O
L
E
H
KeLAs: X B
2023/2023
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul "BUDAYA BERBURU ADAT{RORI LAKO}" ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial terkhususnya mengenai {Sejarah}. Selain itu, pembuatan makalah ini
juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman budaya merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian
dari warisan budaya yang perlu dilestarikan.Seiring dengan peningkatan tekhnologi dan
transformasi budaya kearah kehidupan modern serta pengaruh globalisasi ,warisan
budaya dan nilai-nilai tadisional masyarakta adat tersebut mengahadapi tantangan
terhadap eksistensinya. Kita dapat memahami bahwa kebudayaan lokal sebenarnya
merupakan pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati ling
kungan hidup sekitar mereka,dan menjadikan pengetahuan itu sebagai budaya dan
memperkenalkan serta meneruskan dari generasi ke generasi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pelaksanaan berburu adat{Witu Ri’i/ Witu Loa }
1.3.2 Untuk mengetahui upaya yang bisa dilakukan masyrakat untuk menjaga kelestarian
berburu adat
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pelaksanaan Berburu Adat {Rori Lako Witu Rii Witu Loa /}
2.1.1 Motivasi melakukan aktivitas atau ritual
Upacara Rori Lako adalah upacara ritual berburuan hewan liar yang ada di Soa yang
biasanya berlangsung pada bulan oktober, ritual ini bukan hanya untuk berburu hewan liar
tetapi juga merupakan tanda-tanda musim tanam. Hewan liar yang biasa diburu adalah rusa
dan babi hutan. Upacara rori lako memiliki beberapa ritual mulai dari persiapan hingga akhir
kegiatan. Hasil buruan yang didapat dibawah kembali ke Nua (kampung) adalah suatu
kehormatan bagi masyarakat soa. Karena itu hewan buruan ini kadang diusung untuk
dipertunjukan ke publik.
Motivasi mereka berburu yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara
mencari babi hutan dan rusa yang nanti hasil buruannya akan dibagikan kepada anak, istri,
keluarga, dan seluruh warga masyarakat so’a yang tergabung dalam kelompok berburu
tersebut.
Ritual ini juga bertujuan sebagai salah satu cara untuk mempertajam keterampilan berburu,
mempererat tali persaudaraan antara sesama masyarakat di dalam kelompok tersebut
sekaligus untuk melestarikan dan menjaga agar kebudayaan tersebut tetap ada sehingga para
generasi penerus dapat mempertahankannya sebagai salah satu identitas budaya.
2.1.2 Orang-Orang yang terlibat dalam upacara Rori Lako
Ritual Rori Lako yang dilakukan oleh masyarakat Soa merupakan tradisi yang diwarisi oleh
nenek moyang secara turun temurun dari awal kehidupan masyarakat soa sampai pada saat
ini yang masih tetap dipertahankan.
Pada dasarnya orang-orang yang terlibat dalam ritual ini adalah seluruh masyarakat Soa,
tanpa memandang umur, status, dan jenis kelamin. Dalam arti upacara ini bisa diikuti oleh
siapapun yang merupakan masyarakat Soa. Anak-anak juga ikut terlibat dalam ritual ini tetapi
mereka hanya diperbolehkan untuk ikut pada saat melakukan perburuan sedangkan untuk
ritual lasa witu karena pada ritual ini seluruh masyarakat yang tergabung dalam kelompok
tersebut apabila sudah duduk maka dia tidak boleh pindah ataupun mengubah posisi duduk
dari awal pada saat dia datang, dan juga dilarang untuk memberikan apapun miliknya kepada
orang lain yang di luar dari kelompok tersebut bahkan keluarga sekalipun. Apabiala larangan
ini dilanggar maka orang tersebut akan mendapatkan sial, seperti gagal panen ataupun
terkena tombaknya sendiri pada saat berburu. Karena apa yang sudah dikatan bukan hanya
sekedar untuk menakut-nakutkan saja tapi sudah banyak terbukti orang yang melanggar
aturan tradisi tersebut mendapatkan musibah seperti yang dikatakan di atas.
2.1.3 Peran Orang Yang Terlibat dalam Upacara Rori Lako
Kegiatan berburu adalah kegiatan yang dilakukan oleh seluruh masyarakat Soa untuk
mencari dan berburu binatang liar yang berada di hutan, binatang yang diburu adalah babi
hutan dan rusa. Kegiatan ini dilakukan selama tiga hari dan tiga malam, semua warga tidak
diperbolehkan untuk pulang ke rumah dan bermalam di hutan. Warga Soa yang terlibat
dalam upacara ini mempunyai peran yang berbeda, jika para kaum laki-laki berburu babi
hutan, maka kaum perempuan bertugas untuk mempersiapkan segalah kebutuhan yang
dibutuhkan oleh kaum laki-laki salah satunya adalah memsak makanan untuk para pemburu.
Mereka yang terlibat dalam ritual ini pada umumnya mempunyai peran masing-masing, bagi
kaum lelaki mereka berperan untuk berburu babi hutan dan rusa di hutan, bagi kaum wanita
berperan untuk memasak makanan bagi para pemburu. Sedangkan untuk anak-anak mereka
mereka ada yang mengikut para pemburu untuk mengejar binatang buruan ada pula yang
membantu para wanita untuk memasak
.
2.1.4 Pelaksanaan Rori Lako
Sebelum mereka melakukan upacara Rori Lako biasanya mereka melakukan persiapan
terlebih dahulu, yaitu {Upacara Lasa Witu) dan {Upacara Woro Kazu}
a. Tahapan awal atau persiapan yaitu masyarakat mempersiapkan diri untuk
menyongsong musim hujan, sehingga tahap pertama berkaitan dengan berburu adat
adalah (Laza Uma) Kegiatan pengenalan pembersihan kebun oleh para petani di
kebunnya masing-masing.
b. Tahap pelaksanaan yakni :masyarakat dan tetua adat sudah ada di rumah pokok (sa’o
pu’u) untuk (Bato) memasak daging hasil tangkapan dari kegiatan
c. Tahap akhir dalam pelaksanaan berburu adat adalah tahapan malam (Pepu) dimana
para tetua adat dari suku Lo’a mempersiapkan alat-alat pusaka berburu adat yang
sudah ada sejak dari nenek moyang.
2.1.5 Dampak/Akibat Jika Upacara Yang Dilakukan Tidak Sejalan Aturan Tradisi/Terjadi
Pelanggaran
Demikian pentingnya ritual ini tapi ada orang yang tidak mengabadikan sebagai bagian yang
penting. Ada pula masyarakat yang melanggar ataupun melakukan ritual yang tidak sesuai
aturan tradisi yang semestinya. Apabila seseorang yang melanggar upacara Rori Lako maka
orang tersebut akan mendapat musibah atau sial. Musibah atau sial ini hanya dialami oleh
orang yang melanggar upacara tersebut, musibah ini sifatnya tidak turun temurun dalam arti
orang itu hanya mengalami sekali dan tidak berdampak pada keturunannya. Musibah yang
dialami oleh orang tersebut berupa gagal panen, terkena tombak saat berburu. Musibah yang
dikatakan di atas bukan hanya ucapan yang menakuti-nakuti saja, tetapi dapat dibuktikan
dengan kenyataan yang dialami oleh masyarakt
2.1.6 Alat, Bahan, Busana Dan Peralatan Lainnya Yang Digunakan Pada Saat Upacara Rori
Lako
Para pemburu mengenakan pakayan yaitu kain adat (Ragi) dan baju kaus yang biasa
digunakan sehari-hari. Mereka membawa tombak, parang dan anjing untuk melacak
keberadaan binatang buruan serta membantu mereka untuk mengejar dan menggigit binatang
buruan. Tombak berfungsi sebagai alat untuk menikam binatang buruan seperti rusa dan babi
hutan, parang digunakan untuk memotong kayu atau untuk membagi binatang buruan yang
didapatkan kepada anggota yang tergabung dalam kelompok tersebut. Mereka juga membawa
bambu sepanjang satu ruas yang diisi dengan air bersih untuk diminum ketika mereka haus
pada saat berburu.
Sedang perempuan berjalan di belakang laki-laki, dengan membawa Bere yang berisi siri
pinang dan tudhi kedhi (pisau kecil) yang digunakan untuk mengupas pinang. Perempuan
mempunyai peranan penting dalam ritual ini, perempuan berkewajiban untuk memasak
makanan bagi para pemburu.
Kemudian diperlukan proses pelembagaan yang harus dikembangkan agar proses pembangunan
nasional dapat melahirkan keseimbangan, pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, memberi
keleluasaan terhadap partisipasi masyarakat, mendukung proses komunikasi dan membuka ruang
publik, mendorong munculnya pernerintah yang terorganisasi dengan baik dan sangat responsif, serta
mempercepat lahirnya elit yang matang dan fleksibel dalam berpolitik.
Kita sebagai pelajar juga harus mampu mengembangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pelajari budaya lokal
b. Ikuti kegiatan kebudayaan
c. Mengajarkan budaya ke orang lain.
d. Kenalkan budaya ke dunia internasional
e. Buat budaya sebagai identitas
f. Ekspor barang kebudayaan ke negara lain.
g. Tidak terpengaruh budaya asing.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan merupakan salah satu warisan budaya dari pada nenek moyang yang sampai
sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat. Begitu juga halnya dengan masyarakat
Kecamatan Soa Desa yang sangat banyak memilki hasil kebudayaan dari masyarakat itu
sendiri. Rori Lako merupakan warisan budaya dari para leluhur yang harus diwariskan dari
generasi ke generasi.
3.2 Saran
Kepada generasi muda diharapakan lebih peduli terhadap peniggalan nenek moyang yang
menjadi peninggalan sejarah yang perlu dipublikasikan kedunia luar.