Anda di halaman 1dari 3

"Anjung-Anjung"

Anjung-anjung anjung si layang-layang


Anjung sejauh jauh

Anjung-anjung anjung si bayang-bayang


Anjung setingi -tinggi

Di langit itu
Tinggi-tinggi adalah layang-layangan
Dianjung jauh-jauh
Sampai ke bayang-bayang

Dilambung tinggi
adalah mimpi di hatimu
ia mati suri

Di keningmu awan bersapau dengan angin yang bersikau mencekau menyilau


engkau menjadi igau
aaaiii anjungkan layang-layang
anjuuuung ke jauuuh-jauuuh

tapi yang tersangkut di pucuk pohon Ara


di ranting-ranting getah adalah bayang
ruang yang tidak kena sinar adalah bayang
seru bayang hidup dikepalamu
merejut tumbuh menjadi liar
kuncup-kuncup merekah
dibibir rindupun terucap
hanya sekali sentap putus

wujud hitam yang tampak di balik benda tercekuh cahaya adalah bayang
seingat-ingatnya lekat dipandang
di celah-celah betis pahamu dan kaki terkikis bulu melebat di ujung jari itulah
akhirnya kau menulis kisah

hai anjungkan bayang-bayang


sampai ke tinggi-tinggi
yang sayup ditinggi-tinggi apakah layang
tali sengaja bertaut dihulu kampung pecah sirna ditimpa lentera
yang berkelap-kelip bila malam menjemput adalah lampu-lampu kota
sekedar bersuara
memeriahkan sekelip mata
sirna

kisah apa menjadi layang


membayang menggapai langit tinggi setinggi-tinggi
tali layang diputus rentap
jatuh ke tanah
terjerembab
bayang dilepas bebas tengkurap di waktu tanpa batas
lalu di siang pepat
budak-budak berlari membawa galah
mengejar layang atau memburu bayang
semak dan duri diharungi
lecah tanah dilumuri

Woiii
ada yang melayang-layang serupa layang-layang ataukah itu bayang-bayang
Tali rentap merapatkan langkah kaki
jeling mata kanan kiri
tolak sana tolak sini
jolok berkali-kali
dapatlah sebingkai layang atau sebungkah bayang

Moooh lari ke kampung-kampung


sampai lesi, lebai,lesut.
rebut layang atau bayang
kami nakkan tinggi-tinggi
kami nakkan jauh-jauh
Woiiii
layang itu
bayang itu
sampai ke hutan kampung
tanah kampung
sungai kampung
suak kampung
beting kampung
pasir kampung
lembah kampung
dan pulau kampung
Siapa yang peduli?
PUISI “SAGU AMBON”
Karya : W.S. Rendra

Ombak beralun, o, mamae.


Pohon-pohon pala di bukit sakit.
Burung-burung nuri menjerit.
daripada membakar masjid
daripada membakar gereja
lebih baik kita bakar sagu saja.

Pohon-pohon kelapa berdansa.


Gitar dan tifa.
Dan suaraku yang merdu.
O, ikan,
O, taman karang yang bercahaya.
O, saudara-saudaraku,
lihat, mama kita berjongkok di depan kota yang terbakar.

Tanpa kusadari
laguku jadi sedih, mamae.
Air mata kita menjadi tinta sejarah yang kejam.

Laut sepi tanpa kapal layar.


Bumi meratap dan terluka.
Di mana nyanyian anak-anak sekolah?
Di mana selendangmu, nonae?
Di dalam api unggun aku membakar sagu.
Aku lihat permusuhan antara saudara itu percuma.
Luka saudara lukaku juga.

Anda mungkin juga menyukai