Dayung sampan mencarỉ ỉkan ỉkan dỉcarỉ haỉ nelayan dỉ tengah muara
Kalau tuan mencarỉ makan carỉ makan jual suara menjual suara
Lay lay la la la la lay menjual suara lay lay lay
lay lay lay lay lay lay lay lay lay
Jereh bu guru,
Dadỉ bocah kudu nurut nỉng wong tue,
Jereh bu guru,
Dadỉ bocah kudu gelema akeh belajar,
Jereh bu guru,
Dadỉ bocah kudu ngebantu wong tue,
Jereh bu guru,
Dadỉ bocah kudu belajar agame,
Alat Musik Tradisional Banten
1. Bedug
2. Dogdog Lojor
Jalan jalan kekota paris Ayo mama, jangan mama marah beta
Lihat gedung berbaris baris Dia cuma cuma pegang beta
Anak manis jangan menangis Ayo mama, jangan mama marah beta
Kalau menangis malah meringis Lah orang muda punya biasa
Pepaya mangga Pisang Jambu
Rasa sayange... rasa sayang sayange...
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange Pepaya mangga pisang jambu
Rasa sayange... rasa sayang sayange... Dibawa dari pasar minggu
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange Disana banyak penjualnya
Dikota banyak pembelinya
Sana belang disini belang
Anak kucingku yang manis Papaya buah yang berguna
Sana senang disini senang Bentuknya sangat sederhana
Ayo kita menyanyi lagi Pasanya manis tidak kalah
Membikin badan sehat segar
Rasa sayange... rasa sayang sayange...
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange Reff :
Rasa sayange... rasa sayang sayange... Pepaya jeruk jambu
Kulihat dari jauh rasa sayang sayange Rambutan duren duku dll nya
Marilah mari kawan
Kawan semua
Membeli buah buahan
1. Arababu
Arababu adalah alat musik tradisional yang berasal dari Maluku dan bentuknya
menyerupai Rebab (Alat musik dari Arab). Menurut sejarahnya, alat musik Arababu
berkembang di pulau Maluku setelah pedagang Arab yang datang untuk berdagang di
Indonesia.
Arababu meruapakan alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara di gesek, yang
membedakan dari Rebab adalah, alat musik ini memiliki satu buah senar saja sedangkan
rebab memiliki 2 buah senar. Arababu memiliki bagian pegangan yabg berupa bambu serta
tabung resonansi suara yang terbuat dari tempurung kelapa.
Hingga kini, alat musik Arababu masih bisa kita jumpai dalam acara-acara daerah tertentu,
namun keberadaan alat musik Arababu masih sangatlah mudah digantikan dengan alat-alat
musik modern.
2. Tahuri / Korno
Salah satu alat musik tradisional Maluku Fu juga lebih lebih dikenal dengan sebutan
Tahuri / Korno. Alat musik ini bisa dibilang sangat “tradisional”. Mungkin saat anda pertama
kali melihatnya, anda beranggapan bahwa ini mungkin hanyalah benda koleksi karena
bentuknya berupa cangkang hewan.
Alat musik ini telah berkembang di Maluku terutama masyarakat yang tinggal di pesisir
pantai, Tahuri dipercaya telah ada dan berkembang dari sekitar abad ke-19 yang pada saat itu
dimainkan dengan alat musik tradisional Maluku lainnya.
Sebelum dimainkan sebagai alat musik, Tahur / Korno digunakan untuk memanggil
masyarakat sekitar untuk berkumpul membahas masalah atau lainnya, panjang dan
banyaknya tiupan dari Tahuri memiliki makna tersendiri, seperti 1 tiupan pendek untuk
memanggil 1 tiupan panjang untuk memperingati gelombang dan lainnya.
Membuat Tahuri / Korno
Jika dilihat dari bentuknya, bisa dipastikan bahwa Tahuri berasal dari alam. Cangkang kerang
yang dipakai dalam pembuatannya berasal dari daerah Saumlaku, Kep. Aru dan Banda.
Kerang yang didapat dicuci hingga bersih lalu dilubangi menggunakan bor.[src]
Besar kecilnya lubang yang dibuat pembuat Tahuri menentukan nada yang ingin dihasilkan,
biasanya kerang yang kecil akan menghasilkan nada tinggi / nyaring, sedangkan yang besar
menghasilkan suara yang besar atau bernada rendah.
Selain terdapat di Maluku, Tahuri dikenal di daerah Biak, Papua dengan nama Fu. Alat
musik tradisonal tersebut juga digunakan untuk memanggil penduduk sekitar atau sekedar
mengiringi tari-tarian khas disana.
Lagu Daerah Nusata Tenggara Timur (NTT)
TUTU KODA
Yang pertama adalah Sasando atau yang biasa kita kenal dengan nama panjang Sasando Rote.
Sesuai namanya, alat musik tradisional NTT ini berasal dari pulau Rote. Sasando terbilang
jenis alat musik yang sangat unik. Karena keunikannya, ia bahkan sempat menjadi gambar
utama dalam latar mata uang pecahan Rp. 5000.
Sasando terdiri 2 bagian utama, yaitu bagian yang terbuat dari bambu dan bagian yang
terbuat dari daun lontar. Bagian yang terbuat dari bambu adalah tempat melekatnya dawai-
dawai sasando yang banyaknya 28 dawai (sasando Engkel), 56 dawai (sasando Dobel), atau
84 dawai. Dawai-dawai tersebu dipasang melingkar bambu dengan panjang yang beragam.
Untuk menguatkan suara yang dihasilkan dari petikan dawai, lengkungan dari daun lontar
yang rapat dipasang di bagian belakangnya dan diikat supaya menyatu dengan bagian bambu.
Adanya lengkungan daun lontar inilah yang membuat sasando begitu unik.
Meski terbilang sangat etnik dan memiliki nilai artistik yang tinggi, saat ini sudah mulai
jarang orang yang menguasai dan dapat memainkan sasando. Oleh karenanya, jika kebetulan
Anda adalah orang NTT maka selayaknya Anda dapat mulai belajar memainkan instrumen ini
dan memperkenalkannya pada orang-orang di sekitar Anda.
Foy Doa adalah alat musik tradisional NTT yang berasal dari
kebudayaan masyarakat Flores. Berdasarkan asal katanya,
Foy Doa berarti suling ganda. Instrumen ini memang tersusun
2 atau lebih suling yang dimainkan secara bersama-sama. Foy
doa dimainkan umumnya mengiringi syair atau nyanyian
petuah yang disampaikan orang-orang tua sebagai nasihat
bagi anak-anaknya. Dengan nada-nada tunggal yang teralun
dari foy doa, nasihat yang diterima akan dirasa lebih
berkesan.
Lagu Daerah Papua
APUSE
1. Pikon
Pikon adalah alat musik tradisional daerah Papua. Pikon diyakini berasal dari
kata Pikonane yang dalam bahasa Baliem berarti bunyi, dalam kesenian alat musik
tradisional Papua pikon kebanyakan dimainkan oleh kaum laki-laki, khususnya di daerah
pedalaman suku Dani.
Meskipun banyak yang menyebut Pikon adalah alat musik, suara yang dihasilkan darinya
tidaklah sebaik yang kalian bayangkan bahkan bisa dibilang suara yang dihasilkan sedikit
mengganggu jika kalian tidak terbiasa mendengarnya (sumbang).
Alat musik tradisional Pikon ini biasanya dimainkan disaat waktu senggang untuk mengisi
kekosongan waktu dan juga menghibur diri dari kepenatan para pria selepas berburu atau
bekerja seharian, mereka berkumpul dan memainkan Pikon di honai (rumah kayu yang
berbentuk kerucut, terbuat dari jerami atau ilalang)
3. Triton
Sekilas jika kita mendengar nama alat musik tradisional dari Papua “Triton” seperti tidak
asing, Triton memang merupakan nama sebuah daerah (sebuah teluk lebih tepatnya) yang
“katanya” memiliki keindahan hayati yang lebih indah dari Raja Ampat.
Penggunaan Triton
Alat musik tradisional Papua Triton dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik ini tidaklah
dibuat melainkan kalian bisa temukan hampir di seluruh pesisir pantai di Papua, seperti: Biak,
Yapen, Waropen, Nabire, Wondama, serta Kep. Raja Amat.
Selain Yi, Triton juga merupakan alat musik tradisional dari Papua Barat. Dulunya, triton
sering dimanfaatkan untuk sarana berkomunikasi dan memanggil bantuan, namun sekarang
lebih sering digunakan untuk hiburan semata.
Lagu Daerah Aceh
Yang pertama adalah Arbab. Arbab adalah sebuah alat musik tradisional Aceh yang
dimainkan dengan cara digesek. Bentuknya nyaris menyerupai rebab, namun dari cara
pembuatannya sendiri Arbab terbilang unik dan berbeda. Arbab dibuat dari batok kelapa, kulit
kambing, kayu dan dawai; serta memiliki suatu busur (alat penggesek) yang terbuat dari serat
tumbuhan atau rotan. Busur ini dinamakan Go Arbab. Bentuk dan keunikan arbab dapat Anda
saksikan pada gambar di bawah ini.
Arbab umumnya difungsikan sebagai alat musik melodis karena menghasilkan dengan nada-
nada tertentu. Alat musik yang dahulunya dimainkan sebagai pengiring lagu-lagu hikayat ini
sekarang sudah mulai punah dan jarang dimainkan lagi.
Bangsi alas atau biasa disebut Bangsi saja adalah alat musik tradisional Aceh dimainkan
dengan cara ditiup. Instrumen ini terbuat dari bambu dengan 7 buah lubang nada di bagian
batangnya. Dilihat dari bentuknya, bangsi alas menyerupai sebuah seruling besar. Dalam
pertunjukan musik, fungsi bangsi alas sendiri adalah sebagai alat musik ritmis pengiring
sebuah lagu.
Lagu Daerah DKI Jakarta
ALI-JALI
KICIR-KICIR
1. Gambang Kromong
Gambang Kromong adalah sebuah orkes musik yang namanya merupakan perpaduan dari 2
buah b yakni Gambang dan Kromong. Gamang kromong menggunakan berbagai alat musik
tradisional Jakarta dalam sebuah pertunjukkannya. Ada juga yang menyebut jikalau orkes
ini termasuk Tradisi Cina Banteng
Gambang Kromong juga merupakan bukti dari toleransi terhadap sesama yang serasi antara
unsur pribumi dengan Tionghoa, mengapa demikian?. Dari alat musik yang digunakan yang
berupa alat musik Tionghoa yaitu Sukong, Tehyan, dan Kongahyan. Perpaduan inilah yang
membuat perbedaannya menjadi indah.
Penyebaran Gambang Kromong
Gambang Kromong yang kita tau merupakan kesenian musik Betawi telah merata keseluruh
wilayah Betawi (dalam artian DKI Jakarta dan juga daerah sekitarnya). Jika anda pergi ke
daerah-daerah yang masih kental dengan unsur budaya Cina dengan Betawinya pasti anda
akan menemui banyak grup orkes Gambang Kromong.
Lagu yang sering dipentaskan pada kesenian musik Gambang Kromong biasanya
mengandung humor, syair-syair yang membawa semangat, kegembiaraan, tak jarang juga
berupa sarkasme (sindiran) yang bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi antar sesama.
Disebutkan dalam tulisan Phoa Kian Sioe dalam majalah Panca Warna No.9 pada tahun 1949
dengan judulnya “Orkes Gambang, Hasil kesenian Tionghoa peranakan di Jakarta” Gambang
Kromong adalah perurutan dari orkes Yang Khim. [src]
2. Tanjidor
Tanjidor juga termasuk kedalam kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Selain Gambang
Kromong, kesenian Tanjidor sudah ada sejak abad ke-19 yang dulunya atas usulan Mayor
Jantje di daerah Citeureup[src]. Kesenian Tanjidor juga ada di Kalimantan Barat dan
Kalimantan Selatan, namun untuk Tanjidor KalSel sudah punah.
Tanjidor berasal dari nama sebuah kelompok musik Tangsi (sebuah asrama militer
Nippon/Jepang) yang pada saat itu dimainkan masyarakat Betawi yang sedang bekerja untuk
hiburan pribadi. Hingga saat ini, Tanjidor cukup sering digunakan untuk acara adat daerah
seperti pada saat pest Cap Gomeh di kalangan Betawi Chinese.
Kesenian Orkes Tanjidor biasanya meliputi lebih dari 10 alat musik yang salah satu
diantaranya adalah Baritone, Tuba, Trompet, Simbal, Quarto, Cabasa, dll. Ditambah lagi,
orkes musik ini dilarang untuk “ngamen” di Jakarta.
Setelah Alat musik tradisional daerah Jakarta, orkes musik yang terdiri atas alat musik
barat seperti klarinet, trombone, trompet, tuba tenor, drum samping, simbal, dilarang ngamen
di Jakarta
Lagu Daerah Jawa Barat
BUBUY BULAN
Bubuy bulan
Bubuy bulan sangray bentang
Panon poe
Panon poe disasate
Situ Ciburuy
Laukna hese dipancing
Nyeredet hate
Ningali ngeplak caina
MANUK DADALI
Mesatngapungluhur jauh di awang awang
Meberkeunjanjangna bangun taya karingrang
Kukuna ranggaos reujeungpamatukna ngeluk
Ngepak mega bari hiberna tarik nyuruwuk
1. Arumba
Arumba sendiri bukanlah sebuah alat musik yang bisa kita mainkan seperti layaknya
angklung atau semacamnya, nama Arumba sendiri sebenarnya adalah esemble musik yang
tercipta dari sebuah ide cemerlang salah satu seniman alat musik.
Alat musik tradisional arumba terbuat dari bambu pilihan seperti awi temen, tali dan
wulung (bambu hitam).
Seperti yang sudah saya sedikit singgung tentang sejarah alat musik tradisional arumba,
menurut informasi yang saya dapatkan awalnya seorang seniman musik bernama Yoes
Roesadi beserta teman-temannya membentuk sebuah kelompok musik yang menggunakan
alat musik tambahan angklung sebagai aransemen musiknya (jajaran ensemble lebih
tepatnya).
Ketika mereka sedang menaiki truk untuk menuju Jakarta untuk “manggung”, mereka
mendapatkan sebuah ide unik dengan menamai grup mereka itu dengan sebutan Arumba yang
pada dasarnya adalah kependekan dari Alunan Rumpun Bambu.
Yoes Roesadi dan kawan-kawan membentuk grup musik yang secara khusus menambahkan
angklung pada jajaran ensemble-nya. Ketika sedang naik truk untuk pentas ke Jakarta,
mereka mendapat ide untuk menamai diri sebagai grup Arumba (Alunan Rumpun Bambu)
Cara memainkan Arumba
Menurut penuturan salah satu seniman musik asal Bandung Bpk. Mochamad Burhan, Yoes
Rosadi memainkan angklung Pa Daeng ini secara perseorangan atau istilahnya solo dengan
cara menggantungkan angklung-angklung melodi Pa Daeng pada tiang gantungan 2 tingkat,
dimana nada-nada utamanya digantungkan pada tingkat bawah dan nada-nada sisipannya
pada tingkat atas (dalam istilah musik dikenal dengna pentatonis dan diatonis).
Kemudian angklung melodi tersebut dimainkan oleh seorang pemain dengan cara
mengetarkannya pada tiang gantungan terebut, pada masa itu orkes angklung Pa Daeng
sukses dimainkan hanya dengan 4 orang saja bahkan sudah termasuk bas.
Musik Arumba ini sendiri merupakan perkembangan asli dari musik angklung yang sudah
sejak lama sekali terdapat di Jawa barat, di antara waditranya terdapat seperangkat angklung
yang bertangga nada diatonis, ada pula pula gambang yang multifungsi
Susunan esemble
Angklung melodi 1 set
Gambang Melodi 2 set
Gambang pengiring 2 set
Bass lodong / bass pukul 1 set
Di antara waditranya terdapat seperangkat angklung yang bertangga nada diatonis, karena
memang musik arumba ini merupakan perkembangan dari musik angklung yang sudah sejak
lama terdapat di Jawa barat.
2. Angklung
Angklung adalah musik yang memiliki nada
ganda yang keberadaannya berkembang
secara tradisional khususnya untuk
masyarakat Sunda, Jawa Barat. Alat musik
tradisional yang terbuat dari bambu ini
memiliki bunyi yang khas dan sangat cantik
ketika dimainkan secara bersamaan.
Salah satu hal yang patut kita banggakan
pula dari alat musik angklung, yaitu sebagai
alat musik yang terdaftar sebagai “Karya
Agung Warisan Budaya Lisan dan
Nonbendawi Manusia” dari UNESCO 2010
lalu.
Nama alat musik “Angklung” pun mulai
dikenal di pasar dunia, tepatnya untuk daerah
eropa dimana “bule” pun tertarik untuk
memainkan alat musik ini. Salah satu
pertunjukkan musiknya yang terkenal adalah di Amsterdam’s Grand Indonesian Crew Show.
Sejarah Angklung
Sebelumnya saya ingin perjelas bahwa tidak ada bukti pasti mengenai awal mula
ditemukannya angklung ini karena catatan sejarah alat musik tradisional ini baru
ditemukan oleh para “ahli budaya” pada masa kerajaan sunda (sekitar abad ke-12 sampai
abad 16)
Dulunya, masyarakat Baduy percaya dengan memainkan angklung sebagai bagian dari ritual
mengawali penanaman padi agar tanaman padi mereka tumbuh subur. Hal ini membuat
angklung semakin dikenal masyarakat Jawa barat pada masa itu
Bagaimana cara membuat angklung?
Angklung dibuat dengan bahan pipa bambu, dipotong ujung – ujungnya seperti layaknya pipa
air, lalu diikat dengan potongan bambu lainnya dalam satu bingkai yang sama. Kalian bisa
menggetarkan alat musik tradisional tersebut untuk mengeluarkan suara merdunya
Angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-
ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai,
digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Jenis angklung pun berbagai macam, seperti:
Angklung Kanekes Angklung Gubrag
Angklung Kanekes Angklung Badeng
Angklung Reyog Buncis (Seni
Angklung pertunjukkan daerah Bandung)
Banyuwangi Angklung Padaeng
Angklung Bali Angklung Sarinande
Angklung Dogdog Angklung Toel
Lojor Angklung Sri-Murni
Banyak orang yang memanfaatkan menggunakan angklung untuk berbagai acara, mulai dari
pernikahan, pawai, sampai hanya sekedar perkumpulan pemuda – pemudi di suatu tempat.
Banyak orang yang tertarik untuk memainkan alat musik daerah ini, selain karena alat musik
tradisional dan cara memainkannya yang mudah, ternyata angklung dapat membantu
menghilangkan stress.
Lagu Daerah Sumatra Utara
RAMBADIA
Rambadia Rambamunadaito
Rio rio ramba naposo
Marga dia marga munadaito
Uso uso naso umboto
Ala tipang tipang tipang polo labaya
Ala rudeng rudeng rudeng po
Tillo tillo stara tillo tillo
Stara tillo tillo stara tillo tillo.
BUTET
1. Aramba
Dalam susunan Alat musik tradisional Sumatera Utara Aramba merupakan alat musik
yang biasa dimainkan pada saat acara perkawinan. Aramba terbuat dari tembaga kuningan /
logam perunggu, alat musik ini diyakini berasal dari Nias.
Aramba dimainkan dengan cara dipukul pada bagian yang berbentuk bundar dan menonjol di
bagian tengahnya, biasanya Aramba digantungkan pada seutas tali, bentuk alat musik ini
mudah dikenali karena adanya bentuk bundar yang menonjol pada bagian atasnya.
Bentuk Aramba
Aramba memiliki garis tengah 40 cm ~ 50 cm, sedangkan untuk Aramba yang digunakan
keturunan bangsawan adalah Aramba Fatao dan Aramba Hongo yang bergaris tengah 60 cm ~
90 cm. Jika dilihat sepintas, Aramba seperti memiliki 2 bagian, yakni bagian datar panjang
dan bagian yang untuk dipukul, gambar alat musik tradisional Sumatera Utara tersebut
seperti yang terlihat.
2. Doli-doli
Alat musik Doli-Doli sangatlah unik, secara sekilas mungkin akan ada orang yang
beranggapan bentuknya menyerupai angklung, hanya saja cara memainkan dan
memegangnya berbeda. Di daratan Melayu, masyarakat daerah sana mengenali Doli-Doli
dengan sebutan Kolintang
Doli-Doli terbuat dari 4 bilah kayu dan alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara
ditiup. Alat musik tradisional Sumatera Utara Doli-Doli, bisa anda jumpai di dearah Nias.
Alat musik ini dimainkan bersamaan dengan alat musik tradisional yang lainnya seperti
Aramba dan pakpak.
Lagu Daerah Kalimantan Timur
Meharit meharit
Meharit aku meharit
Menggaring menggaring
Menggaring aku menggaring
Alat Musik Tradisional Kalimantan Timur
Sampe / Sampek
Keberadaan musik Sampek sudah ada sejak lama dan alat musik ini merupakan alat musik
tradisional Suku Dayak. Suku Dayak (Suku di kedalaman Borneo). Mendengar nama Dayak
mungkin anda langsung membayangkan yang menyeramkan tapi percayalah mereka
sangatlah baik.
Dalam kehidupan di daerah Kalimantan terutama di pedalaman, peranan alat musik dalam
kehidupan sangatlah diperlukan terlebih saat pelaksanaan upacara-upacara adat, selain tentu
saja alat musik juga berfungsi sebagai sarana hiburan bagi mereka.
Fungsi dan Kegunaan Sampe / Sampek
Sampe merupakan alat musik yang memiliki fungsi untuk menyatakan perasaan seseorang
entah itu sedang merasa gembira, rindu atau perasaan sedih dan duka. Dulunya, alat musik
Sampe / Sampek yang dimainkan pada siang hari memiliki makna berbeda dengan yang
dimainkan pada saat malam hari.
Sampe yang dimainkan pada siang hari cenderung untuk mengutarakan perasaan riang
gembira karena senang, sedangkan jika dimainkan di malam hari biasanya menghasilkan
suara yang sendu seakan mengalami penderitaan yang membuat pemainnya merasakan sedih
yang mendalam[src]
Kadire / Kaduri / Keluri
Alat musik Kadire merupakan alat musik tiup yang dikenal juga dengan Keledi (alat musik
tradisional dari Kalimantan). Kadire menghasilkan suara tidak dengan cara meniup buah
labu yang dikeringkan melainkan tempurung kelapa.
Tempurung kelapa inilah yang berfungsi sebagai pengatur nada. Kadire jug abiasanya
dimainkan pada saat upacara adat masyarakat Dayak
Lagu Daerah Bali
Jangi Janger
Gerantang terdiri atas beberapa potongan bambu yang disusun berderet dan dimainkan
dengan menggunakan 2 alat pemukul khusus seperti Gambang (alat musik dari Jawa) namun
alat musik gerantang menggunakan bambu.
Alat musik tradisional yang berasal dari Bali ini cukup sering digunakan dalam kegiatan
gamelan atau angklung. Di daerah Jawa barat alat seperti ini disebut calung, jelas pastinya
ada perbedaan antara alat musik tradisional Bali dan Jawa.
Alat musik Gerantang juga digunakan dalam pentas seni Cupak Gerantang
Cupak Gerantang adalah cerita 2 orang tokoh kaka beradik bernama Cupak dan Grantang.
Cupak mencerminkan semua sifat buruk manisua, sedangkan Gerantang sebaliknya, ia
mencerminkan sifat baik pada diri manusia.
Cara Membuat gerantang
Untuk membuat alat musik tradisional ini, kalian memerlukan bambu, gergaji, parang,
amplas (penghalus) dan mungkin beberapa benda tambahan seperti obeng atau palu. Panjang
bambu dari gerantang sekitar satu sampai 3 ruas sekitar 45 cm ~ 95 cm.
Lubangi bilah bambu tersebut, mungkin sekitar seperempat bagian bambu untuk
mendapatkan suara yang diinginkan.
Panjang bungbung gerantang berkisar antara satu ruas sampai dengan tiga ruas, atau kurang
antara 45 cm sampai 95 cm dari nada tertinggi sampai dengan terendah. Alat-alat yang perlu
dipersiapkan untuk membuatnya adalah gergaji untuk memotong, parang untuk menebas, dan
pengutik untuk menghaluskan.
2. Rindik
Rindik juga merupakan contoh alat musik tradisional Bali yang bisa kalian temui saat
berkunjung ke pulau dewata. Rindik terbuat dari bambu yang bernada selendro dan
dimainkan dengan cara dipukul. Rindik biasanya dimainkan oleh grup (sekitar 3 – 5 orang)
dimana 2 orang memainkan rindik dan sisanya menggunakan alat musik lain.
Rindik biasa digunakan sebagai musik pengiring hiburan rakyat ‘Joget Bumbung‘. Seiring
perkembangan zaman, kini rindik sudah bisa fleksibel dan mengikuti kemajuan era modern.
Sekarang ini rindik digunakan sebagai pelengkap untuk acara pernikahan atau juga bisa
sebagai penyambut tamu