Anda di halaman 1dari 12

JST (10) (2) 2021

JURNAL SENI TARI


Terakreditasi SINTA 4
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

Regenerasi Kesenian Kuda Lumping Di Paguyuban Langen Budi


Setyo Utomo

Agnes Wulansari1 , Hartono Hartono2


Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang, Indonesia.

Abstrak
Info Artikel
________________ Kuda Lumping merupakan kesenian yang perlu kita jaga kelestariannya agar tetap lestari
seiring perkembangan zaman. Salah satu cara untuk melestarikan kesenian Kuda Lumping adalah
Sejarah Artikel dengan cara regenerasi. Tujuan penelitian untuk menganalisis regenerasi kesenian Kuda Lumping
di Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo, pokok masalah yaitu sistem regenerasi dan proses
Diterima : 9 Agustus
regenerasi kesenian Kuda Lumping di Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo melalui sistem vertical
2021 transmission dan horizontal transmission. Proses regenerasi terjadi secara tradisional dan modern.
Metode Penelitian menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan
Disetujui : 28 Oktober etnografi. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
2021 keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Teknik analisis data dilakukan bersamaan dengan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses
Dipublikasikan : 30 regenerasi terjadi secara genetik berlangsung melalui hubungan darah pada anggota. Proses
regenerasi kesenian Kuda Lumping Langen Budi Sedyo Utomo terjadi secara tradisional dan
November 2021
modern. Proses tradisional terjadi melalui keluarga dan lingkungan masyarakat. Proses regenerasi
secara modern melalui pemanfaatan media sosial, pelatihan, dan pertunjukan kesenian Kuda
________________ Lumping Langen Budi Sedyo Utomo.
Keywords: Abstract
Kuda Lumping Art, Kuda Lumping is an art that we need to preserve in order to keep it sustainable along with the
Paguyuban, Regeneration times. One of the ways preserve the art of Kuda Lumping is through regeneration. The research objective was
_________________
to analyze the regeneration of Kuda Lumping at Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo, the main problem
was the generation system and regeneration process of Kuda Lumping at Paguyuban Langen Budi Sedyo
Utomo through vertical transmission and horizontal transmission system. The regeneration process occurs both
traditionally and modern. The research method used a descriptive qualitative method with an ethnograpic
approach. Collecting data using observation, interviews, and documentation. The data validated by
triangulation. Data analysis techniques were carried out simultaneously with data reduction, data presentation,
and concluding. The result showed that the genetically occuring regeneration process took place through blood
relations in the member. The generation process of Kuda Lumping Langen Budi Sedyo Utomo is traditional
and modern. The traditional process occurs through the family and community environment. A modern
regeneration process through the use of social media, training, and the art performance of Kuda Lumping
Langen Budi Sedyo Utomo.

© 2021 Universitas Negeri Semarang

🖂
Alamat korespondensi: ISSN 2503-2585
Gedung B2 Lantai 1, FBS, UNNES
Kampus Sekaran, Gunung Pati, Semarang 50229
Email : 1.agneswulan96@gmail.com
2. hartono.sukorejo@mail.unnes.ac.id

185
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

PENDAHULUAN dalam proses regenerasi. Selain itu,


Kesenian terdiri dari berbagai antusias masyarakat setempat sangat
unsur diantaranya adalah bahasa, sistem tinggi dibuktikan dengan partisipasi
pengetahuan, organisasi sosial, sistem masyarakat Dusun Sombron yang
peralatan hidup, teknologi, sistem mata menyaksikan pertunjukan Kuda Lumping
pencaharian hidup dan sistem religi. masih sangat ramai. Selaian regenerasi
(Rohidi, 2011) menyatakan bahwa yang dilakukan Paguyuban Langen Budi
kesenian melekat pada ciri khas suatu Sedyo Utomo secara kekeluargaan cara
kebudayaan. Ciri khas berikutnya adalah lain yang dilakukan paguyuban
kesenian dapat dipelajari dan Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo
ditransmisikan dari satu generasi ke agar kesenian kuda lumping tetap terjaga
generasi berikutnya melalui proses eksistensi yaitu dengan mengadakan
enkulturasi. Kesenian termasuk tari dapat latihan, proses pelatihan juga berfungsi
diwariskan melalui pembelajaran dengan memberikan pengenalan kesenian serta
proses enkulturasi. Salah satu kesenian generasi muda mengetahui apa saja yang
yang sampai saat ini masih terjaga proses berada didalam kesenian tersebut.
pewarisanya yaitu kesenian kuda Pelatihan di Paguyuban Langen Budi
lumping. Kuda Lumping memiliki nilai Sedyo Utomo tidak hanya dari tari Kuda
kultural tersendiri dan perlu diwariskan Lumping saja, melainkan juga pada musik
secara turun temurun agar tetap lestari karawitan sebagai pengiring tari juga rutin
sebagai identitas kesenian lokal maupun dilakukan.
nasional. Peneliti tertarik melakukan
Paguyuban Langen Budi Sedyo penelitian di Paguyuban Langen Budi
Utomo berdiri sejak tahun 1958. Sedyo Utomo karena Paguyuban Langen
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo Budi Sedyo Utomo berusaha melestarikan
berada di Dusun Sombron Kecamatan kesenian Kuda Lumping melalui
Tuntang Kabupaten Semarang. regenerasi dengan mewariskan tari Kuda
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo Lumping kepada generasi selanjutnya
didirikan atas dasar masyarakat yang melalui pelatihan dan pertunukan serta
sangat minim hiburan pada waktu itu, mengajak generasi muda untuk turut
ketertarikannya dengan kesenian Reog berpartisipasi dan ikut serta dalam
Ponorogo yang notabennya waktu itu kegiatan pelatihan secara rutin. Dimasa
sudah ada, membuat masyarakat Dusun pandemi Covid-19 pertunjukan tari Kuda
Sombron membuat kesenian Kuda Lumping juga masih aktif dilakukan
Lumping. Pada masa itu sangatlah sulit secara virtual melalui kanal Youtube milik
untuk menggarap kesenian Reog sehingga Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo.
masyarakat apa adanya dan secara Konsep pewarisan merupakan
spontan membuat dan menyajikan proses enkulturasi yang dapat
anyaman bambu yang dibentuk mirip diterjemahkan dengan satu istilah
hewan kuda. Hingga sekarang kesenian “pembudayaan”. Proses tersebut
tersebut diberi nama tari Kuda Lumping. merupakan usaha seorang individu
Beberapa kegiatan yang masih aktif mempelajari dan menyesuaikan alam
dilakukan yaitu pelatihan, pertunjukan, pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem
dan ikut serta dalam berbagai macam norma, dan peraturan-peraturan yang
lomba Kuda Lumping. hidup dalam kebudayaan dan dengan
Hingga saat ini Paguyuban berkali-kali meniru maka sebuah tindakan
Langen Setyo Budyo sudah sampai menjadi satu pola yang mantap, dan
generasi ke 7. Proses regenerasi yang norma yang mengatur tindakannya
dilakukan oleh Paguyuban Langen Budi “dibudayakan”. Norma dapat diajarkan
Sedyoo Utomo terjadi secara tradisional dari lingkungan keluarga, pergaulan
melalui sistem keluarga, berjalan sesuai diluar keluarga (Koentjaraningrat, 1990).
garis kekerabatan atau hubungan darah. Hakikatnya, kebudayaan adalah warisan
Lingkungan masyarakat juga berpengaruh sosial dalam artian bahwa kebudayaan

186
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

diturunkan dari generasi ke generasi Pola Pewarisan secara


berikutnya melalui suatu proses Tradisional dapat dilakukan melalui: 1)
pembelajaran, baik secara formal maupun Keluarga 2) Masyarakat 3) Lembaga Adat
informal. Proses pembelajaran informal atau Lembaga Agama. Pola pewarisan
diselenggarakan melalui proses secara tradisional adalah proses
enkulturasi dan sosialisasi. pergantian generasi secara alami tanpa
Berkaitan dengan sistem melalui proses publikasi artinya proses
pewarisan, CavalliSforza dan Feldman regenerasi secara turun-temurun dengan
(Berry et al., 1999), mengemukakan anggota keluarganya sendiri. Turun-
terdapat dua jenis sistem pewarisan yakni temurun yang dimaksud adalah seseorang
vertical transmission dan horizontal yang sudah menjadi anggota secara tidak
transmission. Vertical transmission ialah langsung mengajak anggota keluarganya
sistem pewarisan yang berlangsung ikut bergabung di grub (Soekanto &
melalui mekanisme genetik yang Sulistyowati, 2013).
diturunkan dari waktu ke waktu secara Menurut (Soekanto &
lintas generasi yakni melibatkan Sulistyowati, 2013), Pola Pewarisan yang
penurunan ciri-ciri budaya dari orang tua kedua yaitu secara Modern dapat
kepada anak cucu. Horizontal Transmission dilakukan melalui: 1) Sekolah; 2) media
ialah sistem pewarisan yang berlangsung massa; 3) lembaga pemerintahan; 4)
malalui lembaga-lembaga pendidikan non Organisasi atau Kelompok Sosial. Pola
formal seperti kelompok kesenian, atau pewarisan modern lebih menekankan
sanggar-sanggar. pada sebuah lembaga dan media. Pola
Regenerasi merupakan pewarisan modern yaitu proses regenerasi
pergantian generasi tua kepada generasi yang direncanakan, dan dipersiapkan.
muda, regenerasi juga bisa disebut Bisa melalui publikasi, mengajak, dan
peremajaan. Regenerasi merupakan mencari anggota baru, misalnya
proses berkesinambungan dengan suatu bergabung dengan komunitas. Komunitas
perantara yaitu generasi yang yang dimaksud dalam penelitian ini
meneruskannya. Perlu diketahui bahwa adalah Kelompok Kesenian Kuda
proses sosialisasi dalam setiap masyarakat Lumping Langen Budi Sedyo Utomo.
dan golongan sosial lainnya amat berbeda- Berdasarkan penjelasan yang
beda atau tidak sama ditentukan oleh telah diuraikan, tujuan utama pada
sistem budaya dan lingkungan sosial penelitian ini yakni untuk menganalisis
masyarakat yang bersangkutan. sistem dan proses regenerasi terhadap
Adapun proses regenerasi sebuah Kesenian Kuda Lumping yang dilakukan
kebudayaan yang dilakukan melalui oleh Paguyuban Kuda Lumping Langen
proses sosialisasi sangat erat berkaitan Budi Sedyo Utomo sebagai warisan
dengan proses belajar kebudayaan dalam budaya yang perlu dijaga keberadaannya
hubungan dengan sistem sosial. Proses ini dan diperkenalkan kepada generasi muda.
seorang individu mulai dari masa kanak-
kanak, masa dewasa, hingga masa METODE PENELITIAN
tuanya,, belajar bermacam-macam pola Penelitian mengenai Regenerasi
tindakan interaksi dengan semua orang Kesenian Kuda Lumping di Paguyuban
disekitarnya yang menduduki bermacam- Langen Budi Sedyo Utomo menggunakan
macam status dan peranan sosialnya yang metode kualitaif. Peneliti menggunakan
ada dalam kehidupan masyarakat sehari- metode kualitatif berbentuk kata-kata atau
hari. Menurut (Koentjaraningrat, 1990), gambar dan tidak menekankan pada
mengungkapkan bahwa dalam angka- angka (Sugiyono, 2011) tentang
mewujudkan upaya regenerasi atau sistem dan proses regenerasi pada
pelestarian maka dilakukan pewarisan kesenian Kuda Lumping di Paguyuban
dengan dua pola yaitu secara tradisional Langen Budi Sedyo Utomo, selanjutnya
dan modern. peneliti melakukan penafsiran terhadap
data-data yang diperoleh dalam bentuk

187
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

uraian deskriptif kata. Metode yang Langen Budi Sedyo Utomo terhenti sejak
digunakan peneliti dalam penelitian bulan April-September 2020.
Regenerasi Kesenian Kuda Lumping di Peneliti menggunakan triangulasi
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo untuk keabsahan data. Triangulasi teori,
adalah deskriptif. metode, dan teknik dilakukan dengan
Pendekatan dalam penelitian ini memanfaatkan berbagai teori, metode,
menggunakan pendekatan etnografi. dan teknik untuk menganalisis masalah
Pendekatan etnografi merupakan suatu yang sama. Triangulasi yang digunakan
metode penelitian ilmu sosial dimana titik peneliti dalam mengkaji regenerasi
fokus penelitianya dapat meliputi studi kesenian Kuda Lumping di Paguyuban
intensif budaya maupun bahasa (Hadi, Langen Budi Sedyo Utomo yaitu
2007). Alasan peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
pendekatan etnografi yaitu peneliti ingin Triangulasi sumber, peneliti mencari data
melihat proses regenerasi yang diwariskan mengenai system dan proses regenerasi
melalui budaya setempat serta dengan dengan beberapa narasumber yaitu Bapak
menggunakan sistem kekeluargaan. Djuli, Ragil, Irfan, Rafin, Rio, Yusuf, dan
Teknik pengumpulan data yang Rafka. Peneliti juga melakukan triangulasi
digunakan pada penelitian ini yaitu teknik, kepada ketujuh narasumber
observasi, wawancara, dan dokumentasi. peneliti menggunakan beberapa teknik
Observasi digunakan untuk mengamati yaitu observasi, wawancara, dan
sesuatu, seseorang ,suatu lingkungan, atau dokumentasi.Teknik keabsahan data
situasi secara tajam terinci, dan dilakukan langsung kelokasi penelitian
mencatatnya secara akurat dalam yaitu di Paguyuban Langen Budi Sedyo
beberapa cara (Rohidi, 2011). Peneliti Utomo.
mendapatkan gambaran umum lokasi
penelitian, kondisi demografi dan geografi HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Tlompakan, proses pelatihan dan
pementasan. Observasi dilakukan pada Profil Paguyuban Langen Budi Sedyo
bulan Juni-September 2020, yang Utomo
diketahui oleh Pemerintah Desa Menurut teori Soekanto &
Tlompakan yang meliputi tokoh Sulistyowati (2013) paguyuban adalah
masyarakat dan pelaku seni Paguyuban sebuah bentuk kehidupan bersama,
Langen Budi Sedyo Utomo. didalamnya terdapat anggota-anggota
Hasil wawancara berupa data yang memiliki ikatan batin yang murni
mengenai sistem dan proses regenerasi di serta bersifat tradisional serta bersifat
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo. kekal. Kehidupan tersebut bersifat nyata
Wawancara dilakukan dengan delapan dan organis.
narasumber yaitu Bapak Murdiatmo Paguyuban Langen Budi Sedyo
selaku ketua Paguyuban Langen Budi Utomo adalah salah satu kelompok
Sedyo Utomo, Bapak Djuli, Ragil, Yusuf, kesenian di Dusun Sombron, Desa
Rafka, Rio, Irfan, Rafin selaku anggota Tlompakan, Kecamatan Tuntang,
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo. Kabupaten Semarang yang masih eksis
Studi dokumen dan arsip berupa tulisan dan melakukan pertunjukan tari hingga
yang sederhana hingga catatan yang saat ini. Kelompok kesenian Kuda
lengkap, dan bisa berwujud gambar- Lumping Paguyuban Langen Budi Sedyo
gambar atau berupa benda-benda sebagai Utomo berdiri sejak tahun 1958. Menurut
peninggalan (Maryono, 2011). Hasil wawancara dengan Mas Ragil pada
dokumentasi berupa foto dan video pada tanggal 28 Agustus 2020. Paguyuban
saat latihan, dan pemetasan Kuda Langen Budi Sedyo Utomo didirikan atas
Lumping Langen Budi Sedyo Utomo. dasar masyarakat yang sangat minim
Akibat pandemi Covid-19 yang hiburan pada waktu itu, dan
menyebabkan PSBB, berdampak pada ketertarikannya dengan kesenian Reog
kegiatan berkesenian di Paguyuban Ponorogo yang notabennya waktu itu

188
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

sudah ada, masyarakat dusun Sombron ritual kepercayaan masyarakat yaitu


membentuk kesenian Kuda Lumping. memandikan properti Kuda Lumping
Pada masa itu sangatlah susah untuk pada saat malam satu suro.
menggarap kesenian Reog, sehingga
masyarakat apa adanya dan secara Sistem Regenerasi Kesenian Kuda
spontan membuat dan menyajikan Lumping Paguyuban Langen Budi Sedyo
anyaman bambu yang di bentuk mirip Utomo
hewan kuda. Kesenian Reog Ponorogo
terdapat tokoh jathil yang menunggang Sistem Regenerasi Vertical Transmission
kuda mungkin hanya itu yang bisa mereka Regenerasi merupakan hal yang
garap pada waktu itu, dan hingga sekarang harus dilakukan. Regenerasi merupakan
terbentuklah tari Kuda Lumping. Arti proses berkesinambungan dengan suatu
nama Langen Budi Sedyo Utomo yaitu perantara yaitu generasi yang
langen yang berarti kesukaan, Budi yang meneruskannya. Proses regenerasi kesenian
berarti pekerti, sedyo utomo yang berarti dapat dilakukan di paguyuban-paguyuban
utama. Jadi Paguyuban ini diharapkan seni. Regenerasi melalui sistem vertical
kesukaan terhadap tindakan yang baik transmission artinya dari bapak atau ibu, turun
dijadikanlah yang utama. ke anak, cucu, atau kepada saudara sedarah.
Paguyuban Langen Budi Sedyo Sebuah sistem pewarisan yang bersifat
Utomo dahulu didirikan sebagai sarana biologis (biological transmission) prosesnya
ritual kepada leluhur atau nenek moyang berlangsung melalui mekanisme genetik.
yang dipercayai masyarakat, namun Pewarisan tegak (vertical transmission) karena
seiring berkembangnya zaman berubah melibatkan penurunan ciri-ciri budaya dari
fungsi sebagai sarana hiburan masyarakat. orang tua ke anak cucu, dalam pewarisan
Menurut Edi Sedyawati bahwa seni tegak orang tua mewariskan nilai, keyakinan,
pertunjukan memiliki fungsi yang berbeda keterampilan, keyakinan, motif, budaya, dan
pada setiap zaman, setiap kelompok etnis, sebagainya kepada generasi selanjutnya.
serta setiap lingkungan masyarakat Sistem regenerasi vertical
(Sedyawati, 2008). Begitu pula yang terjadi transmission terjadi di Paguyuban Langen
pada Paguyuban Kuda Lumping Langen Budi Sedyo Utomo karena ketidak sengajaan
Budi Sedyo Utomo, selain berfungsi menjadi sebuah kebiasaan. Salah satu contoh
sebagai sarana hiburan, juga berfungsi dialami oleh Ragil sebagai penari sekaligus
sebagai wadah minat dan bakat bagi pelatih, Ragil mendapatkan pengetahuan
masyarakat yang menyukai kesenian Kuda dan keterampilan menari dari ayahnya yaitu
Lumping. Paguyuban Langen Budi Sedyo Bapak Djuni. Awal mula Ragil mengenal
Utomo tidak pernah vakum, karena sejak kesenian Kuda Lumping sejak berusia 8
tahun didirikan pada 1958 hingga sekarang tahun. Saat Ragil masih kecil memang sudah
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo tidak asing dengan kesenian Kuda Lumping.
melakukan pementasan rutin setiap Ayah Ragil merupakan seorang penari Kuda
tahunnya. Pementasan merupakan salah Lumping di Paguyuban Langen Budi Sedyo
satu cara yang efektif, sebagai upaya Utomo pada waktu itu. Bapak Djuni sering
penyebarluasan kesenian kepada mengajak Ragil pada saat pementasan Kuda
masyarakat luas (Novitasari, 2015). Lumping Langen Budi Sedyo Utomo. Bapak
Pementasan kesenian Kuda Lumping Djuni mengajak Ragil untuk mengenalkan
wajib dipertunjukan pada saat kesenian Kuda Lumping sejak dini agar
memperingati hari raya idul fitri dan pada anaknya suatu saat dapat meneruskan
bulan suro. Kegiatan yang dilakukan kesenian Kuda Lumping. Selain itu Bapak
anggota Paguyuban Langen Budi Sedyo Djuni sering mengajak Ragil saat
Utomo antara lain: melakukan pementasan Kuda Lumping, pelatihan dan
pertunjukan, ikut serta dalam lomba tari pertunjukan tari Kuda Lumping juga dahulu
Kuda Lumping, latihan rutin sebanyak 3 dilakukan didepan rumahnya. Saat melihat
kali dalam seminggu, pertemuan rutin, pertunjukan Kuda Lumping untuk pertama
promosi di media sosial, dan menjalankan kali di depan rumah, Ragil tidak langsung

189
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

menyukai kesenian Kuda Lumping, Ragil dewasa atau lembaga-lembaga (misalnya


pada waktu itu takut karena ada pemain yang dalam pendidikan nonformal) namun tetap
mengalami kesurupan pada saat pertunjukan secara terstruktur tanpa memandang apakah
berlangsung. Seiring berjalannya waktu, hal itu terjadi dalam budaya sendiri atau dari
Ragil dapat beradaptasi dengan kesenian budaya lain.
Kuda Lumping dan tidak takut lagi. Sistem regenerasi Horizontal
Proses latihan Kuda Lumping Transmission di Paguyuban Langen Budi
dilakukan di depan Rumah Ragil sehingga Sedyo Utomo di pelopori oleh Mas Ragil
Ragil sering melihat proses latihan Kuda selaku generasi ke 6 (Putra dari Mbah Djuli
Lumping, bersamaan dengan hal tersebut ketua ke 6 Paguyuban Langen Budi Sedyo
Bapak Djuni berinisiatif untuk mengajak Utomo) beliau berkeinginan untuk
Ragil berlatih Kuda Lumping. Bapak Djuni mewariskan kesenian kuda lumping pada
mengajarkan beberapa ragam gerak Tari generasi muda, kemudian Mas Ragil
Kuda Lumping kepada Ragil sehingga sedikt mengajak anak anak dilingkungan sekitar
demi sedikit Ragil Bisa menarikan Tari Kuda tepat tinggalnya tepat di Dusun Sombron
Lumping Langen Budi Sedyo Utomo. untuk diajak latihan bersama, dari ajakan
Setelah Ragil di latih oleh Bapak Djuni Ragil Mas Ragil tersebut terkumpulah anak 15
pun sangat antusias dan bersemangat dalam yang ikut bergabung dalam proses latihan.
belajar Tari Kuda Lumping. Bapak Djuni Latihan pertama aktif dimulai pada tahun
saat itu menjadi penari di Langen Budi Sedyo 2012. Ke 15 anak tersebut kisaran usia 7-11
Utomo sebelum Bapak Djuni menjadi ketua tahun. Setelah proses pelatihan berlangsung
paguyuban. Seiring berjalannya waktu, respon dari orang tua anak anak tersebut
kemampuan Ragil dalam menari telah sangat baik, mereka sangat senang melihat
menjadi kebiasaan dan dapat diwariskan putranya berlatih kesenian kuda lumping
kepada generasi baru Paguyuban Langen tanpa dipaksa. Mulanya proses latihan hanya
Budi Sedyo Utomo. dilakukan sebelum pementasan berlangsung
Sebagian besar pengetahuan namun pada tahun 2006 dengan dukungan
mengenai kesenian Kuda Lumping dari semua pihak proses latihan untuk anak-
didapatkan anggota paguyuban melalui anak di patenkan 3 kali dalam semingu yaitu
lingkungan keluarganya, misalnya dari hari selasa kamis dan sabtu mulai pukul
orangtua atau dari saudara terdekat. Karena 15.30-17.00 siapapun boleh ikut dalam
dengan adanya hubungan kekeluargaan proses pelatihan dan tidak dipungut biaya.
mereka tidak sungkan untuk bertukar ilmu. Sampai saat ini proses latihan masih berjalan
Rasa kekeluargaan yang erat dari sesama aktif namun mulai bulan maret hingga
anggota paguyuban juga menjadi pendorong sekarang untuk proses latihan dihentikan
kesenian Kuda Lumping dapat terus eksis sementara karena terkendala pendemi
sampai saat ini. Rasa kekeluargaan yang Covid-19. Proses pembentukan latihan
begitu kental tidak semata-mata bahwa bersama tersebut merupakan salah satu
bergabung di Paguyuban Langen Budi Sedyo upaya Horizontal Transmission Paguyuban
Utomo bukan untuk mendapatkan materi, Langen Budi Sedyo Utomo dengan cara
namun Paguyuban Langen Budi Sedyo membangun pendidikan non formal.
Utomo sudah dianggap sebagai rumah Salah satu contoh lain dari upaya
kedua. Anggota yang dahulunya dianggap Horizontal Transmission Paguyuban Langen
sebagai rekan kerja, sekarang dianggap Budi Sedyo Utomo yaitu Rafka anggota
sebagai saudara. Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo
mendapatkan keterampilan menarinya
Sistem Regenerasi Horizontal Transmission melalui pendidikan nonformal setelah
Selain regenerasi melalui sistem bergabung di Paguyuban Langen Budi Sedyo
genetik, Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo. Orangtua Rafka bukan merupakan
Utomo juga melakukan regenerasi melalui pelaku seni, namun Rafka memiliki bakat
sistem horizontal transmission. Proses menari sejak kecil. Rafka ikut bergabung di
pewarisan secara “Horizontal Transmission” Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo sejak
terjadi ketika seseorang belajar dari orang usia 8 tahun. Sistem pewarisan Rafka

190
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

berlangsung di Paguyuban Langen Budi Regenerasi genetik dapat terjadi


Sedyo Utomo dan terdapat pelatih dalam apabila ada anggota paguyuban berasal
bidangnya yaitu pelatihan tari. Saat proses dari garis keturunan seniman, contohnya
pewarisan tentu saja ada proses dalam satu keluarga yaitu; ibu, bapak
pembelajaran, misalnya: melihat seseorang maupun kerabatnya yang masih
yang memperagakan gerak, meniruapa yang merupakan seniman Kuda Lumping.
telah di tiru, mendengar, dan mencoba. Regenerasi secara genetik keluarga Mbah
Proses pelatihan tentu ada proses penjelasan, Moelyosidik, berjalan secara alami dari
dan pengarahan mengenai keterampilan dan generasi ke generasi melalui hubungan
pengetahuan. Sementara itu, evaluasi juga darah.
diperlukan sesudah adanya pelatihan. Fungsi Mbah Moelyosidik beliau
evaluasi adalah untuk mengukur sejauh merupakan pemain musik tari Kuda
mana pencapaian peserta didik Lumping di Paguyuban Langen Budi
melaksanakan proses pembelajaran. Salah Sedyo Utomo. Beliau mempunyai dua
satu contoh proses evaluasi yang ada orang anak yang merupakan anggota
diPaguyuban Langen Budi Sedyo sebelum Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo,
dan sesudah mulai pembelajarn peserta didik beliau bernama Mbah Djuni dan Mbah
persilahkan untuk maju satu banjar satu Ngatemin. Mbah Djuni merupakan
banjar untuk menarikan materi yang mantan ketua sekaligus penari tari Kuda
diajarkan pada minggu sebelumnya, dengan Lumping di Paguyuban Langen Budi
hal tersebut peserta didik dituntut untuk bisa Sedyo Utomo. Beliau menjadi ketua
menguasai ragam gerak. dalam kurun waktu empat periode atau
sekitar 20 tahun, yaitu pada tahun 1990-
Proses Regenerasi Kesenian Kuda 2010. Sebelum menjadi ketua, Mbah
Lumping di Paguyuban Langen Budi Sedyo Djuni sempat menjadi penari Kuda
Utomo Lumping pada tahun 1980-an. Beliau
Proses Regenerasi Secara Tradisional dahulu merupakan seniman ketoprak di
Proses regenerasi secara desanya, ketertarikannya kepada kesenian
tradisional merupakan regenerasi yang Kuda Lumping mendorongnya utuk ikut
berjalan sesuai garis kekerabatan bergabung di Paguyuban Langen Budi
hubungan darah dan terjadi secara tidak Sedyo Utomo. Faktor lingkungan juga
sengaja. Proses regenerasi secara mempengaruhi Mbah Djuni bergabung
tradisional yang terjadi dalam kesenian menjadi penari, disebabkan karena rata-
Kuda Lumping Paguyuban Langen Budi rata masyarakat Desa Tlompakan
Sedyo Utomo terjadi meliputi keluarga sebagian besar menjadi pemusik maupun
dan masyarakat. Peneliti menjelaskan penari Kuda Lumping. Awal mula Mbah
proses regenerasi secara tradisional Djuni bergabung di Paguyuban Langen
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo Budi Sedyo Utomo para penari
sesuai dengan hasil yang didapatkan didominasi oleh anggota yang sudah tua,
dilokasi penelitian dengan penjabaran hal ini juga memotivasinya untuk ikut
sebagai berikut: begabung agar kesenian Kuda Lumping
Kesenian Kuda Lumping lebih maju. Mbah Djuni juga mengajak
diwariskan melalui sarana keluarga agar teman-teman sebayanya untuk ikut
kesenian tersebut tidak punah. Peran bergabung dalam Paguyuban Langen
keluarga sangatlah dibutuhkan guna Budi Sedyo Utomo. Setelah kurang lebih
mewarisi suatu kesenian agar dapat terus 10 tahun Mbah Djuni berperan sebagai
dilestarikan. Hal ini karena keluarga penari, pada tahun 1990 beliau dipilih
mempunyai jiwa memiliki yang tinggi, untuk mejadi ketua paguyuban. Pemilihan
sehingga kecil kemungkinan mengabaikan ketua dilaksanakan melalui musyawarah,
amanah yang diberikan kepada musyawarah diikuti oleh semua anggota
keluarganya yang telah ditunjuk untuk paguyuban pada masanya. Mbah Djuni
mewariskan suatu kesenian. merupakan generasi ketujuh dimulai sejak
paguyuban ini pertama kali didirikan.

191
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

Tidak ada batas waku untuk menjadi Langen Budi Sedyo Utomo sebagai penari
anggota di Paguyuban Langen Budi Sedyo Kuda Lumping. Bapak Widodo menjadi
Utomo, namun Mbah Djuni pada tahun penari pada tahun 1998 sampai tahun
2010 memilih vakum menjadi anggota 2007, di tahun 2007 beliau vakum karena
dikarenakan usianya yang sudah cukup meratau. Berdasarkan wawancara dengan
tua dan beliau ingin beristirahat. Tahun Mas Ragil pada tanggal 28 Agustus 2020,
2010 dilaksanakan musyawarah kembali orang tua Mas Ragil melakukan sebuah
untuk memilih ketua paguyuban, pembiasaan untuk mengenalkan kesenian
terpilihlah Bapak Murdiatmo sebagai secara terus menerus, awal mula beliau
ketua generasi kedelapan hingga sekarang. tertarik pada kesenian Kuda Lumping
Anak ke dua dari Mbah karena dahulu Mbah Djuni mengajak Mas
Moelyosidik adalah Mbah Ngatemin. Ragil untuk melihat dan memberikan
Mbah Ngatemin juga merupakan seorang apresiasi terhadap pertunjukan kesenian
pemusik tari Kuda Lumping di Kuda Lumping dengan tujuan agar
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo anaknya dapat belajar melalui model
pada tahun 1980. Keterampilannya pembelajaran dengan cara melihat dan
bermain musik gamelan diperoleh dari berapresiasi. Mbah Djuni juga melakukan
bapaknya yaitu Mbah Moelyosidik. Mbah proses penurunan regenerasi secara lisan
Ngatemin memperoleh keterampilan dengan cara bercerita atau nasehat dari
memainkan musik gamelan karena Mbah orang tua untuk bergabung menjadi penari
Moelyosidik menggunakan metode Kuda Lumping. Jadi dapat disimpulkan
imitasi saat mengajarkan notasi gamelan. bahwa kebiasaan secara lisan dan non
Mbah Ngatemin menjadi pemusik tari lisan sangatlah berpengaruh untuk
Kuda Lumping selama 12 tahun, setelah pewarisan tari Kuda Lumping.
beliau menikah dan mempunyai anak,
beliau memilih vakum menjadi pemain Proses Regenerasi Secara Tradisional
musik di Paguyuban Langen Budi Sedyo Melalui Masyarakat
Utomo. Proses regenerasi di Paguyuban
Generasi selanjutnya yaitu Langen Budi Sedyo Utomo selain melalui
generasi dari anak Mbah Djuni dan Mbah keluarga, juga melalui masyarakat. Peran
Ngatemin. Mbah Djuni mempunyai dua masyarakat dapat dilakukan dengan
orang anak laki-laki yang ikut bergabung berpartisipasi dalam upaya melestarikan
dalam anggota Paguyuban Langen Budi kesenian tradisional sehingga tetap lestari
Sedyo Utomo. Anak pertama bernama seiring perkembangan zaman.
Bapak Widodo dan anak kedua bernama Sebagaimana masyarakat Dusun Sombron
Mas Ragil. Bapak Widodo merupakan yang memiliki suatu kesenian rakyat yaitu
penari Kuda Lumping. Beliau aktif Kesenian Kuda Lumping akan terus
menjadi penari saat berusia 26 tahun. dilestarikan. Kesenian kerakyatan Kuda
Awal mula Bapak Widodo menjadi penari Lumping sudah menjadikan ciri khas
Kuda Lumping karena dahulu beliau tersendiri bagi masyarakat Desa
sering diajak Mbah Djuni untuk pentas, Tlompakan khususnya masyarakat Dusun
hal ini dilakukan supaya anak-anak Sombron. Hal ini dibutikan dengan:
terbiasa mendengar dan melihat kesenian Pertama, antusias masyarakat Dusun
Kuda Lumping, berkaitan dengan Sombron pada saat pementasan kesenian
seringnya melihat pertunjukan Kuda Kuda Lumping Paguyuban Langen Budi
Lumping, mendengar iringan Kuda Sedyo Utomo foto antusian warga dapat
Lumping ditambah dengan Mbjuni dilihat pada foto. Paguyuban Langen Budi
mengajarkan beberapa ragam gerak Tari Sedyo Utomo rutin mengadakan
Kuda Lumping sehingga Bapak Widodo pertunjukan kesenian Kuda Lumping
dan Mas Ragil sedikit demi sedikit memperingati hari Raya Idul Fitri dan pada
menguasai Tari Kuda Lumping. Hal saat memperingati bulan Suro.
inilah yang menyebabkan Bapak Widodo
tertarik dan bergabung dalam Paguyuban

192
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

Budi Sedyo Utomo. Peminjaman sound


pada saat pertunjukan dilakukan oleh
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo
karena belum memiliki alat pengeras suara
sendiri (Wawancara dengan Mas Ragil, 28
Agustus 2020).

Proses Regenerasi Secara Modern


Proses regenerasi secara modern
merupakan proses regenerasi yang secara
sengaja dipersiapkan atau direncanakan.
Proses regenerasi kesenian Kuda Lumping
Foto 1 Partisipasi Masyarakat Dusun di Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo
Sombron Melihat Pementasan Kuda meliputi tiga aspek yaitu: (1) media sosial,
Lumping (2) pelatihan, (3) pertunjukan.
(Dokementasi: Paguyuban Langen Budi Pelatihan tari Kuda Lumping di
Sedyo Utomo, 5 Juni 2019) Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo
dilakukan dengan mengajak anak-anak
Pada tanggal 5 Juni 2019 saat yang berada di lingkungan paguyuban
kesenian Kuda Lumping Langen Budi untuk bergabung di Paguyuban Langen
Sedyo Utomo pentas di karetan Dusun Budi Sedyo Utomo dan mengikuti latihan.
Sombron dalam acara memperingati hari Anggota penari anak-anak berjumlah 15
Raya Idul Fitri, dapat dilihat jumlah orang.
penonton yang begitu banyak. Banyaknya
penonton yang sebagian besar merupakan
masyarakat Dusun Sombron. Partisipasi
masyarakat Dusun Sombron juga
merupakan usaha agar upaya pelestarian
melalui proses regenerasi yang terjadi pada
masyarakat membuat kesenian Kuda
Lumping Paguyuban Langen Budi Sedyo
Utomo tetap bertahan dan selalu eksis.
Beberapa usaha masyarakat yang
kedua yaitu peminjaman tempat dan
seperangkat alat musik gamelan kepada Foto 2 Proses Pelatihan tari Kuda
anggota Paguyuban Langen Budi Sedyo Lumping dengan Anak-Anak
Utomo pada saat latihan. Peminjaman alat (Sumber: Paguyuban Langen Budi Sedyo
musik gamelan menandakan bahwa Utomo, 4 November 2019)
masyarakat menerima adanya keberadaan Anak-anak sangat bersemangat
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo. dan sangat senang mengikuti latihan dan
Selain itu, proses regenerasi kesenian Kuda pementasan pertunjukan tari Kuda
Lumping Paguyuban Langen Budi Sedyo Lumping. Hal ini dibuktikan dengan pada
Utomo, dapat dilihat dari usaha saat latihan anak anak pertama selalu
masyarakat yaitu meminjamkan sound datang tepat waktu, kemudian pada saat
system pada saat pertunjukan rutin proses pemberian materi anak-anak selalu
memperingati hari Raya Idul Fitri dan fokus dan apa yang telah diajarkan selalu
memperingati bulan Suro. Tindakan langsung dipraktikan dan jika mereka
masyarakat Desa Tlompakan khususnya terdapat kendala tidak segan untuk
warga sekitar paguyuban yang bertanya langsung. Keterlibatan anak-anak
meminjamkan alat sound system pada saat dalam meregenerasikan tari Kuda Lumping
pertunjukan menandakan bahwa harus tetap dipertahankan agar generasi-
masyarakat menerima keberadaan generasi selanjutnya tetap mengenal
kelompok kesenian Paguyuban Langen kesenian Kuda Lumping agar tidak punah

193
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

(wawancara dengan Mas Ragil, pada 28 Selain dari media sosial, para penari tari
Agustus 2020). Kuda Lumping anggota dewasa juga
belajar dengan cara melihat kesenian
paguyuban lainnya sehingga dapat
memberikan inspirasi dan berkreasi untuk
mengembangkan tari Kuda Lumping
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo
(wawancara dengan Mas Ragil, pada 28
Agustus 2020).
Proses regenerasi secara modern
yang kedua adalah melalui media sosial.
Perkembangan teknologi informasi saat ini
memberikan dampat positif dalam berbagai
manajemen termasuk dalam pelestarian
kesenian tradisional. Kemunculan media
Foto 3 Proses Pelatihan Tari Kuda sosial di era saat ini memberikan pilihan
Lumping Untuk Dewasa bagi berbagai pihak dalam menyediakan
(Sumber: Paguyuban Langen Budi Sedyo akses, membangun jejaring sosial, maupun
Utomo, 14 September 2018) sebagai media promosi. Kolaborasi seni
Proses pelatihan tari Kuda dan media merupakan sebuah peluang yang
Lumping untuk dewasa bertempat di dapat dilakukan untuk mempromosikan
pendhapa yang berada di Dusun Sombron seni maupun kegiatan seni agar dikenal
Desa Tlompakan Kecamatan Tuntang. oleh masyarakat luas (Irhandayaningsih,
Begitu pula untuk grub penari dewasa, 2018). Sebagai contoh, salah satu media
pelatihan rutin belum mulai dilaksankan sosial yang masih digemari dengan jutaan
sejak bulan Februari dikarenakan adanya pengguna di seluruh dunia adalah facebook.
pandemi Covid-19. Kesenian Kuda Dewasa ini ruang lingkup kesenian Kuda
Lumping yang ada di Paguyuban Langen Lumping masih digemari masyarakat
Budi Sedyo Utomo ada beberapa generasi termasuk anak-anak. Ruang lingkup
yang bisa dikatakan sebaya atau satu kesenian Kuda Lumping memanfaatkan
angkatan seperti Ragil Witcahyono dengan media sosial untuk mempertunjukan
Rafin Yulian, Irfan, Rio. Diantara penari eksistensinya, sebagai contoh kanal facebook
diatas ada penari yang lebih unggul dalam yang diberi nama grub Reog’r. Mereka
segi teknik gerak maupun pengalaman membentuk komunitas berskala besar yang
menari, sehingga bisa memberikan didalamnya terdapat lebih dari 78.501
pelatihan kepada teman sebayanya yang anggota. Kehadiran grub bernama Reog’r
tergabung dalam anggota Paguyuban menjadikan masyarakat dapat berinteraksi
Langen Budi Sedyo Utomo. Pelatihan ini dalam penyebaran informasi pelaksanaan
terlihat lebih santai karena dilakukan dalam pertunjukan Kuda Lumping. Komunitas ini
suasana santai sambil berdiskusi ringan. selalu aktif membagikan jadwal pentas
Pelatih tari yaitu Rafin berlatih anggotanya setiap minggunya. Adanya
secara otodidak dengan melihat berbagai grub facebook, pengguna media sosial
referensi berupa video tari dari Youtube khusunya facebook dapat berkunjung
maupun media sosial lainnya. Setelah menjadikan grub bernama Reog’r sangat
mengamati, kemudian Rafin meniru baik sebagai sarana promosi agar
gerakan dan mengembangkan gerakan masyarakat yang tertarik dalam kesenian
tersebut agar terlihat lebih menarik, dengan Kuda Lumping dapat bergabung untuk
begitu, beliau bisa melatihkannya kepada berpartisipasi melestarikan kesenian Kuda
teman-teman sebayanya. Begitu pula Lumping di Paguyuban Langen Budi Sedyo
dengan teman-teman lainnya, saling Utomo. Penggunaan media sosial facebook
bertukar informasi dan menambah referensi terbukti penting sebagai ajang promosi
gerakan apabila ada gerakan yang perlu karena informasi tersebar dengan cepat dan
ditambah dan gerakan yang kurang sesuai. memiliki jangkauan yang luas.

194
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

Pemanfaatan media sosial merupakan pertunjukan. Selain itu, ritual selamatan


regenerasi yang dilakukan secara modern juga wajib dilakukan sebelum pertunjukan.
oleh Paguyuban Langen Budi Sedyo Selamatan diikuti oleh selurih anggota
Utomo. paguyuban dan warga setempat. Fungsi
Proses regenerasi modern selamatan di Paguyuban Langen Budi Sedyo
kesenian Kuda Lumping di Paguyuban Utomo adalah untuk memohon kepada
Langen Budi Sedyo Utomo yang ketiga Sang Pencipta agar pertunjukan berjalan
adalah melalui pertunjukan. Proses lancar tanpa halangan suatu apapun.
regenerasi berlangsung ketika saat Hidangan wajib dalam selamatan adalah
pertunjukan berlangsung. Adanya interaksi ingkung dan nasi tumpeng. Nasi Tumpeng
antara pemain dengan penonton merupakan gunungan nasi yang berbentuk
menjadikan daya tarik penonton untuk ikut kerucut mempunyai makna sebagai simbol
serta berpartisipasi untuk melestarikan persembahan kepada Sang Pencipta agar
kesenian Kuda Lumping Langen Budi mengabulkan doa yang dipanjatkan oleh
Sedyo Utomo. Ketika seseorang mulai masyarakat. Tari Kuda Lumpingdibagi
tertarik hingga akhirnya belajar kesenian menjadi tiga bagian yaitu awal, inti,
karena disebabkan melihat kesenian secara penutup (wawancara dengan Mas Ragil&
terus-menerus, disitulah proses regenerasi Mas Yusuf, 28 Agustus 2020).
berlangsung.
SIMPULAN
Sistem regenerasi kesenian Kuda
Lumping di Paguyuban Langen Budi
Sedyo Utomo melalui vertical transmission
adalah dengan mengandalkan keluarga
sebagai pewaris kesenian. Dalam sistem
pewarisan vertical transmission biasanya
terjadi karena ketidak sengajaan menjadi
sebuah kebiasaan. Sistem regenerasi
kesenian Kuda Lumping di Paguyuban
Langen Budi Sedyo Utomo melalui
horizontal transmission terjadi di Paguyuban
Foto 4 Pertunjukan Kesenian Kuda
Lumping Langen Budi Sedyo Utomo terjadi ketika
seorang muridnya ikut menjadi anggota
(Sumber: Paguyuban Langen Budi Sedyo
paguyuban. Pada sistem ini ada sebuah
Utomo, September 2018)
proses pembelajaran didalamnya, misal:
melihat, mendengar, meniru, dan
Pertunjukan kesenian Kuda mencoba.
Lumping Paguyuban Langen Budi Sedyo Proses regenerasi kesenian Kuda
Utomo pada acara festival tari Kuda Lumping terjadi secara tradisional dan
Lumping. Sebelum melakukan secara modern. Proses secara tradisional
pertunjukan, ada tahapan-tahapan khusus terjadi melalui keluarga dan lingkungan
yang dipercayai masyarakat dusun masyarakat yang mendukung dan
Sombron khususnya untuk penari di mengakui keberadaan kelompok kesenian
Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo. Kuda Lumping Langen Budi Sedyo
Tahapan ini hanya dilakukan untuk penari Utomo. Proses regenerasi terjadi melalui
laki-laki yang sudah beranjak dewasa Sistem regenerasi kesenian Kuda Lumping
karena sebagai kesiapan batin para penari, di Paguyuban Langen Budi Sedyo Utomo
sehingga memiliki kekuatan ketika melalui pemanfaatan media sosial,
tubuhnya dimasuki roh saat kesurupan. pelatihan, dan pertunjukan. Pemanfaatan
Tahapan berpuasa putih atau mutih, yaitu media sosial sangat berpengaruh pada
berpuasa atau pantang makan dan minum upaya regenerasi secara modern. Proses
apa saja kecuali nasi putih dan air putih. regenerasi melalui pelatihan tari Kuda
Puasa dilakukan selama 1 hari sebelum Lumping di Paguyuban Langen Budi

195
Agnes Wulansari / Jurnal Seni Tari (10) (2) 2021

Sedyo Utomo terjadi pada saat proses


pelatihan. Proses regenerasi juga
berlangsung ketika saat pertunjukan
kesenian Kuda Lumping Langen Budi
Sedyo Utomo berlangsung. Ketika
seseorang mulai tertarik hingga akhirnya
belajar kesenian karena disebabkan
melihat kesenian secara terus-menerus,
disitulah proses regenerasi berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Berry, J. W., Poortinga, Y. H., Segall, M.
H., & Dasen, P. R. (1999). Psikologi
Lintas Budaya, Riset dan Aplikasi
(Terjemahan). PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hadi, S. (2007). Kajian Tari Teks dan
Konteks. Pustaka Book Publiser.
Irhandayaningsih, A. (2018). Pelestarian
Kesenian Tradisional sebagai Upaya
dalam Menumbuhkan Kecintaan
Budaya Lokal di Masyarakat Jurang
Blimbing Tembalang. Anuva, 2(1),
19.
https://doi.org/https://doi.org/10.
14710/anuva.2.1. 19-27
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu
Antropologi. Rineka Cipta.
Maryono. (2011). Penelitian Kualitatif Seni
Pertunjukan.
Novitasari, A. (2015). Pembelajaran Tari
Merak Sebagai Upaya Pelestarian Tari
Tradisi Di Sanggar Ngudi Laras Desa
Karangmoncol Kecamatan
Randudongkal Kabupaten Pemalang.
Universitas Negeri Semarang.
Rohidi, Tjetjep Rohedi. (2011). Metodologi
Peneltian Seni. Cipta Prima
Nusantara.
Sedyawati, E. (2008). Keindonesiaan Dalam
Budaya. Wedatama Widya Sastra.
Soekanto, S., & Sulistyowati. (2013).
Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.

196

Anda mungkin juga menyukai