Anda di halaman 1dari 3

Yuhron Taufiq / 13416241068 / Pendidikan IPS B 2013

Pemikiran Martin Luther King Jr


Lahir di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat pada 15 Januari 1929, Martin besar
sebagai orang berpendidikan dan religius. Ayah Martin yang benama sama, adalah seorang
pendeta di Atlanta. Martin Luther Sr. selalu mengajarkan agama Katolik pada Martin Junior
dengan sangat disiplin. Adapun ibunya bernama Alberta Williams King. Martin Luther King
Jr. adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ia memiliki seorang kakak perempuan bernama
Willie Christine King dan seorang adik laki-laki bernama Alfred Daniel Williams King.
Semasa remaja, Martin Luther King Jr. disekolahkan di Booker T. Washington High School.
Ia sangat cepat dewasa dan cerdas, sehingga kelas 9 dan 12 dilewatkannya begitu saja dan
langsung ia masuk ke kampus Morehouse College saat usianya baru 15 tahun, tanpa perlu
lulus SMA terlebih dahulu. Di tahun 1948, ia lulus dari Morehouse dengan gelar Sarjana
Sosiologi. Lantas ia mendaftarkan diri ke Seminari Keagamaan Crozer di Chester,
Pennsylvania. Dari sekolah keagamaan itu ia lulus dengan gelar sarjana Teologi di tahun
1951. Saat usianya 25 tahun pada tahun 1954, ia mulai melanjutkan pendidikannya ke jenjang
doktoral di bidang teologi sistematis di Universitas Boston. Setelah lulus pada tahun 1955,
diraihnya gelar Doktor di bidang Filosofi. Setelah melakukan berbagai kampanye antirasisme selama lebih dari sepuluh tahun, Martin meninggal dengan tragis pada 1968. Ia
ditembak mati setelah melakukan aksi di Memphis. Ia ditembak di kamar hotelnya.
Konteks Sosial Martin Luther King timbul karena ada garis pemisah atau diskriminasi
Ras antara orang kulit putih dan orang kulit hitam di Amerika Serikat. Pada saat itu, Orang
Kulit hitam dianggap sebagai Warga Kelas Dua dari orang Kulit Putih dan Orang kulit putih
memperlakukan orang berkulit hitam layaknya binatang. di jalan mereka diejek, di kendaraan
umum pun mereka harus selalu mengalah kepada kaum kulit putih, di tempat umum, seperti
restoran, sekolah, rumah sakit, bahkan di gereja, kaum kulit hitam selalu menjadi warga kelas
dua.
Barangsiapa yang melanggar aturan-aturan umum tersebut pasti akan berhadapan
dengan polisi dan penjara. Di dalam gedung selalu terpampang tulisan, Colored exit by rear
door, yang artinya kulit hitam lewat pintu belakang atau For White Only. Mereka menjadi
sasaran pengejaran para polisi. Orang kulit putih menganggap orang kulit hitam tidak
berharga.

Seiring dengan berjalannya waktu, sedikit demi sedikit, Martin mulai mengerti arti
menjadi orang kulit hitam ketika di sekolah, ia membaca, For White Only! Tulisan itu
sangat berkesan dan menjadi suatu perenungan panjang baginya. Haruskah orang kulit hitam
menjadi warga kelas dua untuk selamanya. Meskipun ia berasal dari golongan borjuis dan
berpendidikan, ia tetap memiliki rasa kepedulian atas ketidakadilan dan diskriminasi ras saat
itu.
Pemikiran Martn Luther King Jr adalah mengenai Rasialisme atau diskriminasi yang
mengatasnamakan ras atau warna kulit saat itu. Ia berpendapat bahwa rasialisme harus
dihapuskan karena tidak mencerminkan keadilan sosial. Pada saat ia menjadi Pastur di gereja
Montgomery Atlanta, ia selalu mengajarkan bahwa semua manusia itu satu derajat. Martin
juga menyuarakan impiannya akan suatu kehidupan tanpa diskriminasi, di mana setiap orang
dari ras dan agama apa pun akan hidup berdampingan secara damai, mengalami persamaan
hak dan keadilan. Salah satu pidatonya yang terkenal adalah "I Have A Dream". I Have A
Dream diutarakan oleh Martin pada saat ia melakukan gerakan anti rasis pada 1963. Pidato
itu merupakan pidato yang dianggap paling menyentuh dari Martin Luther King. Bahkan,
pidato ini masuk ke dalam sepuluh pidato terbaik yang pernah ada di dunia.
Dalam gerakannya, Martin Luther King berani terang-terangan memprotes tindakantindakan diskriminasi orang kulit hitam oleh pemerintah Amerika Serikat. Walaupun
demikian, King tetap melaksanakan gerakan-gerakan tersebut tanpa kekerasan. Hal ini
dikarenakan dia terinspirasi oleh ajaran Gandhi perihal melawan tanpa kekerasan. Melalui
organisasi Southern Christian Leadership Conference (Konferensi Kepemimpinan Kristen
Selatan) yang diketuainya, King berkampanye di kota-kota bagian selatan: Jackson, Selma,
Meridian, dan Birmingham. Namun, pengaruhnya meluas lebih jauh ketika ia memimpin
serangan-serangan terhadap ketidakadilan sosial di kota-kota bagian utara.
Dewasa ini memang sudah tidak ada lagi rasialisme yang ekstrem seperti pada masa
Martin Luther King, namun masalah ketidakadilan sosial masih ada di berbagai negara,
seperti Indonesia. Ketidakadilan sosial terlihat dari kesenjangan sosial antara wilayah
Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Wilayah Indonesia Timur seakan terpinggirkan dan
dibedakan karena pembangunan hanya terpusat di wilayah barat. Hal itu juga bisa
menimbulkan rasialisme dan diskriminasi yang meremehkan penduduk wilayah Indonesia
Timur karena wilayahnya yang masih tertinggal. Belajar dari Martin Luther King bahwa
setiap perbedaan itu dapat disatukan demi tercapainya keadilan sosial. Jangan pernah
memandang rendah orang lain karena perbedaannya, karena setiap manusia memiliki potensi

dan kemampuan yang nyata. Saat ini kita bisa melihat hasil perjuangan Martin Luther King Jr
dengan adanya persamaan hak setiap warga negara di Amerika tanpa memperhatikan ras.
Salah satunya ialah Barrack Obama sebagai Prsiden AS pertama yang berkulit hitam.

Sumber Referensi :
Ravitch, Diane dan Abigail Thernstrom (ed). 2005. Demokrasi : Klasik dan Modern. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
www.id.wikipedia.org
www.jurnal.ugm.ac.id
www.lib.ui.ac.id berjudul Gerakan Hak-Hak Sipil
www.med.umich.edu berjudul I Have A Dream

Anda mungkin juga menyukai