering dihubungkan Allah. Alkitab menjadi dasar semua kegiatan ibadah
dengan berkata bahwa Allah sebagai sumber mata (bdk prinsip protestan “sola scriptura”). Namun
air, kesegaran atau sumber kehidupan dan keadilan, Alkitab sendiri perlu juga penafsiran yang
dan bahwa Yesus memberi air yang hidup (Yoh 4:14). bertanggung jawab dan kontekstual dalam ibadah,
karena merupakan kesaksian manusia dan bukan
Yesus juga membasuh kaki murid-muridNya dengan Firman Allah dalam arti yang literal, yang langsung
air sebagai tanda pelayanan dan pembersihan dari “jatuh dari langit”, sehingga ayat-ayatnya selalu
dosa. Murid-muridNya dipanggil untuk berbuat hal perlu dipahami berhubungan dengan konteksnya
yang sama (Yoh 13:15). Namun ritus pembasuhan dan berdasarkan makna simbolisnya. Dalam
kaki masih jarang dipraktekkan dalam ibadah pemahaman Kristen, Firman Allah tidak “menjadi
protestan. buku” dalam arti yang statis (biblisisme, penafsiran
Air menjadi simbol inti sakramen baptisan sebagai yang harafiah), tetapi “menjadi daging” (Yoh 1) dalam
tanda penbersihan (dari dosa, dari kuasa maut); arti yang dinamis dan hidup. Artinya, Firman Allah
“adam lama” ditenggelamkan dalam air baptisan, terjadi dalam kehidupan manusia dan Alkitab adalah
dan “adam baru” dilahirkan. Air ini juga menjadi sumber utama untuk menemukan dan memahami
tanda penerimaan Roh Kudus yang menyatukan kita relevansi Firman Allah yang hadir dalam kehidupan
dalam tubuh Kristus, dan tanda anugerah Allah yang kita. Jika dalam ibadah kata-kata yang disampaikan
dikaruniakan kepada kita tanpa prasyarat. Air disini oleh manusia (pembacaan Alkitab, penafsiran,
adalah simbol yang membuat kita merasakan apa khotbah dsb.) disebut “Firman Allah”, maka ini harus
yang dilakukan oleh Allah sendiri, dan tidak dipahami secara simbolis juga: Dalam arti faktual-
dipahami secara “magis”, sehingga tidak tergantung harafiah kata-kata tersebut merupakan tetap firman
pada cara atau kuantitas air (hanya tiga tetes “dalam manusia yang harus ditafsirkan secara kontekstual
nama Bapa, anak dan Roh Kudus”, atau dengan dan kritis dan dipertanggungjawabkan secara
menenggelamkan seluruh tubuh seperti dipraktekkan teologis oleh manusia, namun dalam fungsi
dalam gereja mula-mula dan oleh beberapa simbolisnya ia menunjuk keluar dari dirinya sendiri
denominasi sampai sekarang). Baptisan juga tidak kepada karya keselamatan Allah, dan melaluinya
berfokus pada formalitas (“masuk Kristen”) atau Allah dapat hadir dan bicara kepada kita.
pertobatan manusia (seperti ditekankan dalam
Altar
baptisan dewasa), tetapi pada karya keselamatan
Allah sendiri (yang tentu saja tidak terbatas kepada Altar gereja mengingatkan baik
mereka yang telah menerima ritual gereja tersebut). pada tempat persembahan
korban dalam Perjanjian Lama
Alfa dan Omega maupun pada meja perjamuan
Alfa ($) dan Omega (:) adalah huruf Paskah Yesus dengan murid-
pertama dan huruf terakhir alfabet muridnya pada malam sebelum
Yunani dan biasanya digunakan ia disalibkan. Penggunaan altar baik sebagai meja
sebagai simbol kekekalan Allah dan perjamuan kudus maupun sebagai tempat
kuasa Kristus dari penciptaan sampai persembahan (kolekte) masih mencerminkan makna
pada akhirat (Why 22:13 “Aku adalah Alfa dan ganda tersebut. Selain itu, altar biasanya dihias
Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang dengan simbol-simbol lain seperti salib, alkitab, lilin,
Awal dan Yang Akhir”). Kedua huruf ini sering bunga dsb.; Dalam arsitektur gereja, altar sering
digabung dengan simbol-simbol lain, misalnya salib ditempatkan langsung di depan atau di bawah
(kekekalan karya keselamatan dalam Yesus Kristus) mimbar untuk menekankan kesatuan antara
atau Alkitab (kekekalan Firman Allah). sakramen (perjamuan kudus/altar) dan firman (Æ
khotbah/mimbar).
25
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
Anggur Æ Roti dan Anggur 7 juga punya peran yang penting (7 jemaat, buku
dengan 7 materai). Gereja Katolik mengenal 7
Angin
sakramen (gereja protestan hanya dua diakui
Angin tidak dapat dilihat dan sebagai sakramen, yaitu ekaristi dan baptisan)
Inspirasi Spiritual
1 70
Angka-angka
40 (empat puluh): Simbol percobaan: Air bah
Simbolisme angka dalam Alkitab berlangsung 40 hari (Kej 7); Musa tinggal di gunung
adalah tema yang sangat luas. Disini
hanya penjelasan singkat tentang 12 Sinai selama 40 hari; Israel dalam Eksodus berada di
padang gurung selama 40 tahun (Kel); Ninive diberi
beberapa angka yang sering muncul berhubungan 40 hari untuk bertobat (Yun 3:1-5); setelah dibaptis
dengan ibadah: Yesus berpuasa selama 40 hari dan dicobai iblis di
padang gurung; setelah kebangkitanNya, Yesus
1 (satu): Simbol keesan Allah (Ul 6:4), kesatuan Yesus
masih hadir 40 hari di bumi sebelum naik ke surga
dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, dan juga
(Kis 1:3). Dalam kalender liturgis (Æ tahun gerejawi),
keesaan gereja dalam satu tubuh Yesus Kristus.
keempat puluh hari sebelum paskah adalah masa Æ
2 (dua): Sebagai simbol sifat berpasangan atau puasa dan sengsara.
ganda, secara khusus untuk dua sifat Yesus (ilahi
70 (tujuh puluh): mengandung angka suci 7 dan 10
dan manusia).
(7x10=70) dan mensimbolkan sesuatu yang lengkap.
3 (tiga): terutama digunakan sebagai Simbol Dalam Maz 90:10, berkat umur panjang manusia
ÆTrinitas (lihat Trinitas). Tiga sering digunakan adalah 70 tahun; 70 tahun bangsa Israel ada dalam
sebagai sesuatu yang utuh dan lengkap, misalnya pembuangan di Babel (Yer 25:12). Lukas menyebut 70
iman, harapan dan kasih sebagai tiga hal terpenting murid yang diutus setelah pengutusan ke-12 murid
(1 Kor 13:13) atau Tripanggilan gereja, yaitu bersekutu (Luk 10:1). 70 kali 70 kali kita harus mengampuni
(NRLQRQLD?koinonia), melayani (GLDNRQLDdiakonia) orang lain (Mat 18:22). Penerjemahan pertama
dan bersaksi (PDUWXULDmartyria). Perjanjian Lama ke dalam bahasa Latin pada abad
pertama dan kedua s.M. disebut “Septuaginta” (dari
4 (empat): Sering dipakai sebagai simbol keempat Æ
kata bhs. Latin untuk 70) karena diterjemahkan oleh
Injil: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes; tetapi juga
sekitar 70 penerjemah.
untuk keempat mata angin atau keempat unsur bumi
(tanah, udara, api dan udara). Empat juga berarti 1000 (seribu): Simbol kekekalan atau mewakili jumlah
sesuatu yang utuh dan lengkap. yang tidak dapat dihitung (jadi tidak dimaksud
secara harafiah, lihat Why 20)
7 (tujuh): Simbol kesempurnaan; pada hari ketujuh
Allah beristirahat dan menyempurnakan penciptaan- Api
Nya; hari sabat sebagai hari ketujuh adalah hari
Simbol api mempunyai pelbagai arti dalam
istirahat untuk semua ciptaan dan hari yang harus
alkitab. Dalam Perjanjian Lama, api sebagai
dikuduskan. Setiap tujuh tahun adalah tahun sabat
simbol keagungan Allah (mis. pada
dan sesudah 7 kali 7 tahun dirayakan “tahun yobel”
perestiwa Eksodus) dan sebagai alat
di mana semua utang dihapus dan tanah dibagikan
pencobaan dan penghakiman. Dalam
kembali secara adil. Paulus bicara tentang 7
gereja api paling sering dihubungkan
anugerah Roh Kudus, dan dalam kitab wahyu angka
26
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
dengan peristiwa pentakosta, di mana api (yang dalam ruang ibadah atau pada gedung gereja tidak
tidak membakar) menjadi simbol Roh Kudus. Api dan lazim atau bahkan ditolak sama sekali, untuk
cahayanya juga dipandang sebagai simbol menekankan pemisahan antara kepentingan-
kehidupan dan pembersihan diri manusia (Yes 6:6-7; kepentingan politik dan misi universal gereja.
Inspirasi Spiritual
penghapusan dosa dlm korban kebakaran). Sebuah
Berkat
simbol alkitabiah yang berhubungan erat dengan api
adalah abu. Ini adalah simbol penyesalan/ Berkat adalah tindakan simbolis dalam
pertobatan yang dipakai khususnya dalam tradisi liturgi melalui kata-kata dan gerakan
katolik (ibadah masa pra paskah). Penggunaan asap tubuh (misalnya angkat Æ tangan atau
dan bau kemenyan (dupa-dupa) dalam ibadah juga menyentuh kepala) untuk menguatkan orang
ter-uta-ma digunakan dalam tradisi katolik dan yang diberkati untuk perjalanan dan
ortodoks. kehidupan yang akan datang dan
mensimbolkan kekuatan, perlindungan dan
Ayam Jantan
bimbingan Allah yang akan menyertainya. Berkat
Ayam jantan berkokok dalam ibadah Kristen tidak dipahami sebagai
menyongsong fajar dan dengan sesuatu yang memiliki kekuatan magis, namun
demikian menjadi simbol paskah merupakan lebih dari sekedar mengucapkan
dan pengharapan eskatologis secara selamat dan memohon berkat Tuhan, karena diyakini
umum. Dalam Injil (Mat 26:69-75) Petrus bahwa di dalam dan melalui berkat ini Allah sendiri
diingatkan oleh suara ayam jantan bahwa ia telah hadir melalui Roh Kudusnya. Dalam gereja protestan,
menyangkal Yesus seperti telah dinubuatNya, berkat boleh diberikan oleh semua orang percaya,
sehingga simbol ayam jantan yang menghias bukan hanya oleh seorang pendeta (pemahaman
banyak gereja juga memanggil kita untuk bertobat bahwa majelis hanya memohon berkat saja dan
dari praktek kehidupan yang menyangkal Yesus dan hanya pendeta boleh mengangkat tangannya dan
kasihNya. Ayam jantan sebagai simbol perlawanan memberkati tidak beralasan). Yang diberkati adalah
dan kehebatan maskulin seperti ditekankan dalam manusia, dan jika berkat dihubungkan dengan
beberapa budaya Indonesia (misalnya Sulawesi barang atau benda (misalnya makanan, gedung
Selatan) tidak digunakan dalam tradisi Kristen. gereja dsb.), pada intinya yang diberkati adalah
fungsinya bagi kehidupan manusia pula. Oleh
A wan
Awan
karena itu, pemberkatan alat-alat perang (senjata)
Awan mensimbolkan kehadiran secara teologis tidak dapat dibenarkan. Bentuk-
Allah (yang menyertai Israel bentuk khusus pemberkatan adalah misalnya
dalam keluaran dari Mesir, Kel. Berkat yang dihubungkan dengan pengutusan
13:21; 19:9; 24:15-16; bdk Mat 17:5 pada setiap akhir ibadah;
par.) dan juga dihubungkan dengan kenaikan Yesus
Sidi, yaitu pengakuan iman dewasa dan pember-
(Kis 1:9) dan kedatanganNya yang kedua kali (1 Thes.
katan untuk perjalanan sebagai seorang dewasa
4:17; Why 1:7).
dalam iman yang telah dibina sebagai anggota
Bahasa Roh Æ Doa gereja dengan semua hak dan kewajiban;
Baptisan Æ Air Pemberkatan nikah; perlu dicatat bahwa orang
tidak dapat “menikah” di gereja, melainkan
Bendera pernikahan yang telah disahkan sebelumnya
Tidak ada bendera khusus yang misalnya oleh catatan sipil dapat diberkati;
digunakan sebagai simbol dengan demikian, pemberkatan nikah tidak
agama kristen, namun banyak “mengesahkan” pernikahan (oleh karena itu,
negara dan institusi-institusi lain dalam gereja protestan tidak merupakan
terutama menggunakan simbol sakramen seperti dalam gereja katolik), namun
Æ salib dalam bendara atau lambang mereka untuk menguatkan cinta kasih dan komitmen kehidupan
mensimbolkan nilai-nilai Kristiani sebagai dasar suami-istri melalui berkat Allah dan doa syafat
identitas negara atau kelompok, meskipun hal ini jemaat. Namun berkat Allah tidak dapat diikat
juga dapat dinilai sebagai penyalahgunaan simbol atau dibatasi pada orang yang “diberkati” secara
agama yang “mengatasnamakan Tuhan” demi resmi dalam gereja, karena berkat Allah menyertai
kepentingan tertentu. perjalanan manusia tidak tergantung pada simbol
ritus pemberkatan nikah. Kesatuan antara laki-laki
Dalam kebanyakan gereja dan negara, pemasangan dan perempuan yang mendalam, bertanggung
simbol-simbol negara seperti bendera nasional
27
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
jawab dan sejajar sesuai dengan rencana Simbol bintang ini mewakili Yesus sebagai terang,
penciptaan Allah tidak boleh dipisahkan oleh sebagai raja dan sebagai bintang kejora (bintang
manusia (Mat 19:6), dan kesatuan ini diwujudkan timur); simbol bintang paling sering digunakan
dalam ikatan perkawinan suami-istri sebagai dalam perayaan Natal dan Epifanias.
Inspirasi Spiritual
Inspirasi Spiritual
doa dalam ibadah tidak hanya membutuhkan Domba
perhatian intelektual dengan rumusan kata-kata
Domba adalah binatang yang
yang indah, namun juga keterbukaan emosional dan
dalam tradisi Israel sering
spiritual.
digunakan dalam ritus korban
Dalam pemahaman teologi Kristen, doa tidak dan terkait erat dengan liturgi
memiliki kuasa magis dalam arti dapat paskah orang Yahudi. Dalam
memanipulasi nasib atau kehendak Tuhan, namun agama Kristen, domba (atau
l
juga tidak sekedar mengeluarkan isi hati untuk anak domba) menjadi simbol
menyenangkan diri atau saling menguatkan. Diyakini untuk Yesus Kristus yang melalui pengorbananNya di
bahwa dalam dan melalui doa, tercipta hubungan kayu salib menghapus dosa dunia dan menjadi
komunikasi yang riil dengan Tuhan, bahwa Tuhan sumber pendamaian antara Allah dan dunia dan
hadir, mendengar dan memberi kekuatan di antara manusia. Yesus adalah “Anak domba Allah
dalamnya, dan bahwa orang yang berdoa dengan (bhs. latin: agnus dei) yang menghapus dosa dunia”
sunguh-sunguh, akan merasakan bagaimana Tuhan (Yoh 1:29; bdk. Yes 53:7 tentang hamba Tuhan yang
mendengarkan, menjawab dan memenuhi janjiNya menderita). Simbol domba sering dilengkapi dengan
dan memberkati kita dalam kehidupan kita. Doa simbol salib dan Æ bendera kemenangan yang
tidak dimaksud untuk menggantikan tanggung berarti bahwa melalui kematian dan kebangkitan
jawab manusia untuk melakukan yang baik (sesuai Yesus telah mencapai kemenangan atas kuasa dosa
ungkapan bahasa Latin, ora et labora, “berdoalah dan maut (“domba paskah”). Kemenangan itu
dan bekerjalah”), dan membutuhkan kesiapan dicapai bukan dengan menggunakan kekerasan,
bahwa mungkin saja jawaban dan kehendak Tuhan tetapi justru melalui kelembutan, kasih, kerendahan
akan berbeda dengan kehendak kita atau apa yang dan penderitaan.
dapat dimengerti oleh manusia.
Di sisi lain domba juga dipakai sebagai simbol untuk
Dalam ibadah ada berbagai bentuk doa sesuai manusia atau umat Allah, dan Allah atau Yesus
dengan fungsinya dalam liturgi, misalnya doa dilihat sebagai gembala yang baik (bdk Mzm 23; Yoh
pembukaan, doa pengakuan dosa, kirie (kyrie eleison 10:11 dan banyak perikop yang lain). Di sini Yesus
= “Tuhan kasihanilah kami”), doa pembacaan Firman, kadang-kadang digambarkan menggendong seekor
doa persembahan, doa syafaat dsb.; dalam Mat. 6 anak domba (bdk perumpamaan “domba yang
Yesus mengingatkat kita bahwa doa tidak hilang” Lk 15:1-7).
memerlukan banyak kata (tidak harus menyebut
Ekaristi Æ Roti dan Anggur
semua masalah atau orang satu per satu), apa lagi
dilakukan dengan kemunafikan atau untuk mencari Firman Æ Alkitab
muka; Doa Bapa Kami diberikanNya sebagai doa
Garam
yang sangat sederhana namun dengan makna yang
paling lengkap, mendalam dan kuat, yang sekaligus Garam dalam kehidupan sehari-
mensimbolkan kesatuan antara semua orang Kristen hari memiliki tiga fungsi dasar:
dalam Æ Tubuh Kristus sebagai doa bersama. membumbui (memberi rasa yang
Pertanyaan apakah doa juga bisa atau harus enak kepada makanan),
dilakukan misalnya dengan bahasa Roh – yang mengawetkan (menghindari
dalam gerakan Karismatik dipahami sebagai bukti sesuatu dari pembusukan) dan
anugerah Roh Kudus yang diterima orang yang telah memulihkan (sebagai obat
menyerahkan hidupnya secara penuh kepada Tuhan desinfeksi, diare dll.); Yesus dalam Mat
– adalah masalah yang sebenarnya tidak terlalu 5:13 menyebut pengikut-pengikutnya sebagai
penting dalam teologi Kristen, meskipun selalu “garam dunia” sebagai simbol misi yang harus
menimbulkan banyak kontroversi. Hal yang sama mereka lanjutkan di tengah-tengah dunia,
juga berlaku untuk doa penyembuhan atau doa membawa berkat yang dapat dirasakan, memelihara
pengusiran setan (eksorsime) yang tidak akan dan memulihkan dunia. Simbol ini menguatkan para
diterima oleh gerja protestan jika cenderung menjadi murid bahwa mereka telah diberikan sebuah
praktek magis. Kriteria utama yang disebut oleh kekuatan, identitas dan fungsi yang sangat penting
Paulus untuk menilai fenomena-fenomena seperti ini meskipun mungkin saja merasa diri lemah dan
29
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
sedikit; namun kekuatan itu harus juga mereka Gunung
gunakan dan tidak boleh disimpan untuk mereka
Gunung (atau juga bukit) dalam
sendiri, karena tidak akan berguna dan hanya layak
banyak tradisi dan agama adalah
dibuang dan diinjak orang jika tidak mewujudkan
Inspirasi Spiritual
Inspirasi Spiritual
Hari-hari raya ger ejawi Æ Tahun gerejawi
gerejawi 4 = 4(28 (“theou”) = Allah
Hati 6 = 6:7+5 (“soter”) = Penyelamat,
Dalam bahasa Indonesia, hati jadi: “Yesus Kristus, Putra Allah, Juruselamat”.
(secara harafiah/anatomis: lever)
Lebih jarang simbol ikan ditemukan
mengandung makna simbolis dengan
dalam bentuk tiga ikan yang
apa yang diidentifikasi sebagai “jantung” dalam
membentuk sebuah lingkaran sebagai
kebanyakan bahasa lain (misalnya bhs. Inggris:
simbol untuk Allah Tritunggal (Æ
heart). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh
Trinitas).
perbedaan anggapan budaya tentang di mana
terletaknya pusat simbolis kehidupan manusia. Hati Injil
mensimbolkan jiwa, nurani dan emosi manusia, dan
Kata ini memiliki dua
jika digambarkan dengan gambar “love” ini,
makna. Jika ditulis
terutama menunjuk pada cinta kasih. Cinta yang
dengan huruf pertama
dimaksud adalah cinta kasih Allah, persahabatan
besar, ia menunjuk
yang mendalam, dan juga cinta yang bersifat erotis.
kepada keempat kitab
Huruf “I” Injil Perjanjian Baru yang
ditulis oleh penginjil
Huruf “I” dalam alfabet Yunani dan Latin adalah
Matius (sering
simbol untuk Yesus dan digunakan dalam beberapa
disimbolkan dengan
singkatan atau monogram seperti:
seorang pria), Markus
I.H.C (atau I.H.S.): Iesus Hominum Soter (Salvator) (simbol: singa), Lukas
- Yesus Juruselamat Manusia (simbol: lembu kebiri)
dan Yohanes (simbol:
INRI: (berhubungan dengan simbol
rajawali). Kata
Æ salib atau Æ mahkota duri): Iesus
simbolisnya yang ditulis kecil (“injil”), memiliki makna
Nazarenus Rex Israel - Yesus dari
sebagai berita gembira (dari bahasa Yunani:
Nasaret, Raja Israel (bdk Luk 23:38).
HXDQJJHOLRQ eu-angelion), dan dapat menunjuk
R: Yesus Penebus (dari bhs. Latin Iesus
IR: kepada inti atau kepada keseluruhan berita tentang
Redemptor) karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus.
Kegiatan untuk menyebarkan berita gembira ini
IX: Yesus Kristus (inisial bahasa Yunani)
melalui kesaksian verbal dan kesaksian hidup
biasanya disebut “penginjilan” atau “pekabaran injil”
Ikan
(PI), tetapi kadang-kadang dipersempit atau
Ikan mengingatkan kita bahwa disalahpahami sebagai kegiatan “mengkristenkan”.
murid-murid Yesus yang
Jalan
pertama adalah penjala ikan yang dipanggil untuk
menjadi “penjala manusia” (Mat 4:19). Selain sebagai Jalan adalah simbol yang umum yang sering
simbol untuk orang percaya ikan juga menjadi digunakan untuk perjalanan hidup seseorang baik
simbol kebersamaan dengan Yesus (Mat 14/15; sebelum maupun sesudah kematiannya; terdapat
perjamuan dengan Kristus yang bangkit Luk 24:42; “jalan yang benar” atau “jalan yang salah”, jalan
Yoh 21:12). Dalam kitab Yunus ikan adalah simbol yang menuju kepada Tuhan atau jalan yang menuju
rahmat dan keselamatan Allah. kepada kebinasaan. Umat Allah dipahami dalam
Alkitab sebagai umat yang selalu berada dalam
Dalam gereja mula-mula pada masa penganiayaan
perjalanan, yang dibebaskan menuju “Æ tanah
orang Kristen ikan sebagai simbol untuk Kristus
perjanjian” (juga dalam arti simbolis-eskatologis),
menjadi tanda pengenal “rahasia” orang Kristen. Ini
yang berziarah dan tidak punya tempat yang tepat di
berdasarkan kata bahasa Yunani untuk ikan, yaitu
bumi ini (Mat. 8:20, Ibr 13:14). Dalam agama Yahudi,
,&486 (“ikhtys”), yang diinterpretasi sebagai
jalan yang benar diidentifikasi dengan hukum taurat,
singkatan:
yang dalam agama Kristen digenapi dalam Yesus
31
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
Kristus yang menyebut dirinya sebagai “jalan, Arti nama jhwh ini tidak dapat dipastikan, namun
kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6; bdk. ayat-ayat lain kemungkinan bersar berasal dari kata kerja jhj (ada,
dalam Injil Yohanes yang mulai dengan “Aku eksis) dan berhubungan dengan perkenalan diri
adalah…” dan mengidentifikasi Yesus dengan Allah kepada Musa dalam Kel 3:14 (“aku adalah
Inspirasi Spiritual
simbol-simbol yang selama ini diklaim secara aku”). Ini mengingatkan kita bahwa sebenarnya Allah
eksklusif oleh agama Yahudi; dengan demikian, tidak dapat dinamakan atau dibandingkan dengan
simbol-simbol tersebut dikeluarkan dari konteks apapun kecuali dengan dirinya sendiri. Dengan
eksklusivisme Yahudi dan dimaknai dalam konteks demikian, setiap nama yang digunakan untuk Allah
karya keselamatan Yesus Kristus yang universal). adalah sebuah simbol yang sangat terbatas dan
Berhubungan dengan ayat tersebut, sering menjadi tidak boleh disalahgunakan untuk ingin
kontroversi tentang apakah terdapat “banyak jalan mendefinisikan Allah, untuk “mengatasnamakan”
keselamatan” atau “hanya satu jalan keselamatan”, Tuhan atau “memaku” Allah pada nama atau konsep
dan tentang apa artinya jika Yesus diakui sebagai tertentu (bdk Kel 20:7 yang melarang menyebut
satu-satunya jalan yang menuju kepada Bapa di nama Tuhan dengan sembarangan).
surga (apakah sama artinya dengan “hanya dalam
Kapal Æ Perahu
gereja terdapat keselamatan” atau justru harus
menolak segala upaya memutlakkan sesuatu di luar Kegelapan Æ Terang dan Gelap
Kristus sendiri, termasuk agama).
Kerajaan, raja, mesias/kristus Æ mahkota
Khotbah
Khotbah bukan sekedar sebuah
pidato yang disampaikan pada saat
ibadah, namun memiliki makna
simbolis sebagai penyampaian
Firman Tuhan (Æ Alkitab) yang
menghubungan kesaksian Alkitab
(“teks”) dengan pergumulan jemaat
(“konteks”). Persiapan yang baik dan
kreatif oleh pengkhotbah (pendeta atau kaum awam)
serta keterbukaan kepada Roh Kudus dalam
mempersiapkan, menyampaikan dan mendengarkan
Perlu diingat bahwa dalam Alkitab, “jalan” selalu khotbah mencerminkan posisi sentral khotbah dalam
adalah simbol kehidupan yang disertai, dipimpin dan ibadah gereja protestan. Untuk menandai bahwa
diberkati Allah, yang memiliki perspektif etis (memilih “pelayan firman” tidak berbicara sebagai seorang
jalan kasih, keadilan dan kebenaran) maupun pribadi, namun dalam peranan dan fungsi khusus,
perspektif eskatologis (jalan yang diratakan bagi digunakan simbol-simbol lain (misalnya penyerahan
mesias, jalan keselamatan). alkitab oleh majelis, pakaian dan tempat khusus/
mimbar).
JHWH
Kuburan
Keempat huruf ini mewakili nama
Allah, yaitu Jahweh (bahasa Dalam
Ibrani hwhy jhwh, vokal tidak ditulis; dalam PL Bahasa pemahaman
Indonesia selalu diterjemahkan dengan “TUHAN”). agama Kristen,
Nama ini tidak boleh disebutkan dalam agama kuburan tidak memiliki makna khusus (atau bahkan
Yahudi, dan oleh karena itu selalu dibaca sebagai kuasa misteri yang mengerikan seperti dalam
adonai (Tuhan). Oleh karena itu, dalam teks Ibrani berbagai cerita dan film), karena diyakini bahwa
Perjanjian Lama, vokalisasi yang ditulis pada kata kehidupan baru manusia setelah kematian dan
jhwh adalah vokalisasi yang dipindahkan dari kata kebangkitan tidak lagi terikat pada tubuh yang
adonai untuk mengingatkan membaca bahwa nama dikuburkan atau pada tempat-tempat. Namun
Allah yang tabu disebutkan ini harus dibaca adonai kuburan tetap menjadi tempat untuk mengingat dan
(tanpa memahami ini, kita akan salah membaca menghormati orang yang telah meninggal itu,
jhwh sebagai “jehowa”, seperti dilakukan oleh “saksi mengingatkan orang yang masih hidup akan
jehowa”, padahal sebutan aslinya yang benar hanya keterbatasan hidup ini, serta mengekspresikan
jahweh atau adonai). pengharapan melalui simbol-simbol kehidupan
(kiasan peti mati, batu kubur yang diukir atau salib
32
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
dari kayu, tulisan, foto, hiasan dengan tumbuhan Lilin
atau bunga-bunga dsb.). Pada kesempatan tertentu,
Lilin biasanya dinyalakan dalam setiap
kuburan juga dapat dijadikan tempat ibadah
ibadah, paling tidak pada ibadah-ibadah
penghiburan, peringatan atau doa, namun hanya
Inspirasi Spiritual
natal dan ibadah-ibadah paskah (lilin
dipahami sebagai ibadah orang-orang hidup kepada
paskah) sebagai simbol Kristus yang
Allah, dan bukan dalam rangka hubungan tertentu
hidup dan menjadi “terang dunia” (Yoh 8:12, bdk Yoh
dengan “roh” orang-orang mati atau praktek-praktek
1 dll.). Lilin juga mengingatkan kita pada panggilan
okultisme lain.
untuk menjadi “garam dan terang dunia” (Mat 5:13-
Kubur yang kosong adalah simbol kebangkitan Yesus 16); lilin secara umum bisa menjadi simbol kehidupan
Kristus pada hari Paskah dan mengingatkan bahwa manusia yang mengorbankan diri demi
dalam penebusan, jiwa dan tubuh tidak terpisahkan panggilannya untuk menerangi kegelapan. Dalam
dan kebangkitan mencakup dimensi rohani dan ibadah dukacita lilin juga mewakili kehidupan kekal,
jasmani manusi. bahwa orang yang telah meninggal sekarang adalah
di tangan Tuhan.
Kurban
Keempat lilin dalam “krans adven”
Dalam ibadah bangsa Israel, ritus
adalah simbol pengharapan yang
kurban sebagai ucapan syukur,
menantikan kelahiran terang dunia
kurban penebusan atau pengganti
(dalam minggu pertama adven, satu
serta simbol pendamaian memiliki
lilin dinyalakan, dalam minggu kedua
peran yang penting (misalnya
dua dst.).
domba atau kambing sebagai
kurban bakaran). Dalam ibadah Kristen, ritus kurban Sementara ketujuh lilin dalam
tidak lagi dilaksanakan karena Yesus Kristus yang “Menorah” (yang juga menjadi simbol
mengorbankan diriNya di kayu salib dipahami agama Yahudi) sering diidentifikasi
sebagai kurban yang menggenapi dan sekaligus dengan “ketujuh anugerah Roh” (Yes
mengakhiri ritus kurban; Ia menjadi Æ domba yang 11:2; bdk Paulus)
memikul dan menebus dosa dunia melalui darahNya
Lonceng
dan tubuhNya, dan Allah sendiri mendamaikan
dunia dengan diriNya. Oleh karena itu, dalam ibadah Bunyi lonceng adalah simbol perhatian
Kristen, simbol kurban hanya digunakan dan panggilan beribadah dan juga
berhubungan dengan aktivitas Allah sendiri (bukan mengingatkan akan pengadilan Allah.
lagi ritus yang dilakukan oleh manusia), atau Lonceng digunakan baik dalam
terbatas sebagai tanda ungkapan syukur dan Æ sukacita (paskah, memuji tuhan dalam
persembahan sebagai respon terhadap kasih dan ibadah...) maupun dukacita (orang meninggal,
anugerah Allah. bencana...). Secara kontekstual, lonceng juga bisa
diganti oleh alat musik yang lain, misalnya alat musik
Kunci
tiup atau gendang (bdk. Æ Musik).
Kunci adalah simbol kekuasaan,
Mahkota
pengetahuan dan otoritas (Yes
22:22; Luk 11:52; Why 1:18; 3:7; 9:1; Mahkota digunakan sebagai simbol
20:1), yang dapat mengurung maupun kemuliaan Allah dan secara khusus
membebaskan (mengunci atau membuka). Dalam Yesus Kristus sebagai Raja Israel
Mat 16:19 Yesus memberi kuasa “mengikat dan (Mesias) dan Raja dunia. Mahkota duri adalah simbol
melepaskan” kepada rasul Petrus sebagai “batu penghinaan Yesus di kayu salib (Mat 27:29) dan
karang” gereja, sehingga memegang “kunci mengandung arti bahwa cara
Kerajaan Sorga” (dalam pemahaman gereja berkuasa Yesus bukan seperti
protestan, Petrus di sini mewakili semua gereja yang seorang raja duniawi dengan
mengakui Yesus sebagai Mesias, sementara pedang dan kekerasan, tetapi dengan kasih yang
penafsiran katolik lebih menunjuk pada jabatan Paus bahkan rela untuk menderita. (bdk. Æ Kerajaan)
dalam suksesi Petrus). Kunci dapat menjadi simbol
Malaikat
eksklusivitas (ketertutupan, ex-cludere = mengunci ke
luar) maupun inklusivitas (keterbukaan, in-cludere = Malaikat dalam tradisi Alkitab adalah
mengunci ke dalam, merangkul). Simbol ini dapat utusan Allah yang memuji Tuhan,
juga dihubungkan dengan simbol Æ pintu. melindungi manusia dan
menyampaikan wahyu. Malaikat
33
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
dibayangkan dalam wujud manusia (sering Mahatinggi, Mahapengampun, Mahapengasih dsb.)
digambarkan dengan sayap dan lingkaran cahaya di atau jika gereja disebut sebagai Tubuh Kristus.
atas kepala untuk mengindikasi sifat transenden dan
Mata Æ Trinitas
kudus), tetapi tidak dimaksud sebagai person yang
Inspirasi Spiritual
Inspirasi Spiritual
setempat. Variasi liturgi Kristen terbuka baik pada bersama sebagai tanda kesatuan antarmanusia dan
tradisi musik gerejawi yang diwariskan dalam dengan yang ilahi).
sejarah gereja, maupun pada musik budaya lokal
Dalam rangka kontekstualisasi, banyak gereja di Asia
dan aliran-aliran musik moderen, sesuai dengan
telah menggunakan unsur tradisional ini. Untuk
tradisi mana yang dapat menyentuh hati jemaat dan
kebaktian syukur panen, altar didekorasi dengan
mendukung ekspresi iman Kristen secara
padi dan beras sebagai persembahan syukur. Nasi
kontekstual.
dipakai dalam makan bersama secara ritual,
Nama misalnya dalam rangka perjamuan kasih (agape)
atau bahkan untuk mengganti roti dalam perjamuan
Nama seseorang adalah simbol identitas dan
kudus.
individualitas yang mendalam. Memanggil nama
seseorang dapat berarti hubungan dekat namun Pelangi
juga memiliki kuasa atas seseorang. Allah memangil
Pelangi - fenomena alam
manusia dengan namanya, dan oleh karena itu
refleksi sinar matahari dalam
pemberian nama sering dihubungkan dengan
tetes-tetes air hujan - adalah simbol perdamaian
baptisan. Banyak orang tua Kristen memberi nama
yang mengingatkan pada kisah Nuh di mana “busur
kepada anaknya yang berasal dari tradisi Yahudi-
Allah” menjadi tanda perjanjian Allah dengan umat
Kristen dari konteks budaya Ibrani, Yunani dan Latin
manusia dan segala makhluk ciptaan-Nya (Kej 9:13)
atau nama-nama barat lain, yang sebagiannya
yang tidak akan dilupakan lagi. Pelangi yang warna-
memiliki arti simbolis tertentu. Bahkan kadang-
warni sering juga diinterpretasi sebagai kesatuan
kadang, jika orang sudah memiliki nama dari
dalam kepelbagaian atau keindahan pluralitas dan
konteks budaya yang lain, pada saat dibaptis diberi
perbedaan yang diciptakan Tuhan.
nama “Kristen” yang baru sebagai simbol identitas
dan kehidupan yang baru, meskipun dari perspektif Pembasuhan Kaki Æ Air
teologi kontekstual nama dari konteks non-Kristen
Pengakuan
tidak kurang berharga (justru banyak nama yang
dianggap nama “Kristen” berasal dari konteks non- Dalam ibadah, pengakuan dosa adalah ekspresi
Kristen). simbolis penyesalan dosa (memohon pengampunan,
ingin bertobat) yang biasa dilalukan dalam bagian
“Nama” juga sering digunakan untuk menunjuk pada
pertama liturgi ibadah atau sebelum perjamuan
Allah sendiri (memuji nama Tuhan, kuduskan nama
kudus. Pengakuan iman juga disebut simbol
Tuhan dsb.), tanpa mematokkan Allah pada nama
(khususnya symbolum apostolorum = pengakuan
tertentu (bdk, juga Æ JHWH). Banyak nama
iman rasuli dan symbolum) karena menunjuk pada
digunakan sebagai simbol untuk Allah, termasuk
kesatuan iman kepada Allah Tritunggal. Pengakuan
nama-nama yang berasal dari luar tradisi Yahudi-
sebagai pengikut Yesus Kristus juga dilakukan pada
Kristen (juga dari budaya lokal). Baptisan selalu
ritual-ritual tertentu (baptisan, sidi dll.) dan dalam
dilakukan “atas nama Allah Bapa, Anak dan Roh
kehidupan sehari-hari, baik secara verbal, melalui
Kudus” (Æ Trinitas). Baik untuk Allah Bapa, maupun
simbol-simbol yang dipakai (misalnya kalung salib
untuk gelar-gelar Yesus sering digunakan atribut-
dsb.), maupun melalui etika kasih yang praktis.
atribut antropomorf (Æ Manusia).
Pengurapan Æ Minyak
Neraka Æ Surga
Penyembuhan
Padi - Beras - Nasi
Penyembuhan seperti dilakukan Yesus dan para
Padi atau beras dalam banyak budaya
Rasul adalah tindakan simbolis sebagai tanda
Asia tidak hanya menjadi makanan
Kerajaan Allah yang dekat, di mana keselamatan
pokok, tetapi juga simbol yang
jasmani (disembuhkan dari penyakit tubuh), sosial
berhubungan dengan mitos-mitos
(dibebaskan dari keterasingan masyarakat) dan
penciptaan manusia dan hubungan
rohani (dibebaskan dari dosa) tidak terpisahkan.
kosmis antara manusia dengan alam
Penyembuhan disebut oleh Paulus sebagai salah
semesta dan dengan kekuatan-
satu karunia Roh Kudus. Gerakan Karismatik
kekuatan transenden (misalnya dlm
mengangkatnya sebagai unsur penting dalam
35
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
ibadah. Kebanyakan gereja protestan menolak Pohon dan TTumbuhan
umbuhan
pelaksanaan penyembuhan secara spektakuler
Pohon secara umum adalah simbol
dalam ibadah, meragukan beberapa praktek yang
kehidupan dan dalam Alkitab (bersama
mengatasnamakan Roh Kudus, dan percaya bahwa
Inspirasi Spiritual
36
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
(bdk. Yes 58). Meskipun beberapa gereja Protestan praktek tentang disiplin gereja harus dipertanyakan
khususnya di Indonesia sudah tidak mengenal lagi kembali).
praktek puasa, puasa tetap merupakan bagian
Roti (dan anggur) juga digunakan dalam ibadah
penting dari spiritualitas Kristen yang mengalami
Inspirasi Spiritual
untuk “perjamuan kasih” (agape) didalamya
berbagai bentuk aktualisasi (misalnya doa & puasa
persekutuan dalam kasih Allah dirayakan (tidak
pada saat krisis tertentu; menghindari dari berbagai
terbatas pada orang Kristen saja). Baik dalam
bentuk konsumerisme selama 7 minggu sengsara
perjamuan kudus, maupun dalam perjamuan kasih
sebelum paskah dsb.). Masa tradisional untuk puasa
dewasa ini, roti dan anggur kadang-kadang diganti
adalah hari Jumat, ke-7 minggu sengsara dan ke-4
oleh makanan dan minuman yang kontekstual
minggu adven (Æ Tahun gerejawi).
(misalnya nasi, air dll.; Æ Padi - Beras - Nasi)
Roti dan Anggur
Salib
Roti dan anggur adalah
Salib adalah simbol yang paling
makanan pokok pada
terkenal sebagai simbol Kristiani yang
zaman Yesus dan sudah
menunjuk kepada kematian Yesus Kristus
mengandung arti
di kayu salib di Golgata. Bentuk historis
simbolis berhubungan
alat eksekusi tersebut dengan
dengan ritus paskah
kemungkinan besar adalah bentuk
orang Yahudi yang
“T” (salib “Tau”), dan kemudian
mengingatkan pada pembebasan bangsa Israel dari
menjadi salib yang kita kenal
perbudakan di tanah Mesir. Dalam perjamuan kudus
(biasanya disebut “salib Latin”). Tanda salib atau
(ekaristi), roti dan anggur diartikan sebagai tubuh
silang telah dikenal dalam banyak budaya dan
dan darah Kristus. Melalui sakramen ini kita
agama pra-Kristen dengan berbagai makna, a.l.
dibebaskan dari dosa (aspek pengampunan) dan
kekekalan, kesempurnaan atau hubungan kosmis
didamaikan kembali dengan Allah dan dengan
antara dunia dan yang transenden, tetapi juga
sesama manusia dan seluruh ciptaan (aspek
sebagai tanda perpisahan dll.; Salib dalam tradisi
rekonsiliasi) dan disatukan dalam tubuh Kristus
Kristen menjadi simbol kematian dan kehidupan.
dalam persekutuan yang melampaui batas waktu
Salib mencerminkan solidaritas Allah dengan
dan tempat (aspek kesatuan). Seperti anggur-anggur
manusia dalam penderitaan dan merupakan puncak
dan biji-biji gandum pernah terpisah tetapi sekarang
menjadi satu dalam anggur dan roti, demikian juga
kita disatukan sebagai umat Allah oleh tubuh dan
darah Kristus (bdk. juga berbagai perumpamaan
dalam Alkitab tentang gandum dan pohon anggur).
“Salib latin” “Salib Mesir” “Salib Kristus”
Dalam abad pertengahan, perbedaan pendapat
tentang pemahaman simbol roti dan anggur dan
tentang cara kehadiran Yesus dan dalam perjamuan
kudus menjadi salah satu pemicu antara gereja
katolik, protestan lutheran dan protestan kalvinis. “Tau” “Salib Petrus”
“Salib Keltik”
Konsensus ekumenis dewasa ini mencatat bahwa
Yesus hadir secara riil dalam ritus perjamuan kudus,
tetapi unsur roti dan anggur tidak boleh dipahami
secara magis (yang punya kekuatan tersendiri).
“Salib Yunani”
Menerima roti dan anggur dalam perjamuan kudus
membutuhkan iman dan kesiapan untuk bertobat “Salib Paus” “Salib ortodoks”
dan didamaikan kembali dengan Allah dan dengan
sesama manusia, tetapi tidak berarti bahwa kita
harus “bersih” dan “layak” di hadapan Tuhan,
barulah kita layak untuk menerima roti dan anggur:
“Krusifiks” “Salib patriark”
pemahaman dan praktek seperti itu
memutarbalikkan arti, bahwa hanya oleh anugerah “Salib bola bumi”
Allah kita sebagai orang berdosa diampuni dan
diterima kembali (dalam rangka ini, beberapa
“Salib Malta”
“Salib Yerusalem”
37
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
inkarnasi atau humanisasi Allah. Sekaligus melalui Simbol-simbol Adat
pengorbanan di kayu salib Allah telah menghapus
Budaya-budaya Indonesia sangat
dosa dunia dan mengalahkan kuasa maut, sehingga
kaya dengan simbol-simbol yang
salib menjadi simbol kemuliaan dan kebangkitan
Inspirasi Spiritual
mencerminkan nilai-nilai
Yesus. Jika salib digambarkan dengan tubuh Kristus
kemanusiaan dan keterikatan
(disebut Krusifiks), kadang-kadang lebih ditekankan
dengan yang Ilahi. Praktek Gereja
Yesus sebagai manusia yang menderita (mis. dalam
yang kontekstual akan mencoba
masa Gotik) atau sebagai Tuhan yang telah bangkit
untuk memahami simbol-simbol
(mis. dalam masa Romanik; salib tanpa tubuh Kristus
tersebut secara mendalam dan
bisa juga diartikan sebagai tanda kebangkitan:
melihat maknanya dalam terang
jenazah Yesus telah tiada). Tekanan yang berbeda-
Injil. Dengan demikian, kehidupan Tongkonan
beda dalam simbol juga mencerminkan pemahaman
spiritual akan sangat diperkaya. Hal
teologis (“kristologi rendah” atau “kristologi tinggi”).
ini akan melanjutkan tradisi Kristen untuk
Makna simbol salib terletak pada paradoks atau
mengangkat memaknai simbol-simbol non-Kristen
ketegangan kreatif ini yang membuat salib menjadi
guna menemukan ekspresi iman yang otentik dan
“kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi
relevan. Contohnya adalah rumah-rumah adat (mis.
bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah
Tongkonan dalam budaya Toraja, Baruga dalam
kekuatan Allah” (1 Kor 1:18). Salib untuk ukuran dunia
beberapa budaya Sulsel dsb.)
adalah simbol kematian, kekerasan, penghinaan,
sebagai simbol kerukunan, atau
keangkuhan, kemenangan kebencian dan akhir dari
simbol yang digunakan dalam
pengharapan, namun oleh Allah dijadikan simbol
ritus-ritus paguyuban dan
kehidupan, rekonsilasi, kemuliaan, merendahkan diri,
rekonsiliasi (mis. lingkaran rotan
kemenangan kasih yang “lemah” dan pengharapan.
“Kalosara” dalam adat Tolaki-
Dalam simbol salib terfokus karya pembebasan dan
Mekongga, Tumpengan dalam
keselamatan Allah yang merupakan kemenangan
adat Jawa, binatang Æ kurban
untuk semua yang percaya kepadaNya. Tetapi harus Kalosara
dalam beberapa tradisi dsb.).
diingat bahwa bukan kemenangan sesuai ukuran
dan harapan manusia, tetapi kemenangan melalui Tantangan adalah mentransformasi simbol-simbol
solidaritas, penderitaan dan pengorbanan, sehingga tersebut dengan pemahaman yang menerobos
sangat kontradiktif jika simbol salib digunakan eksklusivisme suku, pemahaman magis, dan
sebagai simbol identitas yang eksklu-sif, simbol merespon pada karya keselamatan Allah dalam
triumfalisme atau kemenangan melalui kekerasan Yesus Kristus.
(misalnya dalam “perang salib” atau peristiwa konflik
Surga
SARA di Indonesia akhir-akhir ini), atau sebagai alat
magis (yang memberi kuasa supernatural kepada Surga adalah simbol untuk Kerajaan Allah dan
yang memakainya). Kehidupan Abadi setelah kebangkitan; meskipun
disadari bahwa surga melambangkan sebuah
Di kayu salib, Allah telah mendamaikan dunia
realitas di luar tempat dan waktu, tempatnya sering
dengan diriNya (2 Kor 5) sebagai perjanjian baru dan
dibayangkan “di atas” dengan berbagai fantasi
dasar untuk syalom atau rekonsiliasi antarmanusia
manusia tentang kehidupan penuh kesejahterahan,
dan dengan seluruh ciptaan. Oleh karena itu, kedua
damai, persekutuan dengan orang-orang kudus dan
palang salib sering diartikan sebagai simbol
tanpa penderitaan. Dengan demikian juga, neraka
pemulihan kembali relasi antara Allah dan manusia
dibayangkan sebagai tempat “di bawah” yang
(palang vertikal = dimensi spiritual) dan antara
penuh penderitaan, api dan hukuman abadi dan
manusia dengan sesama manusia/ciptaan (palang
dikuasai oleh iblis. Pendapat para teolog tentang
horisontal = dimensi sosial). Kedua-duanya tidak
realitas neraka sebagai simbol absensi keselamatan
dapat dipisahkan.
Allah sangat berbeda berhubungan dengan konsep
Sauh Æ Perahu keselamatan yang dianut (cenderung eksklusiv atau
inklusif-universal, di mana neraka dan segala kuasa
Segitiga Æ Trinitas
maut pada akhirnya dikalahkan oleh kasih Allah
Sentuhan Æ Manusia, Tangan dalam Yesus Kristus).
Setan Æ Malaikat Tahun Ger ejawi
Gerejawi
Sidi Æ Berkat Tahun gerejawi menentukan ritme peringatan,
penghayatan dan perayaan peristiwa-peristiwa
38
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
sejarah keselamatan Allah yang juga dihubungkan malam, bukan karena tanggal kelahiran Yesus yang
dengan fenomena-fenomena alam (misalnya panen, sebenarnya, namun karena makna simbolisnya
kalender bulan dan matahari, simbol-simbol terang dalam kalender mata hari, di mana di tengah musim
dan kehidupan berhubungan dengan musim-musim dingin di belahan utara bumi, hari-hari kembali
Inspirasi Spiritual
di daerah mediteranian). Dengan demikian, tradisi- menjadi lebih panjang dan lebih terang. Simbolisme
tradisi termasuk makna simbol-simbol agama dapat terang-gelap sangat mewarnai perayaan natal (Æ
dipelihara, dan jemaat dibantu mengekspresikan Lilin, Pohon Natal, Bintang dsb.; warna liturgis: putih).
imannya melalui simbol-simbol tahun gerejawi. Masa Epifani (warna liturgis: hijau) dimulai dengan
Tahun gerejawi mulai dengan hari Minggu Adven hari Epifani (“manifestasi”) pada tgl. 6 Januari dan
pertama. Masa Adven (“menantikan kedatangan”) memperingati manifestasi Yesus Kristus kepada
adalah masa penantian kedatangan raja syalom bangsa-bangsa (disimbolkan oleh tiga orang majus,
(kelahiran Yesus pada hari Natal) dan merupakan Mat. 2). Seperti Yesus mempersiapkan pelayananNya
masa persiapan, introspeksi diri (tradisonal juga dengan berpuasa dan berdoa selam 40 hari di
melalui puasa), pertobatan dan pembebasan untuk padang gurun, 40 hari (mulai dengan hari Rabu Abu)
kaum marginal (warna liturgis: ungu). Kemudian sebelum Paskah disebut sebagai masa Sengsara
Natal dirayakan mulai pada tgl. 24 Desember atau Prapaskah (warna liturgis: ungu) yang
Buatlah
Kalender
Tahun Gerejawi
Anda: Gambar ini
difotokopi, ditempel di
atas karton, diwarnai,
dipasang “jari jam” yang bisa
diputar di tengahnya... Copyright: Jurnal INTIM, Markus H.R.
39
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
memperingati jalan penderitaan dan salib Yesus. menyembuhkan...). Ia dapat menjadi tanda
Masa ini bagi jemaat adalah masa introspeksi diri, kontemplasi dan komunikasi manusia baik dengan
berdoa, berpuasa dan solidaritas dengan semua Allah (berbagai gaya tangan dalam berdoa, bertepuk
orang yang berada dalam penderitaan; ia berpuncak tangan sambil menyanyi...) maupun antarmanusia
Inspirasi Spiritual
pada minggu terakhir sengsara (hari Minggu Palem - (memberi salam, bertepuk tangan sebagai tanda
Yesus masuk ke Yerusalem, hari Kamis Putih - penghormatan, tanda utk. berdiri atau duduk
perjamuan malam Yesus dengan murid-muridNya, kembali dsb.).
hari Jumat Agung - kamatian Yesus di kayu salib, Sebagai alat yang ambivalen yang
Sabtu Sunyi malam Paskah - duka cita). Karena para dapat memelihara dan dapat
perempuan menjadi saksi kebangkitan Yesus pada menghancurkan dengan
subuh hari ketiga setelah kematian Yesus (Æ Hari kekerasan, tangan juga
Munggu), perayaan Paskah baru dimulai pada saat melambangkan tindakan dan
mata hari terbit pada hari minggu pertama Paskah tanggung jawab etis manusia.
(ditentukan berdasarkan kalender bulan). Paskah
adalah perayaan tertua dalam tahun gerejawi yang Telur
penuh dengan sukacita dan simbol-simbol terang Telur adalah simbol kehidupan dan
dan kehidupan (Æ Lilin, Telur, tumbuhan hijau dsb.; kesuburan dalam banyak tradisi.
warna liturgis: putih), dan juga masih mewarisi Budaya Yunani, Mesir, Cina, Persia dan
banyak makna simbolis perayaan paskah orang Romawi masing-masing mengenal
Yahudi (pembebasan dari pembudakan di Mesir). tradisi untuk menukar telur sebagai
Masa Paskah berlangsung selama 50 hari, termasuk hadiah pada musim semi, yang akan memberi
hari Kenaikan Yesus ke Sorga (hari ke-40 setelah kesuburan atau umur yang panjang. Hal ini
Paskah) dan berakhir dengan perayaan Pentekosta dihubungkan dengan kebangkitan atau “reinkarnasi”
sebagai pesta pencurahan Roh Kudus dan “hari alam semesta sesudah “kematian” selama musim
ulang tahun” gereja. Masa setelah Pentekosta, dingin, dan juga dengan beberapa mitos penciptaan
sampai tahun gerejawi berakhir kembali dengan hari yang mengambarkan sebutir telur sebagai awal
Minggu Adven pertama, dipahami sebagai masa di kehidupan. Dalam tradisi Yahudi juga ada tradisi
mana jemaat dan semua orang percaya harus makan telur sebagai bagian dari perjamuan paskah.
bertumbuh dan menjadi dewasa dalam iman, seperti Dalam tradisi Kristen, simbol tersebut diberi makna
gandum bertumbuh dan menjadi matang. Warna sebagai simbol kebangkitan dan kehidupan dalam
dasar liturgis masa ini adalah merah, meskipun ada Yesus Kristus, dan hal ini ditekankan dengan
hari raya tertentu yang berbeda warnanya (misalnya menghiasi dan mewarnai telur dengan ornamen dan
hari Minggu Trinitatis - hijau). Masa yang panjang ini simbol lain. “Telur paskah” ini kemudian disertai
juga disebut Masa Biasa atau Masa Trinitatis dalam banyak cerita dan tradisi lain, misalnya telur yang
tahun gerejawi dan mengandung beberapa dibawa dan disembunyikan oleh ayam atau “kelinci
perayaan lain seperti Ucapan Syukur Panen paskah” (juga simbol kehidupan dan kesuburan
(tergantung kondisi lokal), hari Reformasi sampai hari musim semi) harus dicari oleh anak-anak.
Minggu Kristus Raja.
Terang dan Gelap Æ Lilin
Tangan
Trinitas
Simbol tangan bisa mewakili kuasa
Allah yang menciptakan, menghakimi, Trinitas adalah simbol yang
memberkati, menuntun dan kadang-kadang paling sulit
melindungi (misalnya dalam gerakan dipahami oleh orang Kristen
berkat oleh pendeta, memecah-mecahkan dan sendiri. Dogma tentang Allah
membagi roti...); biasanya ”tangan kanan Allah” Tritunggal (satu dalam tiga pribadi)
dihubungkan dengan kasih dan “tangan kiri Allah” tidak boleh disalahpahami sebagai “tiga Tuhan” (jadi
dengan keadilan. (bdk. Æ Manusia) bukan: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus;
tetapi: Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan tidak
Tangan sebagai alat “bahasa tubuh”
menuju pada definisi tentang keberadaan atau
yang penting dalam ibadah
ontologi Allah secara metafisik (hal ini tidak dapat
(misalnya doa, berkat dll.) menjadi
dipahami atau dijelaskan oleh manusia). Teologi
simbol gerakan manusia kepada
Protestan lebih menafsirkan Trinitas sebagai cara
Tuhan (keterbukaan, ucapan
Allah menyatakan diri kepada manusia (cara Allah
syukur, hormat...) dan juga Tuhan
hadir, bertindak dalam sejarah, gerakan misi Allah)
kepada manusia (memberkati, mengurapi,
40
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
dan cara bagaimana manusia bisa mengenal dan yang penting dalam ibadah sebagai sumber pokok
mengalami Allah yang Mahaesa dalam dunia untuk kebutuhan pelayanan jemaat baik ke dalam
(simbol atau nama Allah). Disini Trinitas lebih maupun ke luar, persembahan tersebut juga
dipahami secara dinamis-historis (juga disebut mempunyai makna simbolis. Melalui persembahan
Inspirasi Spiritual
“ekonomi trinitas”) dan bukan secara statis-ontologis. uang kolekte (atau persembahan syukur dalam
bentuk lain, misalnya natura dll.), kita mengucapkan
Simbol denganNya Trinitas sering
syukur kepada Tuhan, melepas ketergantungan kita
digambarkan antara lain adalah segitiga
pada materi (tidak mengumpulkan harta di bumi,
(atau “triangle”) yang merupakan
tetapi di sorga; tidak kuatir namun percaya kepada
kesatuan dari tiga segi yang sama
Allah; bdk Mat 6:19-34) dan berpartisipasi dalam
pentingnya; kadang-kadang
tanggung jawab panggilan gereja. Makna
didalamnya digambarkan mata sebagai
persembahan terletak pada sikap dan ketulusan hati
simbol Allah Bapa yang melihat semua
dengannya kita memberi (bdk. janda yang miskin
yang ada di dalam hati kita dan semua
Mrk 12:42), sehingga bertentangan dengan makna
yang kita lakukan: Allah yang
tersebut baik jika pemberian sumbangan “dipaksa-
omnipresent (hadir di semua tempat),
paksa”, maupun jika kita hanya memberi “sisa uang
omnipotent (mampu segala-galanya) dan
kecil” (orientasi gereja mula-mula adalah: 10% dari
omniscient (mengetahui segala-galanya).
semua pendapatan untuk pelayanan gereja/
Tiga lingkaran yang terkait satu dengan
solidaritas kemanusiaan).
yang lain berarti sifat kekal Allah Tritunggal (lingkaran
yang tidak ada awalnya atau akhirnya, sebagai Persembahan diberi “kepada Tuhan” tetapi tidak
simbol kekekalan, bdk Æ cincin) berarti bahwa penggunaan uang itu tidak harus
dipertanggungjawabkan lagi terhadap manusia.
TToga
oga dan Stola
Sebaliknya, makna simbolis tersebut memberi
Toga dan stola (atau juga kolar untuk tanggung jawab dan beban yang lebih besar untuk
baju pendeta) sebenarnya berasal dari mengelola dana tersebut secara transparen, jujur
pakaian dinas pejabat negara (hakim dan hanya untuk tujuannya yang sebenarnya. Harus
dll) dalam Imperium Romanum dan di juga diperhatikan bahwa sangat mengurangi makna
negara-negara Eropa lain, yang simbolis persembahan syukur jika hasilnya hanya
kemudian dicontohi oleh gereja sebagai digunakan untuk kebutuhan di dalam jemaat kita
pakaian liturgis dan dihias dengan sendiri dan bukan untuk pelayanan ke luar.
simbol-simbol lain. Pakaian tersebut
War na
arna
menjadi tanda bahwa orang yang
memakainya dalam ibadah (pendeta, majelis) Setiap budaya memberi makna yang
ditahbiskan atau diberi otoritas oleh jemaat untuk berbeda-beda pada warna-warna
tugas yang mereka lakukan dan bahwa mereka tertentu, yang dapat juga menjadi
bertindak dan berbicara bukan sebagai seorang simbol dalam ibadah. Adapun
pribadi, tetapi dalam fungsi dan tanggung jawab beberapa warna yang dikenal secara
sebagai pelayan gereja. Mengingat asal kontekstual umum sebagai warna liturgis:
toga dan stola tersebut, secara teologis tidak ada Hijau: Simbol kehidupan (tumbuhan, alam)
alasan untuk menolak variasi pakaian liturgis itu dan kemenangan atas maut (warna liturgis
misalnya sesuai dengan pakaian adat atau paling untuk masa Epifanias dan sesudah hari raya
tidak diperkaya dengan unsur-unsur adat. Di satu Trinitas)
sisi, pakaian liturgis sudah menjadi simbol identitas
konfesional yang membedakan satu denominasi dari Hitam: Simbol kematian dan duka (warna liturgis
yang lain, di sisi lain ia dapat juga menjadi cermin untuk Jumat Agung)
pluralitas dan kontekstualitas dalam dunia ekumene. Merah: warna darah dan juga warna api; sebagai
warna liturgis digunakan untuk mengingat para
TubuhÆ Manusia, Roti dan Anggur, Tangan
martir Kristen maupun sebagai simbol Roh Kudus
Uang (warna liturgis untuk Pentakosta dan hari-hari raya
gereja)
Mungkin uang dianggap
sebagai hal yang terlalu Putih: simbol kemurnian, kebersihan dan kesucian;
“duniawi” untuk disebutkan warna liturgis untuk Paskah, Natal, hari raya Trinitas
disini, tetapi selain persembahan dan Baptisan.
syukur yang mempunyai tempat
41
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004
Ungu: Simbol pertobatan dan juga warna kerajaan. F.W. Dillistone, Daya Kekuatan Simbol (The Power of
Warna liturgis untuk masa Adven dan Sengsara. Juga Symbols), Yogyakarta: Kanisius 2002 (Dillistone)
dikenal sebagai simbol gereja Protestan.
David Fontana, The Language of Symbols. A visual
Inspirasi Spiritual
?
Pastoral Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001
Alva William Steffler, Symbols of the Christian Faith,
Michigan/Cambridge: Eerdmans, 2002
Symbolism, Catholic Encyclopaedia, Homepage:
www.newadvent.org\cathen\14373b.htm
Symbols in Christian Art and Architecture, Homepage:
http://home.att.net/~wegast/symbols/symbols.htm
Acuan Literatur:
Paul Tillich, Teologi dan Simbolisme (Theology and
Jean Chevalier, The Penguin Dictionary of Symbols. Symbolism), dalam Online Special Homepage Jurnal
England: Penguin Book Ltd., 1996 Intim, http://www.geocities.com/jurnalintim/
tillich.htm
Robert W. Crapps, Dialog Psikologi dan Agama sejak
William James hingga Gordon W. Allport, Kanisius, James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta:
Yogyakarta 1993 BPK Gunung Mulia, 2002
42
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi Khusus 2004