Anda di halaman 1dari 17

Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

UPAYA MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN KESENIAN KUDA


LUMPING DI DUSUN TEGALTEMU, KELURAHAN MANDING,
KABUPATEN TEMANGGUNG

Oleh:
Bangkit Rantiksa dan Puji Lestari M.Hum
e-mail: bangkitrantiksa2@gmail.com
Pendidikan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK

Kuda Lumping merupakan suatu tarian yang menggambarkan gerakan-gerakan


kuda. Kuda lumping juga disebut Jaran Kepang dalam bahasa jawa karena tarian
ini menggunakan alat peraga berupa Jaranan (kuda-kudaan) yang bahannya dibuat
dari Kepang (bambu yang dianyam). Kesenian Kuda Lumping ini sudah ada dan
diwarisakan secara turun-temurun. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui upaya masyarakat, bentuk partisipasi masyarakat serta
faktor yang menyebabkan masyarakat melestarikan Kesenian Kuda Lumping di
Dusun Tegaltemu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain
deskriptif. Informan pada penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive
sampling dan Snowball Sampling. Subjek penelitian terdapat 8 informan yang
terdiri dari 3 warga yang terlibat dalam pertunjukan, 4 warga sekitar (tidak terlibat
dalam pertunjukan), dan 1 tokoh masyarakat setempat. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, serta kepustakaan. Adapun
validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data yang
digunakan adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman, mulai dari
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan proses penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian ini menunjukan adanya upaya masyarakat dalam melestarikan
Kesenian Kuda Lumping yang dilakukan dengan cara: (1) Usaha Kreativitas, (2)
Upaya Pembinaan, serta (3) Upaya Pendanaan. Pelestarian kesenian Kuda Lumping
ini dapat terus berlanjut jika berbasis pada kekuatan masyarakat itu sendiri. Bentuk
partisipasi masyarakat dalam melestarikan Kesenian Kuda Lumping yaitu berupa:
(1) Partisipasi Pikiran, (2) Partisipasi Tenaga, (3) Partisipasi Keahlian, dan yang
terakhir (4) Partisipasi Uang. Adapun Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat
melestarikan Kesenian Kuda Lumping, adalah: (1) Faktor Sosial dan (2) Faktor
Ekonomi, setelah dikaji menggunakan Teori Tindakan Sosial muncul faktor-faktor
lain yaitu sebagai berikut: (1) Faktor Status Sebagai Warga Masyarakat, (2)
Memiliki Tugas saat Acara, (3) Perasaaan Senang, (4) Melestarikan Budaya. Upaya
pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat sebagian besar didorong oleh rasa
memiliki dan keinginan melestarikan budaya karena merupakan warisan pendahulu.

Kata Kunci: Kesenian Kuda Lumping, Upaya Pelestarian, Dusun Tegaltemu

Jurnal Pendidikan Sosiologi/1


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

THE EFFORT OF COMMUNITY TO PRESERVE KUDA LUMPING IN


TEGALTEMU HILLBILLY, MANDING VILLAGE, TEMANGGUNG
REGENCY

By:
Bangkit Rantiksa and Puji Lestari M.Hum
e-mail: bangkitrantiksa2@gmail.com
Sociology Education – Faculty of Social Science – Yogyakarta State University
ABSTRACT

Kuda Lumping is a dance depicting the movements of horses. Kuda Lumping also
called jaran kepang in the java language for this dance using props such jaranan
that the material is made of braid (woven bamboo). Kuda Lumping is already there
and inherited hereditary. Accordingly, this study aims to determine the
community’s efforts, forms of community participation and the faktors that cause
people to preserve Kuda Lumping in Tegaltemu Hillbilly. This study uses
qualitative methode by descriptive design. The informans of the study are chosen b
using purposive sampling and Snowball Sampling. The subject of the study are 8
informans consisting of three people involved in the show, four local residents and
one local community leader. The data is collected from observation, interview,
documentation, and documents. As for the validity of the data is using source
triangulation technique. Data analysis technique used in this research is an
interactive model by Miles and Huberman, angin from data collection, data
redduction, data presentation, and the conclusion. The outcome of this observation
indicates the existence of community efforts to preserve Kuda Lumping is
conducted by: (1) Business Cretivity, (2) Efforts to Developments, and (3) Efforts of
Funding. Wildlife Kuda Lumping can continue if based on the power of community
itself. Forms of community participations in preserving Kuda Lumping which are:
(1) Psychological Participation, (2) Physical Participation, (3) Participation with
Skill, and the last are (4) Money Participation As factors that cause people to
preserve Kuda Lumping, are: (1) Factor of Social and (2) Factor of Economic, as
assessed using the theory of social action appeared other factors are: (1) Factor
status as public citizen, (2) having a task when the show, (3) feeling Glad, (4)
Preserving Culture. Conservation efforts undertaken by the community is largely
driven by sene of belonging and a desire to preserve the culture because it is a
legacy of predecessors.

Keywords: Kuda Lumping, Conservation Efforts, Tegaltemu Hillbilly

Jurnal Pendidikan Sosiologi/2


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

A. PENDAHULUAN
Kebudayaan merupakan salah masyarakat sangat penting adanya
satu bentuk hasil cipta dan karya untuk mendukung keberlangsungan
dalam masyarakat yang dapat kehidupan bersama dalam
direpresentasikan ke dalam berbagai masyarakat.
bentuk. Menurut C. Kluckhohn dalam Seni budaya daerah yang
Soekanto (2010: 154), terdapat tujuh mencipta dan mendorong rasa
unsur kebudayaan yang dianggap kebersamaan antara warga suatu
sebagai kebudayaan universal, yaitu masyarakat salah satunya adalah
peralatan dan perlengkapan hidup, kesenian Kuda Lumping yang hidup
mata pencaharian hidup dan sistem- dan berkembang di Dusun Tegaltemu,
sistem ekonomi, sistem Kelurahan Manding, Kabupaten
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, Temanggung. Kesenian ini
sistem pengetahuan, serta religi. merupakan salah satu dari seni
Kebudayaan menjadi salah satu budaya daerah yang ada di Indonesia.
kepribadian yang diciptakan oleh Kesenian Kuda Lumping merupakan
masyarakat, sehingga tidak dapat suatu tarian yang menggambarkan
dipisahkan dari masyarakat itu gerakan-gerakan kuda. Kuda lumping
sendiri. Kebudayaan adalah wujud juga disebut jaran kepang dalam
identitas bangsa yang menjadi unsur bahasa jawa karena, tarian ini
utama di dalam rangka menggunakan alat peraga berupakan
mengembangkan ketahanan nasional jaranan (kuda-kudaan) yang
untuk mencapai kesatuan bangsa bahannya dibuat dari kepang (bambu
karena, kebudayaan dalam yang dianyam). Lumping berarti kulit,
masyarakat sangat erat dan saling yaitu kulit bambu yang dianyam,
kait-mengait keduanya merupakan sehingga dapat diartikan sebagai
dwitunggal yang tidak dapat pertunjukan dengan kuda-kudaan
dipisahkan (Koentjaraningrat, 1981: yang terbuat dari anyaman bambu
6). Hal ini berarti bahwa kedudukan atau kulit bambu (Theria, 2014).
kebudayaan dalam suatu negara atau

Jurnal Pendidikan Sosiologi/3


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

Masyarakat pada umumnya jika ada pertunjukan kesenian Kuda


sudah mengetahui dan pernah melihat Lumping.
kesenian Kuda Lumping atau Jathilan Kesenian kuda lumping yang
ini. Bagi masyarakat dusun ada di Dusun Tegaltemu, Kelurahan
Tegaltemu kesenian kuda lumping ini Manding, Kabupaten Temanggung
sudah merupakan kesenian hingga saat ini masih hidup dan
kebanggaan bagi mereka karena, berkembang sehingga perlu untuk
kesenian Kuda Lumping ini sudah ada diperlihara, dilestarikan dan
dan turun temurun dilestarikan oleh dikembangkan dalam arti kualitas
masyarakat Dusun Tegaltemu. maupun kuantitasnya. Upaya
Sehingga melestarikan Kesenian pemeliharaan, pelestarian, dan
Kuda Lumping dari kepunahan dan pengembangan kesenian kuda
perkembangan zaman seperti menjadi lumping dapat diwujudkan dengan
kewajiban bagi masyarakat Dusun mengajarkan dan menyebarkan ke
Tegaltemu. masyarakat luas terhadap kesenian
Kesenian rakyat khususnya tradisional, khususnya pada kesenian
kesenian kuda lumping atau Jathilan Kuda Lumping yang merupakan
yang berada di dusun Tegaltemu ini kesenian Kuda Lumping ini
sampai saat ini masih tetap berjalan merupakan kesenian tradisional
dengan baik dan banyak digemari rakyat yang sudah diwariskan oleh
pula oleh masyarakat. Hal tersebut nenek moyang kepada generasi
dapat dibuktikan dengan anggota atau penerusnya.
penari-penari yang ikut dalam Banyak sekali upaya-upaya
melestarikan Kesenian Kuda yang dilakukan oleh masyarakat
Lumping tersebut ada dari tiap Tegaltemu untuk melestarikan
generasi, dari kakek-kakek, orang kesenian Kuda Lumping atau Jathilan
dewasa, remaja-remaja, bahkan anak- ini. Seperti rutin diadakan pagelaran
anak kecil ikut dalam pertunjukan. kesenian Kuda Lumping tiap
Peminat dan antusias masyarakat tahunnya, tepatnya saat sebelum
sekitar pun juga masih cukup besar masuk bulan puasa yaitu saat waktu
dengan selalu banyak yang melihat Sadranan atau Nyadran sebagai

Jurnal Pendidikan Sosiologi/4


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

wujud rasa syukur kepada Tuhan 1. Upaya Pelestarian


Yang Maha Esa masih bisa Kebudayaan
merasakan Bulan Ramadhan lagi. Upaya juga dapat diartikan
Disamping itu juga regenarisasi sebagai usaha untuk
anggota juga dilakukan karena, mempertahankan sesuatu, seperti
banyak anak-anak muda bahkan anak- usaha untuk mempertahankan
anak kecil yang mau dan berminat kebudayaan yang telah
untuk ikut dan melestarikan Kesenian diturunkan turun-termurun dari
Kuda Lumping. Adapun judul zaman nenek moyang dahulu.
Penelitian ini adalah “ Jadi, dapat dikatakan bahwa
Berdasarkan beberapa paparan upaya itu merupakan suatu usaha
singkat diatas yang menyebutkan dari manusia untuk suatu tujuan
bahwa seni budaya perlu untuk tertentu, bisa usaha untuk
dipelihara dan dijaga demi mempertahankan hidup ataupun
Pembagunan Nasional. Salah satunya usaha untuk mempertahankan
adalah Kesenian Kuda Lumping yang suatu kebudayaan.
ada di Dusun Tegaltemu, Kelurahan Sedangkan, Melestarikan
Manding, Kabupaten Temanggung, berarti memelihara untuk waktu
yang mana masyarakat atau warganya yang lama. Karena, upaya
sampai saat ini masih berupaya pelestarian merupakan usaha
melestarikan kesenian Kuda Lumping memelihara untuk waktu yang
walaupun Kesenian Kuda Lumping lama, maka perlu dikembangkan
ini termasuk salah satu kesenian pelestarian sebagai upaya yang
tradisional. Dari situlah peneliti berkelanjutan. Jadi bukan
tertarik untuk mengetahui bagaimana merupakan pelestarian yang
Upaya Masyarakat di Dusun hanya bersifat sementara atau
Tegaltemu, Kelurahan Manding, sesaat saja. Pelestarian tidak akan
Kabupaten Temanggung dalam bisa berjalan jika tidak ada
melestarikan Kesenian Kuda sokongan dan dukungan dari
Lumping. masyarakat. Maka dari itu
B. KERANGKA TEORI pelestarian harus bisa

Jurnal Pendidikan Sosiologi/5


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

berkembang di masyarakat, juga tataran praktis partisipasi yang


pelestarian kebudayaan harus dimaksud yaitu dengan
diperjuangkan oleh masyarakat keikutsertaan seluruh lapisan
luas (Kamardi, 2007). masyarakat Dusun Tegaltemu,
2. Partisipasi Kelurahan Manding dalam upaya
Partisipasi sendiri diartikan pelestarian Kesenian Kuda
sebagai keterlibatan mental dan Lumping baik secara aktif
emosional dalam situasi maupun pasif.
kelompok yang mendorongnya 3. Masyarakat
memberi sumbangan terhadap Masyarakat merupakan
tujuan kelompok serta membagi sistem sosial yang terdiri dari
tanggungjawab bersama mereka. sejumlah komponen struktur
Partisipasi harus dimulai dengan sosial, yaitu keluarga, ekonomi,
perencanaan yang memerlukan pemerintah, agama, pendidikan,
pemikiran dan keputusan yang dan lapisan sosial yang saling
rasional, lebih lanjut dari terkait, bekerja bersama, saling
partisipasi, harus ada sikap, berinteraksi, berelasi dan saling
pengetahuan dan tindakan dari ketergantungan satu sama lain.
masyarakat itu sendiri. Semua komponen tersebut juga
Beberapa pendapat tentang mengalami perubahan (dinamis)
partisipasi tersebut memberikan dan gerakan (mobilitas).
penekanan pada sebuah kegiatan Masyarakat sebagai sebuah
turut serta atau keikutsertaan dari bentuk sistem sosial perwujudan
seluruh elemen masyarakat dari individu-individu manusia
secara mental dan emosional yang hidup bermasyarakat.
dalam upaya mewujudkan tujuan Menurut Koentjaraningrat
kelompok yaitu pembangunan (Koentjaraningrat: 2000: 146)
dengan disertai rasa masyarakat merupakan kesatuan
tanggungjawab dan memiliki dari hidup manusia yang saling
masing-masing yang terlibat berinteraksi menurut suatu sistem
didalamnya. Sehingga pada adat istiadat tertentu yang bersifat

Jurnal Pendidikan Sosiologi/6


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

berkelanjutan dan terikat oleh bahasa jawa karena, tarian ini


suatu rasa identitas bersama. menggunakan alat peraga berupa
Masyarakat merupakan Jaranan (kuda-kudaan) yang
sekumpulan individu yang bahannya dibuat dari Kepang
membentuk suatu kelompok dan (bambu yang dianyam). Lumping
bertempat tinggal disuatu wilayah berarti kulit, yaitu kulit bambu
yang mana mereka saling yang dianyam, sehingga dapat
berinteraksi satu sama lain. diartikan sebagai pertunjukan
4. Kesenian Kuda Lumping dengan kuda-kudaan yang terbuat
Kuda Lumping adalah dari anyaman bambu atau kulit
kuda-kudaan dari kulit atau bambu (Theria, 2014).
anyaman bambu yang digunakan 5. Teori Tindakan Sosial
sebagai properti dalam tarian Tindakan individu
kuda lumping dan gerakannya merupakan tindakan sosial yang
menyerupai kuda (Kamus Besar rasional untuk mencapai tujuan,
Bahasa Indonesia, 1990). Kuda atas sasaran dengan sarana-sarana
Lumping atau Jathilan yang paling tepat. Tindakan
merupakan salah satu bentuk seni manusia itu bersifat voluntaristik,
tari. Seni tari merupakan salah artinya tindakan itu berdasarkan
satu bagian dari kesenian yang pada dorongan kemauan, dengan
memadukan antara seni rupa mengindahkan nilai, ide, dan
sebagai perwujudan dan ekspresi norma yang disepakati (Poloma,
gerak para penarinya dan seni 2010).
musik yang mengiringi penari Teori ini digunakan karena,
dalam melakukan gerak tarinya masyarakat memiliki motivasi
(Kussudiardja, 1981). tertentu dalam melakukan sebuah
Kuda Lumping merupakan tindakan. Tindakan dalam hal ini
suatu tarian yang dapat diartikan sebagai tindakan
menggambarkan gerakan-gerakan partisipasi yang dilakukan oleh
kuda. Kuda Lumping juga masyarakat dalam melestarikan
disebut Jaran Kepang dalam Kesenian Kuda Lumping di

Jurnal Pendidikan Sosiologi/7


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

Dusun Tegaltemu. Dalam teori melestarikan Kesenian Kuda


ini dapat dikaitkan mengapa Lumping pasti akan ada
masyarakat mau dan ikut partisipasi, dari bentuk-bentuk
berpartisipasi dalam upaya partisipasi inilah yang nantinya
pelestarian Kesenian Kuda akan mengomunikasikan makna
Lumping di Dusun Tegaltemu, dan simbol yang nantinya dapat
Kelurahan Manding, Kabupaten ditafsirkan oleh masyarakat.
Temanggung.
6. Teori Interaksionisme C. METODE PENELITIAN
Simbolik Penelitian ini dilakukan di
Teori Interaksionisme Dusun Tegaltemu, Kelurahan
Simbolik merupakan teori yang Manding, Kabupaten Temanggung.
dicetuskan oleh George Herbert Bentuk penelitian ini menggunakan
Mead. Simbol merupakan pendekatan kualitatif deskriptif.
representasi dari sebuah tindakan Moleong (2013: 6) mendeskripsikan
dan fenomena. Interaksionisme penelitian kualitatif adalah penelitian
Simbolik cenderung setuju pada yang bermaksud untuk memahami
signifikansi kausal Interaksi fenomena tentang apa yang dialami
Sosial. Jadi, makna tidak tumbuh oleh subyek penelitian misalnya
dari proses mental soliter namun perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dari Interaksi (Ritzer, 2013). dan lain-lain secara holistik, dan
Tidak semua obyek sosial dengan cara deskriptif dalam bentuk
mewakili sesuatu yang lain kata-kata dan bahasa, pada suatu
seperti simbol. Kata-kata, artefak konteks khusus yang alamiah dan
fisik, dan tindakan fisik dapat dengan memanfaatkan berbagai
menjadi sebuah simbol yang metode ilmiah. Subyek penelitian
membantu proses komunikasi dalam penelitian ini adalah
dalam tindakan manusia. masyarakat, masyarakat disini adalah
Teori ini digunakan dalam warga yang ikut dalam pertunjukan
penelitian ini karena, dalam Kuda Lumping, Masyarakat sekitar
Upaya masyarakat dalam (tidak ikut pertunjukan) serta tokoh

Jurnal Pendidikan Sosiologi/8


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

masyarakat di Dusun Tegaltemu, atau foto serta dokumen lainnya yang


Kelurahan Manding, Kabupaten digunakan untuk mendukung
Temanggung. Sumber data yang penelitian ini.
digunakan dalam penelitian ini adalah Pada penelitian ini
sumber data primer dan sumber data menggunakan teknik purposive
sekunder. Sumber data primer pada sampling dan Snowball Sampling.
penelitian ini adalah masyarakat Purposive sampling adalah teknik
Dusun Tegaltemu, Kelurahan penentuan sampel dengan
Manding, Kabupaten Temanggung. pertimbangan tertentu. Selain
Sumber data sekunder ini dapat menggunakan purposive sampling,
berupa arsip, studi kepustakaan baik penelitian ini juga menggunakan
dari media cetak ataupun media Snowball sampling, yaitu teknik
elektronik dan lain sebagainya. pengambilan sampel sumber data
Penelitian ini menggunakan yang pada awalnya jumlahnya sedikit
beberapa teknik pengumpulan data belum mampu memberikan data yang
yaitu, pengamatan (observasi), lengkap, maka harus mencari orang
wawancara, dokumentasi, dan lain yang dapat digunakan sebagai
kepustakaan. Observasi dalam sumber data. Sampel dalam penelitian
penelitian ini dilakukan di Dusun ini adalah masyarakat Dusun
Tegaltemu, meliputi kondisi dan Tegaltemu, Kelurahan Manding,
situasi di Dusun Tegaltemu, serta Kabupaten Temanggung. Warga
melihat adat dan budaya yang ada masyarakat yang ikut dalam
disana khususnya Kesenian Kuda pertunjukan Kuda Lumping, warg
Lumping. Wawancara pada penelitian sekitar tidak ikut pertunjukan) serta
ini akan dilakukan pada warga yang tokoh masyarakat
ikut dalam pertunjukan Kuda Penelitian ini menggunakan
Lumping, warg sekitar tidak ikut teknik validitas data berupa
pertunjukan) serta tokoh masyarakat triangulasi sumber. Triangulasi adalah
di Dusun Tegaltemu. Dokumen yang teknik pemeriksaan keabsahan data
digunakan dalam penelitian ini adalah yang memanfaatkan sesuatu yang
peneliti mengambil beberapa gambar lain. Di luar data itu untuk keperluan

Jurnal Pendidikan Sosiologi/9


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

pengecekan atau sebagai pembanding Usaha untuk


terhadap data itu (Moleong, 2009: meningkatkan kreativitas
330). Proses triangulasi tersebut semakin digalakkan dan
dilakukan terus menerus sepanjang ditingkatkan oleh masyarakat
proses mengumpulkan data dan Dusun Tegaltemu, hal ini
analisis data, sampai peneliti yakin terlihat pada gerakan tarian
bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan yang dicampur dengan
dan tidak ada yang perlu Kebudayaan Bali yaitu dengan
dikonfirmasikan kepada informan penambahan pertunjukan Leak
(Bungin, 2008: 204). Peneliti dalam sehingga diharapkan akan
melakukan penelitian ini terlihat lebih menarik.
menggunakan instrumen penelitian b. Upaya Pembinaan
berupa pedoman observasi, pedoman Salah satu usaha
wawancara, dan alat perekam. Teknik pembinaan dari para pengurus
analisis data dalam penelitian ini adalah dengan melibatkan
menggunakan model analisis para generasi muda atau
interaktif milik Milles dan regenarisasi dalam setiap
Hubberman yaitu analisis yang pertunjukan yang akan
dilakukan secara terus menerus dilaksanakan. Dengan begitu,
sampai data menjadi jenuh. Proses diharapkan kelak generasi
analisis ini melalui empat tahap yaitu muda akan tetap melanjutkan
tahap pengumpulan data, reduksi pelestarian Kesenian Kuda
data, penyajian data, dan penarikan Lumping agar tidak punah
kesimpulan. dimasa depan.
c. Upaya Pendanaan
D. HASIL PENELITIAN DAN Bantuan secara nyata
PEMBAHASAN oleh masyarakat adalah dari
1. Upaya Masyarakat dalam bentuk materiil atau uang dari
Melestarikan Kesenian Kuda hasil kas RW, kemudian uang
Lumping parkir yang didapatkan oleh
a. Usaha Kreativitas para pemuda tiap pementasan,

Jurnal Pendidikan Sosiologi/10


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

tidak lupa juga bantuan dari kesempatan dan hak yang


pihak pemerintah khususnya sama untuk menyampaikan
dari pemerintah desa. Selain pendapatnya.
bantuan dari Pemerintah Desa b. Partisipasi dalam Bentuk
(eksternal), bantuan dari Tenaga (Physical
masyarakat Dusun Tegaltemu Participation)
(Internal) juga sangat Partisipasi masyarakat
dibutuhkan. Dusun Tegaltemu dalam
2. Bentuk Partisipasi rangka melestarikan Kesenian
Masyarakat dalam Kuda Lumping ini bisa
Melestarikan Kesenian Kuda dikatakan cukup besar, apalagi
Lumping soal partisipasi mereka dengan
a. Partisipasi dalam Bentuk bantuan berupa tenaga.
Pikiran (Psychological Misalnya saat akan diadakan
Participation) pentas, warga akan saling
Partisipasi pikiran dalam bantu membantu dengan cara
hal ini adalah dengan gotong royong dalam rangka
memberikan bantuan berupa persiapan pentas seperti
pikiran-pikiran, ide-ide pembuatan panggung dan lain
ataupun pendapat-pendapat sebagainya. Dalam kegiatan
yang kelak akan membantu ini warga membantu dengan
keberlangsungan hidup cuma-cuma tanpa adanya
Kesenian Kuda Lumping di paksaan ataupun imbalan
Dusun Tegaltemu. Didalam apapun karena, kegiatan ini
partisipasi ini tidak hanya memang sudah dianggap
internal kelompok yang sebagai kegiatan bersama
diberikan kesempatan untuk yang juga dinikmati secara
menyampaikan aspirasi atau bersama-sama.
pendapatnnya tetapi c. Partisipasi dalam Bentuk
masyarakat dusun Tegaltemu Keahlian (Participation
secara umum juga memiliki with Skill)

Jurnal Pendidikan Sosiologi/11


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

Partisipasi keahlian oleh dan itu sudah termasuk dana


masyarakat yaitu dengan untuk peletarian Kesenian
adanya pembagian tugas yang Kuda Lumping di Dusun
berdasarkan keahlian masing- Tegaltemu, sedangkan mereka
masing, ada yang ahli main yang terlibat terdapat kas
(menari) ataupun ahli dalam sendiri yang dibayarkan
nabuh (memainkan gamelan). semampunya sehingga bisa
Dua keahlian tersebut tidak kita katakan bahwa partisipasi
hanya bisa didapatkan melalui mereka lebih besar daripada
latihan keras ataupun sudah masyarakat umum. Tetapi
merupakan bakat yang tidak intinya semua warga
sembarang orang bisa masyarakat, baik warga
melakukannya sehingga bisa masyarakat secara umum
dikatakan sebuah keahlian. ataupun masyarakat yang
Jadi bisa dikatakan bahwa terlibat dalam Kelompok
terdapat partisipasi keahlian Kesenian Kuda Lumping
oleh masyarakat dalam upaya “Margo Rahayu” ikut
pelestarian Kesenian Kuda berpartisipasi dalam
Lumping di Dusun Tegaltemu. pelestarian Kesenian Kuda
d. Partisipasi dalam Bentuk Lumping di Dusun Tegaltemu.
Uang (Money 3. Faktor-Faktor yang
Participation) menyebabkan Masyarakat
Partisipasi uang yang Melestarikan Kesenian Kuda
dilakukan oleh masyarakat, Lumping
baik mereka yang terlibat a. Faktor Sosial
ataupun mereka warga Alasan masyarakat
masyarakat biasa. Mereka Dusun Tegaltemu tetap
sama-sama membayar kas, mempertahankan dan
bedanya bagi masyarakat melestarikan Kesenian Kuda
umum mereka hanya Lumping karena, dengan
membayar sebesar kas RW adanya pertunjukan Kesenian

Jurnal Pendidikan Sosiologi/12


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

ini, karena mempererat Dusun Tegaltemu juga tidak


Hubungan sosial atau Tali kalah dalam memanfaatkan
Silaturahmi antar warga situasi dalam Pementasan
khususnya warga dusun Kesenian Kuda Lumping,
Tegaltemu. Hubungan yang yaitu dengan menyediakan
menunjukan masing-masing layanan parkir apalagi yang
individu terlibat dalam datang saat pertunjukan tidak
interaksi yang saling sedikit dan bisa dikatakan
mempengaruhi dan uang yang didapatkan dari
mempunyai tujuan tertentu, parkir ini lumayan banyak.
berlangsung dalam waktu Tindakan sosial
yang relatif lama dan masyarakat dapat digolongkan
berkesinambungan. dengan empat tindakan sosial
b. Faktor Ekonomi seperti yang diungkapkan oleh
Dengan adanya Max Weber yaitu Zweek
pertunjukan Kesenian Kuda Rational, Wert Rational,
Lumping bisa memberikan Affectual, dan Tradisional.
keutungan ekonomi bagi Dengan melihat empat golongan
masyarakat sekitar, mereka tersebut bisa kita jabarkan
membuat usaha dadakan sebagai berikut:
seperti berjualan makanan a. Faktor Status Sebagai
ataupun minuman. Tetapi Warga Masyarakat
tidak hanya warga Dusun Status sebagai
Tegaltemu saja yang anggota warga masyarakat,
mendapatkan keuntungan dalam hal ini secara tidak
ekonomi tetapi banyak juga sadar warga masyarakat
orang-orang dari desa sekitar harus menyadari bahwa
yang ikut menjajakan dirinya adalah suatu bagian
dagangannya. Disamping para dari masyarakat. Hal tersebut
pedagang yang mendapatkan dapat mendorong seseorang
keuntungan, para pemuda dalam bertindak ataupun

Jurnal Pendidikan Sosiologi/13


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

berperilaku didalam adanya pembagian atau


masyarakat. Dalam hal ini, pelimpahan tugas tersebut
masyarakat Dusun terlihat bahwa ada
Tegaltemu sadar dan mau kepercayaan panitia kepada
untuk berpartisipasi dalam beberapa orang seperti
setiap kegiatan yang kepada mereka yang terlibat
dilaksanakan termasuk didalam pentas untuk
dalam pelaksanaan melaksanakan tugas dengan
Pementasan Kesenian Kuda baik dengan menari ataupun
Lumping yang mana menabuh gamelan dengan
merupakan salah satu upaya baik. Selain itu pelimpahan
masyarakat dalam tugas juga diberikan kepada
melestarikan kesenian Kuda beberapa pemuda guna
Lumping. Faktor status membantu jalan masuk ke
sebagai warga masyarakat panggung dan juga parkir,
disini dapat digolongkan hal ini dimaksudkan agar
masuk kedalam tindakan acara bisa berlangsung
Zweek Rational. dengan baik. Faktor
b. Faktor Memiliki Tugas memiliki tugas didalam acara
Saat Acara ini dapat digolongkan masuk
Dalam pelaksanaan kedalam tindakan Wert
pertunjukan pentas seni Rational.
Kuda Lumping terdapat c. Faktor Perasaan Senang
pembagian tugas secara Faktor kesenangan
struktural. Pembagian tugas merupakan salah satu faktor
tersebut dikoordinasikan yang melatarbelakangi
oleh panitia yang kemudian mereka ikut berpartisipasi
diberikan tugas dan tanggung dalam melestarikan Kesenian
jawab kepada beberapa Kuda Lumping. Dalam hal
warga dalam menjalankan ini kebanyakan masyarakat
tugas tersebut. Dengan senang akan kesenian Kuda

Jurnal Pendidikan Sosiologi/14


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

Lumping karena, memang Kesenian Kuda Lumping


sudah dari dulu menyukai merupakan sebuah warisan
dan mengikuti kesenian ini, budaya yang harus dijaga
sehingga secara tidak dan dilestarikan
langsung Kesenian Kuda keberadaannya. Adanya
Lumping akan tertanam pada beberapa tokoh masyarakat
diri masyarakat yang mana yang ingin melestarikan
mengakibatkann masyarakat budaya dipandang sebagai
akan tetap mempertahankan suatu hal yang perlu untuk
dan melestarikan Kesenian didukung oleh masyarakat,
Kuda Lumping. Faktor terlebih lagi jika tokoh
Perasaan Senang ini dapat tersebut memiliki pengaruh
digolongkan masuk kedalam yang besar dimasyarakat.
tindakan Affectual. Hampir semua informan
d. Faktor Melestarikan memberikan alasan bahwa
Budaya tindakan yang mereka
Melestarikan budaya lakukan guna melestarikan
hampir menjadi alasan budaya. Faktor melestarikan
semua informan, tindakan budaya disini dapat
melestarikan budaya digolongkan masuk kedalam
khususnya Kesenian Kuda masyarakat yang masih
Lumping menjadi sebuah tradisional.
tindakan yang ada turun-
temurun. Adanya keinginan E. PENUTUP
untuk melestarikan budaya 1. Simpulan
khususnya Kesenian Kuda Ada beberapa upaya dan
Lumping ini didasari oleh usaha yang dilakukan oleh
tradisi masyarakat yang masyarakat Dusun Tegaltemu
masih dijaga hingga saat ini. dalam melestarikan Kesenian
Masyarakat Dusun Kuda Lumping di Dusun
Tegaltemu menyadari bahwa Tegaltemu ini yaitu dengan

Jurnal Pendidikan Sosiologi/15


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

Usaha Kreativitas, kemudian dan yang terakhir adalah Faktor


upaya Pembinaan (Regenarisasi), Melestarikan Budaya.
selanjutnya yang terakhir adalah 2. Saran
dengan upaya pendanaan. a. Masyarakat
Partisipasi Masyarakat Hendaknya Keberadaan
dalam Upaya pelestarian Kesenian Kuda Lumping di
Kesenian Kuda Lumping, yang Dusun Tegaltemu ini terus
mana partisipasi dilakukan dalam dilestarikan dan dijaga agar
4 bentuk yaitu dengan Partisipasi dapat terus dijadikan sebagai
Pikiran, Partisipasi Tenaga, sarana pemersatu warga
Partisipasi Keahlian, dan masyarakat. Karena, dengan
Partisipasi Uang. Keempat adanya acara ini terbukti bisa
bentuk Partisipasi tersebut dapat menyatukan warga dengan
kita kaji dengan menggunakan berbagai latar belakang yang
Teori Interaksionisme Simbolik berbeda satu sama lainnya.
karena, setiap tindakan manusia b. Pemerintah
dapat diartikan sebagai simbol. Pemerintah pada
faktor yang menyebabkan dasarnya telah menunjukkan
masyarakat melestarikan kepedulian terhadap kegiatan
Kesenian Kuda Lumping yaitu yan berbasis budaya. Untuk
Faktor Sosial dan Faktor kedepannya diharapkan
Ekonomi. Tetapi setelah dikaji pemerintah dapat lebih
dengan Teori Tindakan Sosial berpartisipasi untuk lebih
muncul empat faktor lain yang menggali potensi dan
digolongkan berdasarkan 4 memberdayakan potensi yang
bentuk tindakan sosial menurut ada. Untuk bisa melaksanakan
Max Weber yaitu Faktor Status hal tersebut juga butuh kerja
Sebagai Warga Masyarakat, sama dengan masyarakat
Faktor memiliki tugas didalam sekitar karena, merekalah
Acara, Faktor Perasaan Senang, yang diberdayakan dan digali
potensinya. Jadi, tidak hanya

Jurnal Pendidikan Sosiologi/16


Kesenian Kuda Lumping (Bangkit Rantiksa)

dukungan secara materiil Theria, Ut. 2014. Jathilan: Seni


Pertunjukan yang Menyajikan
(dana) saja tetapi juga ada
Cerita Sejarah. Tersedia di:
bantuan lainnya seperti http://ensiklo.com/2014/10/jat
hilan-seni-pertunjukan-yang-
dukungan moril dan lain
menyajikan-cerita-sejarah/.
sebagainya. Diakses pada 1 November
2015.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian


Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Karmadi, Agus Dono. 2007. Budaya


Lokal Sebagai Warisan
Budaya dan Pelestariannya.
Tersedia di:
http://www.javanologi.info/ma
in/themes/images/pdf/Budaya
_lokal-Agus.pdf. Diakses pada
1 November 2015.

Kussudiardja, B. 1981. Tentang Tari.


Yogyakarta: Nur Cahaya.

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar


Ilmu Antropologi. Jakarta:
Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi


Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Cetakan
keduapuluh tujuh.

Paloma, Margaret. 2010. Sosiologi


Kontemporer. Jakarta:
Rajawali Pers.

Ritzer, George. 2013. Teori Sosiologi.


Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi


suatu pengantar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Jurnal Pendidikan Sosiologi/17

Anda mungkin juga menyukai