46932-Article Text-146936-1-10-20211130
46932-Article Text-146936-1-10-20211130
Abstrak
Info Artikel
________________ Kuda Lumping merupakan kesenian yang perlu kita jaga kelestariannya agar tetap lestari
seiring perkembangan zaman. Salah satu cara untuk melestarikan kesenian Kuda Lumping adalah
Sejarah Artikel dengan cara regenerasi. Tujuan penelitian untuk menganalisis regenerasi kesenian Kuda Lumping
di Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo, pokok masalah yaitu sistem regenerasi dan proses
Diterima : 9 Agustus
regenerasi kesenian Kuda Lumping di Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo melalui sistem vertical
2021 transmission dan horizontal transmission. Proses regenerasi terjadi secara tradisional dan modern.
Metode Penelitian menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan
Disetujui : 28 Oktober etnografi. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
2021 keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Teknik analisis data dilakukan bersamaan dengan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses
Dipublikasikan : 30 regenerasi terjadi secara genetik berlangsung melalui hubungan darah pada anggota. Proses
regenerasi kesenian Kuda Lumping Langen Budi Sedyo Utomo terjadi secara tradisional dan
November 2021
modern. Proses tradisional terjadi melalui keluarga dan lingkungan masyarakat. Proses regenerasi
secara modern melalui pemanfaatan media sosial, pelatihan, dan pertunjukan kesenian Kuda
________________ Lumping Langen Budi Sedyo Utomo.
Keywords: Abstract
Kuda Lumping Art, Kuda Lumping is an art that we need to preserve in order to keep it sustainable along with the
Paguyuban, Regeneration times. One of the ways preserve the art of Kuda Lumping is through regeneration. The research objective was
_________________
to analyze the regeneration of Kuda Lumping at Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo, the main problem
was the generation system and regeneration process of Kuda Lumping at Paguyuban Langen Budi Sedyo
Utomo through vertical transmission and horizontal transmission system. The regeneration process occurs both
traditionally and modern. The research method used a descriptive qualitative method with an ethnograpic
approach. Collecting data using observation, interviews, and documentation. The data validated by
triangulation. Data analysis techniques were carried out simultaneously with data reduction, data presentation,
and concluding. The result showed that the genetically occuring regeneration process took place through blood
relations in the member. The generation process of Kuda Lumping Langen Budi Sedyo Utomo is traditional
and modern. The traditional process occurs through the family and community environment. A modern
regeneration process through the use of social media, training, and the art performance of Kuda Lumping
Langen Budi Sedyo Utomo.
🖂
Alamat korespondensi: ISSN 2503-2585
Gedung B2 Lantai 1, FBS, UNNES
Kampus Sekaran, Gunung Pati, Semarang 50229
Email : 1.agneswulan96@gmail.com
2. hartono.sukorejo@mail.unnes.ac.id
185
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
186
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
187
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
uraian deskriptif kata. Metode yang Langen Budi Sedyo Utomo terhenti sejak
digunakan peneliti dalam penelitian bulan April-September 2020.
Regenerasi Kesenian Kuda Lumping di Peneliti menggunakan triangulasi
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo untuk keabsahan data. Triangulasi teori,
adalah deskriptif. metode, dan teknik dilakukan dengan
Pendekatan dalam penelitian ini memanfaatkan berbagai teori, metode,
menggunakan pendekatan etnografi. dan teknik untuk menganalisis masalah
Pendekatan etnografi merupakan suatu yang sama. Triangulasi yang digunakan
metode penelitian ilmu sosial dimana titik peneliti dalam mengkaji regenerasi
fokus penelitianya dapat meliputi studi kesenian Kuda Lumping di Paguyuban
intensif budaya maupun bahasa (Hadi, Langen Budi Sedyo Utomo yaitu
2007). Alasan peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
pendekatan etnografi yaitu peneliti ingin Triangulasi sumber, peneliti mencari data
melihat proses regenerasi yang diwariskan mengenai system dan proses regenerasi
melalui budaya setempat serta dengan dengan beberapa narasumber yaitu Bapak
menggunakan sistem kekeluargaan. Djuli, Ragil, Irfan, Rafin, Rio, Yusuf, dan
Teknik pengumpulan data yang Rafka. Peneliti juga melakukan triangulasi
digunakan pada penelitian ini yaitu teknik, kepada ketujuh narasumber
observasi, wawancara, dan dokumentasi. peneliti menggunakan beberapa teknik
Observasi digunakan untuk mengamati yaitu observasi, wawancara, dan
sesuatu, seseorang ,suatu lingkungan, atau dokumentasi.Teknik keabsahan data
situasi secara tajam terinci, dan dilakukan langsung kelokasi penelitian
mencatatnya secara akurat dalam yaitu di Paguyuban Langen Budi Sedyo
beberapa cara (Rohidi, 2011). Peneliti Utomo.
mendapatkan gambaran umum lokasi
penelitian, kondisi demografi dan geografi HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Tlompakan, proses pelatihan dan
pementasan. Observasi dilakukan pada Profil Paguyuban Langen Budi Sedyo
bulan Juni-September 2020, yang Utomo
diketahui oleh Pemerintah Desa Menurut teori Soekanto &
Tlompakan yang meliputi tokoh Sulistyowati (2013) paguyuban adalah
masyarakat dan pelaku seni Paguyuban sebuah bentuk kehidupan bersama,
Langen Budi Sedyo Utomo. didalamnya terdapat anggota-anggota
Hasil wawancara berupa data yang memiliki ikatan batin yang murni
mengenai sistem dan proses regenerasi di serta bersifat tradisional serta bersifat
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo. kekal. Kehidupan tersebut bersifat nyata
Wawancara dilakukan dengan delapan dan organis.
narasumber yaitu Bapak Murdiatmo Paguyuban Langen Budi Sedyo
selaku ketua Paguyuban Langen Budi Utomo adalah salah satu kelompok
Sedyo Utomo, Bapak Djuli, Ragil, Yusuf, kesenian di Dusun Sombron, Desa
Rafka, Rio, Irfan, Rafin selaku anggota Tlompakan, Kecamatan Tuntang,
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo. Kabupaten Semarang yang masih eksis
Studi dokumen dan arsip berupa tulisan dan melakukan pertunjukan tari hingga
yang sederhana hingga catatan yang saat ini. Kelompok kesenian Kuda
lengkap, dan bisa berwujud gambar- Lumping Paguyuban Langen Budi Sedyo
gambar atau berupa benda-benda sebagai Utomo berdiri sejak tahun 1958. Menurut
peninggalan (Maryono, 2011). Hasil wawancara dengan Mas Ragil pada
dokumentasi berupa foto dan video pada tanggal 28 Agustus 2020. Paguyuban
saat latihan, dan pemetasan Kuda Langen Budi Sedyo Utomo didirikan atas
Lumping Langen Budi Sedyo Utomo. dasar masyarakat yang sangat minim
Akibat pandemi Covid-19 yang hiburan pada waktu itu, dan
menyebabkan PSBB, berdampak pada ketertarikannya dengan kesenian Reog
kegiatan berkesenian di Paguyuban Ponorogo yang notabennya waktu itu
188
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
189
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
190
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
191
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
Tidak ada batas waku untuk menjadi Langen Budi Sedyo Utomo sebagai penari
anggota di Paguyuban Langen Budi Sedyo Kuda Lumping. Bapak Widodo menjadi
Utomo, namun Mbah Djuni pada tahun penari pada tahun 1998 sampai tahun
2010 memilih vakum menjadi anggota 2007, di tahun 2007 beliau vakum karena
dikarenakan usianya yang sudah cukup meratau. Berdasarkan wawancara dengan
tua dan beliau ingin beristirahat. Tahun Mas Ragil pada tanggal 28 Agustus 2020,
2010 dilaksanakan musyawarah kembali orang tua Mas Ragil melakukan sebuah
untuk memilih ketua paguyuban, pembiasaan untuk mengenalkan kesenian
terpilihlah Bapak Murdiatmo sebagai secara terus menerus, awal mula beliau
ketua generasi kedelapan hingga sekarang. tertarik pada kesenian Kuda Lumping
Anak ke dua dari Mbah karena dahulu Mbah Djuni mengajak Mas
Moelyosidik adalah Mbah Ngatemin. Ragil untuk melihat dan memberikan
Mbah Ngatemin juga merupakan seorang apresiasi terhadap pertunjukan kesenian
pemusik tari Kuda Lumping di Kuda Lumping dengan tujuan agar
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo anaknya dapat belajar melalui model
pada tahun 1980. Keterampilannya pembelajaran dengan cara melihat dan
bermain musik gamelan diperoleh dari berapresiasi. Mbah Djuni juga melakukan
bapaknya yaitu Mbah Moelyosidik. Mbah proses penurunan regenerasi secara lisan
Ngatemin memperoleh keterampilan dengan cara bercerita atau nasehat dari
memainkan musik gamelan karena Mbah orang tua untuk bergabung menjadi penari
Moelyosidik menggunakan metode Kuda Lumping. Jadi dapat disimpulkan
imitasi saat mengajarkan notasi gamelan. bahwa kebiasaan secara lisan dan non
Mbah Ngatemin menjadi pemusik tari lisan sangatlah berpengaruh untuk
Kuda Lumping selama 12 tahun, setelah pewarisan tari Kuda Lumping.
beliau menikah dan mempunyai anak,
beliau memilih vakum menjadi pemain Proses Regenerasi Secara Tradisional
musik di Paguyuban Langen Budi Sedyo Melalui Masyarakat
Utomo. Proses regenerasi di Paguyuban
Generasi selanjutnya yaitu Langen Budi Sedyo Utomo selain melalui
generasi dari anak Mbah Djuni dan Mbah keluarga, juga melalui masyarakat. Peran
Ngatemin. Mbah Djuni mempunyai dua masyarakat dapat dilakukan dengan
orang anak laki-laki yang ikut bergabung berpartisipasi dalam upaya melestarikan
dalam anggota Paguyuban Langen Budi kesenian tradisional sehingga tetap lestari
Sedyo Utomo. Anak pertama bernama seiring perkembangan zaman.
Bapak Widodo dan anak kedua bernama Sebagaimana masyarakat Dusun Sombron
Mas Ragil. Bapak Widodo merupakan yang memiliki suatu kesenian rakyat yaitu
penari Kuda Lumping. Beliau aktif Kesenian Kuda Lumping akan terus
menjadi penari saat berusia 26 tahun. dilestarikan. Kesenian kerakyatan Kuda
Awal mula Bapak Widodo menjadi penari Lumping sudah menjadikan ciri khas
Kuda Lumping karena dahulu beliau tersendiri bagi masyarakat Desa
sering diajak Mbah Djuni untuk pentas, Tlompakan khususnya masyarakat Dusun
hal ini dilakukan supaya anak-anak Sombron. Hal ini dibutikan dengan:
terbiasa mendengar dan melihat kesenian Pertama, antusias masyarakat Dusun
Kuda Lumping, berkaitan dengan Sombron pada saat pementasan kesenian
seringnya melihat pertunjukan Kuda Kuda Lumping Paguyuban Langen Budi
Lumping, mendengar iringan Kuda Sedyo Utomo foto antusian warga dapat
Lumping ditambah dengan Mbjuni dilihat pada foto. Paguyuban Langen Budi
mengajarkan beberapa ragam gerak Tari Sedyo Utomo rutin mengadakan
Kuda Lumping sehingga Bapak Widodo pertunjukan kesenian Kuda Lumping
dan Mas Ragil sedikit demi sedikit memperingati hari Raya Idul Fitri dan pada
menguasai Tari Kuda Lumping. Hal saat memperingati bulan Suro.
inilah yang menyebabkan Bapak Widodo
tertarik dan bergabung dalam Paguyuban
192
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
193
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
(wawancara dengan Mas Ragil, pada 28 Selain dari media sosial, para penari tari
Agustus 2020). Kuda Lumping anggota dewasa juga
belajar dengan cara melihat kesenian
paguyuban lainnya sehingga dapat
memberikan inspirasi dan berkreasi untuk
mengembangkan tari Kuda Lumping
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo
(wawancara dengan Mas Ragil, pada 28
Agustus 2020).
Proses regenerasi secara modern
yang kedua adalah melalui media sosial.
Perkembangan teknologi informasi saat ini
memberikan dampat positif dalam berbagai
manajemen termasuk dalam pelestarian
kesenian tradisional. Kemunculan media
Foto 3 Proses Pelatihan Tari Kuda sosial di era saat ini memberikan pilihan
Lumping Untuk Dewasa bagi berbagai pihak dalam menyediakan
(Sumber: Paguyuban Langen Budi Sedyo akses, membangun jejaring sosial, maupun
Utomo, 14 September 2018) sebagai media promosi. Kolaborasi seni
Proses pelatihan tari Kuda dan media merupakan sebuah peluang yang
Lumping untuk dewasa bertempat di dapat dilakukan untuk mempromosikan
pendhapa yang berada di Dusun Sombron seni maupun kegiatan seni agar dikenal
Desa Tlompakan Kecamatan Tuntang. oleh masyarakat luas (Irhandayaningsih,
Begitu pula untuk grub penari dewasa, 2018). Sebagai contoh, salah satu media
pelatihan rutin belum mulai dilaksankan sosial yang masih digemari dengan jutaan
sejak bulan Februari dikarenakan adanya pengguna di seluruh dunia adalah facebook.
pandemi Covid-19. Kesenian Kuda Dewasa ini ruang lingkup kesenian Kuda
Lumping yang ada di Paguyuban Langen Lumping masih digemari masyarakat
Budi Sedyo Utomo ada beberapa generasi termasuk anak-anak. Ruang lingkup
yang bisa dikatakan sebaya atau satu kesenian Kuda Lumping memanfaatkan
angkatan seperti Ragil Witcahyono dengan media sosial untuk mempertunjukan
Rafin Yulian, Irfan, Rio. Diantara penari eksistensinya, sebagai contoh kanal facebook
diatas ada penari yang lebih unggul dalam yang diberi nama grub Reog’r. Mereka
segi teknik gerak maupun pengalaman membentuk komunitas berskala besar yang
menari, sehingga bisa memberikan didalamnya terdapat lebih dari 78.501
pelatihan kepada teman sebayanya yang anggota. Kehadiran grub bernama Reog’r
tergabung dalam anggota Paguyuban menjadikan masyarakat dapat berinteraksi
Langen Budi Sedyo Utomo. Pelatihan ini dalam penyebaran informasi pelaksanaan
terlihat lebih santai karena dilakukan dalam pertunjukan Kuda Lumping. Komunitas ini
suasana santai sambil berdiskusi ringan. selalu aktif membagikan jadwal pentas
Pelatih tari yaitu Rafin berlatih anggotanya setiap minggunya. Adanya
secara otodidak dengan melihat berbagai grub facebook, pengguna media sosial
referensi berupa video tari dari Youtube khusunya facebook dapat berkunjung
maupun media sosial lainnya. Setelah menjadikan grub bernama Reog’r sangat
mengamati, kemudian Rafin meniru baik sebagai sarana promosi agar
gerakan dan mengembangkan gerakan masyarakat yang tertarik dalam kesenian
tersebut agar terlihat lebih menarik, dengan Kuda Lumping dapat bergabung untuk
begitu, beliau bisa melatihkannya kepada berpartisipasi melestarikan kesenian Kuda
teman-teman sebayanya. Begitu pula Lumping di Paguyuban Langen Budi Sedyo
dengan teman-teman lainnya, saling Utomo. Penggunaan media sosial facebook
bertukar informasi dan menambah referensi terbukti penting sebagai ajang promosi
gerakan apabila ada gerakan yang perlu karena informasi tersebar dengan cepat dan
ditambah dan gerakan yang kurang sesuai. memiliki jangkauan yang luas.
194
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
195
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021
DAFTAR PUSTAKA
Berry, J. W., Poortinga, Y. H., Segall, M.
H., & Dasen, P. R. (1999). Psikologi
Lintas Budaya, Riset dan Aplikasi
(Terjemahan). PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hadi, S. (2007). Kajian Tari Teks dan
Konteks. Pustaka Book Publiser.
Irhandayaningsih, A. (2018). Pelestarian
Kesenian Tradisional sebagai Upaya
dalam Menumbuhkan Kecintaan
Budaya Lokal di Masyarakat Jurang
Blimbing Tembalang. Anuva, 2(1),
19.
https://doi.org/https://doi.org/10.
14710/anuva.2.1. 19-27
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu
Antropologi. Rineka Cipta.
Maryono. (2011). Penelitian Kualitatif Seni
Pertunjukan.
Novitasari, A. (2015). Pembelajaran Tari
Merak Sebagai Upaya Pelestarian Tari
Tradisi Di Sanggar Ngudi Laras Desa
Karangmoncol Kecamatan
Randudongkal Kabupaten Pemalang.
Universitas Negeri Semarang.
Rohidi, Tjetjep Rohedi. (2011). Metodologi
Peneltian Seni. Cipta Prima
Nusantara.
Sedyawati, E. (2008). Keindonesiaan Dalam
Budaya. Wedatama Widya Sastra.
Soekanto, S., & Sulistyowati. (2013).
Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.
196