Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

AJARAN SOSIAL GEREJA

Oleh :

Valentina Adinda P. K

22512334045

Fakultas Teknik

Universita Negeri Yogyakarta

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Ajaran Sosial Gereja ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai ajaran sosial gereja, dan juga
bagaimana memaknai ajaran sosial gereja. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta, Oktober 2022

Ajaran Sosial Gereja Page 2


Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................ 2


Daftar Isi.................................................................................................. 3
BAB I Pendahuluan ................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
1.2 Tujuan ....................................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
BAB II Pembahasan ................................................................................ 6
2.1 Pengertian dan Tujuan Ajaran Sosial Gereja .............................. 6
2.2 Bentuk-bentuk Ajaran Sosial Gereja ........................................... 8
2.3 Prinsip dan Pokok Ajaran Sosial Gereja ..................................... 36
BAB III Penutup ..................................................................................... 44
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 44
3.2 Saran ............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA

Ajaran Sosial Gereja Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakanng


Ajaran Sosial Gereja atau ASG berisikan ajaran Gereja tentang
permasalahan keadilan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. ASG
berusaha membawakan terang Injil ke dalam persoalan keadilan sosial di tengah
jaringan relasi masyarakat yang begitu kompleks. Dengan kata lain, ASG
berusaha mengaplikasikan ajaran-ajaran Injil ke dalam realitas sosial hidup
bermasyarakat di dunia. Tujuan ASG adalah menghadirkan kepada manusia
rencana Allah bagi realitas sekular dan menerangi serta membimbing manusia
dalam membangun dunia seturut rencana Tuhan.
Secara sempit ASG dimengerti sebagai kumpulan aneka dokumen
(umumnya disebut ensiklik) yang dikeluarkan oleh Magisterium Gereja dan
berbicara tentang persoalan-persoalan sosial. Dokumen-dokumen sosial dari para
uskup tersebut mencerminkan pergulatan Gereja dalam usaha menghadirkan diri
di tengah kehidupan bermasyarakat dalam konteks masing-masing. Karena itu,
ASG tidak dapat dipahami melulu sebagai kumpulan dokumen sosial yang
diterbitkan oleh Magisterium.
Keberadaan ASG dalam Gereja tidak dapat dilepaskan dari kenyataan
bahwa Gereja diutus oleh Tuhan ke dalam dunia (bdk. Yoh 17:18). Tuhan bahkan
tidak berpikir untuk mengambil Gereja dari dunia (bdk. Yoh 17:15). Tuhan
mengutus Gereja ke dunia untuk menjadi sakramen kehadirannya dan menandai
hadirnya tanda dan sarana keselamatan Tuhan di dunia. Karena itu, tugas Gereja
adalah hadir di dunia, bukan lari dari dunia. Misinya adalah mewartakan dan
mengomunikasikan keselamatan Kristus, yang disebutNya “Kerajaan Allah”,
yakni persatuan dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia. Dengan hadir
di dunia, Gereja menjadi benih dan awal dari Kerajaan Allah (bdk. Compendium
art. 49).
Warta keselamatan Kristus melalui kehadiran Gereja menuntut terjadinya
perubahan nyata tatanan dunia sesuai dengan yang dikehendaki Kristus. Cinta
kasih Kristus, yang menjadi perintah utama dan syarat utama sebagai

Ajaran Sosial Gereja Page 4


murid.Tuhan (Yoh 13:35), harus diterapkan kepada sesama dalam relasi sehari-
hari. Perwujudan cinta kasih itu bukan sekedar menyapa orang lain, memberi
senyum, dan membantu dengan mengulurkan tangan. Perintah kasih diwujudkan
dalam konteks membuat dunia ini menjadi tempat yang sesuai dengan kehendak
Allah dan membangun KerajaanNya. Maka, membangun keadilan sosial,
menebarkan perdamaian, mengutamakan kepentingan mereka yang paling
membutuhkan, mempromosikan hormat terhadap martabat manusia merupakan
bentuk nyata dari aplikasi perintah kasih. Ajaran Sosial Gereja berkaitan langsung
dengan bagaimana hukum cinta kasih Kristus dilaksanakan oleh Gereja dalam
hidup sehari-hari di tengah masyarakat dan dunia.

1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini, diantaranya untuk memenuhi tugas mata
kuliah Agama dan juga untuk menambah wawasan pembaca terutama penulis
mengenai ajaran sosial gereja agar pembaca mengetahui dan dapat memaknai
ajaran sosial gereja.Tujuan lainnya adalah agar pembaca mengetahui perjuangan
atau tanggapan-tanggapan gereja terhadap masalah-masalah sosial yang ada di
masyarakat.

1.3. Rumusan Masalah


Rumusan dari makalah ini adalah :
1. Apa arti Ajaran Sosial Gereja ?
2. Tujuan dari Ajaran Sosial Gereja ?
3. Bentuk Ajaran Sosial Gereja ?
4. Pokok-pokok dari Ajaran Sosial Gereja?

Ajaran Sosial Gereja Page 5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Ajaran Sosial Gereja


1.Pengertian

Ajaran Sosial Gereja atau ASG berisikan ajaran Gereja tentang


permasalahan keadilan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Secara
sempit ASG dimengerti sebagai kumpulan aneka dokumen (umumnya disebut
ensiklik) yang dikeluarkan oleh Magisterium Gereja dan berbicara tentang
persoalan-persoalan sosial. Dokumen-dokumen tersebut antara lain Rerum
Novarum (tentang kondisi buruh, dikeluarkan oleh Paus Leo XIII tahun 1891),
Quadragessimo Anno (tentang pembaharuan tatanan sosial oleh Paus Pius XI
tahun 1931), Mater et Magistra (tentang umat kristiani dan persoalan-persoalan
sosial di dunia oleh Paus Yohanes XXIII tahun 1961), hingga yang terakhir untuk
sementara ini, yakni Centesimus Annus (1991). Ensiklik terakhir ini berisi
penegasan Paus Yohanes Paulus II bahwa Ajaran Sosial Gereja termasuk dalam
ajaran resmi iman dan tergolong dalam antropologi teologis. Antropologi teologis
dimengerti sebagai teologi tentang manusia yang telah ditebus dan dirahmati oleh
Kristus.

Kita masih bisa memasukkan dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh


konferensi para uskup dari berbagai negara. Pertemuan para uskup dari bumi
Amerika Latin di Medelin melahirkan dokumen-dokumen yang kemudian dikenal
dengan dokumen Medelin pada tahun 1968. Para uskup Amerika Serikat
mengeluarkan Surat Pastoral berjudul Economic Justice for All (Keadilan
Ekonomi bagi Semua) di tahun 1986. Dari KWI kita mengenal Surat Gembala
tentang Pemilu, Nota-nota Pastoral 2003-2005, dsb.

Ajaran Sosial Gereja Page 6


2.Tujuan

Tujuan ASG adalah menghadirkan kepada manusia rencana Allah bagi realitas sekular
dan menerangi serta membimbing manusia dalam membangun dunia seturut rencana
Tuhan.

2.2 Bentuk-bentuk Ajaran Sosial Gereja


Secara sempit ASG dimengerti sebagai kumpulan aneka dokumen (umumnya
disebut ensiklik) yang dikeluarkan oleh Magisterium Gereja dan berbicara tentang
persoalan-persoalan sosial.
1.RERUM NOVARUM (KONDISI KERJA)
Paus Leo XIII, 15 Mei 1891
Ensiklik Paus Leo XIII
RN (Rerum Novarum) merupakan Ensiklik pertama ajaran sosial Gereja.
Menaruh fokus keprihatinan pada kondisi kerja pada waktu itu, dan tentu saja juga
nasib para buruhnya. Tampilnya masyarakat terindustrialisasi mengubah pola
lama hidup bersama, pertanian. Tetapi, para buruh mendapat perlakuan buruk.
Mereka diperas. Jatuh dalam kemiskinan struktural yang luar biasa. Dan tidak
mendapat keadilan dalam upah dan perlakuan.
Ensiklik RENUM NOVARUM merupakan ensiklik pertama yang
menaruh perhatian pada masalah-masalah sosial secara sistematis dan dalam jalan
pikiran yang berangkat dari prinsip keadilan universal. Dalam RENUM
NOVARUM hak-hak buruh dibahas dan dibela. Pokok-pokok pemikiran
RENUM NOVARUM menampilkan tanggapan Gereja atas isu-isu keadilan dan
pembelaan atas martabat manusia (kaum buruh). Bersama dengan karya Leo
lainnya dan masa kepemimpinannya sebagai Paus yang panjang (1878–1903),
salah satu akibatnya yang mendalam adalah mendorong Gereja Katolik dan
hierarkhinya ke dalam dunia modern. Pada saat itu dukungannya kepada serikat
buruh dan upah yang layak dipandang sebagai pandangan kiri yang
radikal.Namun pernyataan-pernyataan yang lain tampaknya juga menentang
kapitalisme. Banyak dari posisi dalam Rerum Novarum didukung oleh ensiklik-
ensiklik lainnya, khususnya Quadragesimo Anno (1931) dari Paus Pius XI, Mater
et Magistra (1961) dari Paus Yohanes XXIII dan Centesimus Annus (1991) dari

Ajaran Sosial Gereja Page 7


Paus Yohanes Paulus II. Uskup Agung Westminster, Kardinal Henry Edward
Manning memainkan peranan yang paling berpengaruh dalam penyusunan
ensiklik ini. Sebelumnya ia adalah seorang pendeta Anglikan yang mempunyai
kecenderungan evangelikal. Ia membawa pengaruh yang berasal dari karya John
Wesley ke dalam Gereja Katolik modern.
Rerum Novarum menelisik masalah-masalah kerja dengan menggunakan
sebuah metodologi yang kemudian menjadi “suatu paradigma yang berkanjang”
bagi perkembangan-perkembangan selanjutnya dalam ajaran sosial Gereja.
Prinsip-prinsip yang ditegaskan Paus Leo XIII kelak diangkat kembali dan
dipelajari secara lebih mendalam dalam ensiklik-ensiklik sosial selanjutnya.
Keseluruhan ajaran sosial Gereja dapat dilihat sebagai sebuah pemutakhiran,
sebuah analisis yang lebih mendalam serta sebuah perluasan terhadap intipati asali
dari prinsip-prinsip yang Rerum Novarum. Bersama teks yang berani lagi
berwawasan jauh ke depan ini, Paus Leo XIII “memberi Gereja semacam ‘status
kewarganegaraan’ di tengah realitas-realitas kehidupan publik yang sedang
berubah”dan membuat sebuah “pernyataan yang sangat tegas” yang kemudian
menjadi “unsur permanen ajaran sosial Gereja”. Beliau mengakui bahwa masalah-
masalah sosial yang berat “hanya akan dapat dipecahkan bila semua tenaga dan
sumber daya dikerahkan secara terpadu”dan menambahkan bahwa “menyangkut
Gereja, kerja sama dari pihaknya tidak akan pernah pudar”.

Tema-Tema Pokok Ensiklik Rerum Novarum

Promosi martabat manusia lewat keadilan upah pekerja; hak-hak buruh;


hak milik pribadi (melawan gagasan Marxis-komunis); konsep keadilan dalam
konteks pengertian hukum kodrat; persaudaraan antara yang kaya dan miskin
untuk melawan kemiskinan (melawan gagasan dialektis Marxis); kesejahteraan
umum; hak-hak negara untuk campur tangan (melawan gagasan komunisme); soal
pemogokan; hak membentuk serikat kerja; dan tugas Gereja dalam membangun
keadilan sosial
Ensiklik Rerum Novarum merupakan ensiklik yang menanggapi masalah
sosial akhir abad XIX yaitu masalah kaum buruh. Masalah yang dibicarakan

Ajaran Sosial Gereja Page 8


adalah semacam tanggapan terhadap pandangan dan gerakan sosialis-marxisme
dari satu pihak dan lain pihak pandangan liberalisme yang menguasai dunia
ekonomi. Ensiklik ini tidak langsung dialamatkan kepada kaum buruh, tetapi
menguraikan masalah-masalah kaum buruh kepada para pemimpin Gereja dan
masyarakat. Kaum buruh dan para pengusaha yang dimaksudkan ensiklik ini pada
prinsipnya adalah orang-orang Katolik, oleh karena itu masalah sosial menjadi
masalah Gereja juga. Ensiklik Rerum Novarum ini dibagi menjadi tiga tema
pokok. Pertama; situasi rakyat miskin dan kaum buruh, kedua; penolakan atas
pemecahan sosialis terhadap kemiskinan, ketiga; usulan Sri Paus untuk
memecahkan permasalahan terhadap kemiskinan.

2.QUADRAGESIMO ANNO (SESUDAH 40 THN)


Paus Pius XI, 15 Mei 1931

Ensiklik Paus Pius XI


QA (Quadragesimo Anno) memiliki judul maksud “Rekonstruksi Tatanan
Sosial.” Nama Ensiklik ini (40 tahun) dimaksudkan untuk memperingati Ensiklik
Rerum Novarum. Tetapi pada zaman ini memang ada kebutuhan sangat hebat
untuk menata kehidupan sosial bangsa manusia. Diperkenalkan dan ditekankan
terminologi yang sangat penting dalam Ajaran Sosial Gereja, yaitu “subsidiaritas”
(maksudnya, apa yang bisa dikerjakan oleh tingkat bawah, otoritas di atasnya
tidak perlu ikut campur). Dalam banyak hal Quadragesimo Anno masih
melanjutkan RERUM NOVARUM mengenai soal-soal “dialog”-nya dengan
perkembangan masyarakat. Menolak solusi komunisme yang menghilangkan hak-
hak pribadi. Tetapi juga sekaligus mengkritik persaingan kapitalisme sebagai yang
akan menghancurkan dirinya sendiri. Fungsi dari penguasa Negara adalah untuk
mengawasi masyarakat dan bagian-bagiannya, tetapi dalam melindungi individu-
individu pribadi di hak-hak mereka, pertimbangan utama harus diberikan kepada
yang lemah dan miskin.
Pada permulaan tahun 1930-an, menyusul krisis ekonomi dahsyattahun
1929, Paus Pius XI menerbitkan Ensiklik Quadragesimo Anno, yangmemperingati
ulang tahun ke-40 Rerum Novarum. Sri paus membaca ulang masa lampau dalam

Ajaran Sosial Gereja Page 9


terang situasi ekonomi dan sosial di mana ekspansi pengaruh kelompok-kelompok
keuangan, baik secara nasional maupun internasional, ditambahkan pada dampak-
dampak industrialisasi. Itu adalah kurun waktu pasca perang di mana rezim-rezim
totaliter tengah merangsek di Eropa malah ketika perjuangan kelas kian menjadi
sengit.Ensiklik ini memperingatkan tentang kegagalan untuk menghormati
kemerdekaan membentuk perserikatan dan menekankan prinsip-prinsip solidaritas
dan kerja sama dalam rangka mengatasi berbagai kontradiksi sosial. Relasi antara
modal dan kerja harus diwarnai oleh semangat kerjasama.Quadragesimo Anno
menegaskan prinsip bahwa upah harus seimbang tidak saja dengan kebutuhan-
kebutuhan pekerja tetapi juga dengan kebutuhan keluarganya. Negara, dalam
relasinya dengan sektor swasta, hendaknya menerapkan prinsip subsidiaritas,
sebuah prinsip yang akan menjadi sebuah unsur tetap dari ajaran sosial Gereja.
Ensiklik ini menolak liberalisme, yang dipahami sebagai persaingan yang tidak
terbatas antara kekuatan-kekuatan ekonomi, serta menegaskan kembalinilai harta
milik pribadi, seraya mengingatkan fungsi sosialnya. Dalamsebuah masyarakat
yang mesti dibangun kembali dari pijakan-pijakanekonominya, sebuah
masyarakat di mana ia sendiri seluruhnya menjadi “permasalahan” yang mesti
ditangani, “Pius XI merasakan tugas dan tanggung jawab untuk menggalakkan
suatu kesadaran yang lebih besar, sebuah penafsiran yang lebih persisi serta
sebuah penerapan yang mendesak atas hukum moral yang mengatur relasi-relasi
insani ...dengan sasaran mengatasi pertikaian di antara kelas-kelas dan sampai
pada sebuah tatanan sosial baru yang dilandaskan pada keadilan dancinta
kasih.Sebagai salah satu yang rusak pada saat, atau datang dekat, apa yang dikenal
sebagai "individualisme" dengan menyangkal atau meminimalkan karakter sosial
dan publik hak properti, sehingga dengan menolak atau meminimalkan karakter
pribadi dan individu ini hak yang sama, satu pasti berlari ke "kolektivisme."
Sama seperti yang serius salah untuk mengambil dari individu apa yang
dapat mereka capai dengan inisiatif sendiri dan industri dan memberikannya
kepada masyarakat, demikian juga itu adalah ketidakadilan dan pada saat yang
sama kejahatan serius dan gangguan urutan yang benar untuk menetapkan ke
lebih besar dan lebih tinggi asosiasi apa organisasi yang lebih kecil dan bawahan
bisa melakukannya. Untuk setiap kegiatan sosial harus sifatnya demikian untuk

Ajaran Sosial Gereja Page 10


memberikan bantuan kepada para anggota badan sosial, dan tidak pernah
menghancurkan dan menyerap mereka.

Tema-Tema Pokok Quadragesimo Anno

Quadragesimo Anno bermaksud menggugat kebijakan-kebijakan ekonomi


zaman itu; membeberkan akar-akar kekacau-annya sekaligus menawarkan solusi
pembenahan tata sosial hidup bersama, sambil mengenang Ensklik RERUM
NOVARUM; soal hak-hak pribadi dan kepemilikan bersama; soal modal dan
kerja; prinsip-prinsip bagi hasil yang adil; upah adil; prinsip-prinsip pemulihan
ekonomi dan tatanan sosial; pembahasan sosialisme dan tentu saja kapitalisme;
langkah-langkah Gereja dalam mengatasi kemiskinan struktural.

3.MATER ET MAGISTRA (KRISTIANITAS DAN KEMAJUAN SOSIAL)

Paus Yohanes XXIII, 15 Mei 1961


Ensiklik Yohanes XXIII

Masalah-masalah sosial yang diprihatinkan oleh Ensiklik ini khas pada


zaman ini. Soal jurang kaya miskin tidak hanya disimak dari sekedar urusan
pengusaha dan pekerja, atau pemilik modal dan kaum buruh, melainkan sudah
menyentuh masalah internasional. Untuk pertama kalinya isu “internasional”
dalam hal keadilan menjadi tema ajaran sosial Gereja. Ada jurang sangat hebat
antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin. Kemiskinan di Asia, Afrika,
dan Latin Amerika adalah produk dari sistem tata dunia yang tidak adil. Di lain
pihak, persoalan menjadi makin rumit menyusul perlombaan senjata nuklir,
persaingan eksplorasi ruang angkasa, bangkitnya ideologi-ideologi. Dalam
Ensiklik ini diajukan pula “jalan pikiran” Ajaran Sosial Gereja: see, judge, and
act. Gereja Katolik didesak untuk berpartisipasi secara aktif dalam memajukan
tata dunia yang adil.
Untuk melaksanakan misi Kristus dalam transformasi lingkungan sosial,
Yohanes XXIII menafsirkan tanda-tanda zaman dari perspektif Injil.

Ajaran Sosial Gereja Page 11


Pertama, Gereja menjadi seorang ibu dan seorang guru, Yohanes XXIII [pada
tahun 1960 ensiklik "Mater et Magistra"] transpiring menyebutkan perubahan di
masyarakat. Pada tingkat teknologi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang optimis, penemuan energi atom adalah sebuah kemajuan, modernisasi
pertanian merupakan tanda perlindungan dan promosi sektor pertanian, dan sarana
komunikasi dan transportasi telah menyatakan yang keterkaitan masyarakat di
seluruh dunia.
Pada tingkat sosial, pekerja menjadi sadar akan hak mereka untuk
asuransi, pendidikan, kesadaran sebagai anggota serikat pekerja, dan keinginan
untuk hidup nyaman. Di bidang kehidupan politik, Gereja telah menyadari
penurunan kolonialisme memungkinkan munculnya negara-bangsa. Situasi
pascaperang telah menyediakan langkah besar menuju menegaskan keunikan
budaya dan bangsa. Masyarakat sekarang mengatur diri mereka sendiri dan
mendirikan hukum-hukum mereka sendiri dan institusi. Kemerdekaan bangsa dan
budaya telah ditegaskan oleh Gereja untuk mengejar tugasnya inkulturasi, dialog,
dan bentuk-bentuk penginjilan.
Kedua, Yohanes XIII telah mengembangkan prinsip subsidiaritas saling
ketergantungan masyarakat dan bangsa. Umur ekonomi dan teknologi yang
berkembang telah mengubah dunia menjadi sebuah desa global melalui alat
komunikasi dan transportasi. Meningkatnya kompleksitas dari kehidupan sosial
ekonomi telah membuat keinginan orang untuk saling ketergantungan melalui
asosiasi, sehingga "yang saling ketergantungan yang lebih kompleks harian warga
negara, memperkenalkan ke dalam kehidupan mereka dan banyak kegiatan dan
bentuk bervariasi berserikat"
Ketiga, Yohanes XXIII menggunakan pribadi manusia sebagai kriteria
untuk mengevaluasi situasi sosial-ekonomi. Martabat pribadi manusia tetap
penting bagi kemajuan politik, ekonomi dan sosial. Ini menyoroti bahwa,
"konsekuensinya, jika organisasi dan struktur kehidupan ekonomi sedemikian
rupa sehingga martabat manusia pekerja dikompromikan, atau rasa tanggung
jawab mereka dilemahkan, atau kebebasan mereka tindakan akan dihapus,
kemudian kita menilai seperti tatanan ekonomi untuk tidak adil, meskipun

Ajaran Sosial Gereja Page 12


menghasilkan sejumlah besar barang, distribusi yang sesuai dengan norma-norma
keadilan dan kesetaraan "
Yohanes XXIII membuat titik bahwa ekonomi saja tidak hanya berarti
kelimpahan dan distribusi dari produksi barang dan jasa. Hal ini juga meliputi
proses individu sebagai pribadi manusia yang merupakan subjek dan objek dari
barang-barang dan jasa.
Keempat, itu adalah panggilan negara untuk mengejar dan
mempromosikan kebaikan bersama. "Mater et Magistra" dikejar dialog antara
Gereja dan komunitas internasional berkaitan dengan hak asasi manusia. Ini
adalah panggilan Gereja untuk melindungi dan membela dengan kejelasan penuh.
promosi hak asasi manusia adalah misi yang sangat diperlukan Gereja. Yohanes
XXIII menggunakan ekspresi dari pendahulunya Pius XII "tanda-tanda zaman"
sebagai peluang positif bagi Gereja untuk mewartakan dan menanggapi kebutuhan
kali dalam terang Injil.
Kelima, itu adalah panggilan Gereja dan orang Kristen individu untuk
mengatasi ketidaksetaraan yang berlebihan di antara berbagai sektor masyarakat.
Yohanes XXIII mengatakan bahwa pribadi manusia bertanggung jawab atas
tindakan dan memiliki kapasitas untuk penguasaan diri . Pemesanan material dan
dunia sosial adalah menghormati martabat manusia.Pribadi manusia diciptakan
dalam gambar Allah dan berakar dalam alam yang fisik dan rohani melaksanakan
karunia kebebasan. Ini adalah keprihatinan Gereja untuk martabat manusia yang
membuatnya berusaha untuk menolak perubahan ekonomi dan politik yang akan
kompromi martabat manusia dan kebebasan.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Mater et Magistra

Ensiklik ini masih berkaitan dengan peringatan RN, maka pada bagian
awal Mater et Magistra diingat sekali lagi semangat RN dan QA. Disadari isu-isu
baru dalam perkembangan terakhir di bidang sosial, politik dan ekonomi; peranan
negara dalam kemajuan ekonomi; partisipasi kaum buruh; soal kaum petani;
bagaimana ekonomi ditata seimbang; kerjasama antarnegara; bantuan

Ajaran Sosial Gereja Page 13


internasional; soal pertambahan penduduk; kerjasama internasional; ajaran sosial
Gereja dan kepentingannya

4.PACEM IN TERRIS (DAMAI DI BUMI)


Paus Yohanes XXIII, 11 April 1963

Ensiklik Paus Yohanes XIII

Pacem in Terris menggagas perdamaian, yang menjadi isu sentral pada


dekade enam puluhan. Bilamana terjadi perdamaian? Bila ada rincian tatanan
yang adil dengan mengedepankan hak-hak manusiawi dan keluhuran martabatnya.
Yang dimaksudkan dengan tatanan hidup ialah tatanan relasi (1) antarmasyarakat,
(2) antara masyarakat dan negara, (3) antarnegara, (4) antara masyarakat dan
negara-negara dalam level komunitas dunia. Ensiklik menyerukan dihentikannya
perang dan perlombaan senjata serta pentingnya memperkokoh hubungan
internasional lewat lembaga yang sudah dibentuk: PBB. Ensiklik ini memiliki
muatan ajaran yang ditujukan tidak hanya bagi kalangan Gereja Katolik tetapi
seluruh bangsa manusia pada umumnya. Tentang Menegakkan Perdamaian yang
Universal berdasarkan Kebenaran, Keadilan, Kemurahan, dan Kebebasan adalah
sebuah ensiklik kepausan yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII pada 11
April 1963. Ensiklik ini hingga kini tetap merupakan ensiklik yang paling terkenal
dari abad ke-20 dan menetapkan prinsip-prinsip yang kelak muncul dalam
sejumlah dokumen dari Konsili Vatikan II dan paus-paus yang kemudian. Ini
adalah ensiklik terakhir yang dirancang oleh Yohanes XXIII.
Kalimat pembukaan "Pacem in Terris" (Damai di Bumi) menegaskan pemahaman
Gereja Katolik tentang bagaimana perdamaian dapat tercipta di dunia:
"PACEM IN TERRIS, quam homines universi cupidissime quovis tempore
appetiverunt, condi confirmarique non posse constat, nisi ordine, quem Deus
constituit, sancte servato."
"Damai di bumi, yang paling dirindukan oleh semua orang dari segala zaman,
dapat ditegakkan dengan kuat, hanya apabila perintah yang ditetapkan oleh Allah
dapat ditaati dengan setia."

Ajaran Sosial Gereja Page 14


Ketika merancangnya, Paus Yohanes XXIII sedang menderita kanker. Ia wafat
dua bulan kemudian sesudah ensiklik ini selesai.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Pacem In Terris

Tata dunia, tata negara, relasi antarwarga masyarakat dan negara, struktur
negara (bagaimana diatur), hak-hak warganegara; hubungan internasional
antarbangsa; seruan agar dihentikannya perlombaan senjata; soal “Cold War”
(perang dingin) oleh produksi senjata nuklir; komitmen Gereja terhadap
perdamaian dunia. Penekanan pondasi uraian pada gagasan hukum kodrat.

5.GAUDIUM ET SPES (GEREJA DI DUNIA MODERN)


Konsili Vatikan II, 7 Desember 1965

Dokumen Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II

Konsili Vatikan II merupakan tonggak pembaharuan hidup Gereja Katolik


secara menyeluruh. GS (Gaudium et Spes) menaruh keprihatinan secara luas pada
tema hubungan Gereja dan Dunia modern. Ada kesadaran kokoh dalam Gereja
untuk berubah seiring dengan perubahan kehidupan manusia modern. Soal-soal
yang disentuh oleh GS dengan demikian berkisar tentang kemajuan manusia di
dunia modern. Di lain pihak tetap diangkat ke permukaan soal jurang yang tetap
lebar antara si kaya dan si miskin. Relasi antara Gereja dan sejarah perkembangan
manusia di dunia modern dibahas dalam suatu cara yang lebih gamblang,
menyentuh nilai perkawinan, keluarga, dan tata hidup masyarakat pada umumnya.
Judul dokumen ini mengatakan suatu “perubahan eksternal” dari kebijakan hidup
Gereja: Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia-manusia zaman
ini, terutama kaum miskin dan yang menderita, adalah kegembiraan dan harapan,
duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Kardinal Joseph Suenens (dari
Belgia) berkata bahwa pembaharuan Konsili Vatikan II tidak hanya mencakup

Ajaran Sosial Gereja Page 15


bidang liturgis saja, melainkan juga hidup Gereja di dunia modern secara kurang
lebih menyeluruh. GS membuka cakrawala baru dengan mengajukan perlunya
“membaca tanda-tanda zaman” (signs of the times). Kegembiraan dan harapan,
dengan kesedihan dan kegelisahan laki-laki usia ini, terutama mereka yang miskin
atau dengan cara apapun menderita, ini adalah kegembiraan dan harapan, dengan
kesedihan dan kecemasan para pengikut Kristus. Memang, tidak ada yang benar-
benar manusia gagal untuk meningkatkan gema di dalam hati mereka. Untuk
mereka adalah sebuah komunitas terdiri dari laki-laki. Bersatu dalam Kristus,
mereka dipimpin oleh Roh Kudus dalam perjalanan mereka menuju Kerajaan
Bapa mereka dan mereka menyambut kabar keselamatan yang dimaksudkan
untuk setiap orang. Itulah sebabnya mengapa komunitas ini menyadari bahwa itu
benar-benar dikaitkan dengan umat manusia dan sejarahnya oleh terdalam
obligasi.

Oleh karena itu Konsili Vatikan II ini, setelah diperiksa lebih mendalam ke
dalam misteri Gereja, sekarang alamat itu sendiri tanpa ragu-ragu, tidak hanya
untuk anak-anak Gereja dan kepada semua orang yang memanggil nama Kristus,
tetapi untuk seluruh umat manusia. Untuk dewan merindukan untuk menjelaskan
kepada semua orang bagaimana conceives dari kehadiran dan aktivitas Gereja
dalam dunia saat ini.
Oleh karena itu, dewan memfokuskan perhatiannya pada dunia manusia,
seluruh keluarga manusia seiring dengan jumlah dari realitas di tengah-tengah dari
yang hidup, bahwa dunia yang merupakan teater sejarah manusia, dan ahli waris
energinya, nya tragedi dan kemenangan-Nya, bahwa dunia yang Kristen melihat
sebagai diciptakan dan didukung oleh Maker cinta nya, jatuh memang ke dalam
perbudakan dosa, namun emansipasi sekarang oleh Kristus, yang disalibkan dan
bangkit kembali untuk mematahkan terus mencekik kejahatan dipersonifikasikan,
sehingga bahwa dunia mungkin gaya baru sesuai dengan desain Tuhan dan
mencapai pemenuhannya.
Meskipun umat manusia terserang heran pada penemuan sendiri dan
kekuatannya, sering menimbulkan pertanyaan cemas tentang tren dunia saat ini,
tentang tempat dan peran manusia dalam alam semesta, tentang makna perjuangan

Ajaran Sosial Gereja Page 16


yang individual dan kolektif, dan tentang nasib akhir dari realitas dan
kemanusiaan. Oleh karena itu, memberikan kesaksian dan suara kepada iman dari
seluruh rakyat Allah berkumpul bersama-sama dengan Kristus, dewan ini tidak
dapat memberikan bukti lebih fasih solidaritas dengan, serta hormat dan cinta bagi
seluruh umat manusia dengan yang terikat Facebook, selain dengan terlibat
dengan itu dalam percakapan tentang berbagai masalah. Dewan ini membawa
kepada cahaya manusia dinyalakan dari Injil, dan menempatkan di pembuangan
sumber daya tabungan mereka yang Gereja sendiri, di bawah bimbingan Roh
Kudus, menerima darinya Pendiri. Untuk pribadi manusia pantas dipertahankan;
masyarakat manusia layak untuk diperbaharui. Maka titik fokus dari presentasi
total akan manusia itu sendiri, utuh dan seluruh, tubuh dan jiwa, jantung dan hati
nurani, pikiran dan kehendak.
Oleh karena itu, Konsili suci, mulia memproklamirkan nasib manusia dan
membela dewa benih yang telah ditaburkan dalam dirinya, menawarkan kepada
umat manusia jujur bantuan Gereja dalam mendorong bahwa persaudaraan dari
semua orang yang sesuai dengan ini takdir mereka. Terinspirasi oleh tidak ada
ambisi duniawi, Gereja berusaha tetapi tujuan tunggal: untuk meneruskan karya
Kristus berada di bawah pimpinan Roh berteman. Dan Kristus memasuki dunia ini
untuk memberi kesaksian tentang kebenaran, untuk penyelamatan dan tidak untuk
duduk dalam penilaian, untuk melayani dan bukan untuk dilayani.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Gaudium Et Spes

Penjelasan tentang perubahan- perubahan dalam tata hidup masyarakat


zaman ini; martabat pribadi manusia; ateisme sistematis dan ateisme praktis;
aktivitas hidup manusia; hubungan timbal balik antara Gereja dan dunia; beberapa
masalah mendesak, seperti perkawinan, keluarga; cinta kasih suami isteri;
kesuburan perkawinan; kebudayaan dan iman; pendidikan kristiani; kehidupan
sosial ekonomi dan perkembangan terakhirnya; harta benda diperuntukkan bagi
semua orang; perdamaian dan persekutuan bangsa-bangsa; pencegahan perang;
kerjasama internasional.

Ajaran Sosial Gereja Page 17


6.POPULORUM PROGRESSIO (KEMAJUAN BANGSA-BANGSA)
Paus Yohanes Paulus VI, 26 Maret 1967

Ensiklik Paus Paulus VI

Populorum progressio adalah sebuah ensiklik yang ditulis oleh Paus


Paulus VI tentang "perkembangan orang-orang" dan bahawa ekonomi dunia
seharusnya melayani semua uamt manusia dan tidak hanya sebagian kecil saja.
Ensiklik ini dikeluarkan pada tanggal 26 Maret 1967. Dokumen ini menyinggung
berbagai prinsip "Ajaran Sosial Katolik": hak akan upah yang adil; hak akan
keamanan pekerjaan; hak akan kondisi kerja yang cukup baik dan wajar; hak akan
bergabung dengan serikat pekerja dan melakukan unjuk rasa sebagai jalan
terakhir; dan tujuan universal dari kekayaan dan harta benda.
Perkembangan bangsa-bangsa merupakan tema pokok perhatian dari
Ensiklik Ajaran Sosial. Gereja memandang bahwa kemajuan bangsa manusia
tidak hanya dalam kaitannya dengan perkara-perkara ekonomi atau teknologi,
tetapi juga budaya (kultur). Kemajuan bangsa manusia masih tetap dan bahkan
memiliki imbas pemiskinan pada sebagian besar bangsa-bangsa. Isu marginalisasi
kaum miskin mendapat tekanan dalam dokumen ini. Revolusi di berbagai tempat
di belahan dunia kerap kali tidak membawa bangsa manusia kepada kondisi yang
lebih baik, malah kebalikannya, kepada situasi yang sangat runyam. Kekayaan
dari sebagian negara-negara maju harus dibagi untuk memajukan negara-negara
yang miskin. Soal-soal yang berkaitan dengan perdagangan (pasar) yang adil juga
mendapat sorotan yang tajam. Ensiklik ini menaruh perhatian secara khusus pada
perkembangan masyarakat dunia, teristimewa negara-negara yang sedang
berkembang. Diajukan pula refleksi teologis perkembangan / kemajuan yang
membebaskan dari ketidakadilan dan pemiskinan. Peningkatan kepemilikan
bukanlah tujuan utama dari negara atau individu. pertumbuhan Semua ambivalen.
Hal ini penting jika manusia adalah untuk mengembangkan sebagai manusia, tapi
dalam cara memenjarakan manusia jika ia menganggap itu yang baik tertinggi,
dan itu membatasi visinya. Kemudian kita lihat mengeraskan hati dan menutup
pikiran, dan laki-laki tidak lagi berkumpul bersama dalam persahabatan, tetapi

Ajaran Sosial Gereja Page 18


keluar dari self-bunga, yang segera mengarah pada pertentangan dan perpecahan.
Pengejaran eksklusif harta sehingga menjadi hambatan untuk pemenuhan individu
dan keagungan yang sejati manusia. Baik untuk bangsa dan untuk orang-orang
individu, ketamakan adalah bentuk paling nyata dari keterbelakangan moral.
Jika pengembangan lebih lanjut panggilan untuk pekerjaan teknisi semakin
banyak, bahkan lebih penting adalah pemikiran yang mendalam dan refleksi dari
orang bijak untuk mencari sebuah humanisme baru yang akan memungkinkan
manusia modern untuk menemukan dirinya kembali oleh merangkul nilai-nilai
yang lebih tinggi dari cinta dan persahabatan, doa dan kontemplasi. Ini adalah apa
yang akan mengizinkan kepenuhan pembangunan otentik, suatu perkembangan
yang untuk setiap dan semua transisi dari kondisi manusia kurang bagi mereka
yang lebih manusiawi.
Dikurangi kondisi manusia: kurangnya kebutuhan bahan untuk mereka
yang tanpa minimum penting bagi kehidupan, kekurangan moral orang-orang
yang dimutilasi oleh keegoisan. Dikurangi manusia kondisi: struktur sosial yang
menindas, apakah karena penyalahgunaan kepemilikan atau penyalahgunaan
kekuasaan, dengan eksploitasi pekerja atau untuk transaksi yang tidak adil.
Kondisi yang lebih manusia: bagian dari kesengsaraan terhadap kepemilikan
kebutuhan, kemenangan atas menyesah sosial, perkembangan ilmu pengetahuan,
akuisisi budaya. kondisi tambahan yang lebih manusiawi: harga meningkat untuk
martabat orang lain, yang berpaling ke arah semangat kemiskinan, kerjasama
untuk akan, baik umum dan keinginan untuk perdamaian. Kondisi yang masih
lebih manusiawi: pengakuan oleh manusia nilai tertinggi, dan Allah sumber dan
finalitas mereka. Kondisi itu, akhirnya dan di atas semua, lebih manusia: iman,
karunia Allah yang diterima oleh kehendak baik manusia, dan kesatuan dalam
kasih Kristus, yang memanggil kita semua untuk berbagi sebagai anak-anak
dalam kehidupan Allah yang hidup, Bapa dari semua orang.
"Isi bumi dan menaklukkan itu": Alkitab, dari halaman pertama,
mengajarkan kita bahwa seluruh ciptaan adalah untuk manusia, bahwa itu adalah
tanggung jawabnya untuk mengembangkannya dengan usaha cerdas dan dengan
cara kerja untuk sempurna itu, sehingga untuk berbicara, untuk penggunaan nya.
Jika dunia ini dibuat untuk memberikan setiap individu dengan sarana

Ajaran Sosial Gereja Page 19


penghidupan dan instrumen untuk pertumbuhan dan kemajuan, sehingga setiap
orang memiliki hak untuk menemukan di dunia apa yang diperlukan untuk dirinya
sendiri. Dewan baru-baru ini mengingatkan kita tentang hal ini: "Allah yang
dimaksudkan bumi dan semua yang mengandung untuk penggunaan setiap
manusia dan orang-orang demikian, karena semua orang mengikuti keadilan dan
bersatu dalam amal, barang yang dibuat harus berlimpah bagi mereka secara
wajar. "Semua hak-hak lainnya apapun, termasuk properti dan perdagangan bebas,
harus tunduk kepada prinsip ini. Mereka seharusnya tidak menghalangi tetapi
pada sebaliknya mendukung penerapannya. Ini adalah tugas berat dan mendesak
sosial untuk mengarahkan mereka untuk finalitas utama mereka.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Populorum Proggresio

Perkembangan bangsa manusia zaman ini; kesulitan-kesulitan yang


dihadapi; kerjasama antarbangsa-bangsa; dukungan organisasi internasional,
seperti badan-badan dunia yang mengurus bantuan keuangan dan pangan;
kemajuan diperlukan bagi perdamaian.

7.OCTOGESIMA ADVENIENS (PANGGILAN UNTUK BERTINDAK)


Paus Pius XI, 15 Mei 1971

Surat Apostolik Paus Paulus VI

Octogesima adveniens adalah incipit dari 14 Mei 1971 Surat Apostolik


ditangani oleh Paus Paulus VI untuk Kardinal Maurice Roy , Presiden Dewan
Kepausan untuk Awam dan dari Dewan Kepausan untuk Keadilan dan
Perdamaian , pada kesempatan ulang tahun kedelapan puluh dari Paus Leo XIII 's
ensiklik Rerum Rerum .
Ini membahas tema-tema seperti mengamankan yayasan demokratis dalam
masyarakat.

Ajaran Sosial Gereja Page 20


Surat tersebut adalah salah satu dokumen magisterial pertama yang menyebutkan
topik pelestarian lingkungan , sebuah isu yang cukup baru dalam bidang politik
pada saat teks's publikasi.
Arti “Octogesima” adalah yang ke-80; maksudnya: surat apostolik ini
dimaksudkan untuk manandai usia Rerum Novarum yang ke-80 tahun. Paulus VI
menyerukan kepada segenap anggota Gereja dan bangsa manusia untuk bertindak
memerangi kemiskinan. Soal-soal yang berkaitan dengan urbanisasi dipandang
menjadi salah satu sebab lahirnya “kemiskinan baru”, seperti orang tua, cacat,
kelompok masyarakat yang tinggal di pinggiran kota, dst. Diajukan ke permukaan
pula masalah-masalah diskriminasi warna kulit, asal usul, budaya, sex, agama.
Gereja mendorong umatnya untuk bertindak ambil bagian secara aktif dalam
masalah-masalah politik dan mendesak untuk memperjuangkan nilai-nilai /
semangat injili. Memperjuangkan keadilan social.

"Paulus VI memecahkan beberapa hal di halaman surat ini dengan. Dia membatasi
dirinya untuk memberi cahaya ke pembaca dan meninggalkan mereka kemudian
gratis hati nurani mereka. Ketika datang ke tindakan kata hati nurani menuntun
kita ke titik yang lain.. Di sini kita dihadapkan dengan radikal modern teks Para
pemimpin yang tahu segalanya dan tidak ditawarkan mata pelajaran mereka lebih
dari rezeki yg telah dicernakan sebelumnya, telah menghilang ke dalam sejarah.
yang baru orang suka memiliki perusahaan di jalan tapi dia tidak suka diarahkan,
masih kurang didorong menerima. Paus Paulus VI cara dialog dan melakukannya
tanpa menyangkal fungsinya sebagai panduan untuk Gereja .... Dia berbicara,
converses , memberikan pendapat, menunjukkan aspek-aspek baru masalah, dan
kemudian pensiun - meninggalkan tanggung jawab kepada komunitas Kristen
ketika datang ke pilihan praktis ".
Amerika (29 Mei 1971) 554. "adalah nada yang sengaja sederhana dan
sering pribadi, kontras dengan gaya serius menjemukan yang dicirikan dengan
tingkat tertentu bahkan ensiklik Yohanes XXIII .... Pada sejumlah titik, lagi
berangkat dalam beberapa mengukur dari bahasa abstrak dokumen sebelumnya,
surat tersebut berbicara secara konkret negara .... (Ini berbicara) secara rinci dan
jelas dengan kecanggihan tentang menantang fenomena urbanisasi di industri dan

Ajaran Sosial Gereja Page 21


berkembang baik .... (Paus) menegaskan yang lokal atau regional Kristen
masyarakat seperti itu harus melakukan tugas menerapkan norma-norma dan
prinsip-prinsip yang luas dengan kondisi dari lokal yang berbeda .... Akhirnya,
meskipun surat suara catatan realisme perusahaan di seluruh, semangat tetap tanpa
berkedip positif dan penuh harapan. "
Kesejahteraan bersama "Apa yang masih harus dilihat adalah bagaimana
serius dunia akan mengambil pesan kepausan,. Ketika Rerum Rerum dikeluarkan,
putusan kelas ini sangat puas menyikat off semua peringatan tentang kebodohan
mereka dalam mengabaikan ledakan ketidakpuasan yang berada di bawah
permukaan yang jelas. Hari ini sebanding dengan ketidakpuasan adalah endemik
di seluruh sebagian besar: dunia. Seperti di hari-hari Leo, panggilan Paus Paulus
adalah tindakan, dan pertanyaan itu akan menimbulkan adalah negara-negara kaya
dan individu benar-benar bekerja untuk membentuk dunia baru di sepanjang garis
manusia, atau akan mereka hanya menunggu, sebagai penguasa sebelumnya
lakukan, untuk ledakan kekerasan untuk meniup membuang mereka ke dalam
sejarah? "

Tema – Tema Pokok Ensiklik Octogesima Adveniens

Soal kepastian dan ketidakpastian fenomen kemajuan bangsa manusia


zaman ini berkaitan dengan keadilan; urbanisasi dan konsekuensi-
konsekuensinya; soal diskriminasi; hak-hak manusiawi; kehidupan politik,
ideologi; menyimak sekali lagi daya tarik sosialisme; soal kapitalisme; panggilan
kristiani untuk bertindak memberi kesaksian hidup dan partisipasi aktif dalam
hidup politik.
Dunia mengalami resesi ekonomi dengan korban mereka yang miskin; di
Amerika aksi Martin Luther King untuk perjuangan hak-hak asasi marak dan
menjadi perhatian dunia; protes melawan perang Vietnam.

Ajaran Sosial Gereja Page 22


7.CONVENIENTES EX UNIVERSO (BERHIMPUN DARI SELURUH
DUNIA) atau JUSTICIA IN MUNDO (JUSTICE IN THE WORLD)

Sinode Uskup, 30 November 1971

Sinode para Uskup di dunia

Dunia sedang berhadapan dengan problem keadilan. Untuk pertama


kalinya (boleh disebut demikian) sinode para uskup menaruh perhatian pada soal-
soal yang berkaitan dengan keadilan. Para uskup berhimpun dan bersidang serta
menelorkan keprihatinan tentang keadilan dalam tata dunia. Misi Gereja tanpa ada
suatu upaya konkret dan tegas mengenai tindakan perjuangan keadilan, tidaklah
integral. Misi Kristus dalam mewartakan datangnya Kerajaan Allah mencakup
pula datangnya keadilan. Dokumen ini banyak diinspirasikan oleh seruan keadilan
dari Gereja-Gereja di Afrika, Asia, dan Latin Amerika. Secara khusus pengaruh
pembahasan tema “Liberation” oleh para uskup Amerika Latin di Medellin
(Kolumbia). Keadilan merupakan dimensi konstitutif pewartaan Injil. Dalam
menghadapi situasi sekarang-hari dunia, seperti yang ditandai oleh dosa besar
ketidakadilan, kami menyadari baik tanggung jawab kita dan ketidakmampuan
kita untuk mengatasinya dengan kekuatan kita sendiri. Situasi seperti ini
mendorong kita untuk mendengarkan dengan hati yang rendah hati dan terbuka
untuk firman Allah, karena ia menunjukkan kita jalan baru terhadap tindakan di
jalan keadilan di dunia.
Dalam Perjanjian Lama Allah menyatakan dirinya kepada kita sebagai
pembebas kaum tertindas dan pembela kaum miskin, menuntut dari iman orang-
orang di dalam Dia dan keadilan terhadap sesama. Hal ini hanya dalam ketaatan
tugas keadilan bahwa Allah benar-benar diakui sebagai pembebas kaum tertindas.
Oleh tindakan dan pengajaran Kristus bersatu dengan cara yang
terpisahkan hubungan orang dengan Allah dan hubungan orang untuk satu sama
lain. Kristus menjalani hidupnya di dunia sebagai total pemberian diri kepada
Allah untuk keselamatan dan pembebasan orang. Dalam khotbahnya ia
memberitakan kebapaan Allah terhadap semua orang dan campur tangan keadilan

Ajaran Sosial Gereja Page 23


Tuhan atas nama orang miskin dan tertindas (Luk 6: 21-23). Dengan cara ini ia
mengidentifikasi dirinya dengan-Nya "yang paling tidak," ketika ia menyatakan:
"Seperti yang Anda lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini yang
merupakan anggota keluarga saya, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat
25:40).
Dari awal Gereja telah tinggal dan memahami Kematian dan Kebangkitan
Kristus sebagai panggilan oleh Tuhan untuk konversi dalam iman Kristus dan
dalam kasih satu sama lain, disempurnakan dalam saling membantu bahkan
sampai ke titik berbagi sukarela barang-barang materi.
Iman dalam Kristus, Anak Allah dan Penebus, dan kasih terhadap sesama
merupakan tema mendasar dari para penulis Perjanjian Baru. Menurut St Paul,
seluruh kehidupan Kristen adalah diringkas dalam mempengaruhi iman bahwa
cinta dan pelayanan dari tetangga yang melibatkan pemenuhan tuntutan keadilan.
Orang Kristen hidup di bawah hukum interior kebebasan, yang merupakan
panggilan permanen untuk kita berpaling dari kemandirian untuk kepercayaan
pada Tuhan dan dari kepedulian diri pada suatu cinta yang tulus dari tetangga.
Dengan demikian terjadi pembebasan asli dan karunia dirinya untuk kebebasan
orang lain.
Menurut pesan Kristen, oleh karena itu, dari hubungan dengan sesama kita
terikat dengan hubungan kita dengan Allah; tanggapan kita terhadap kasih Allah,
menyelamatkan kita melalui Kristus, yang terbukti efektif dalam kasih-Nya dan
pelayanan masyarakat. cinta Kristen tetangga dan keadilan tidak dapat dipisahkan.
Karena cinta menyiratkan permintaan mutlak bagi keadilan, yaitu pengakuan atas
martabat dan hak-hak sesama. Keadilan mencapai kepenuhannya batin hanya
dalam cinta. Karena setiap orang benar-benar merupakan gambaran dari Allah
yang tidak kelihatan dan saudara Kristus, orang Kristen menemukan dalam diri
setiap orang Allah sendiri dan permintaan mutlak Tuhan untuk keadilan dan cinta.
Situasi saat ini di dunia, terlihat dalam terang iman, panggilan kita kembali
ke esensi dari pesan Kristen, menciptakan dalam diri kita kesadaran yang dalam
makna sebenarnya dan tuntutan mendesak tersebut. Misi memberitakan Injil
menentukan saat ini bahwa kita harus mendedikasikan diri untuk pembebasan
orang bahkan dalam keberadaan mereka saat ini di dunia ini. Untuk kecuali pesan

Ajaran Sosial Gereja Page 24


Kristen tentang kasih dan keadilan menunjukkan efektivitas melalui tindakan di
jalan keadilan di dunia, ia akan hanya dengan kesulitan mendapatkan kredibilitas
dengan orang-orang zaman kita.
Gereja telah menerima dari Kristus misi memberitakan pesan Injil, yang
berisi panggilan ke orang-orang untuk berpaling dari dosa dengan kasih Bapa,
kekerabatan universal dan permintaan akibatnya bagi keadilan di dunia. Ini adalah
alasan mengapa Gereja memiliki hak, memang tugas, untuk mewartakan keadilan
pada tingkat sosial, nasional dan internasional, dan untuk mengecam kasus
ketidakadilan, ketika hak-hak dasar orang dan sangat keselamatan mereka
permintaan itu. Gereja, memang, tidak sendirian bertanggung jawab atas keadilan
di dunia, namun, dia memiliki tanggung jawab yang tepat dan spesifik yang
diidentifikasi dengan misinya memberi saksi sebelum dunia kebutuhan akan cinta
dan keadilan yang terdapat dalam pesan Injil, sebuah saksi harus dilakukan di
lembaga-lembaga Gereja sendiri dan dalam kehidupan orang Kristen.
Dari itu sendiri bukan milik Gereja, sejauh ia merupakan suatu komunitas
religius dan hirarkis, untuk menawarkan solusi konkrit di bidang sosial, ekonomi
dan politik untuk keadilan di dunia. Misinya melibatkan membela dan memajukan
martabat dan hak-hak dasar manusia.
Para anggota Gereja, sebagai anggota masyarakat, memiliki hak yang
sama dan tugas untuk mempromosikan baik warga umum lainnya seperti halnya.
Kristen harus memenuhi kewajiban duniawi mereka dengan kesetiaan dan
kompetensi. Mereka harus bertindak sebagai ragi di dunia, dalam, kehidupan
keluarga mereka profesional, sosial, budaya dan politik. Mereka harus menerima
tanggung jawab mereka di wilayah ini di bawah pengaruh Injil dan ajaran Gereja.
Dengan cara ini mereka bersaksi kepada kuasa Roh Kudus melalui tindakan
mereka dalam pelayanan orang dalam hal-hal yang menentukan bagi eksistensi
dan masa depan kemanusiaan. Sementara di kegiatan seperti mereka umumnya
bertindak atas inisiatif sendiri tanpa melibatkan tanggung jawab hirarki gerejawi,
dalam arti mereka lakukan melibatkan tanggung jawab Gereja yang anggotanya
mereka.

Ajaran Sosial Gereja Page 25


Tema – Tema Pokok Ensiklik Convenientes Ex Universo

Misi Gereja dan keadilan merupakan dua elemen yang tidak bisa
dipisahkan; soal-soal yang berhubungan dengan keadilan dan perdamaian: hak
asasi manusia; keadilan dalam Gereja; keadilan dan liturgi; kehadiran Gereja di
tengah kaum miskin. Terminologi kunci yang dibicarakan adalah “oppression”
dan “liberation.

8.EVANGELII NUNTIANDI (EVANGELISASI DI DUNIA MODERN)

Anjuran apostolik Paus Paulus VI

Evangelii nuntiandi adalah nasihat apostolik yang diterbitkan pada tanggal


8 Desember 1975 oleh Paus Paulus VI berikut karya sinode pada tema (dari 7
September 1974 26 Oktober 1980). Hal ini berkaitan dengan penginjilan , dan
menegaskan peranan setiap orang Kristen (dan bukan hanya ditahbiskan sebagai
imam) dalam menyebarkan agama Katolik .
Itu namanya berasal dari kata-kata pertama dari teks: Evangelii nuntiandi studium
aetatis hominibus nostrae (Upaya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang
waktu kita).

Ini nasihat apostolik misionaris memberikan dorongan baru kepada Gereja


Katolik, dan pengajaran terinspirasi dari Yohanes Paulus II (yang berpartisipasi
sangat dalam Surat drafting).
Arah dasarnya: agar Gereja dalam pewartaannya dapat menyentuh manusia pada
abad ke duapuluh.
Ada tiga pertanyaan dasar:
(1) Sabda Tuhan itu berdaya, menyentuh hati manusia, tetapi mengapa Gereja
dewasa ini menjumpai hidup manusia yang tidak disentuh oleh Sabda Tuhan
(melalui pewartaan Gereja)?

Ajaran Sosial Gereja Page 26


(2) Dalam arti apakah kekuatan evangelisasi sungguh-sungguh mampu
mengubah manusia abad ke-20 ini?
(3) Metode-metode apakah yang harus diterapkan agar kekuatan Sabda
sungguh menemukan efeknya?
Tuhan Yesus mewartakan keselamatan sekaligus pewartaan pembebasan. Gereja
melanjutkannya. Hal baru dalam dokumen ini ialah bahwa pewartaan Kabar
Gembira sekaligus harus membebaskan pula. Pada perayaan Immaculate
Conception tahun 1975, sedikit lebih dari satu tahun setelah penutupan Sinode,
Paus diundangkan nasihat apostolik Evangelii nuntiandi . Ia melakukannya secara
eksplisit sebagai pengganti Petrus, mencari "untuk mengkonfirmasi saudara-
saudaranya", apa yang baginya adalah "sebuah program hidup dan sehari-hari]
tindakan [." Pembacaan nasihat yang sangat mengesankan karena
mempertahankan dan mata uang hari ini semangat yang terbuka terhadap besok.
Sadar dari apa evangelisasi berarti suatu kewajiban bagi Gereja dan Anak-
anaknya, Paus Paulus VI meringkas apa yang akan berkembang di nasihat sebagai
berikut: "Setelah Dewan, dan terima kasih kepada Dewan yang telah dibentuk
untuk waktu-Nya Allah dalam ini siklus sejarah, adalah Gereja lebih atau kurang
tepat untuk mewartakan Injil dan untuk memasukkannya dalam hati manusia
dengan keyakinan, kebebasan jiwa, dan manfaat? " Hasil Paus untuk membuat
jawaban afirmatif indah eksplisit dalam proses halaman berikut, menunjukkan
bagaimana penginjilan adalah panggilan yang sangat Gereja.
Hal ini tidak mungkin di sini untuk merangkum ajaran Evangelii
nuntiandi. Garis-garis ini telah mencoba untuk latihan memori historis dari teks
sangat penting dalam menghadapi abad mendatang. Mereka telah berusaha untuk
menjadi undangan ke anak Gereja agar, 25 tahun sejak diundangkan, mereka
dapat membaca teks ini Magister yang mengundang kita untuk menjadi dan
penginjilan komunitas diinjili.

Tema – Tema Pokok Evangelii Nuntiandi

Ajaran Sosial Gereja Page 27


EN (Evangelii Nuntiandi) mengajukan tema-tema problem kultural
sekularisme ateistis, indi-ference, konsumerisme, diskriminasi, pengedepanan
kenikmatan dalam gaya hidup, nafsu untuk mendo-minasi.

9.LABOREM EXCERCENS (KERJA MANUSIA)

Laborem Exercens adalah sebuah ensiklik yang ditulis oleh Paus Yohanes
Paulus II di tahun 1981 mengenai pekerjaan manusiawi. Ensiklik ini merupakan
bagian dari sebuah kumpulan tulisan yang dikenal dengan nama "Ajaran Sosial
Katolik", yang asal-usulnya bisa ditelusuri pada dokumen Rerum Novarum yang
dikeluarkan oleh Paus Leo XIII di tahun 1891.
Yohanes Paulus II menulis Ensiklik "Laborem Exercens" pada tahun 1981, pada
kesempatan ulang tahun ke-90 Ensiklik Leo XIII "Rerum Rerum" pada
pertanyaan tentang tenaga kerja. Itu ditandatangani pada tanggal 14 September,
pesta Salib Suci.
Di dalamnya ia mengembangkan konsep martabat manusia dalam
pekerjaan, penataan dalam empat poin: subordinasi bekerja untuk manusia;
keunggulan pekerja atas seluruh instrumen dan pengkondisian yang secara historis
merupakan dunia kerja, hak-hak manusia orang sebagai faktor penentu dari semua
proses sosial-ekonomi, teknologi dan produktif, yang harus diakui, dan beberapa
elemen yang dapat membantu semua orang mengidentifikasi dengan Kristus
melalui pekerjaan mereka sendiri.
Ensiklik memiliki pengenalan dan empat bab: "Kerja dan Man," "Konflik
Antara Tenaga Kerja dan Modal dalam Fase kini Sejarah," "Hak Pekerja," dan
"Elemen untuk Spiritualitas Kerja.
"Aku ingin mencurahkan dokumen ini," tulis Paus, "untuk bekerja manusia dan,
bahkan lebih, pada manusia dalam konteks yang luas dari realitas kerja ... Kerja
adalah salah satu aspek, satu abadi dan mendasar., salah satu yang selalu relevan
dan selalu menuntut perhatian diperbaharui dan saksi yang menentukan. "
Hal ini tidak bagi Gereja untuk menganalisis dampak bahwa perubahan di
dunia kerja ini terhadap koeksistensi manusia. "Tetapi Gereja menganggap itu
tugasnya selalu untuk memperhatikan martabat dan hak-hak mereka yang bekerja,

Ajaran Sosial Gereja Page 28


untuk mengutuk situasi di mana bahwa martabat dan hak-hak tersebut dilanggar,
dan membantu untuk memandu perubahan yang disebutkan di atas untuk
memastikan otentik kemajuan oleh manusia dan masyarakat. "
"Pekerjaan manusia adalah kunci, mungkin kunci penting, untuk masalah
sosial keseluruhan, jika kita mencoba melihat pertanyaan yang benar-benar dari
sudut pandang manusia baik Dan jika solusi -. Atau lebih tepatnya solusi bertahap
- dari masalah sosial , yang terus datang dan menjadi semakin kompleks, harus
dicari dalam arah kehidupan membuat lebih manusiawi ', kemudian kunci, yaitu
pekerjaan manusia, memperoleh kepentingan mendasar dan menentukan. “
Yohanes Paulus II menggarisbawahi keyakinan Gereja bahwa "pekerjaan
merupakan dimensi fundamental dari keberadaan manusia di bumi." Keyakinan
ini ditemukan di halaman pertama kitab Kejadian: "Beranakcuculah dan
bertambah banyak, dan memenuhi bumi dan menaklukkan itu."
"Kekuasaan manusia atas bumi yang dicapai dalam dan melalui kerja ...
Subjek kerja yang tepat terus menjadi manusia.," Dan finalitas kerja "selalu
manusia itu sendiri." Ini adalah pertanyaan tentang makna obyektif dan subjektif
dari kerja: meskipun keduanya penting, kedua diutamakan, "tidak ada keraguan
bahwa karya manusia memiliki nilai etis dari sendiri, yang secara jelas dan
langsung tetap terkait dengan fakta bahwa orang yang membawanya keluar adalah
orang, subyek yang sadar dan bebas, artinya subjek yang memutuskan tentang
dirinya. "

Walaupun memupuk teknologi peningkatan dalam hal-hal yang dihasilkan


oleh pekerjaan, kadang-kadang "bisa berhenti menjadi sekutu manusia dan
menjadi hampir musuhnya, seperti ketika mekanisasi 'supplants' kerja dia,
menghilangkan semua kepuasan pribadi dan insentif untuk kreativitas dan
tanggung jawab , ketika banyak pekerja menghalangi pekerjaan mereka
sebelumnya, atau ketika, melalui meninggikan mesin, mengurangi manusia status
budak tersebut. "
Bapa Suci ingat bahwa "untuk mencapai keadilan sosial di berbagai
belahan dunia, di berbagai negara, dan dalam hubungan antara mereka, ada
kebutuhan untuk gerakan yang selalu baru solidaritas para pekerja dan buruh. "

Ajaran Sosial Gereja Page 29


"Kerja adalah hal yang baik bagi manusia - hal yang baik bagi
kemanusiaan-Nya - karena melalui pekerjaan manusia tidak hanya mengubah
alam, beradaptasi dengan kebutuhan sendiri, tetapi ia juga mencapai pemenuhan
sebagai manusia dan memang, dalam arti tertentu, menjadi ' lebih manusia
menjadi '.
Paus mengamati bahwa selama periode yang telah berlalu sejak publikasi "Rerum
Rerum" (1891), "yang tidak berarti belum selesai, masalah pekerjaan yang tentu
saja telah diajukan atas dasar konflik besar yang di usia, dan bersama-sama
dengan, perkembangan industri muncul antara 'modal' dan 'tenaga kerja'. "
Antagonisme ini "menemukan ekspresi dalam konflik ideologis antara
liberalisme, dipahami sebagai ideologi kapitalisme, dan Marxisme, dipahami
sebagai ideologi sosialisme ilmiah dan komunisme, yang mengaku bertindak
sebagai juru bicara bagi kelas pekerja dan kaum proletar seluruh dunia. "
Kemudian, ia mengingat prinsip "prioritas tenaga kerja atas modal." Yang
pertama "selalu merupakan penyebab efisien utama, sedangkan modal, seluruh
koleksi sarana produksi, tetap menjadi instrumen belaka atau menyebabkan
instrumental." Dengan demikian muncul kesalahan ekonomisme, "yang
mempertimbangkan kerja manusia semata-mata sesuai dengan tujuan ekonomi."
Yohanes Paulus II kemudian merujuk pada hak milik pribadi, menekankan
bahwa ajaran Gereja mengenai prinsip ini "menyimpang radikal dari program
kolektivisme seperti yang dicanangkan oleh Marxisme," dan "program
kapitalisme dipraktekkan oleh liberalisme dan oleh sistem politik yang diilhami
oleh itu. "
"Posisi kapitalisme 'kaku' terus tetap tidak dapat diterima, yaitu posisi
yang membela hak eksklusif untuk kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi
sebagai 'dogma' tak tersentuh kehidupan ekonomi Prinsip menghormati tuntutan
pekerjaan. Bahwa hak ini harus menjalani revisi konstruktif, baik dalam teori
maupun dalam praktek. " Untuk alasan ini, terlepas dari jenis sistem produksi,
maka perlu bagi setiap pekerja untuk menyadari bahwa "dia bekerja 'untuk dirinya
sendiri'.” Bapa Suci menggarisbawahi bahwa hak asasi manusia yang berasal dari
pekerjaan adalah bagian dari hak-hak dasar orang.

Ajaran Sosial Gereja Page 30


Dia membahas kebutuhan untuk mengambil tindakan terhadap
pengangguran, yang merupakan bencana sosial yang benar dan masalah moral
serta sifat ekonomi.
Dimulai dengan konsep "majikan tidak langsung," dengan kata lain,
"semua agen di tingkat nasional dan internasional yang bertanggung jawab untuk
seluruh orientasi kebijakan tenaga kerja," catatan dia bahwa untuk memecahkan
masalah pengangguran, ini agen "harus membuat ketentuan untuk perencanaan
keseluruhan." Ini "tidak bisa berarti sentralisasi sepihak oleh otoritas publik
Sebaliknya,. Apa yang ada dalam pertanyaan adalah koordinasi adil dan rasional,
dalam kerangka yang inisiatif individu ... harus dijaga."
Berbicara tentang hak-hak pekerja, ia mengingat martabat bekerja di
sektor pertanian dan kebutuhan untuk menawarkan pekerjaan ke orang cacat.
Adapun soal gaji, ia menulis bahwa "masalah utama etika sosial dalam hal ini
adalah bahwa hanya remunerasi untuk pekerjaan yang dilakukan."
Selain itu, "harus ada evaluasi ulang sosial peran ibu." Secara khusus,
"proses kerja secara keseluruhan harus diorganisir dan diadaptasi sedemikian rupa
untuk menghormati persyaratan orang dan nya bentuk kehidupan, atas semua
kehidupan di rumah, dengan mempertimbangkan usia dan jenis kelamin individu."
Sudah sepatutnya bahwa perempuan "harus dapat memenuhi tugas mereka
sesuai dengan sifat mereka sendiri, tanpa diskriminasi dan tanpa dikeluarkan dari
pekerjaan yang mereka mampu, tetapi juga tanpa mengurangi rasa hormat
terhadap aspirasi keluarga mereka dan untuk mereka yang spesifik peran dalam
berkontribusi, bersama-sama dengan laki-laki, untuk kebaikan masyarakat. "
Selain upah, ada manfaat sosial lainnya yang bertujuan "untuk menjamin
kehidupan dan kesehatan pekerja dan keluarga mereka." Dalam hal ini, ia
mencatat hak untuk waktu luang, yang harus mencakup istirahat mingguan dan
liburan tahunan.
Paus kemudian mempertimbangkan pentingnya serikat pekerja, yang ia
sebut "elemen tak terpisahkan dari kehidupan sosial." "Salah satu metode yang
digunakan oleh serikat pekerja di mengejar hanya hak-hak anggota mereka adalah
penghentian mogok atau metode kerja ini diakui oleh ajaran sosial Katolik sebagai

Ajaran Sosial Gereja Page 31


sah dalam kondisi yang tepat dan hanya dalam batas,." Tetapi tidak boleh
disalahgunakan.

Adapun pertanyaan tentang emigrasi untuk alasan bekerja, ia menegaskan bahwa


manusia berhak untuk meninggalkan negaranya untuk mencari kondisi kehidupan
yang lebih baik di negara lain. "Yang paling penting adalah bahwa orang yang
bekerja jauh dari tanah kelahirannya, baik sebagai permanen emigran atau sebagai
pekerja musiman, tidak boleh ditempatkan pada posisi yang kurang
menguntungkan dibandingkan dengan pekerja lain di masyarakat yang dalam hal
hak-hak bekerja.
Tema – Tema Pokok
Sebagian besar isinya ialah tentang keadilan kerja, yang sudah dikatakan
dalam Rerum Novarum; memang Ensiklik ini dimaksudkan untuk memperingati
90 tahun Rerum Novarum.
Kerja dan manusia; semua orang berhak atas kerja, termasuk di dalamnya yang
cacat; perlunya jaminan keselamatan / kesehatan dalam kerja; manusia berhak atas
pencarian kerja yang lebih baik di mana pun, juga di negeri orang.

11.CENTESIMUS ANNUS (TAHUN KE SERATUS)

Ensiklik Yohanes Paulus II

Centesimus Annus (bahasa Latin yang berarti "seratus tahun") adalah


sebuah ensiklik yang ditulis Paus Yohanes Paulus II pada 1991, pada saat
perayaan ke-100 dari Rerum Novarum. Ensiklik ini merupakan bagian dari tulisan
mengenai Ajaran sosial Katolik, yang bermula dari Rerum Novarum, yang
dikeluarkan oleh Paus Leo XIII pada 1891, dan terutama Perjanjian Baru.
Menandai ulang tahun Rerum Novarum yang ke-100. Dokumen ini
memiliki jalan pikiran yang kurang lebih sama, paradigma yang ditampilkan
dalam Rerum Novarum untuk menyimak dunia saat ini. Perkembangan baru
berupa jatuhnya komunisme dan sosialisme marxisme di wilayah Timur (Eropa
Timur) menandai suatu periode baru yang harus disimak secara lebih teliti.

Ajaran Sosial Gereja Page 32


Jatuhnya sosialisme marxisme tidak berarti kapitalisme dan liberalisme
menemukan pembenarannya. Kesalahan fundamental dari sosialisme ialah
tiadanya dasar yang lebih manusiawi atas perkembangan. Martabat dan tanggung
jawab pribadi manusia seakan-akan disepelekan. Di lain pihak, kapitalisme
bukanlah pilihan yang tepat pula. Perkembangan yang mengedepankan eksplorasi
kebebasan akan memicu ketidakadilan yang sangat besar. Centesimus Annus
mengurus pula soal-soal lingkungan hidup yang menjadi permasalahan menyolok
pada zaman ini.
Pope John Paul II, yang paus Foundation "Centesimus Annus Pro Pontifice
(CAPP)" dengan Chirograph dari 5 Juni 1983 dan didirikan pada tanggal 1 Mei
1991 dimasukkan ke dalam kekerasan. Dia didukung oleh sekelompok orang-
orang Katolik, melalui kewirausahaan yang profesional dan berkualitas, awalnya
dipimpin oleh Cardinal Rosalio José Castillo Lara, sejak 2006 oleh Cardinal
Attilio Nicora.
Tujuan Yayasan paus "Centesimus Annus Pro Pontifice" adalah sosial
Katolik mengajar lebih dikenal untuk dilakukan, terutama surat ensiklik
"Centesimus Annus". Oleh karena itu adalah dengan asosiasi keagamaan lainnya.
CAPP yang akan mendukung inisiatif untuk mengembangkan keberadaan dan
kegiatan Gereja Katolik di berbagai sektor masyarakat. Yayasan juga
mempromosikan pencarian moneter sumbangan untuk mendukung kegiatan
langsung dari Apostolic kursi.
Ensiklik ini merupakan bagian dari perayaan untuk mengucap syukur
kepada Allah, yang "turun semua don yang sangat baik dan setiap anugerah yang
sempurna" ( St 1, 17), karena telah menggunakan dokumen yang dipublikasikan
abad yang lalu oleh Tahta Petrus, yang telah memberikan banyak manfaat bagi
Gereja dan dan menyebar begitu banyak cahaya dunia. Perayaan dibuat di sini
menyangkut Leonin ensiklik dan ensiklik dan tulisan-tulisan lain dari pendahulu
saya, yang telah membantu untuk membuat hadir dan hidup di dalam waktu,
sehingga merupakan apa yang disebut 'sosial doktrin', ' sosial mengajar "atau
bahkan" magisterium sosial "Gereja.
Validitas ajaran ini berkaitan dan saya telah menerbitkan dua ensiklik pada
tahun saya kepausan: yang Exercens Laborem pada tenaga kerja manusia, dan

Ajaran Sosial Gereja Page 33


Sollicitudo Rei Sosialis pada masalah saat ini perkembangan individu dan
masyarakat . Pada akhir abad lalu Gereja mendapati dirinya menghadapi
proses sejarah yang sudah lama, tapi kemudian mencapai puncaknya. Menentukan
faktor dalam proses ini adalah satu set perubahan-perubahan radikal dalam,
ekonomi, sosial, dan bahkan dalam ilmu politik dan teknologi, selain pengaruh
luas ideologi dominan.
Hasil dari perubahan ini di arena politik, konsepsi baru masyarakat, negara dan,
karenanya, dari otoritas. Sebuah masyarakat tradisional adalah meninggal dunia,
saat ia mulai membentuk baterai dibebankan pada harapan kebebasan baru tapi
pada saat yang sama dengan ancaman bentuk-bentuk baru ketidakadilan dan
perbudakan.
Dalam bidang ekonomi, di mana penemuan ilmiah dan aplikasi mereka,
secara bertahap mencapai struktur baru dalam produksi barang-barang konsumsi.
Ada muncul suatu bentuk baru dari harta, modal, dan bentuk baru dari tenaga
kerja, upah buruh, ditandai dengan tingginya tingkat produksi, tanpa
memperhatikan untuk seks, usia atau situasi keluarga, dan hanya ditentukan oleh
efisiensi dengan maksud untuk meningkatkan keuntungan.
Pekerjaan demikian menjadi komoditas, yang bisa dibeli dan dijual bebas
di pasar dan harga ditentukan oleh hukum penawaran dan permintaan, tanpa
memperhitungkan minimal diperlukan untuk mempertahankan individu dan
keluarganya. Selain itu, pekerja bahkan tidak yakin mampu menjual "baik sendiri"
mereka, terus-menerus terancam oleh pengangguran, yang, karena tidak adanya
jaminan sosial, berarti momok kelaparan.
Akibat transformasi ini adalah "pembagian masyarakat menjadi dua kelas
yang dipisahkan oleh sebuah jurang yang dalam". Keadaan ini terkait dengan
perubahan politik yang ditandai. Dan dominan teori politik maka demikian adalah
untuk mempromosikan kebebasan ekonomi total oleh undang-undang yang sesuai,
atau, sebaliknya, dengan tidak sengaja intervensi apapun. Pada saat yang sama
mulai muncul di sebuah, sering kekerasan terorganisir, lain konsepsi tentang
properti dan kehidupan ekonomi yang berarti sebuah organisasi sosial dan politik
baru.

Ajaran Sosial Gereja Page 34


Pada puncak bentrokan ini, ketika sudah jelas ketidakadilan serius dari
realitas sosial, yang berkembang di banyak bagian, dan bahaya dari sebuah
revolusi dibantu oleh ide-ide yang kemudian disebut "sosialis", Leo XIII campur
dengan dokumen organik menghadapi "pertanyaan tenaga kerja." Dalam ensiklik
ini telah didahului oleh lain yang ditujukan terutama untuk ajaran politik,
kemudian akan muncul lainnya . Dalam konteks ini kita harus ingat khususnya
ensiklik praestantissimum Libertas, yang menekankan hubungan intrinsik antara
kebebasan manusia dengan kebenaran, sehingga kebebasan yang menolak untuk
terikat pada kebenaran akan jatuh ke dalam kesewenang-wenangan dan akhirnya
menyerahkan ke nafsu basest dan menghancurkan dirinya sendiri. Memang, dari
mana semua kejahatan yang timbul terhadap yang ingin bereaksi Rerum Rerum,
tapi kebebasan yang, di bidang sosial dan kegiatan ekonomi, dipisahkan dari
kebenaran tentang manusia?
Paus juga menarik inspirasi dalam ajaran pendahulu mereka, dokumen
banyak uskup, studi ilmiah yang disponsori oleh orang awam, dalam kegiatan
gerakan Katolik dan asosiasi, serta prestasi praktis dalam bidang sosial, yang
ditandai kehidupan Gereja pada paruh kedua abad kesembilan belas.

Tema – Tema Pokok Ensiklik Centesimus Annus

Skema jalan pikiran Ensiklik ini serupa dengan dokumen-dokumen


sebelumnya: pertama-tama dibicarakan dulu mengenai Rerum Novarum yang
diperingati; berikutnya dengan menyimak pola Rerum Novarum, Ensiklik
Centesimus Annus membahas “hal-hal baru zaman sekarang”; diajukan pula
catatan “tahun 1989” (adalah tahun jatuhnya tembok Berlin); prinsip harta benda
dunia diperuntukkan bagi semua orang; negara dan kebudayaan; manusia ialah
jalan bagi Gereja; soal lingkungan hidup.
Ensiklik Paus Yohanes Paulus II “Centesimus Annus” disusun dan
dikeluarkan untuk Yubileum (seratus tahun kenangan atas Ensiklik Rerum
Novarum dari Paus Leo XIII). Poin-poin pokok di awal ” Centesimus Annus”,
sebagai kenangan 100 tahun ajaran sosial ensiklik Rerum Novarum, yaitu sebagai
berikut:

Ajaran Sosial Gereja Page 35


· mengecam ideologi sosialisme yang mengingkari hak milik pribadi. Menurut
paham sosialis, milik pribadi dialihkan hanya kepada negara. Turut mengecam
liberalis yang punya akses kekayaan ke pihak penguasa negara, sehingga para
pemilik modal menjadi “anak emas” penguasa negara.
· tidak boleh memperlakukan buruh sebagai barang dan budak. Tapi setiap
manusia harus dihargai martabatnya. Seturut keluhuran martabat Kristiani.
· Jadi secara singkat, ada empat pokok penting dalam kenangan 100 tahun
Rerum Novarum:
1. paham sosialis harus ditolak. Karena tidak mengakui hak milik pribadi;
2. menuntut hak akan upah yang adil: upah harus menjamin kesempurnaan
hidup para buruh juga, antara lain: kesehatan, cuti hamil, meningkatkan skill dll.
3. kaum buruh berhak untuk berserikat: sehingga kesatuan untuk membela hak-
haknya makin menjadi kuat.
4. Ada peran/intervensi negara: guna mengatur kehidupan masyarakat dan
melindungi golongan lemah, seperti buruh. Ini sebagai peranan subsidier dari
pihak negara.
· masalah dan peristiwa baru dewasa ini:
a. akhir dari ideologi sosialisme (di negara komunis). Dimana sosialisme dan
paham ateis itu tak mampu memahami dimensi pribadi pada manusia.
Padahal manusia adalah Ciptaan Allah paling luhur. Bagi paham sosialis,
kesejahteraan manusia diabdikan demi alat/hamba ekonomi dan tatanan hidup
sosial belaka, (AC 13);
b. modal produksi dan hak milik pribadi berkait dengan kerja. Kerja sebagai
faktor produksi dari kekayaan (bumi/alam). Dan kerja disebut produktif jika
mengenal baik daya produktifitas bumi. Dan juga mengenal baik kebutuhan nyata
dari yang dilayani oleh kerja tersebut, (AC 31). Maka Paus menekankan bahwa
sumber kekayaan hidup adalah kerja. Ini mencakup peran inisiatif (dalam aspek
ekonomi) para usahawan pula. Dimana perusahaan merupakan kesatuan banyak
individu dan punya sikap menanggungnya secara bersama-sama, (AC 43)
A. Pokok-pokok Ajaran Sosial Gereja

Ajaran Sosial Gereja Page 36


2.3 PRINSIP-PRINSIP POKOK AJARAN SOSIAL GEREJA
1. Kesejahteraan Umum
Kesejahteraan umum termasuk jantung ASG. Pemikir Perancis, Jacques
Maritain (1882-1973), salah seorang tokoh penting dalam kebangkitan kembali
ajaran Thomas Aquinas, berpandangan bahwa kesejahteraan umum harus
mencangkup pelayanan umat manusia yang dikarunia hak kodrati. Menurutnya,
kesejahteraan umum tidak hanya mencangkup pemenuhan hal-hal duniawi, tetapi
juga melibatkan nilai rohani umat manusia, seperti hak-hak manusia, kebebasan,
kemakmuran jasmani dan rohani.
Berdasarkan ulasan-ulasan Mater et Magistra, David Hollenbach melukiskan
kesejahteraan umum sebagai kenyataan sosial yang didalamnya semua orang
saling berbagi dan menolong. Kesejahteraan umum dilukiskan sebagai
“seperangkat keadaan sosial yang memungkinkan seseorang untuk mencapai
kesempurnaan dalam hidupnya secara utuh.
Sifat kesejahteraan umum seperti terlukis dalam Gaudium et Spes tidak bisa
dimengerti hanya sebagai pemenuhan tuntutan kondisi sosial sekelompok orang.
Kesejahteraan itu mencangkup jaminan akan hak-hak manusia, yang universal dan
tak tergeserkan, seperti hak atas pendidikan, pekerjaan, penghargaan, dan atas
perbuatan sesuai dengan hati nurani.
Kesejahteraan umum adalah tujuan, maksud dan sasaran sebuah masyarakat.
oleh karena itu masyarakat dan Negara wajib membela kesejahteraan umum
sebagai bagian dari hak-hak dasar manusia. Masyarakat dan Negara harus
mengembangkan semua cabang hidup yang mendukung kesejahteraan umum,
seperti mengadakan pelayanan sosial, perawatan kesehatan, kegiatan-kegiatan
budaya, dan lain-lain.
2. Solidaritas
Sebuah analisis yang menyeluruh telah menghasilkan pengertian bulat tentang
penggunaan istilah “solidaritas” (kesetiakawanan) dalam ASG, yaitu:
Pertama, sebelum Konsili Vatikan II kotbah dan ensiklik kepausan terutama
oleh Paus Pius XII selalu memegang gagasan tentang solidaritas dalam ASG
sebagai buah pemersatu umat manusia. Semua manusia berasal dari dan memiliki
kemanusiaan yang sama. Dasar pemersatu umat manusia terletak pada asal-

Ajaran Sosial Gereja Page 37


muasal yang sama, yaitu Tuhan Pencipta langit dan bumi. Hanya ada satu Allah
yang menjadi Bapa semua orang. Kesatuan umat manusia berakar dalam
kesamaan kodrat, misi di dunia dan tujuan adikodrati mereka. Jadi solidaritas
disini mengacu pada situasi dimana semua manusia terikat satu dengan yang lain.
Mereka saling melengkapi dengan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada
sehingga mereka sanggup membangun kesatuan yang kuat.
Kedua, Konsili Vatikan II mengembangkan makna istilah solidaritas. Gagasan
utama mengenai solidaritas ditemukan dalam persamaan kedudukan manusia
sebagai putera-puteri Allah. Gagasan dasar mengenai solidaritas terletak dalam
kodrat manusia dan bersatunya kedudukan di antara semua manusia dalam sebuah
keluarga. Semua manusia diciptakan oleh Allah yang satu dan sama, Bapa kita.
Dasar pemikiran ini dibaharui oleh penjelmaan Yesus sebagai manusia.
Ketiga, dalam Populorum Progessio, Paus Paulus menekankan dimensi
universal dalam istilah “solidaritas”. Seraya memberikan tekanan pada kewajiban
setiap bangsa yang maju untuk membantu mengembangkan diri bangsa-bangsa
lain. Dia menggarisbawahi bahwa setiap bangsa wajib menghasilkan sesuatu yang
lebih baik atau menyumbangkan kemajuan bagi seluruh umat manusia.
Jadi, prioritas yang harus diberikan untuk mewujudkn solidaritas sosial jika
setiap warga masyarakat itu pertama-tama dilihat sebagai manusia. Rasa setia
kawan memampukan seeorang melihat orang lain bukan sebagai “alat” yang
dimanfaatkan, melainkan sebagai “tetangga” dan “penolong” (Kej. 2:18-20) yang
diajak serta dalam perjamuan hidup.
3. Subsidiaritas
Pengertian dasar tentang subsidiaritas dalam ASG berpijak pada pandangan
Paus Pius XI dalam QA bahwa merupakan prinsip dasar falsafah sosial, yang tak
tergoyahkan dan tak tergantikan. Dari kodratnya, tujuan sejati dari semua kegiatan
sosial hendaknya membantu para anggota badan sosial dan bukan sekali-kali
membinasakan dan menghisap mereka.
Dalam menafsirkan prinsip subsidiaritas ini, salah seorang arsitek ensiklik, O.
von Nell Breuning, mengatakan bahwa prinsip ini menyinggung bantuan yang
diberikan sebuah masyarakat kepada warganya. Bantuan terbaik ialah bantuan
yang menolong “membantu diri sendiri”. Semua bantuan, termasuk bantuan dari

Ajaran Sosial Gereja Page 38


orang tua kepada anak-anaknya, harus menciptakan dan memajukan kemampuan
menentukan nasib diri sendiri para ahli warisnya. Kedua aspek pokok ini ialah
“membantu diri sendiri” dan “berkembang dengan kemampuan diri sendiri”. Jika
seseorang memaksakan pertolongannya pada orang yang miskin, dia bukan
membantu si miskin, justru akan melanggar pegangan hidup “berdikari”
Paus Yohanes XXIII membangun subsidiaritas diatas prinsip Paus Pius XI
dengan menggarisbawahi perlunya menjamin kemandirian dan kebebasan setiap
manusia, keluarga dan masyarakat. Prinsip ini mencoba membantu manusia
mengungkapkan pendapatnya secara spontan dan aktif. Jiwa kemandirian sangat
diperlukan dalam mewujudkan sebuah masyarakat yang kuat dan bermasa depan.
4. Partisipasi
Istilah “berpartisipasi” mengandung pengertian pasif sekaligus aktif. Dalam
pengertian pertama, artinya: turut ambil bagian dalam sesuatu atau berhak atas
bagian tertentu. Dalam pengertian yang kedua, berarti: bekerjasama melalui
tindakan sendiri yang bebas dengan orang bebas-bebas lainnya untuk suatu usaha
patungan. Pengertian aktif ditandai dengan kerja sama dengan orang lain, yang
tidak begitu jelas diperlihatkan seperti dalam pengertian pasif. Istilah partisipasi
mengandaikan kebebasan. Partisipasi tidak dapat dimengerti tanpa kebebasan
manusia dalam suatu usaha. Partisipasi dapat hadir hanya dalam dunia manusia
dan bergantung pada kebebasan, dan kebebasan diwujudkan dalam berpartisipasi.
Masyarakat yang menghormati partisipasi aktif warganya ditandai oleh
penghargaan atas kemandirian manusia dan atas hak-hak manusia berkenaan
dengan kekuasaan rakyat. Partisipasi dalam hidup bermasyarakat menjadi syarat
yang tak terelakkan bagi kemajuan manusia dan masyarakat. latar belakang ialah
bahwa semua manusia mempunyai hak dan kebebasan yang sama untuk ikut serta
dalam semua kegiatan sosial. Hal ini melalui prinsip-prinsip seperti kesejahteraan
bersama, keadilan sosial, dan pengembangan manusia. Hak berpartisipasi disini
mencakup kewajiban manusia dalam meningkatkan kemajuan sosial.
NILAI-NILAI MORAL DASAR DALAM ASG
1. Cinta kasih
Cinta kasih tampak dalam Rerum Novarumsebagai dasar dan mesin utama
pendorong kepedulian Gereja bagi hidup bermasyarakat. Gejala ini mencerminkan

Ajaran Sosial Gereja Page 39


kesetiaan Gereja dalam tugas panggilannya yang harus menolong kaum tak
berdaya, kecil dan tertindas untuk meraih kesejahteraan mereka. Kehidupan
murid-murid pertama pada zaman Gereja Purba, memberikan contoh bagi hidup
persaudaraan sejati atas dasar saling bantu dan mereka hidup saling serasi diantara
sesame Kristiani. “Tidak ada seorangpun yang kekurangan diantara mereka” (Kis.
4:34).
Seraya menjabarkan kasih ini kedalam kehidupan nyata, Gereja menjadi
ibu bagi semua orang miskin dan kayya. Sebagai ibu, Gereja memperhatikan
semua orang, semua golongan dan semua pihak dalam hidup sosial. Gereja
diilhami dan disemangati oleh kepahlawanan kasih yang tidak menyingkirkan
korban kekerasan dan ketidakadilan tanpa memberikan pertolongan.
Dalam Rerum Novarum, Paus Leo XIII mengatakan bahwa cinta kasih
pertama-tama ditandai oleh kemurahan hati seseorang dan kesediaannya
berkorban bagi orang-orang lain. Kasih tetap tegar melawan semua bentu
kebanggaan dan egoism di dunia. Cinta kasih tidak mementingkan diri sendiri dan
tidak mengingat-ingat kesalahan orang lain. Dalam dirinya cinta kasih merupakan
intisari Kabar Baik. Cinta kasih mendatangkan keselamatan yang merangkul
seluruh dunia dan segenap kandungan didalamnya.
Paus Yohanes XXIII dalam Mater et magistra menyatakan bahwa kasih
akan Allah menjadi sumber cinta kasih Kristiani. Pentingnya makna cinta kasih
ini dapat dinilai dari sikap seseorang terhadap Allah, sebab cinta kasih berasal dari
Dia. Yang sungguh-sungguh mencintai Allah dengan sendirinya, akan mencintai
sesame manusia sebagai amkhluk ciptaan-Nya. Mencintai ciptaan-Nya berarti
mencintai Sang Pencipta.

2. Keadilan Sosial
Gagasan tentang keadilan dalam hubungan sosial dengan kepentingan-
kepentingan manusia yang pada hakikatnya saling terkait dan berdasarkan
martabat manusia. Nilai moral menuntun manusia untuk saling menghormati
martabat dan hak-hak manusia dalam setiap bidang hidup. Seorang manusia selalu
butuh dipandang sebagai manusia. Keadilan sejati menuntut agar setiap orang
dilihat dan dihargai sebagai makhluk Allah. Semua manusia termasuk hamba dan

Ajaran Sosial Gereja Page 40


pekerja, dalam keadaan apapun hendaknya tidak diperbudak. Mereka adalah
manusia dan makhluk ciptaan Allah yang memiliki kekudusan dalam dirinya.
Keadilan merupakan kaidah dasar hubungan sosial dalammenghapus dan
mencegah aneka bentuk kerenggangan sosial. Keadilan yang sama juga
ditekankan pada semua tingkat hubungan sosial antar umat manusia. Bila azas
keadilan diterapkan pada situasi sosial konkrit, semua kegiatan usaha dalam
kelompok sosial meningkat baik. Dewasa ini keadilan lebih dituntut dalam sector-
sektor konflik kepentingan daripada disektor-sektor lain.
Keadilan dalam ASG adalah suatu kebajikan yang melampaui kebajikan
perorangan. Menurut Paus Paulus VI, keadilan merupakan nilai moral yang
membangun semua hubungan hidup bersama dalam setiap bidang kehidupan:
ekonomi, sosial, politik, budaya, dan agama. Nilai ini secara halus mengharuskan
semua orang, keluarga, dan kelompok sosial dalam proses mencapai kesejahteraan
bersama, yang berbeda dengan kesejahteraan perorangan. Dimensi sosial
mendapat penekanan dalam keadilan dan itu berasal dari gagasan akan
perdamaian.
Dalam pengantar Rerum Novarum, Paus Leo XIII mengemukakan
gagasan tentang keadilan dan kesetaraan sebagai prinsip-prinsip dasar dalam
memecahkan dan megatasi masalah-masalah sosial pada akhir abad ke XIX.
Keadilan harus terdapat diantara kaum kaya dan kaum miskin. Sesuai etika,
hendaknya keadilan diterapkan dalam sector distribusi dan menjadi sarana
pembela martabat manusia.
Sebagai pengganti Paus Leo XIII, Paus Pius XI mengikuti alur pikir yang
sama seperti pendahulunya. Hubungan antara pemimpin dan karyawan harus
berdasarkan keadilan. Hubungan inilah ynag menentukan upah bagi para
karyawan. Menentukan besarnya upah harus berdasarkan kepatutan tiga unsur
berikut ini: (1) Kebutuhan karyawan dan keluarga; (2) kondisi pabrik/tempat
kerja; (3) tuntutan-tuntutan kesejahteraan umum. Paus Pius XI mengatakan bahwa
hubungan pribadi antara majikan dan karyawan tak tergantikan oleh ketentuan
resmi apapun. Hubungan manusiawi tinggal tetap tak berubah untuk selamanya
sebgai dasar keadilan.

Ajaran Sosial Gereja Page 41


3. Bebas Merdeka
Lahirnya gagasan ini sangat terkait dengan dimensi hakiki perutusan
Gereja, yaitu mengembangkan martabat dan kemerdekaan manusia sebagai bagian
nilai-nilai Injili. Oleh karena itu untuk mendapatkan pengertian yang cukup
mengenai gagasan kebebasan dalam ASG, perlu dipelajari dua dari ensiklik oleh
Paus Leo XIII, yang diterbitkan sebelum Rerum Novarum, yaitu: Immortale Dei
(Negara menurut Konstitusi Kristiani, 1 November 1885) dan Libertas (Kodrat
kebebasan manusia, 20 Juni 1888). Kedua ensiklik ini secara khusus dipilih
karena dengan jelas dan tegas Paus Leo XIII menyebut kebebasan dengan
merujuk pada Rerum Novarum dank arena ensiklik-ensiklik itu diterbitkan demi
kebaikan Gereja dan untuk keselamatn bersama umat manusia.
Merujuk ajaran kebebasan Paus Leo XIII sekurang-kurangya terdapat tiga
tafsiran utama:
Pertam a, Andrea Oddone, penulis “Budaya Katolik”, melukiskan Gereja
Katolik sebagai “penjaga” kebebasan sejati para warganya ketika gereja berjuang
menentang tindakan sewenang-wenang Negara.
Dia menulis,Paus Leo XIIIdalam Ensikliknya “Libertas” menegaskan bahwa
kelihatan semakin besar pengaruh Gereja dalam memelihara dan melindungi
kebebasan sipil dan politik bangsa-bangsa, baik dengan menghapus perbudakan,
baik dengan memulihkan keluarga, baik dengan menentag kesewang-wenangan
pemerintah dan melindngi orang tak bersalah dan orang lemah terhadap tindakan
kekerasan oleh orang kuat, maupun dengan mengalahkan sedemikian banyak
peraturan politik yang menggangu dinegara-negara dengan persamaan derajat
yang disukai oleh warga dan disegani oleh kekuatan asing.
Kedua, dalam analisis ajaran Paus Leo XIII mengenai kebebasan, Vicenzo
mangano menulis bahwa ditemukan adanya perbedaan ynag jelas antara
kebebasan yang dikehendaki Tuhan dan kebebasan ynag disalah-gunakan manusia
yang mendatangkan sebegitu banyak masalah dan kesalahan.
Ketiga, para penulis dewasa ini memiliki pandangan berbeda atas ajaran
Paus Leo XIII mengenai kebebasan. Menurut Charles E. Curran, Paus Leo XIII
mencela kebebasan modern. Paus ini tidak termasuk pembela kebebasan sipil dan
kebebasan modern. Segaris dengan Curran, Paul Sigmun mencatat, Paus Leo XIII

Ajaran Sosial Gereja Page 42


menegaskan kembali kecaman-kecaman para pendahulunya terhadap tidak adanya
kebebasan beribadah, menyatakan diri, dan mengajar, dengan menuduh kaum
liberal menjadikan “Negara berkuasa mutlak dan mahakuasa” dan menyatakan
hendaknya orang hidup sama sekali tidak tergantung kepada Allah.

Ajaran Sosial Gereja Page 43


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ASG berusaha menghadirkan kepada manusia rencana Allah bagi realitas
sekular dan menerangi serta membimbing manusia dalam membangun dunia
seturut rencana Tuhan.Melalui ensiklik pertama dari Paus Leo XIII “memberi
Gereja semacam ‘status kewarganegaraan’ di tengah realitas-realitas kehidupan
publik yang sedang berubah”dan membuat sebuah “pernyataan yang sangat tegas”
yang kemudian menjadi “unsur permanen ajaran sosial Gereja”. Beliau mengakui
bahwa masalah-masalah sosial yang berat “hanya akan dapat dipecahkan bila
semua tenaga dan sumber daya dikerahkan secara terpadu”dan menambahkan
bahwa “menyangkut Gereja, kerja sama dari pihaknyatidak akan pernah
pudar”.Mulai dari ensiklik pertama inilah gereja menyadari bahwa gereja harus
ikut terjun untuk bisa ‘hadir’ di dunia dalam proses mewujudkan kerajaan
Allah.Ajaran Sosial Gereja merupakan salah satu wujud nyata usaha dari gereja
dalam mewujudkan manusia yang lebih baik.

3.2 Saran
Gereja sebaiknya lebih mengenalkan Ajaran Sosial Gereja dalam bentuk 11
dokumen gereja kepada masyarakat agar ajaran tersebut tidak menjadi sia-sia.

Ajaran Sosial Gereja Page 44


DAFTAR PUSTAKA
https://dokasg.wordpress.com/2008/08/19/pokok-pokok-ajaran-sosial-gereja/
http://giovanirikho.blogspot.co.id/p/ajaran-sosial-gereja.html
http://francekatolik.blogspot.co.id/2012/02/ajaran-sosial-gereja-atau-asg.html

Ajaran Sosial Gereja Page 45

Anda mungkin juga menyukai