Anda di halaman 1dari 4

Tujuh Unsur Kebudayaan

Daerah Sumatera Utara

1.Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya


untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi,
studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik.
Contoh: Bahasa daerah yang ada di Provinsi Sumatera Utara adalah Bahasa
Batak. Bahasa Batak ini terdiri atas lima dialek yaitu dialek Toba, dialek
Mandailing, dialek Mandailing, dialek Simalungun, dialek Pakpak (Dairi), dan
dialek Karo.

2. Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup

Pada masyarakat tradisional terdapat delapan macam sistem peralatan dan unsur
kebudayaan fisik yang digunakan oleh kelompok manusia yang hidup berpindah
pindah atau masyarakat pertanian, yaitu;
a. Alat-Alat Produktif
b. Senjata
c. Wadah
d. Alat-Alat Menyalakan Api
e. Makanan, Minuman, Bahan Pembangkit Gairah, dan Jamu-jamuan
f. Pakaian dan Tempat Perhiasan
g. Tempat Berlindung dan Perumahan
h. Alat-Alat Transportasi
Contoh: Provinsi Sumatera Utara memiliki senjata tradisional berupa piso gaja
dompak, hujur dan tongkat tunggal panaluan. Piso surit sering juga disebut pisau surit.
Piso berasal dari bahasa daerah Sumatera Utara yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, Sumatera Utara juga memiliki kain khas dari suku
Batak yaitu ulos, kain ini kerap digunakan untuk upacara adat. Adapun beberapa
bangunan yang berdiri di daerah Sumatera Utara seperti istana maimun yang menjadi
peninggalan Kerajaan Deli dan ikon Kota Medan karena bentuknya di desain
memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu dengan gaya Islam, Spanyol,
India, Belanda dan Italia.

3. Sistem Mata pencaharian

Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata
pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional,
antara lain;
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
Contoh: Mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Provinsi Sumatera
Utara merupakan di sektor pertanian, industri, dan perikanan.

4. Organisasi Sosial

sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk


memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok
sosial.
Contoh: Di daerah Sumatera Utara terutama wilayah tempat tinggal saya masih
kental dengan arisan keluarga, organisasi sosial ini terbentuk melalui keluarga inti dari
masing-masing keluarga sehingga saling berinteraksi dan membentuk suatu kelompok
yaitu arisan keluarga. Arisan keluarga ini sudah menjadi kebudayaan atau hal yang
sering dilakukan di daerah saya karena termasuk salah satu contoh paguyuban. Adapun
organisasi sosial yang terbentuk karena beberapa orang memiliki minat yang sama
yaitu membantu banyak orang atau volunteer sumatera utara misalnya iyale sumut.
5. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan


hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di
dalam ide manusia. Sistem pengetahuan ini termasuk ciri khas yang dapat
dipertahankan dari dulu sampai sekarang. Sistem pengetahuan ini dapat berupa
mitos, sifat seseorang, tumbuhan, binatang, dan hal yang dianggap benar.
Contoh: Orang Batak memiliki sebuah mitos bahwa cicak merupakan binatang
yang membawa kebaikan. Kebaikan di sini diartikan bahwa cicak adalah binatang
yang patut dicontoh karena binatang melata tersebut bisa hidup di manapun dan bisa
bertahan tanpa melihat tempatnya. Orang Batak diharapakan seperti cicak karena
bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan tidak selalu bergantung pada
suatu tempat. Filosofi inilah yang melekat pada sebagian besar suku Batak. Maka
tidak mengherankan kita bisa menemukan orang Batak di manapun di seluruh
pelosok Indonesia.

6. Sistem Religi

Unsur religi atau keagamaan. Kajian antropologi dalam memahami unsur religi
sebagai kebudayaan manusia tidak dapat dipisahkan dari religious emotion atau
emosi keagamaan. Unsur religi ini juga terkait dengan hal-hal yang mereka percaya
dan kepercayaan wilayah tersebut.
Contoh: Adat mangulosi atau yang dikenal dengan adat memakai ulos. Ulos
merupakan kain tradisional panjang asli dari suku Batak yang dipakai pada setiap
acara-acara resmi seperti pernikahan atau kematian. Pada saat acara yang berbeda,
mereka harus memakai jenis ulos yang berbeda pula. Memakai ulos adalah adat yang wajib
bagi suku Batak sebagai identitas diri mereka. Mangulosi merupakan
tradisi turun-temurun dari nenek moyang. Dalam beberapa hal, kain ulos yang
dipakai juga membedakan status sosial seseorang. Selain itu, adat Batak juga
memiliki kebiasaan dan kepercayaan yang harus dilakukan saat malam tahun baru
yaitu Mandok Hatta. Mandok Hatta merupakan sebuah tradisi bercakap-cakap pada
saat menjelang tahun baru. Mereka biasanya berkumpul-kumpul dengan keluarga
besar dengan didampingi minuman ringan sebagai bentuk refleksi tentang hal-hal
yang sudah dilakukan pada tahun lalu. Para keluarga akan saling minta maaf dan
merencanakan hal-hal atau impian yang akan dicapai pada tahun mendatang.

7. Kesenian

Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir,
seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan
seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari,
yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan.
Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan
seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
Contoh: Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas
Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatra
Utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara
membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin. Selain
itu, Tari Tortor juga merupakan salah satu jenis tarian tradisional dari suku Batak yang
berasal dari provinsi Sumatra Utara.
Nilai-Nilai Kebudayaan Daerah Sumatera Utara

Nilai budaya merupakan salah satu nilai yang berkembang di masyarakat. Nilai ini lahir
dari perjalanan hidup manusia dari zaman dahulu. Seperti yang kita ketahui, sebagai
sebuah negara bangsa (nation-state) Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang khas dan
membudaya di masyarakat seperti gotong-royong, saling tolong menolong, ramah,
santun, toleran, dan perduli terhadap sesama.
Masyarakat Sumatera Utara umumnya memiliki logat yang lebih keras dibandingkan
suku dari pulau lain. Hal ini dikarenakan kebiasaan yang sudah dilakukan oleh nenek
moyang sehingga turun ke masyarakatnya sekarang. Namun, masyarakat di Sumatera Utara
memiliki sifat yang mudah bergaul dengan orang lain terutama dengan orang
asing yang memiliki marga yang sama dengannya. Masyarakat Sumatera Utara juga
menyukai kegiatan bergotong royong, oleh karena itu baik di kota maupun pedalaman
sampai sekarang masih melakukan kegiatan gotong royong untuk memajukan daerah
tempat tinggal mereka.
Pada masyarakat suku Batak, Nias maupun Melayu ada upacara adat siklus kehidupan
dari lahir, masa dewasa sampai kematian, seperti upacara turun mandi, pemberian
nama, potong rambut, mengasah gigi, perkawinan dan upacara pemakaman jenazah. Di
masyarakat Batak dikenal upacara memberi makan oleh anak kepada orang yang lanjut
usia (sulang-sulang). Terdapat juga upacara penggalian/pemindahan tulang belulang
kesuatu tempat atau tugu yang disebut (mangongkal holi).

Anda mungkin juga menyukai